• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pemahaman Konsep

Pemahaman adalah ketika seseorang dapat mengerti sesuatu yang sedang dipelajari atau diamati. Pemahaman menurut Bloom dalam Ahmad Susanto (2013: 6) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang sering ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.

Rosser dalam Syaiful Sagala (2014: 73) menyatakan bahwa “konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama”. Konsep ini merupakan suatu hal yang abstrak untuk mewakili suatu keadaan ataupun kejadian. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman yang di abstraksi.

Sedangkan menurut Dorothy J. Skeel dalam Ahmad Susanto (2016: 8) “konsep merupakan suatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian”. Berarti konsep merupakan suatu yang telah melekat di dalam hati dan pikiran seseorang sebagai suatu

gagasan atau pengertian. Jadi, konsep adalah suatu abstraksi yang melekat dalam hati dan pikiran yang mewakili satu kelas objek-objek, suatu pengertian atau hubungan- hubungan yang mempunyai atribut yang sama.

Hamzah B. Uno dalam Finanda Rizki Sahati (2015) “pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan oleh siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat”. Maka dari itu siswa harus memiliki kemampuan pemahaman konsep yang baik. Agar siswa mampu memahami setiap konsep dalam materi pembelajaran dan mampu mengungkapkan kembali konsep tersebut. Sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kompetensi siswa dalam memahami berbagai konsep dalam pembelajaran matematika dan mampu mengemukakan kembali konsep tersebut dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti dengan bahasanya sendiri serta mampu mengaplikasikan konsep tersebut. Keberhasilan pembelajaran matematika tidak terlepas dari kemampuan pemahaman konsep. Dalam pembelajaran matematika sebagai prasyarat memahami konsep adalah memahami materi sebelumnya. Jika siswa memahami konsep, maka siswa mampu mengemukakan kembali konsep tersebut dengan bahasanya sendiri. Pemahaman konsep merupakan salah satu indikator penting yang harus dikuasai siswa untuk mempelajari materi selanjutnya.

Sebagai indikator bahwa siswa dapat dikatakan paham terhadap konsep matematika, menurut Salimi dalam Ahmad Susanto (2015: 209) sebagai berikut.

a. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan b. Membuat contoh dan noncontoh penyangkal

c. Mempresentasikan suatu konsep dengan model, diagram, dan simbol

d. Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lain e. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep

f. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat-syarat yang menentukan suatu konsep

g. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep

Kilpatrik, dkk dalam Lestari & Yudhanegara (2016: 83) pemahaman konsep ialah kemampuan berkenaan dengan memahami ide-ide matematika yang menyeluruh dan fungsional. Indikator pemahaman konsep yaitu:

a. Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari;

b. Mengklasifikasikan objek- objek berdasarkan konsep matematika c. Menerapkan konsep secara algoritma

d. Memberikan contoh atau kontra contoh dari konsep yang dipelajari

e. Menyajikan konsep dalam berbagai representasi

f. Mengaitkan berbagai konsep matematika secara internal atau eksternal

Dalam penelitian ini, indikator kemampuan pemahaman konsep yang akan digunakan, antara lain:

a. Menyatakan ulang sebuah konsep: menyatakan kembali konsep yang dipelajari menurut bahasa siswa;

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya): siswa belajar suatu materi dimana siswa mampu

mengelompokkan suatu objek dari materi tersebut dengan sifat-sifat yang ada pada konsep;

c. Membuat contoh dan non-contoh penyangkal: siswa dapat mengerti suatu contoh yang benar dari suatu materi dan dapat mengerti mana contoh yang kurang tepat.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis: menyajikan konsep kedalam bentuk matematis, diagram, dan tabel; e. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi

tertentu: siswa mampu menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan langkah-langkah yang benar.

2. Komunikasi Matematis

Komunikasi merupakan pesan yang disampaikan oleh seseorang melalui media ke orang lain dan terjadi timbal balik. Menurut Ahmad Susanto (2016: 213) “Komunikasi, secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan ke penerima pesan untuk memberitahu, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media”. Adapun komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa dialog atau saling berhubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan, dan pesan yang dialihkan berisikan tentang materi matematika yang dipelajari siswa. Cara pengalihan pesan dapat secara lisan maupun tertulis.

Kramarski dalam Ansari (2016: 15) menyebutkan “komunikasi matematik sebagai penjelasan verbal dari penalaran matematik yang

diukur melalui tiga dimensi yaitu kebenaran (correctness), kelancaran dalam memberikan bermacam-macam jawaban benar dan representasi matematik, dalam bentuk formal, visual, persamaan aljabar, dan diagram”. Dalam pembelajaran matematika kemampuan komunikasi perlu ditumbuhkembangkan pada siswa. Karena melalui komunikasi yang baik dapat mengkondisikan siswa untuk memperoleh informasi yang diperlukan.

Sullivan & Mousley dalam Ansari (2016: 16) mempertegas bahwa “komunikasi matematik bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas lagi yaitu kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan, klarifikasi, bekerja sama (sharing), menulis, dan akhirnya melaporkan”. Komunikasi matematis yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan komunikasi tertulis dan kemampuan komunikasi lisan. Komunikasi tertulis siswa mampu menyatakan ide atau konsep dalam bentuk tulisan, sedangkan komunikasi matematis lisan siswa mampu mempresentasikan ide atau konsep.

Matematika sebagai alat komunikasi merupakan pengembangan bahasa dan simbol untuk mengkomunikasikan ide matematik, sebagaimana dikemukakan oleh NCTM dalam Ansari (2016: 14) sebagai berikut:

a. Mengungkapkan dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematik dan hubungannya,

b. Merumuskan definisi matematik dan membuat generalisasi yang diperoleh melalui investigasi (penemuan),

c. Mengungkapkan ide matematik secara lisan dan tulisan, d. Membaca wacana matematika dengan pemahaman,

e. Menjelaskan dan mengajukan serta memperluas pertanyaan terhadap matematika yang telah dipelajarinya, dan

f. Menghargai keindahan dan kekuatan notasi matematik, serta perannya dalam mengembangkan ide/gagasan matematik.

Lestari & Yudhanegara (2016: 81) “kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan menyampaikan gagasan atau ide matematis, baik secara lisan maupun tulisan serta kemampuan memahami dan menerima gagasan atau ide orang lain secara cermat , analitis, kritis, dan evaluative untuk mempertajam pemahman”. Menurut Lestari & Yudhanegara (2016: 81) indikator kemampuan komunikasi matematis di antaranya:

a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika.

b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, dengan benda, gambar, grafik, dan aljabar.

c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa matematika. d. Mendengarkan, diskusi, dan menulis tentang matematika.

e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.

f. Menyusun pertanyaan matematika yang relevan dengan situasi masalah.

g. Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi.

Berdasarkan teori di atas tentang komunikasi matematis, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi matematis siswa adalah suatu kegiatan dialog, menjelaskan, menggambarkan, mendengarkan, menanyakan, klarifikasi, bekerja sama, dan menulis tentang materi matematika yang dipelajari siswa. Komunikasi matematis merupakan aspek dasar matematika yang sangat diperlukan agar siswa mampu mengkomunikasikan pemikirannya dengan baik dengan guru maupun

siswa lainnya. Adapun indikator kemampuan komunikasi matematis yang akan digunakan peneliti untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa adalah sebagai berikut :

a. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, dengan benda, gambar, grafik, dan aljabar.

b. Menjelaskan dan mengajukan serta memperluas pertanyaan terhadap matematika yang telah dipelajarinya.

c. Merumuskan definisi matematik dan membuat generalisasi yang diperoleh melalui investigasi (penemuan).

d. Mengungkapkan dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematik dan hubungannya.

3. Model Pembelajaran IMPROVE a. Pengertian

Aris Sohimin (2014: 83) “model pembelajaran IMPROVE merupakan singkatan dari Introducing the new concept, Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulties, Obtaining Mastery, Verification, and Enrichment”. Model ini memiliki tiga komponen independen, yaitu aktivitas metakognitif, interaksi dengan teman sebaya, dan kegiatan sistematik dari umpan-balik-perbaikan-pengayaan.

b. Langkah-langkah

Aris Sohimin (2014: 83) langkah-langkah model pembelajaran IMPROVE dijabarkan melalui tujuh tahapan sebagai berikut:

1) Introducing the new concept. Guru memberikan konsep baru

melalui pertanyaan-pertanyaan yang membangun

pengetahuan siswa.

2) Metacognitive questioning. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan metakognitif kepada siswa terkait materi.

3) Practicing. Siswa berlatih memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru.

4) Reviewing and reducing difficulties. Guru memberikan review terhadap kesalahan-kesalahan yang dihadapi siswa pada saat latihan.

5) Obtaining Mastery. Melakukan tes pada pertemuan berikutnya untuk mengetahui penguasaan materi siswa. 6) Verification. Melakuka verifikasi untuk mengetahui siswa

mana yang mencapai batas kelulusan dan siswa mana yang belum mencapai batas kelulusan.

7) Enrichment. Pengayaan terhadap siswa yang belum mencapai batas kelulusan.

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran IMPROVE, langkah-langkah pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1) Guru membimbing siswa menemukan suatu konsep dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada penemuan suatu konsep.

2) Guru menggunakan pertanyaan tipe metakognisi agar siswa menemukan suatu konsep baru secara mandiri.

3) Guru memberikan latihan kepada siswa secara individu dan siswa berlatih menjawab pertanyaan metakognisi dalam menyelesaikan soal.

4) Guru melakukan pengulasan atau pembahasan terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sewaktu memahami materi atau menjawab soal-soal.

5) Guru memberikan tes untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa. 6) Guru mengevaluasi dan mengidentifikasi siswa yang menguasai

materi dan siswa yang belum menguasai materi dengan melihat hasil tes yang telah diberikan pada tahap sebelumnya.

7) Guru memberikan respon terhadap hasil verifikasi yaitu dengan sehingga memberikan soal pengayaan kepada siswa.

c. Kelebihan dan kekurangan

Adapun kelebihan dan kekurangan penggunaan model pembelajaran IMPROVE menurut Aris Shoimin (2014: 84) adalah

1) Kelebihan

a) Peserta didik lebih aktif karena terdapat latihan-latihan sehingga leluasa untuk mengeksploitasi ide-idenya.

b) Suasana pembelajaran tidak membosankan karena banyak tahapan yang dilakukan peserta didik.

c) Adanya penjelasan di awal dan latihan-latihan membuat peserta didik lebih memahami materi.

2) Kekurangan

a) Guru harus mempunyai strategi khusus agar semua peserta didik dapat mengikuti langkah-langkah yang ada dalam model pembelajaran ini.

b) Kemampuan peserta didik tidak sama dalam menyelesaikan permasalahan ataupun menjawab pertanyaan yang diberikan sehingga diperlukan bantuan dan bimbingan khusus oleh guru.

c) Tidak semua peserta didik mempunyai kemampuan dalam mencatat informasi yang didengarkan secara lisan.

B. Tinjuan Pustaka

Suatu penelitian akan lebih akurat jika berorientasi pada pengalaman penelitian yang serupa dengan penelitian tersebut. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dikemukakan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran IMPROVE dan

variabel yang ditingkatkan adalah pemahaman konsep dan komunikasi matematis.

Yuli Suryanto (2014) melakukan penelitian tentang “Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Dan Komunikasi Belajar Matematika Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Concept Mapping Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 03 Colomadu”, jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, menyatakan ada peningkatan pemahman konsep dan komunikasi matematis siswa pada siklus II. Pada pemahaman konsep belajar matematika siswa terjadi peningkatan setelah diterapkannya strategi pembelajaran Concept Mapping. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sesuai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Kemampuan siswa memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep ada 5 siswa setelah tindakan putaran II ada 20 siswa. Kemampuan siswa dalam menuliskan rumus dengan tepat ada 7 siswa setelah tindakan putaran II ada 25 siswa. Kemampuan siswa dalam mengaplikasikan rumus dengan tepat ada 6 siswa setelah tindakan putaran II ada 25 siswa. Dari penelitian ini peneliti terinspirasi untuk melakukan penelitian tentang variabel pemahaman konsep.

Sedangkan pada komunikasi matematis siswa terjadi peningkatan setelah diterapkannya strategi pembelajaran Concept Mapping. Kemampuan siswa dalam mengemukakan ide matematika dengan berbicara ada 5 siswa setelah tindakan putaran II ada 24. Kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasan melalui symbol, tabel, diagram atau gambar ada 6 siswa setelah tindakan putaran II ada 22 siswa dengan kategori baik, pada komunikasi

matematis tertulis terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 15,92% dengan kategori baik. Dari penelitian ini peneliti terinspirasi untuk melakukan penelitian tentang variabel komunikasi matematis.

Syelfia Dewimarni (2017) melakukan penelitian tentang “Kemampuan Komunikasi Dan Pemahaman Konsep Aljabar Linier Mahasiswa Universitas Putra Indonesia „YPTK‟ Padang”. Bentuk penelitian Syelfia adalah penelitian deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa untuk kemampuan komunikasi 63,58% mahasiswa secara keseluruhan, 50,05% mahasiswa yang berkemampuan tinggi, dan 50% mahasiswa berkemampuan rendah mampu membuat sajian visual atau gambar untuk memperjelas permasalahan dan memfasilitasi penyelesaiannya. Untuk pemahaman konsep mahasiswa secara keseluruhan 65,44%, mahasiswa yang berkemampuan tinggi 81,34%, mahasiswa berkemampuan rendah 46,29% mempunyai pemahaman konsep mampu menjelaskan konsep dengan benar dan menggunakan konsep dengan benar. Dari penelitian ini peneiti terinspirasi untuk melakukan penelitian tentang variabel pemahaman konsep.

Hawa Liberna (2012) melakukan penelitian tentang “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Penggunaan Metode Improve Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Di Kelas VIII SMPN 248 Jakarta”. Penelitian Hawa Liberna adalah penelitian quasi eksperimen. Hasil dari penelitian Hawa Liberna diperoleh nilai thitung adalah 4.554 dan taraf nyata 0.05 diperoleh nilai ttabel adalah 1.665 maka thitung lebih besar dari ttabel. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan metode improve

lebih baik dengan metode konvensional. Dari penelitian ini peneliti terinspirasi menggunakan metode improve untuk meningkatkan pemahman konsep dan komunikasi matematis siswa.

C. Kerangka Berpikir

Untuk meningkatkan prestasi belajar matematika yang baik salah satunya dengan meningkatkan pemahaman konsep dan komunikasi matematis. Dalam pemahaman konsep tidak terlepas dari komunikasi matematis, karena pemahaman konsep secara individu maupun berkelompok digunakan komunikasi matematis untuk memaparkan hasil pemahaman konsep baik secara lisan maupun tertulis. Dalam berkomunikasi akan terjadi pertukaran ide dan pemikiran antarsiswa. Hal ini akan memberikan kesempatan siswa untuk membangun pemahaman konsep dan menghindari kesalahan konsep siswa dalam pembelajaran matematika. Percakapan antarsiswa dan guru juga akan mendorong atau memperkuat pemahaman yang mendalam akan konsep-konsep matematika.

Indikator pemahaman konsep yaitu menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasikan objek-objek, memberi contoh dan non-contoh penyangkal dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah. Sedangkan indikator komunikasi matematis yaitu mengungkapkan ide matematik secara lisan dan tulisan, menjelaskan dan mengajukan serta memperluas pertanyaan terhadap matematika yang telah dipelajarinya,

merumuskan definisi matematik dan membuat generalisasi yang diperoleh melalui investigasi (penemuan), mengungkapkan dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematik dan hubungannya.

Berdasarkan indikator di atas, untuk meningkatkan pemahaman konsep dan komunikasi matematis maka diperlukan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran IMPROVE adalah salah satu model pembelajaran yang mendorong siswa dapat menemukan sendiri suatu konsep. Siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada penemuan suatu konsep, dengan ini diharapkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep dapat bertahan lebih lama karena siswa turut aktif menemukan dan memahami konsep baru. Merumuskan definsi dan membuat generalisasi yang diperoleh melalui investigasi (penemuan). Kemudian melakukan pengulasan atau pembahasan terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sewaktu memahami materi atau menjawab soal-soal, hal ini dapat dilakukan dengan diskusi kelas.

Model pembelajaran ini memiliki kelebihan yaitu Peserta didik lebih aktif karena terdapat latihan-latihan sehingga leluasa untuk mengeksploitasi ide-idenya, suasana pembelajaran tidak membosankan karena banyak tahapan yang dilakukan peserta didik dan adanya penjelasan di awal dan latihan-latihan membuat peserta didik lebih memahami materi. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran IMPROVE siswa ikut terlibat aktif dalam pembelajaran matematika. Dengan demikian pemahaman konsep dan komunikasi matematis meningkat. Adanya peningkatan pemahaman konsep

Gambar 2.Bagan Kerangka Berpikir

dan komunikasi matematis maka diharapkan prestasi belajar siswa juga akan meningkat.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka, pendapat para ahli dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini yaitu.

1. Penerapan model pembelajaran IMPROVE dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada kelas VIII D MTs Negeri Loano tahun pelajaran 2017/2018.

2. Penerapan model pembelajaran IMPROVE dapat meningkatkan komunikasi matematis siswa pada kelas VIII D MTs Negeri Loano tahun pelajaran 2017/2018.

Dokumen terkait