• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.8. Kalium Klorida

Elektrolit dalam tubuh adalah substansi yang membawa muatan positif (kation) atau muatan negatif (anion). Fungsi dari kation adalah mentransmisi impuls saraf ke otot dan kontraksi dari otot-otot rangka dan polos. Kation dari

elektrolit paling banyak terdapat dalam sel (kalium, magnesium, dan sebagian kalsium), dalam cairan ekstraselular (CES) yang terdapat pembuluh darah dan ruang antar jaringan (natrium dan sebagian kalsium), dan dalam saluran

gastrointestinal. Dimana anion akan berdampingan dengan kation (Kee, Joycee L, 1996).

Kadar normal dalam plasma atau serum untuk kalium adalah 3,5 -5,3 mEq/L. Keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5mEq/L disebut hipokalemia, dan kadar kalium serum lebih besar dari 3,5 mEq/L disebut hiperkalemia. Terlalu sedikit kalium (dibawah 2,5 mEq) atau terlalu banyak kalium (hiperkalemia) diatas 7,0 mEq/L dapat menimbulkan henti jantung. Masukkan kalium yang dianjurkan adalah dianjurkan adalah 40-60 mEq/L setiap hari didapatkan dari makanan seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, atau dalam bentuk suplemen kalium.

Larutan Kalium klorida (KCl) pekat dan kalium kuat lainnya. Tindakan pencegahan harus diterapkan dalam konsentrasi kalium klorida yaitu :

a. 10% (1 gram kalium dalam 10 ml) b. 15% (1,5 gram kalium dalam 10 ml)

c. 20% (1 gram kalium dalam 5 ml) dalam ampul dan vial. (Cohn JN,2000)

Area perawatan yang menggunakan kalium klorida adalah Unit perawatan intensif, unit perawatan ketergantungan yang tinggi, unit perawatan jantung, lainnya, area khusus perawatan kritis khusus seperti unit ginjal, jantung, neonatal, unit perawatan intensif dan beberapa kecelakaan dan keadaan darurat (Cohn JN, 2000).

Fungsi kalium penting dalam transmisi dan konduksi impuls-impuls saraf dan untuk kontraksi otot rangka, otot jantung, otot polos. Kalium juga diperlukan untuk kerja enzim dalam mengubah karbohidrat menjadi energi (glikolisis) dan asam amino menjadi protein. Kalium meningkatkan penyimpanan glikogen (energi) dalam sel-sel hati. Kalium juga mengatur osmolalitas (konsentrasi solut) dari cairan selular (Cohn JN, 2000).

Monografi Kalium Klorida

Nama dagang : injeksi kalium klorida terkonsentrat, kalium klorida pekat steril.

Golongan obat : elektrolit (suplemen kalium)

Kekuatan sediaan : ampul mengandung 0,75g/10 ml (10 mmol/10 ml), 1g/4ml (13,4 mmol/4 ml), 1g/10ml (13,4 mmol/10ml), 1,5 g/10 ml (20 mmol/10 ml), 2 g/10 ml (26,8 mmol/10 ml).

Kekuatan kantung infus kalium premix antara 10-40 mmol dalam 500-1000 ml dalam cairan yang sesuai.

Isotonis kantung infus KCL premix termasuk :

a. 10 mmol KCL dalam 100 ml NaCL 0,26% b. 30 mmol KCL dalam 500 ml NaCL 0,53% c. 40 mmol KCL dalam 1 L NaCL 0,584% Dosis yang menyebabkan kematian 25 mEq.

PH : 4-8

Administrasi : injeksi IM : tidak direkomendasikan

Injeksi subkutan : tidak direkomendasikan

Injeksi IV : kontraindikasi (harus dilarutkan jika akan diberikan)

Infus IV : ampul harus dilarutkan dengan larutan yang kompatibel melalui IV. Pencampuran harus berhati-hati dan harus dilakukan pengenceran terlebih dahulu.

Pada pasien yang memiliki serum dibawah 2,5 mmol/L maka kecepatan infus tidak boleh melebihi 10 mmol/jam.

Pada pasien hipokalemia berat kecepatan infus tidak boleh melebihi 20 mmol/jam.

Untuk bayi dan anak-anak : melalui vena perifer dan vena sentral konsentrasi yang digunakan 60 mmol/L. Stabilitas : Larutan premix KCL : stabil 24 jam dalam cairan infus

Kompatibilitas : Cairan kompatibel : glukosa 5%,glukosa 10%,larutan glukosa dan natrium klorida,Ringer,NaCL 0,45%,NaCL 0,9%.

Obat yang kompatibel : aminophiline, amiodarone, kalsium glukonat, cefepime, ceftazidine, kloramfenikol, klindamisin, ciprofloksasin.

Inkompatibilitas : Cairan inkompatibel : mannitol

Obat inkompatibel : amoksilin, amfoterisin B, azitromisin, benzilpenisilin, klorpromazine.

Produsen : PT.Otsuka Indonesia, PT.Abbott, PT.Fahrenheit, PT.Widatra Bhakti, PT.Sanbe Farma (ISO,2012).

( The Australian Council for Safety and Quality, 2003)

2.8.2. Hipokalemia

Hipokalemia merupakan kejadian yang sering dijumpai. Penyebab hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut (Unit Pendidikan Kedokteran- Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007) :

1) Asupan Kalium Kurang

Asupan kalium normal berkisar antara 40-120 mEq per hari. Hipokalemia akibat asupan kalium kurang biasanya disertai oleh masalah lain misalnya pada pemberian diuretik atau pemberian diet rendah kalori pada program menurunkan berat badan (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

2) Pengeluaran Kalium Berlebihan

Pengeluaran kalium berlebihan terjadi melalui saluran cerna, ginjal atau keringat. Pada saluran cerna bawah (diare, pemakaian pencahar), kalium keluar bersama bikarbonat (asidosis metabolik). Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui ginjal dapat terjadi pada pemakaian diuretik. Pengeluaran kalium berlebihan melalui keringat dapat terjadi bila dilakukan latihan berat pada lingkungan yang panas sehingga produksi keringat mencapai 10 L (Unit Pendidikan Kedokteran- Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007). 3) Kalium Masuk ke Dalam Sel

Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel, pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta-adrenergik, paralisis periodik hipokalemik, hipotermia. Defisit ion kalium tergantung pada lamanya kontak dengan penyebab dan konsentrasi ion kalium serum (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

Tanda-tanda dan gejala yang terjadi pada hipokalemia yaitu keletihan, kelemahan otot, kram kaki, otot lembek atau kendur, mual, muntah, ileus, parestesia, peningkatan efek digitalis, penurunan konsentrasi urin (Horne, 2001).

Setiap sel-sel mengalami kerusakkan karena trauma, cedera, pembedahan, atau syok, kalium akan keluar dari sel ke dalam cairan intravaskular dan diekskresikan oleh ginjal. Dengan hilangnya kalium dari sel, kalium akan pindah dari plasma ke dalam sel untuk memulihkan keseimbangan kalium selular. Jika ginjal tidak bekerja atau terserang penyakit kalium akan menumpuk di dalam cairan intravaskulardan terjadi hiperkalemia. Jika kadar kalium serum diantara 3,0-3,5 mEq/L, 100-200 mEq/L kalium klorida (KCL) diperlukan untuk meningkatkan kadar kalium serum sebanyak 1 mEq ( 3,0-4,0 mEq/L). Namun, kalium klorida tidak dapat dengan cepat memperbaiki kekurangan kalium yang berat (Cohn JN, 2000).

Kalium dapat diberikan secara oral atau intravena dan digabung dengan suatu anion seperti klorida atau bikarbonat. Kalium oral dapat diberikan dalam bentuk cair, bubuk, atau tablet. Kalium dapat mengiritasi lambung dan usus halus sehingga harus diberikan dengan sedikitnya setengah gelas cairan (sari buah-buahan atau air) dan akan lebih baik dengan segelas air (Singer GC, 1998).

Kalium intravena harus diencerkan dalam cairan karena tidak dapat diberikan sebagai obat IV yang disuntikkan atau berupa bolus IV.

Tabel 3. Sedian Farmasi Larutan Kalium Klorida

Preparat Obat

Cairan oral Kalium kloria 10% = 20 mEq/15 ml,

20% = 40 mEq/ 15 ml. Kay Ciel (kalium klorida), Kaochlor 10% (kalium klorida), Kaon-Cl 20% (kalium klorida), Potassium Triplex (kalium asetat, bikarbonat sitrat)

jarang dipakai.

Tablet/Kapsul oral Kalium klorida (tablet enteric-coated), Kaon CL ( kalium klorida), Slow K (kalium klorida 8 mEq), K-lyte- CL (tablet effervescent), kdur, microtab.

Kalium intravena Kalium klorida dalam cairan jernih dalam vial multidosis / ampul

(2 mEq/L). (Kee, Joycee L, 1996)

Tanda-tanda dan gejala hipokalemia adalah mual dan muntah, aritmia, perut kembung dan otot yang kendur. Obat-obat tertentu menambah kehilangan kalium seperti diuretik yang membuang kalium yaitu hidroklorotiazid (Hydrodiuril), furosemid (Lasix), asam etakrinat (Edecrin), dan preparat kortison. Pasien yang menerima obat-obatan tersebut harus menambah masukan kalium dengan makanan yang kaya akan kalium atau suplemen kalium. (Singer GC, 1998).

2.8.3. Interaksi Obat Lain Dengan Kalium Klorida

Tabel 4. Interaksi Obat Lain Dengan Kalium Klorida

Nama Obat Efek

ACE Inhibitor garam kalium meningkatkan efek

hiperkalemi dari ACE inhibitor.

Angiotensin II Reseptor Bloker garam kalium meningkatkan efek hiperkalemi dari Angiotensin II Reseptor Bloker.

Antikolinergik dapat meningkatkan efek ulserogenik dari kalium klorida.

Eplerenone dapat meningkatkan efek dari garam kalium.

Diuretik hemat kalium um dapat meningkatkan efek hiperkalemia dari diuretik hemat kalium.

2.8.4. Pedoman Umum Penggunaan Kalium

1. terapi harus dilengkapi dengan konsumsi makanan dari makanan kaya kalium

2. individu pada diet natrium terbatas sudah dianjurkan untuk menerima suplementasi kalium

3. individu rawan mual, muntah, diare, bulimia, atau diuretik / pencahar penyalahgunaan sudah dianjurkan untuk menerima suplemen kalium. 4. untuk mengisi kalium, mengelola dosis moderat dari kalium atas beberapa

hari sampai minggu

5. untuk lebih akurat penilaian total kalium tubuh, harus diukur ekskresi kalium 24 jam dalam pasien berisiko tinggi

6. meningkatkan kepatuhan pasien dengan mengembangkan rejimen dosis yang aman

7. meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan dosis rejimen seperti formulasi mikroenkapsulasi, yang menurunkan pencernaan yang merugikan efek tidak diinginkan

8. dosis kalium pada umumnya untuk pencegahan hypokalemia adalah 20 meq / hari dan biasa pengobatan dosis adalah 40 sampai rp100 meq per hari.

(Schultz NJ, 1999).

2.9. Penyimpanan, Pelabelan , Peresepan, Pencampuran, dan Pemberian Kalium

Dokumen terkait