• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP RUANG LINGKUP KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

Dalam dokumen Jurnal Mitra Sekolah Tinggi Teologi Inji (Halaman 50-61)

DALAM I KORINTUS 12 : 1-13 Simon Womakal

KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP RUANG LINGKUP KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

Imanuel P. Tubulau Abstrak:

Pemahaman yang benar terhadap konsep dasar kurikulum Pendidikan Agama Kristen sangat penting sebagai upaya terhadap proses pengembangan kurikulum dan pelaksa- naannya dalam konteks pelayanan rohani (gereja) maupun dalam konteks pendidikan umum (sekolah-sekolah).

51 iman yang hidup dengan Tuhan sen- diri dan oleh dan di dalam Dia me- reka terhisab pula pada persekutuan pada persekutuan jemaat-Nya yang mengakui dan mempernuliakan na- ma-Nya di segala waktu dan tem- pat.972

Kemudian Daniel Nuhamara, mem- berikan menjelasan terhadap makna Pen- didikan Agama Kristen dari segi elemen intinya antara lain :

Pertama, harus dikatakan bahwa PAK itu adalah suatu usaha pendidikan…. Ini tak berarti bahwa pendidikan hanya terbatas pada pendidikan yang formal baik di sekolah atau di dalam gereja, melainkan juga pendidikan yang dila- kukan dengan pendekatan sosialisasi asalkan sosialisasi tersebut disengaja. Kedua, PAK juga merupakan pendi- dikan yang khusus yakni dalam di- mensi religius manusia…. Artinya se- gala pendidikan yang dikhususkan pa- da dimensi religious manusia, apakah itu pencarian akan yang transenden, kehendak-Nya dan pemberlakuan ke- hendak-Nya dalam kehidupan konkrit. Ketiga, secara khusus PAK menunjuk kepada persekutuan iman yang mela- kukan tugas pendidikan agamawi, yakni persekutuan iman Kristen. Ka- renanya pencarian manusia terhadap yang transenden serta ekspresi dari hu- bungan itu diwarnai oleh ajaran Kristen sebagai mana dinyatakan kepada kita dalam Alkitab sebagai warisan…. Keempat, PAK sebagai usaha pen- didikan bagaimana pun juga mem- punyai hakikat politis…. Artinya, PAK tidak hanya ada intervensi dalam kehidupan individual seseorang di bi- dang kerohaniannya saja, tetapi juga mempengaruhi cara dan sikap mereka

2

Homrighousen dan I. H. Enklaar,

Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2008), 26.

ketika menjalani kehidupan dalam

konteks masyarakatnya.983

Dari kutipan-kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Kristen merupakan proses pengaja- ran dan pembelajaran yang bersumber pada Alkitab dan berpusat pada Yesus Kristus serta di bawah tuntunan kuasa Roh Kudus yang membimbing orang percaya pada semua tingkat umur dan dalam segala aspek kehidupannya bagi pertumbuhan iman dan pengenalan akan Kristus serta memperlengkapi mereka bagi pelayanan pemberitaan Injil menuju kepada kedewa- saan dalam Kristus serta kemuliaan bagi Allah.

Pengertian Kurikulum Pendidikan Agama Kristen

Pengertian kurikulum dapat dide- finisikan dari tiga aspek yaitu aspek eti- mologis, terminologis dan dogmatis (teo- logis). Aspek etimologis berkaitan dengan asal-usul kata, terminologis berhubungan dengan pengertian kurikulum dalam dunia pendidikan dan dogmatis adalah pengertian kurikulum dalam pandangan iman Kristen dan alkitabiah. Pengertian kurikulum dari ketiga aspek tersebut dapat dijelaskan berikut ini.

Pengertian Kurikulum Secara Etimologis

Ditinjau dari asal-usul kata atau pe- ngertian secara etimologis, para pakar ku- rikulum sependapat bahwa:

Kata kurikulum (curriculum) ber- asal dari bahasa Latin yaitu curi, yang artinya pelari, dan curere yang artinya tempat berpacu. Jadi istilah kurikulum diambil dari dunia at- letik, yang mengandung pengertian

3

Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK

52 suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai

garis finish.994

Jadi istilah kurikulum dipinjam dari bahasa Latin, menunjuk pada suatu jarak tertentu yang harus ditempuh oleh para atlet dalam rangka perebutan hadiah atau prestasi dalam dunia keolahragaan.

Pengertian Kurikulum Secara Terminologi

Secara terminology yakni istilah kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan mempunyai dua pandangan, tradisional dan moderen. Dalam pan- dangan tradisional, “Kurikulum adalah se- jumlah pengetahuan atau pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa gu-

na mencapai suatu tingkat atau ijazah.”1005

S. Nasution dalam bukunya Asas- Asas Kurikulum, lebih lanjut mengung- kapkan bahwa:

Kurikulum yang digunakan dalam

pendidikan dan pembelajaran,

yakni sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di

perguruan tinggi, yang harus

ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat. Kurikulum juga berarti keseluruhan pelajaran yang

disajikan oleh suatu lembaga

pedidikan.1016

Jadi, dalam pandangan tradisional, pengertian kurikulum dipahami sebatas pa- da sejumlah pengetahuan atau mata pela- jaran yang direncanakan oleh pihak se- kolah, yang harus diselesaikan sisea untuk memperoleh ijazah atau kenaikan kelas, sehingga pandangan ini dianggap sempit

4

Sudirman N., Ilmu Pendidikan (Bandung: CV. Remadja Karya, 1987), 9.

5 Ibid. 6

S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum

(Jakarta: Bumi Aksara, 1999), 2.

dalam penafsiran ahli kurikulum pendidi- kan moderen.

Dalam pandangan moderen, kuri- kulum didefinisikan dalam pengertian yang luas, yang mengacu pada keseluruhan program pendidikan dan pengajaran yang direncanakan di sekolah-sekolah, baik ke- giatan kurikuler maupun ekstrakurikuler untuk mencapai tujuan pendidikan. Hal ini ditegaskan oleh Oemar Hamalik, “Ku- rikulum tidak terbatas pada sejumlah mata ajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi per-

kembangan siswa.”102 7 Dalam UU RI

tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, pasal 1, nomor 9, yang

dikutip Oemar Hamalik, dirumuskan

bahwa, “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan seba-gai pedoman

penyelenggaraan kegiatan be-lajar

mengajar.”1038

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan kuri- kulum adalah keseluruhan program pe- nyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang direncanakan secara sengaja dan sis- tematis oleh setiap lembaga pendidikan un- tuk dipakai sebagai pedoman atau petunjuk pelaksanaan kegiatan mengajar belajar di sekolah bagi pencapaian tujuan pendi- dikan. Pada tingkat perguruan tinggi, ku- rikulum merupakan seluruh program per- kuliahan, baik kegiatan sekuler maupun ekstrakurikuler yang dibukukan lembaga pendidikan sebagai pedoman pelaksanaan perkuliahan.

Pengertian Kurikulum Secara Dogmatis

7

Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembela- jaran (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), 17.

8 Ibid.

53 Dalam pandangan teologis atau dogmatis, para pakar pendidikan agama Kristen mengakui Alkitab sebagai kuri- kulum tertulis. Asumsi ini bertolak dari anggapan bahwa Alkitab adalah catatan isi hati, karya, rencana dan perjanjian-per- janjian yang telah, sedang dan akan dila- kukan Allah terhadap umat-Nya dan apa yang harus ditaati, dipegang dan dilakukan oleh umat-Nya untuk memenuhi maksud dan kehendak Allah. Setiap pribadi yang melakukan kehendak Allah dalam ke- hidupan sehari-hari merupakan tujuan dari kurikulum Kristen. Karena itu, kurikulum dapat dianggap sebagai pengalaman yang dibimbing. Kurikulum Kristen mencakup unsur-unsur penginjilan, pengajaran, pe- nyembahan dan persekutuan.

Dalam pandangan iman Kristen (dogmatis), kurikulum menyangkut prog- ram penginjilan, kesaksian, pengajaran, penyembahan dan persekutuan yang diren- canakan umat Allah untuk dilaksanakan bagi kemuliaan Allah dalam kehidupannya. Dengan demikian dalam iman Kris- ten, Alkitab diakui sebagai kurikulum Allah, di mana di dalamnya dimuat cata- tan isi hati, kehendak, karya, hukum, mandat atau perintah yang ditetapkan dan diberikan Allah kepada umat-Nya untuk diterima, dipegang, direnungkan, ditaati dan diajarkan dari generasi ke generasi un- tuk memenuhi maksud dan kehendak Allah.

Fungsi Kurikulum Pendidikan Agama Kristen

Dalam sistem pendidika agama Kristen, kurikulum sangat berfungsi bagi kelompok pelaku perubahan pendidikan, yaitu mahasiswa, dosen, institusi, unsur pemimpin lembaga pendidikan, orang tua mahasiswa dan masyarakat. Manfaat kuri-

kulum bagi piha-pihak tersebut ialah se- bagai berikut :

Bagi Peserta Didik (Mahasiswa) Bagi peserta didik atau mahasiswa,

kurikulum berfungsi sebagai alat

komunikasi dalam proses belajar mengajar. Slameto dalam bukunya Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester menyatakan bahwa,

Kurikulum sebagai organisasi be- lajar tersusun yang disiapkan untuk mahasiswa sebagai salah satu konsumsi pendidikan mereka. De- ngan ini maka diharapkan mereka akan mendapat pengalaman baru yang kelak kemudian dari dapat di-

kembangkan seirama dengan

perkembangannya, guna meleng-

kapi bekal hidupnya.1049

Dengan demikian, fungsi kurikulum bagi peserta didik adalah sebagai organisasi belajar yang dikomunikasikan oleh lem- baga pendidikan untuk ditindaklanjuti se- bagai alat petunjuk dalam proses belajar mengajar, dalam pengembangan dirinya.

Bagi Dosen

Fungsi kurikulum bagi dosen atau nara didik ialah sebagai pedoman pelak- sanaan kegiatan mengajar pada sekolah. Hal senada dikemukakan oleh Slameto,

Bagi dosen kurikulum berfungsi se- bagai: (1) Pedoman kerja dalam me- nyusun dan mengorganisir penga- laman belajar para mahasiswa dan (2) Pedoman untuk megadakan evaluasi terhadap perkembangan mahasiswa dalam rangka menyerap sejumlah pe-

ngalaman yang diberikan.10510

9

Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 4.

10 Ibid.

54 Mengacu pada gagasan di atas, fungsi kurikulum bagi dosen atau pengajar ialah sebagai pedoman perencanaan prog- ram pengajaran dalam perkuliahan dan sebagai barometer untuk mengukur hasil belajar mahasiswa dalam pencapaian tu- juan pengajaran.

Bagi Lembaga Pendidikan

Bagi lembaga pendidikan bersang- kutan, kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, baik tujuan institusional, kurikuler dan instruk- sional. Fungsi ini dijelaskan Sudirman N., dkk.: “Fungsi kurikulum dalam pen- didikan tidak lain merupakan alat untuk

mencapai tujuan pendidikan.”106 11 Per-

nyataan tersebut ditegaskan kembali oleh

Burhan Nurgiyantoro, yaitu bahwa,

“Fungsi kurikulum bagi sekolah yang ber- sangkutan paling tidak dapat disebut dua macam. Pertama, sebagai alat untuk men- capai tujuan-tujuan pendidikan yang di- inginkan. Kedua, kurikulum dijadikan se- bagai pedoman untuk mengatur kegiatan- kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di

sekolah.”10712

Bagi setiap lembaga pendidikan, fungsi kurikulum amat peting. Kurikulum bagaikan kompas yang dapat menentukan arah perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan perbaikan program pendidikan dan pengajaran di sekolah. Selain itu, kuri- kulum bermakna penting bagi institusi pen- didikan yang lebih atas, guna menjadi me- ngontrol dan pemelihara keseimbangan ter- hadap proses pembelajaran.

Bagi Unsur Pemimpin Institusi

11

Sudirman N., Ilmu Pendidikan (Bandung: CV. Remadja Karya, 1987), 23.

12

Burhan Nurgiyantoro, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah (Yogyakarta: BPFE, 1998), 6.

Bagi pemimpin dan unsur pemim- pin dalam suatu lembaga pendidikan, misalnya Rektor, Pembantu Rektor (Purek) I, Pembantu Rektor (Purek) II, Pembantu Rektor (Purek) III pada tingkatan Uni- versitas atau Institut. Ketua, Pembantu Ketua (Puket) I, Pembantu Ketua (Puket) II, Pembantu Ketua (Puket) III, pada tingkatan sekolah tinggi atau akademi, ke- pala sekolah pada tingkatan sekolah dasar dan menengah, kurikulum sangat penting dalam hubungannya dengan tugas dan tanggung jawab yang dijalankannya. Hal tersebut dipertegas kembali oleh Slameto dan menjelaskan bahwa:

Fungsi kurikulum bagi rektor dan pembantu rektor I atau dekan dan pudek I ialah:

1)Sebagai pedoman dalam menga-

dakan fungsi supervisi yaitu mem- perbaiki situasi belajar.

2)Sebagai pedoman dalam melak-

sanakan fungsi supervisi dalam menciptakan situasi untuk menun- jang situasi belajar mahasiswa ke arah yang lebih baik.

3)Sebagai pedoman dalam melaksa-

nakan fungsi supervisi dalam mem- berikan bantuan kepada dosen un- tuk memperbaiki situasi belajar.

4)Sebagai pedoman untuk mengem-

bangkan kurikulum lebih lanjut.

5)Sebagai pedoman untuk mengada-

kan evaluasi kemajuan belajar me-

ngajar.10813

Bagi Orang Tua Mahasiswa Kurikulum tidak hanya berguna bagi subyek pendidikan, tetapi bermanfaat

13

Slameto, Proses Belajar Mengajar Da- lam Sistem Kredit Semester (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 5.

55 bagi orang tua juga. Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto menyatakan bahwa,

Bagi orang tua murid kurikulum juga mempunyai fungsi, yaitu agar orang tua dapat turut serta membantu usaha sekolah dalam memajukan putra- putrinya. Bantuan orang tua dalam memajukan pendidikan ini dapat me- lalui konsultasi langsung dengan

sekolah tentang masalah-masalah

yang menyangkut anak-anaknya.10914

Bagi orang tua mahasiswa, kuri- kulum sebagai alat komunikasi dan moti- vasi untuk turut berpartisipasi dalam pe- nyelenggaraan pendidikan, khususnya da- lam hal memberikan dukungan moril dan materil kepada mahasiswa atau peserta di- diknya dan juga kepada pihak lembaga pendidikan dalam memajukan lembaga pendidikan bersangkutan.

Bagi Gereja Dan Masyarakat Kurikulum yang diterapkan di suatu sekolah sangat berguna bagi ge- reja dan masyarakat yang ada di sekitar- nya. Pentingnya kurikulum bagi masyara- kat dikemukakan oleh Hindyat Soetopo, bahwa:

Dengan mengetahui kurikulum per- guruan tinggi, masyarakat atau pe- makai lulusan dapat melakukan se- kurang-kurangnya dua hal: a. Ikut memberikan bantuan guna memper- lancar pelaksanaan program pen- didikan yang membutuhkan kerja sama dengan pihak masyarakat. b. Ikut memberikan kritik/saran yang

membangun dalam rangka

menyempurnakan program pendidi- kan di perguruan tinggi agar lebih serasi dengan kebutuhan masyara-

kat di lapangan kerja.11015

14

Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto,

Pembinaan Dan Pembangunan Kurikulum (Jakarta: Bina Aksara, 1986), 19.

15

Ibid., 21.

Bagi gereja dan masyarakat sebagai pihak yang akan menerima dan memakai para lulusan, kurikulum berfungsi sebagai media informasi, komunikasi dan motivasi bagi pemberian dukungan kepada pihak lembaga pendidikan dan akan menjadi daya tarik serta minat anggota masyarakat untuk mengikuti program pendidikan pada lembaga pendidikan bersangkutan.

Berdasarkan pada beberapa penje- lasan di atas dapat disimpulkan bahwa ku- rikulum memegang peranan yang amat penting dan sangat berfungsi dalam dunia pendidikan. Kuruikulum merupakan alat kunci pencapaian tujuan pendidikan, pe- tunjuk belajar, panduan perencanaan pen- didikan, pedoman penyelenggaraan penga- jaran dan pelaksanaan evaluasi hasil be- lajar serta sebagai acuan bagi pelaksanaan fungsi supervisi pendidikan.

Komponen-Komponen Kurikulum Dalam sistem pendidikan, kuriku- lum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling ber- kaitan erat dan saling kerja sama antara satu dengan yang lainnya secara fung- sional. Komponen-komponen itu menurut Sri P.I. Subekti teridiri dari, “Komponen tujuan, isi materi, organisasi mata pela- jaran, strategi pembelajaran sarana dan

evaluasi.”11116 Pendapat yang sama juga

di-kemukakan oleh Nama Syaodih yaitu

bah-wa, “Komponen-komponen dari

anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah tu-juan, isi materi, proses atau sistem pe-nyampaian dan media, serta evaluasi. Ke-empat komponen tersebut

berkaitan erat satu sama lain.”11217 Melihat

16

Sri Purnami I. Subekti, Kurikulum (Ja- karta: Guna Widia, 1995), 20.

17

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengem- bangan Kurikulum Teori Dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 103.

56

dari beberapa penjelasan tersebut,

komponen-komponen kurikulum dapat

diuraikan sebagai berikut. Komponen Tujuan

Kurikulum adalah suatu program yang bertujuan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan dan tujuan itulah dijadi- kan arah bagi seluruh kegiatan kepen- didikan yang dijalankan. Keberhasilan pe- laksanaan program pengajaran pada suatu institusi pendidikan sangat ditentukan dari seberapa jauh pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Dalam setiap kurikulum sekolah, telah dicantumkan tujuan-tujuan pendi- dikan yang akan dicapai oleh institusi pen- didikan yang bersangkutan. Hendyat Soe- topo berpendapat, ada dua tujuan yang da- pat ditemukan dalam suatu kurikulum sekolah yaitu, “Tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah secara keseluruhan dan tujuan yang hendak dicapai oleh setiap bidang studi.”11318

Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan atau disebut dengan tu- juan institusional aalah tujuan yang men- cakup aspek, “Pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diharapkan di- miliki oleh para lulusan lembaga pendi-

dikan bersangkutan.”114 19 Tujuan yang

ingin dicapai dalam setiap bidang studi (mata pe-lajaran atau mata kuliah) yaitu penjabaran dari tujuan institusional yang meliputi tu-juan kurikuler dan tujuan instruksional yang terdapat dalam setiap

Garis Besar Program Pembelajaran

(GBPP) tiap mata kuliah. Kedua tujuan ini juga mencakup, “Aspek pengetahuan, keterampilan dan si-kap serta nilai-nilai yang diharapkan dimi-liki mahasiswa

18

Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto,

Pembinaan Dan Pembangunan Kurikulum (Jakarta: Bina Aksara, 1986), 26.

19 Ibid.

setelah mempelajari tiap mata kuliah dan

pokok bahasan dalam proses

perkuliahan.”11519

Komponen Isi Materi

Komponen isi materi kurikulum mencakup isi kurikulum dan struktur kuri- kulum. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi prog- ram dari masing-masing bidang studi atau mata kuliah. Menurut Burhan Nurgiyan- toro menyatakan bahwa, “Isi kurikulum ini meliputi jenis-jenis bidang studi yang dia- jarkan dan isi program masing-masing bi-

dang studi tersebut.”116 20 Kemudian Sri

Purnami Subekti dalam bukunya Kuri-

kulum juga menegaskan bahwa, “Isi kuri- kulum dapat berupa pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan dari setiap ma-

ta kuliah.”11721 Pada umumnya isi materi

pembelajaran telah dijabarkan pada Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) dan silabus (kontrak pembelajaran). Silabus merupakan suatu susunan garis besar prog- ram pembelajaran yang meliputi garis be- sar materi kuliah, metodologi penyajian, pengalokasian waktu penyajian, sumber bahan dan teknik penilaian yang dite- rapkan atau digunakan.

Komponen Organisasi Kurikulum Di samping tujuan dan isi materi, setiap kurikulum terdapat unsur organisasi. Organisasi kurikulum yang dimaksud ada- lah struktur program kurikulum dalam ben- tuk kerangka umum dari program-program perkuliahan yang siap disampaikan kepada peserta didik (siswa atau mahasiswa),

19 Ibid. 20

Burhan Nurgiyantoro, Dasar-Dasar Pe- ngembangan Kurikulum Sekolah (Yogyakarta: BPFE, 1998), 10.

21

Sri Purnami I. Subekti, Kurikulum (Ja- karta: Guna Widia, 1995), 20.

57 sehingga Sri Purnami Subekti lebih lanjut berpendapat bahwa, “Pengorganisasian mata pelajaran mengenal dua macam struk- tur yaitu pengorganisasian berstruktur ho-

rizontal dan berstruktur vertikal.”11822

Yang dimaksud dengan struktur kurikulum horizontal adalah pengorga- nisasian mata pelajaran secara terpisah-pi- sah antara mata kuliah atau mata pelajaran yang satu dengan mata kuliah atau mata pelajaran yang lain. Dalam struktur ini, perencanaan dan penyajian mata kuliah atau mata pelajaran dilakukan melalui be- berapa bentuk: “Penyusunan mata pela- jaran secara terpisah-pisah (separate sub- ject), kelompok-kelompok mata pelajaran (correlated), penyatuan seluruh pelajaran

(integrated).”119 23 Sedangkan struktur

kurikulum vertikal adalah penyusunan ma- ta kuliah atau mata pelajaran sesuai dengan tingkatan kelas, tingkat semester dan ting- kat pendidikan. Misalnya, mata pelajaran agama untuk kelas I, II, III, IV, V dan VI untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah, dan mata kuliah untuk semester I, II, III, IV dan seterusnya bagi tingkat pendidikan universitas atau perguruan tinggi.

Komponen Strategi

Strategi adalah cara atau tehnik yang digunakan dalam pelaksanaan penga- jaran, penilaian, pengadaan bimbingan dan konseling, pengaturan kegiatan kampus secara keseluruhan, pemilihan metode ku- liah, alat dan sumber yang digunakan. Se- mua strategi yang digunakan dalam pelak- sanaan pendidikan pada suatu lembaga pendidikan adalah untuk mencapai tujuan pendidikan yang merupakan bagian pen-

22 Ibid. 23

Burhan Nurgiyantoro, Dasar-Dasar Pe- ngembangan Kurikulum Sekolah (Yogyakarta: BPFE, 1998), 11.

ting dari tubuh kurikulum. Universitas- universitas seperti pada negara-negara maju, strategi pembelajaran atau penyajian suatu mata kuliah atau mata pelajaran sudah secara langsung termuat dalam sila- bus atau kontrak pembelajaran.

Komponen Evaluasi

Evaluasi pengajaran merupakan sa- lah satu bagian dari komponen kurikulum. Komponen evaluasi ini mencakup rencana dan cara penilaian yang ditetapkan (diren- canakan) atas pelaksanaan keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Bentuk-bentuk alat evaluasi yang biasa dimuat da-lam sebuah kurikulum adalah bentuk subjektif dan objektif. Bentuk subjektif adalah alat evaluasi yang disiapkan dalam bentuk per- tanyaan-pertanyaan dengan memakai kata- kata operasional antara lain menjelaskan, menjabarkan, menggambarkan dan menye- butkan. Bentuk objektif adalah alat eva- luasi yang disiapkan dalam bentuk pilihan berganda, menjodohkan dan benar atau sa- lah.

Tujuan Kurikulum Pendidikan Agama Kristen

Kurikulum merupakan suatu alat yang sangat memegang peranan penting bagi pencapaian tujuan pendidikan, secara khusus pendidikan agama (agama Kristen). Tujuan pendidikan agama Kristen itu sen- diri terdiri dari lima tingkatan yaitu tujuan universal (terminal), tujuan nasional, tu- juan institusi, tujuan kurikuler dan tujuan instruksional. Masing-masing tujuan di atas, tergambar dalam paparan berikut.

Tujuan Terminal

Tujuan terminal atau universal dari penyelenggaraan pendidikan dan penga- jaran agama Kristen adalah untuk melak- sanakan Amanat Agung Yesus Kristus

58 yaitu untuk menjadikan semua bangsa di dunia ini menjadi murid Kristus (Matius 28:18). Lebih lanjut B. Samuel Sidjabat mengatakan,

Sasaran akhir dari seluruh upaya kita dalam mengajarkan iman Kristen ia- lah membimbing, menuntun, member pengarahan dan dorongan bagi indi- vidu dan kelompok sedemikian rupa sehingga mereka menyadari dan menjalani panggilan hidupnya dalam kerangka menjadi murid Kristus (Mat 28:18). Jadi, sasaran atau tujuan ter- tinggi dari setiap kegiatan belajar me- ngajar yang kita kelola haruslah membawa dan mendorong peserta di- dik untuk lebih banyak mengenal

Allah.12024

Proses pemuridan ini dilakukan melalui

penginjilan, pembaptisan, pengajaran,

pembimbingan dan penyuluhan kepada semua bangsa dan suku bangsa dengan tujuan agar mereka dapat mengenal dan menerma Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, menyerahkan hidup kepada Kristus dan melakukan segala sesuatu yang

telah diperintahkan-Nya serta turut

berpartisipasi aktif dalam pelayanan dan mampu untuk bertanggung jawab atas panggilannya itu.

Tujuan Pendidikan Nasional Pendidikan Agama Kristen merupa- kan bagian integral dari pendidikan na- sional. Dalam konteks ini, tujuan pelak- sanaan pendidikan Kristen adalah untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia secara utuh. Weinata Sairin menegaskan,

24

B. Samuel Sidjabat, Menjadi Guru Profesional Sebuah Presfektif Kristen (Bandung: Kalam Hidup, 2000), 68-69.

Tujuan pendidikan Kristen di Indo-

Dalam dokumen Jurnal Mitra Sekolah Tinggi Teologi Inji (Halaman 50-61)

Dokumen terkait