BAB I PENDAHULUAN
E. Kajian Terdahulu
Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi pada Perpustakaan Utama, Repository.com dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, ada beberapa skripsi yang fokusnya sama, yaitu mengenai penerapan teori Stimulus Organism Respon (SOR) dan penelitian kualitatif, namun belum ada satupun yang mengambil objek penelitian pada ceramah Habib Bahar di youtube.
Beberapa skripsi yang menjadi referensi atau pembanding yang penulis pelajari, diantaranya adalah:
1. Skripsi yang pertama ialah karya Endah Sri Rahayu, mengenai “Ujaran Kebencian di Media Sosial (Studi Sikap Komunikasi Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga Angkatan 2012)”, yang ditulis oleh Endah Sri Rahayu, mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sikap mahasiswa terhadap ujaran kebencian di media sosial.
Perbedaan dan persamaan antara kajian terdahulu dengan apa yang menjadi judul penulis adalah mengenai objek dan
30Lihat di Fatty Faiqah, dkk, Youtube Sebagai Sarana Komunikasi bagi Komunitas Makassarvidgram, Jurnal Komunikasi KAREBA, Vol. 5, No.
2, Desember 2016, h. 259.
subjek Penelitian. Pada skripsi yang ditulis oleh Endah Sri Rahayu, yang membahas tentang “Ujaran Kebencian di Media Sosial (Studi Sikap Komunikasi Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga Angkatan 2012)”.
Pada skripsi ini sama-sama meneliti ujaran di media sosial dan menggunakan metode analisis kualitatif. Perbedaannya terletak pada objek Penelitian, objek yang penulis teliti adalah mengenai ujaran kebencian terhadap sikap mahasiswa prodi komunikasi dan penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga Angkatan 2012.
2. Skripsi yang kedua ialah karya Rizki Amalia, mengenai
“Efek Tayangan On The Spot Terhadap Pesan Media Massa Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman”, yang ditulis oleh Rizki Amalia mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawaran, tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sikap mahasiswa terhadap tayangan On The Spot terhadap pesan media massa.
Perbedaan dan persamaan antara kajian terdahulu dengan apa yang menjadi judul penulis adalah mengenai objek dan subjek Penelitian. Pada skripsi yang ditulis oleh Rizki Amalia, yang membahas tentang “Efek Tayangan On The Spot Terhadap Pesan Media Massa Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman”. Pada skripsi ini sama-sama meneliti masalah pada media sosial dan menggunakan teori efek komunikasi massa yaitu efek kognitif, efek afektif dan efek behavioral. Perbedaannya
terletak pada subjek dan objek Penelitian, objek yang penulis teliti adalah mengenai ujaran efek tayangan on the spot terhadap pesan media massa bagi mahasiswa prodi komunikasi di Universitas Mulawarman dan menggunakan metode analisis kuantitatif.
3. Skripsi yang ketiga ialah karya Meri Febriyani, mengenai “Analisis Faktor Penyebab Pelaku Melakukan Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam Media Sosial”, yang ditulis oleh Meri Febriyani, mahasiswi Jurusan Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Lampung Bandar Lampung, tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor dan penyebab pelaku melakukan ujaran kebencian di media sosial.
Perbedaan dan persamaan antara kajian terdahulu dengan apa yang menjadi judul penulis adalah mengenai objek dan subjek Penelitian. Pada skripsi yang ditulis oleh Meri Febriyani, yang membahas tentang “Analisis Faktor Penyebab Pelaku Melakukan Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam Media Sosial”. Pada skripsi ini sama-sama meneliti ujaran kebencian di media sosial konsep pembahasan dan menggunakan metode analisis isi kualitatif. Perbedaannya terletak pada subjek dan objek Penelitian, subjek dan objek yang penulis teliti adalah mengenai Analisis Faktor Penyebab Pelaku Melakukan Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam Media Sosial.
4. Skripsi yang keempat ialah karya Kiki Rizkiyah Albarikah, mengenai “Pesan Moral Dalam Film (Analisis
Isi Kualitatif Pesan Moral Dalam Film Trash)”, yang ditulis oleh Kiki Rizkiyah Albarikah, mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Informatika, Universitas Muhammadiyah Surakarta, tahun 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pesan moral dalam film Trash.
Perbedaan dan persamaan antara kajian terdahulu dengan apa yang menjadi judul penulis adalah mengenai objek dan subjek Penelitian. Pada skripsi yang ditulis oleh Kiki Rizkiyah Albarikah, yang membahas tentang “Pesan Moral Dalam Film (Analisis Isi Kualitatif Pesan Moral Dalam Film Trash)”.Pada skripsi ini sama-sama meneliti di media dan menggunakan metode penelitian analisis isi kualitatif.
Perbedaannya terletak pada objek dan subjek Penelitian, objek yang penulis teliti adalah mengenai pesan moral dalam fim Trash.
F. Sitematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan sistematis, penulis mengklarifikasikan permasalahan dalam beberapa bab yang saling berhubungan dan mengacu pada “Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sistematika penulisan pertama adalah BAB I yaitu PENDAHULUAN yang memuat latar bekalang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian terdahulu dan sistematika penulisan.
Selanjutnya BAB II yaitu TINJAUAN PUSTAKA yang memuat pengertian dan teori yang mendukung penelitian. Di dalam bab ini dibahas tentang pengertian dan teori, pengertian ujaran kebencian secara umum, pengertian ujaran kebencian secara agama islam, dan teori penyebab dan akibat mengujar kebencian.
BAB III yaitu METODOLOGI PENELITIAN, bab ini menjelaskan metode serta pendekatan penelitian yang digunakan, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data, pengelohan data dan analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN, bab ini membahas mengenai temuan hasil penelitian mengenai analisis isi ceramah Habib Bahar kepada Presiden Jokowi di media sosial youtube.
Yang terakhir BAB V yaitu PENUTUP, merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan juga saran penulis atas permasalahan yang telah diteliti.
28 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ujaran Kebencian
Ujaran kebencian merupakan ucapan atau tulisan yang dibuat seseorang dimuka umum untuk tujuan menyebar atau menyulut kebencian sebuah kelompok terhadap kelompok lain yang berbeda baik karna ras, agama, keyakinan gender, etnis kecacatan dan orientasi seksual.
Dalam era sekarang, kebebasan berpendapat sudah menjadi hak bagi setiap orang. Setiap individu dapat bebas berekspresi di media sosial. Semenjak hadirnya kebebasan di media sosial, maka mulai dikenal kata ujaran kebenciam atau hate speech di media sosial, dimana seseorang tanpa beban dapat menghina, mengejek atau membully orang yang tidak ia sukai di media sosial, bahkan sampai bisa melakukan pencemaran nama baik.
Dalam ujaran kebencian memiliki tujuh komponen sehingga seseorang dapat dikatakan telah melakukan ujaran kebencian diantaranya: pernyataan penghinaan, pencemaran nama baik, pembohongan publik, memprovokasi, penistaan, penghasutan dan kebencian.1
Kehadiran situs jejaring sosial (social networking site) atau sering disebut dengan media sosial (social media) seperti Youtube, Facebook, Twitter, Skype dan sebagainya
1Pia Khoirotun Nisa, “Sosiologi Komunikasi Massa Dalam Teori dan Praktek”, (Jakarta, 2016), h. 85.
merupakan media yang digunakan untuk mempublikasikan konten profil, aktivitas atau bahkan pendapat pengguna seperti hate speech juga sebagai media yang memberikan ruang bagi komunikasi dan interaksi dalam jejaring sosial di ruang siber.2
Dalam arti hukum, hate speech adalah perkataan, perilaku, tulisan, ataupun pertunjukam yang dilarang karena dapat memicu terjadinya tindakan kekerasan dan sikap prasangka entah dari pihak pelaku pernyataan tersebut ataupun korban dari tindakan tersebut. Website yang menggunakan atau menerapkan hate speech ini disebut hate site. Kebanyakan dari situs ini menggunakan forum internet dan berita untuk mempertegas suatu sudut pandang tertentu.
Para kritikus berpendapat bahwa istilah hate speech merupakan contoh modern dari novel Newspeak, ketika hate speech dipakai untuk memberikan kritik secara diam-diam kepada kebijakan sosial yang diimplementasikan dengan buruk dan terburu-buru seakan-akan kebijakan tersebut terlihat benar secara politik.
Menurut R. Susilo menerangkan bahwa yang dimaksud dari “menghina” adalah “menyerang kehormatan dan nama baik seseorang”. Yang terkena dampak hate speech biasanya merasa malu. 3 Menurutnya, penghinaan terhadap satu individu ada 6 macam yaitu:
2Dr. Rulli Nasrullah, M. Si, Cyber Media, (Yogyakarta: IDEA Press).
h. 43.
3R. Susilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, (Bogor: Politeia, 1983), h. 12.
1. Menista secara lisan
2. Menista dengan surat/tertulis 3. Memfitnah
4. Penghinaan ringan
5. Mengadu secara memfitnah 6. Tuduhan secara mefitnah
Semua penghinaan tersebut hanya dapat dituntut jika ada pengaduan dari individu yang terkena dampak penghinaan, kecuali kalau penghinaan tersebut dilakukan kepada seorang pegawai negeri yang sedang melakukan pekerjaannya secara sah.
Dalam arti Islam, Islam sebuah agama yang rahmatan lil alamin yang mengajarkan hubungan keTuhanan dan kemanusiaan secara baik dan benar dengan berbagai macam syarat yang ada didalamnya sebagai hukum dalam melaksanakan sesuatu agar tidak bertentangan dengan larangan agama. Kemanusiaan menuntun untuk kehidupan sosial kemasyarakatan yang sesuai dengan syariat, bertujuan untuk melindungi harkat serta martabat manusia. Setiap perilaku yang merendahkan harkat dan martabat manusia baik secara pribadi maupun sebagai anggota masyarakat tentu dilarang oleh Allah SWT.4
Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin benar-benar mengharamkan perbuatan menggunjing, mengadu domba, mematai-matai, mengumpat, mencaci maki,
4Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 60.
memanggil dengan julukan tidak baik, dan perbuatan-perbuatan sejenis yang menyentuh kehormatan atau kemuliaan manusia. Islam pun, menghinakan orang-orang yang melakukan dosa ini, juga mengancam mereka dengan janji yang pedih pada hari kiamat, dan memasukkan mereka dengan golongan orang-orang yang fasik, karena islam bukanlah agama yang mengajarkan untuk merendahkan orang lain.
Ujaran kebencian sangat erat katanya dengan menyangkut harkat dan martabat orang lain, yang berapa penghinaan biasa, fitnah/tuduhan melakukan perbuatan tertentu, berita yang terkait dengan ujaran kebencian sangat besar pengaruhnya dan sangat jauh akibatnya, karena dapat menghancurkan reputasi, keluarga, karir dan kehidupan di dalam masyarakat tentunya. Didalam Alquran Allah SWT, berfirman:
Dalam kitab Tafsir Jalalain, Imam Jalalaludin membagi tiga model karena ujaran kebencian yaitu:
a. Sukhriyyah: yaitu meremehkan atau menganggap remeh orang lain karena sebab tertentu.
b. Lamzu: yaitu menjelek-jelekkan dengan cacian atau hinaan atau dengan kejelekan orang lain.
c. Tanabuz: yaitu model cacian atau penghinaan dengan menyebut atau memanggil lawan bicara dengan sebutan yang jelek, dan sebutan yang paling buruk adalah
memanggil wahai fasik atau wahai Yahudi pada orang Islam.5
Sementara dalam pandangan al-Ghazali perbuatan yang dilakukan oleh seseorang berupa ujaran kebencian adalah menghina (merendahkan) orang lain di depan manusia atau didepam umum. 6 Sedangkan Abdul Rahman Al-Maliki membagi penghinaan menjadi tiga:
a. Al-Zammu: penisbahan sebuah perkara tertentu kepada seseorang berbentuk sindiran halus yang menyebabkan kemarahan dan pelecehan manusia.
b. Al-Qadhu: segala sesuatu yang berhubungan dengan reputasi dan harga diri tanpa menisbahkan sesyatu hal tertentu.
c. Al-Tahqir: setiap kata yang bersifat celaan atau mengindikasikan pencelaan atau pelecehan.7
B. Teori Penyebab dan Akibat Ujaran Kebencian
Teori Abdulsyani menyatakan bahwa sebab-sebab timbulnya kejahatan atau mengujar kebencian dapat dijumpai dalam berbagai faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejahatan tertentu, sehingga faktor-faktor yang dapat menimbulkan jenis kriminalis:8
1. Faktor Intern
5Imam Jalaluddin, Tafsir Jalalain, (Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2010), h. 428.
6Abdul Hamid Al-Ghazali, Ihyaul Ulumuddin, (Ciputat: Lentera hati, 2003), h. 379.
7Abdurrahman Al-Maliki, Sistem Sanksi Dalam Islam, (Bogor:
Pustaka Thariqul Izzah, 2002), h. 12.
8Abdul Syani, Sosiologi Kriminologi, hal. 44.
Faktor intern dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Faktor intern yang bersifat khusus, yaitu keadaan psikologis diri individu, antara lain sakit jiwa, daya emosional, rendahnya mental, kebingungan.
b. Faktor intern yang bersifat umum, dapat dikategorikan atas beberapa macam, yaitu umur, jenis kelamin, kedudukan individu di dalam masyarakat, pendidikan individu, masalah rekreasi atau hiburan individu.
2. Faktor Ekstern
Faktor-faktor ini berpokok pangkal pada lingkungan di luar dari diri manusia (ekstern) terutama hal yang mempunyai hubungan dengan timbulnya kejahatan.9
a. Faktor Ekonomi
Perkembangan perekonomian di abad modern, ketika tumbuh persaingan bebas, menghidupkan daya minat masyarakat dengan memasang iklan-iklan dan sebagainya. Hal ini cenderung menimbulkan keinginan-keinginan untuk memiliki barang atau uang sebanyak-banyaknya sehingga dengan demikian, seseorang mempunyai kecendrungan pula untuk mempersiapkan diri dalam berbagai cara penipuan dan sebagainya.
b. Faktor Agama
9Soejono, D, Doktrin-Doktrin Kriminologi, hal. 42.
Norma-norma yang terkandung di dalam agama semua mengajarkan kebenaran dan kebaikan, dan agama itu senantiasa baik dan membimbing manusia kearah jalan yang diharuskan, maka tidak akan berbuat hal-hal yang merugikan orang lain termasuk tindakan mengujar kebencian.
Sebaliknya, jika agama itu tidak berfungsi bagi manusia, hanya sekedar lambang saja, maka tidak berarti sama sekali, bahkan iman manusia akan menjadi lemah.
c. Faktor Bacaan
Faktor yang dapat menimbulkan kejahatan atau ujaran kebencian yaitu faktor bacaan yang buruk, porno, kriminal contohnya mulai cerita-cerita, menghina orang, gambar erotic, dan pornografi, dan yang berhubungan dengan seksm sehingga cenderung dapat memberikan dorongan terhadap perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum atau kejahatan.
d. Faktor Film (termasuk televisi)
Pengaruh film terhadap timbulnya kejahatan atau mengujar kebencian hampir sama dengan pengaruh bacaan, hanya bedanya terletak pada khayalan si pembaca atau penonton. Bacaan dapat menimbulkan khayalan secara tidak langsung tentang kejadian yang dibacanya, sedangkan
penonton dapat langsung menganalohikan dirinya pada film yang sedang ditontonnya.
Dapat dikatakan bahwa film tidak kalah besar pengaruhnya terhadap timbulnya kejahatan dibandingkan bacaan.
Adapun faktor akibat terjadinya kejahatan atau mengujar kebencian dalam media menurut teori lainnya yaitu sebagai berikut:
1. Teori Stimulus Organism Respons (SOR) Melvin De Fleur
Teori komunikasi massa yang dimengerti. Paul Lazarsfeld dan Robert Merton telah mendiskusikan kecenderungan komunikasi massa untuk memperkuat status qou ekonomi dan sosial, dan ahli teori komunikasi Joseph Klapper telah menunjukkan bahwa dampak umum komunikasi massa adalah penguatan sikap.10
Kerangka teori ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan teori yang akan dipakai sebagai suatu landasan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model teori Stimulus Organism Respons atau juga bisa disebut teori jarum hipodermik. Model ini mempunyai asumsi bahwa komponen-komponen komunikasi (komunikator, pesan dan media) yang amat perkasa dalam mempengaruhi komunikasi. Dikatakan dengan
10Werner J. Severin, james W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, & Terapan, h. 146-147
model teori jarum suntik atau stimulus organism respons karena dalam model ini dikesankan seakan-akan komunikasi disuntikkan langsung dalam jiwa komunikan. Model ini juga disebut dengan Bullet Theory (teori peluru) karena komunikan dianggap secara pasif menerima suatu pesan-pesan komunikasi.11
Teori stimulus organism respons juga memandang bahwa pesan dipersepsikan dan didistribusikan secara sistematik dan dalam skala yang luas. Pesan, karenanya tidak ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya sebagai individu, tapi sebagai sebagian dari masyarakat.
Untuk mendistribusikan pesan sebanyak mungkin, penggunaan teknologi merupakan keharusan. Sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh terpaan pesan, diasumsikan tidak akan terpengaruh oleh isi pesan.12
Asumsi dasar teori ini bahwa dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” san “why” jelasnya “how to communicate”, dalam hal ini “how to change the attitude”, bagaimana mengubah sikap komunikan.13 Untuk memahami bagaimana media (isi pesan mengenai ceramah ujaran kebencian Habib Bahar kepada Presiden
11Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, cet. 8, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000) h. 6.
12Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta:
Kencana, 2005), h. 22.
13Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos. M.Si, Sosiologi Komunikasi (Teori Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat), cet.
Ke 5 (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 281.
Jokowi di media sosial youtube) menimbulkan sikap, maka langkah pertama adalah:
a. Stimulus (isi pesan mengenai ceramah ujaran kebencian Habib Bahar kepada Presiden Jokowi di media sosial youtube) yang diberikan kepada organism (penonton) dapat diterima atau ditolak, maka proses selanjutnya terhenti. Ini berarti bahwa stimulus (isi pesan mengenai ceramah ujaran kebencian Habib Bahar kepada Presiden Jokowi di media sosial youtube) tidak efektif dalam mempengaruhi organism (penonton), maka tidak ada perhatian dari organism. Dalam hal ini stimulus (isi pesan mengenai ceramah ujaran kebencian Habib Bahar kepada Presiden Jokowi di media sosial youtube) adalah efektif dan ada reaksi.
b. Langkah berikutnya adalah jika stimulus (isi pesan mengenai ceramah ujaran kebencian Habib Bahar kepada Presiden Jokowi di media sosial youtube) telah mendapat perhatian dari organism (penonton), maka proses selanjutnya adalah mengerti terhadap stimulus (isi pesan mengenai ceramah ujaran kebencian Habib Bahar kepada Presiden Jokowi di media sosial youtube) atau correctly comprehended.
Kemampuan dari organism (penonton) inilah dapat melanjutkan proses berikutnya.
c. Langkah terakhir adalah bahwa organism (penonton) dapat menerima secara baik apa yang
telah diolah sehingga terjadi kejadian untuk perubahan sikap.14
Fokus skripsi dalam teori ini adalah pada efek pesan diantaranya:
1. Efek Kognitif
Akibat yang timbul pada diri komunikan sifatnya formatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya.
2. Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif.
Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak diharapkan dapat terus merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, benci, marah dan sebagainya.
3. Efek Beharvioral
Efek ini merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku tindakan atau kegiatan.15
14Lihat di Khalikul Bahri, Dampak Film Kartun Terhadap Tingkah Laku Anak (Studi Kasus Pada Gampong Seukeum Bambong Kecamatan Delima Kabupaten Pidie), Skripsi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, repository.ar-raniry.ac.id, 2017, h. 39.
15Warner J. Severin, “Teori Komunikasi (Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa)”, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 16.
C. Efek Penanggulangan Ujaran Kebencian
Ujaran kebencian dalam keberadaannya dirasakan sangat meresahkan, disamping itu juga kebebasan yang ditawarkan oleh media sosial membuat masyarakat semakin melupakan fungsi sebenarnya dari media sosial. Karena mereka menganggap, melakukan hal tersebut adalah salah satu kebebasan berekspresi yang disajikan oleh media sosial. Juga mengganggu ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat berupaya semaksimal mungkin untuk menanggulangi ujaran kebencian tersebut. Efek ujaran kebencian yang telah dilakukan masyarakat khususnya Habib Bahar telah menjadi kemarahan bagi masyarakat yang menonton. Berbagai program dan kegiatan telah dilakukan sambil terus menerus mencari cara paling tepat dan efektif untuk mengatasi masalah tersebut.
Ujaran kebencian adalah masalah sosial yang bisa dilakukan oleh siapapun di seluruh negara semenjak dahulu dan pada hakekatnya merupakan produk dari masyarakat sendiri. Ujaran kebencian menjadi salah satu kejahatan yang sensitif di mata Allah dan hukum bagi negara Indonesia.
Kejahatan dalam arti luar, menyangkut pelanggaran dari norma-norma yang dikenal masyarakat, seperti norma-norma agama, norma-norma hukum. Norma hukum dalam islamdan hukum dalam negara pada umumnya dirumuskan dalam kitab suci al-qur’an dan hadits dan undang-undang yang dipertanggungjawabkan oleh Allah SWT di akhirat dan aparat pemerintah untuk menegakkannya, terutama
kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Namun, karena kejahatan ujaran kebencian langsung mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat, karena setiap orang mendambakan kehidupan bermasyarakat yang tenang dan damai. Menyadari tingginya tingkat kejahatan, maka secara langsung atau tidak langsung mendorong pula perkembangan dari pemberian reaksi terhadap kejahatan yang dilakukan Habib Bahar mengujar kebencian pada hakekatnya berkaitan dengan maksud dan tujuan dari usaha efek penanggulangan kejahatan mengujar kebencian tersebut.
D. Tinjauan Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam Islam dan Media Sosial
1. Konsep-Konsep Ujaran Kebencian (menghina) kepada pemimpin dalam Ajaran Islam
Hakikatnya setiap manusia menurut ajaran islam adalah seorang pemimpin. Bagi manusia yang lahir ditakdirkan untuk saling mengenal, supaya tidak berprasangka buruk. Menjadi manusia merupakan fitrah sebagaimana yang telah diterapkan Allah dalam firman-Nya:
Yang artinya adalah “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka (kecurigaan), sesungguhnya sebagian dari prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?Tentu kamu merasa jijik.Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang”(12).“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti” (13).16
Menjadi pemimpin merupakan amanahmanusia dari Allah SWT, juga selaras sebagaimana firman Allah
Yang artinya adalah “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau.” (QS. Al-baqarah: 30)
16Lihat di Ahmad Thamyis “Konsep Pemimpin dalam Islam (Analisis
16Lihat di Ahmad Thamyis “Konsep Pemimpin dalam Islam (Analisis