• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

Kerangka teoritis merupakan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi yang dianggap relevan. 10 Membahas permasalahan dalam penelitian ini penulis mencoba mengadakan pendekatan-pendekatan menggunakan teori penyebab dan akibat terjadinya ujaran kebencian dan efek penanggulangan ujaran kebencian atau kejahatan.

3 Prof. Dr. Hamidi, M.Si. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi.

cet. 3 (Malang: UMM Press, 2010), hal.02.

Faktor-faktor ini berpokok pangkal pada lingkungan di luar dari diri manusia (ekstern) terutama hal yang mempunyai hubungan dengan timbulnya kejahatan.11

a. Faktor Ekonomi

Perkembangan perekonomian di abad modern, ketika tumbuh persaingan bebas, menghidupkan daya minat masyarakat dengan memasang iklan-iklan dan sebagainya. Hal ini cenderung menimbulkan keinginan-keinginan untuk memiliki barang atau uang sebanyak-banyaknya sehingga dengan demikian, seseorang mempunyai kecendrungan pula untuk mempersiapkan diri dalam berbagai cara penipuan dan sebagainya.

b. Faktor Agama

Norma-norma yang terkandung di dalam agama semua mengajarkan kebenaran dan kebaikan, dan agama itu senantiasa baik dan membimbing manusia kearah jalan yang diharuskan, maka tidak akan berbuat hal-hal yang merugikan orang lain termasuk tindakan mengujar kebencian. Sebaliknya, jika agama itu tidak berfungsi bagi manusia, hanya sekedar lambang saja, maka tidak berarti sama sekali, bahkan iman manusia akan menjadi lemah.

c. Faktor Bacaan

11Soejono, D, Doktrin-Doktrin Kriminologi, hal. 42.

Faktor yang dapat menimbulkan kejahatan atau ujaran kebencian yaitu faktor bacaan yang buruk, porno, kriminal contohnya mulai cerita-cerita, menghina orang, gambar erotic, dan pornografi, dan yang berhubungan dengan seksm sehingga cenderung dapat memberikan dorongan terhadap perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum atau kejahatan.

d. Faktor Film (termasuk televisi)

Pengaruh film terhadap timbulnya kejahatan atau mengujar kebencian hampir sama dengan pengaruh bacaan, hanya bedanya terletak pada khayalan si pembaca atau penonton. Bacaan dapat menimbulkan khayalan secara tidak langsung tentang kejadian yang dibacanya, sedangkan penonton dapat langsung menganalohikan dirinya pada film yang sedang ditontonnya.

2. Teori Stimulus Organism Respons (S-O-R) Melvin De Fleur

Teori komunikasi massa yang dimengerti. Paul Lazarsfeld dan Robert Merton telah mendiskusikan kecenderungan komunikasi massa untuk memperkuat status qou ekonomi dan sosial, dan ahli teori komunikasi Joseph Klapper telah menunjukkan bahwa dampak umum komunikasi massa adalah penguatan sikap.12

12Werner J. Severin, james W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, & Terapan, h. 146-147

Kerangka teori ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan teori yang akan dipakai sebagai suatu landasan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model teori Stimulus Organism Respons atau juga bisa disebut teori jarum hipodermik. Model ini mempunyai asumsi bahwa komponen-komponen komunikasi (komunikator, pesan dan media) yang amat perkasa dalam mempengaruhi komunikasi. Dikatakan dengan model teori jarum suntik atau stimulus organism respons karena dalam model ini dikesankan seakan-akan komunikasi disuntikkan langsung dalam jiwa komunikan. Model ini juga disebut dengan Bullet Theory (teori peluru) karena komunikan dianggap secara pasif menerima suatu pesan-pesan komunikasi.13

Teori stimulus organism respons juga memandang bahwa pesan dipersepsikan dan didistribusikan secara sistematik dan dalam skala yang luas. Pesan, karenanya tidak ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya sebagai individu, tapi sebagai sebagian dari masyarakat. Untuk mendistribusikan pesan sebanyak mungkin, penggunaan teknologi merupakan keharusan. Sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh terpaan pesan, diasumsikan tidak akan terpengaruh oleh isi pesan.14

13Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, cet. 8, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000) h. 6.

14Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta:

Kencana, 2005), h. 22.

Asumsi dasar teori ini bahwa dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya “how to communicate”, dalam hal ini “how to change the attitude”, bagaimana mengubah sikap komunikan. 15 Untuk memahami bagaimana media (konten pesan ceramah mengenai ujaran kebencian Habib Bahar kepada Presiden Jokowi di Youtube) menimbulkan sikap, maka langkah pertama adalah:

a. Stimulus (konten pesan dari ceramah Habib Bahar melakukan ujaran kebencian kepada Presiden Jokowi di youtube) yang diberikan kepada organism (penonton) dapat diterima atau ditolak, maka proses selanjutnya terhenti. Ini berarti bahwa stimulus (konten pesan dari ceramah Habib Bahar melakukan ujaran kebencian kepada Presiden Jokowi di youtube) tidak efektif dalam mempengaruhi organism (penonton), maka tidak ada perhatian dari organism (penonton). Dalam hal ini stimulus (konten dari ceramah Habib Bahar melakukan ujaran kebencian kepada Presiden Jokowi di youtube) adalah efektif dan ada reaksi.

b. Langkah berikutnya adalah stimulus (konten pesan dari ceramah Habib Bahar melakukan ujaran

15Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos. M.Si, Sosiologi Komunikasi (Teori Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat), cet.

Ke 5 (Jakarta: Kencana, 2006), h. 281.

kebencian kepada Presiden Jokowi di youtube) telah mendapat perhatian dari organism (penonton), maka proses selanjutnya adalah mengerti terhadap stimulus (konten pesan dari ceramah Habib Bahar melakukan ujaran kebencian kepada Presiden Jokowi di youtube) atau correctly comprehended. Kemampuan dari organism (penonton) inilah yang dapat melanjutkan proses berikutnya.

c. Langkah terakhir adalah bahwa organism (penonton) dapat menerima secara baik apa yang telah diolah sehingga terjadi kejadian untuk perubahan sikap.

Fokus penelitian dalam teori ini adalah pada efek atau akibat pesan media diantaranya:

a. Efek Kognitif

Akibat yang timbul pada diri komunikan sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan membahas tentang bagimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya.

b. Efek Afektif

Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak diharapkan dapat terus merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, benci, marah dan sebagainya.

c. Efek Beharvioral

Merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku tindakan atau kegiatan.16 3. Konseptual

a. Ujaran Kebencian

Dalam era sekarang,kebebasan berpendapat sudah menjadi hak bagi setiap orang.Setiap individu dapat bebas berekspresi di media sosial. Semenjak hadirnya kebebasan di media sosial, maka mulai dikenal kata ujaran kebencian atauhate speech di media sosial, dimana seseorang tanpa beban dapat menghina, mengejek atau membully orang yang tidak ia sukai di media sosial, bahkan sampai bisa melakukan pencemaran nama baik.Dalam ujaran kebencian memiliki tujuh komponen sehingga seseorang dapat dikatakan telah melakukan ujaran kebencian diantaranya: pernyataan penghinaan, pencemaran nama baik, pembohongan publik, memprovokasi, penistaan, penghasut dan kebencian.17

b. Media Sosial

Media merupakan salah satu hal yang tidak asing lagi di telinga masyarakat global.Hampir sebagian besar masyarakat dunia melakukan komunikasi melalui media.Dengan segala kemudahan yang ditawarkan, media menjadi suatu alat yang sangat digandrungi

16Warner J. Severin, “Teori Komunikasi (Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa)”, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 16.

17 Pia Khoirotun Nisa, “Sosiologi Komunikasi Massa Dalam Teori dan Praktek”, (Jakarta, 2016), h. 85

masyarakat untuk berkomunikasi.Definisi media sosial menurut Kaplan dan Haenlein adalah sekelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun atas dasar ideologis dan teknologi web 2.0 yang memungkinkan terjadi penciptaan dan pertukaran yang dihasilkan dari pengguna konten.18

Pengertian dari web 2.0 adalah internet generasi kedua, dimana internet generasi kedua ini lebih baik dari pada generasi pertama.Pada generasi pertama hanya digunakan untuk mencari informasi dan hanya orang-orang yang memiliki pengetahuan teknis saja yang bisa memanfaatkan potensi internet, maka digenerasi kedua ini dibuat sedemikian rupa sehingga semua orang bahkan orang awam bisa memanfaatkan internet untuk berinteraksi dan bersosialisasi.19

Sehingga dapat dikatakan bahwa media sosial merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk membuka komunikasi dua arah secara interaktif dan memberikan kesempatan untuk bertukar informasi serta ruang untuk kebebasan berekspresi.

Media sosial dapat diartikan sebagai medium di internet yang memungkinkan pengguna mempresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja

18Kaplan dan Haenlein, “Users of the Worlds,Unite!TheChallenge and opportunities of Social Media”. Bussines Horizon 2010, h.59

19 Andy Shera, Step by Step internet marketing, (Jakarta: Pt Elex Media Kompetindo), h. 119

sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial secara virtual. 20

Sehingga satu hal yang wajar ketika seseorang menjadikan media sosial sebagai tempat berekspresi dan berkarya secara bebas tanpa batasan.Meskipun banyak kesamaan antara media sosial dan media siber, namun ada perbadaan diantara keduanya.Dimana ada beberapa karakteristik dari media sosial yang tidak dimiliki oleh media siber. Berikut adalah karakteristik dari media sosial:

c. Pesan

Suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan dari pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang atau bahasa lainnya disampaikan kepada orang lain.21

Kemudian pesan ini juga bisa disampaikan secara bebas, tidak harus melalui Gatekeeper.Selain itu, penyampaian pesan di media sosial juga cenderung jauh lebih cepat daripada media lainnya.Ciri terakhir bahwa yang menentukan waktu untuk berinteraksi adalah si penerima pesan.

d. Jaringan (Network) Antar Pengguna

Media sosial memilki karakter jaringan sosial.Media sosial terbangun dari struktur sosial yang

20Rulli Nasrullah, Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 11

21Effendy, Management Information Systems, (Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 224.

terbentuk di dalam jaringan atau internet.Jaringan yang terbentuk antar pengguna merupakan jaringan yang secara teknologi dimediasi oleh perangkat teknologi, seperti komputer, telepon genggam, atau tablet.Jaringan yang dimaksud sebagai karakteristik media sosial adalah media sosial pada dasarnya terbentuk dari sistem yang berjejaring atau manusia yang saling terkoneksi dengan bantuan teknologi.22 e. Informasi

Informasi dapat dikatakan sebagai entitas penting dalam media sosial. Sebab tidak seperti media lain di internet, pengguna media sosial mengkreasikan representasi identitasnya, memproduksi konten, dan melakukan informasi berdasarkan informasi. Bahkan informasi menjadi semacam komoditas dalam masyarakat informasi.Informasi diproduksi, dipertukarkan, dan dikonsumsi yang menjadikan suatu informasi tersebut bernilai.23

f. Arsip

Bagi pengguna maedia sosial, arsip menjadi sebuah karakter yang menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan dan bisa diakses kapanpun dan melalui perangkat apapun arsip juga merupakan salah satu

22Lihat di Jalu Aji Pamungkas, Tindak Pidana Ujaran Kebencian di Media Sosial (Analisis Putusan PN Jakarta Selatan No. 820/Pid.Sus/2017/PN Jkt-Sel), repository.Uinjkt.ac.id, h. 30.

23Lihat di Neng Dewi Kurnia, dkk, Hubungan Pemanfaatan Media Sosial Instagram dengan Kemampuan Literasi Media di UPT Perpustakaan ITENAS. Tahun 8, Vol. 8, No. 1, Mei 2018, h. 4.

kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial.

Dengan mudahnya seseorang yang menyimpan data di media sosial, dapat mengunggahnya lagi atau melihatnya lagi kapan saja. Setiap informasi yang diunggah tidak akan hilang begitu saja saat pergantian hari, bulan maupun tahun.24

g. Interaksi

Secara sederhana, interaksi yang terjadi di media sosial minimal berbentuk saling mengomentari atau memberikan tanda tanda yang ada di media sosial.

Seperti halnya ketika kita melihat seseorang mengunggah foto, kita bisa berinteraksi dengan orang tersebut dengan cara memberikan like ataupun komentar. 25

h. Simulasi Sosial

Dalam pemahaman simulasi, dapat dilihat dari karya Jean Boudrillard yang membahas mengenai.

Boudrillard mengungkapkan makna simulasi bahwa kesadaran akan yang real di benak khalayak semakin berkurang dan tergantukan dengan realitas semu. Hal tersebut disebabkan oleh adanya imaji yang disajikan media secara terus menerus. Khalayak seolah tidak

24Zulfikri Amsyah, Manajemen Kearsipan, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2003), h. 5.

25Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005), h. 23.

dapat membedakan antara yang nyata dan yang ada di layar kaca.26

i. Konten Oleh Pengguna

Hal yang menjadi basis dari media sosial adalah kekayaan informasi, karena setiap individu berhak mengunggah informasi apapun. Oleh karena itulah term ini menunjukkan bahwa setiap konten di media sosial sepenuhnya milik dan berdasarkan kontribusi masing-masing individu atau pemilik akun.27

j. Penyebaran

Penyebaran merupakan karakter lainnya dari media sosial. Medium ini tidak hanya menghasilkan konten yang dibangun dari dan dikonsumsi oleh penggunanya, tetapi juga didistribusikan sekaligus dikembangkan oleh penggunanya. Praktik ini menunjukkan bahwa khalyak aktif menyebarkan konten sekaligus mengembangkannya.

k. Level Realitas di Media Sosial

Sebuah realitas yang terjadi di media sosial bisa dilihat melalui dua konsep, yakni konten dan bentuk (form) media sosial. Menurut Taylor dan Every sebuah aksi dari komunikasi dan interaksi yang terjadi di

26Lihat di Neng Dewi Kurnia, dkk, Hubungan Pemanfaatan Media Sosial Instagram dengan Kemampuan Literasi Media di UPT Perpustakaan ITENAS. Tahun 8, Vol. 8, No. 1, Mei 2018, h. 4.

27Lihat di Neng Dewi Kurnia, dkk, Hubungan Pemanfaatan Media Sosial Instagram dengan Kemampuan Literasi Media di UPT Perpustakaan ITENAS. Tahun 8, Vol. 8, No. 1, Mei 2018, h. 5.

internet harus dilihat pula dari apa yang membawa (site) komunikasi itu dan apa yang tampak dari yang disampaikan. Berdasarkan hal tersebut, realitas sosial di media siber yang ada di media sosial bisa dibagi ke dalam dua kerangka besar, yakni level mikro maupun makro. Level mikro berada dan merujuk pada teks yang dikonstruksi oleh pengguna, sedangkan level makro merujuk pada konteks yang mengelilingi teks.28

Ada empat level dalam realitas sosial siber di media sosial. Level-level ini bisa juga digunakan sebagai panduan dalam meneliti realitas dan hubungannya antara online-offline.29 Level-level tersebut antara lain:

a) Ruang Media (Media Space) b) Dokumen Media (Media Archive) c) Level Objek Media (Media Object) d) Level pengalaman (Experiential Stories) l. Youtube

Youtube merupakan sebuah website yang memfasilitasi penggunanya untuk berbagi video yang mereka miliki, atau sebatas menikmati berbagai video klip yang diunggah oleh berbagai pihak. Terdapat berbagai macam video yang dapat diunggah ke situs ini, seperti

28Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 59.

29Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 60.

misalnya video edukasi, film pendek, trailer film dan masih banyak lagi.30

Dokumen terkait