BAB III PERSEBARAN KAMPUNG-KAMPUNG DI KOTA
C. Kampung-kampung Lainnya
Purbayan. Pada masa lalu Kampung Purbayan merupakan tempat
kediaman Pangeran Purubaya, putera Penembahan Senopati.
Trunajayan. Dahulu Kampung Trunajayan ini merupakan tempat
kediaman dari Pangeran Trunajaya.
Samakan. Kampung Samakan tersebut pada tempo dulu merupakan
tempat permukiman penduduk yang pekerjaannya menyamak kulit.
Lor Pasar. Dahulu Kampung Lor Pasar ini merupakan tempat yang
terkait dengan keberadaan kediaman Mas Ngabehi Loring Pasar, putra Pemanahan yang bertempat tinggal di sebelah utara pasar (lor ing pasar).
Jagaragan. Kampung Jagaragan dulunya merupakan tempat
kediaman Pangeran Jagaraga, putera Panembahan Senopati.
Prenggan. Kampung Prenggan merupakan tempat bermukim
Pangeran Pringgalaya, seorang putra Panembahan Senopati.
Pandheyan. Kampung Pandheyan merupakan tempat bermukim
orang-orang yang pada masa Kerajaan Mataram melayani pembuatan perkakas dari besi (pandhe).
Baharen. Kampung Baharen merupakan tempat tinggal tokoh ulama
Kyai Buchari. Beliau ini adalah ulama yang bertugas sebagai guru mengaji keluarga raja.
Bumen. Kampung Bumen ini sebenarnya merupakan kependekan
dari Mangkubumi. Nama tersebut ada hubungannya dengan tempat kediaman Pangeran Mangkubumi, saudara dari Panembahan Senopati.
Mutihan. Kampung Mutihan dulunya merupakan tempat permu-
kiman kelompok abdi dalem mutih atau alim ulama.
Jayapranan. Kampung Jayapranan dulunya merupakan tempat
tinggal Pangeran Jayaprana. Beliau adalah penasehat Ki Juru Mertani.
Singosaren. Kampung Singosaren dulunya merupakan tempat
kediaman Pangeran Singosari, saudara dari Panembahan Senopati.
Tegalgendu. Kampung Tegalgendu pada masa itu merupakan tempat
Sayangan. Kampung Sayangan merupakan tempat permukiman Sayang, yakni penduduk yang mempunyai pekerjaan membuat peralatan dari bahan tembaga.
Mranggen. Kampung Mranggen dulunya merupakan tempat
bermukim penduduk yang mata pencahariannya membuat sarung atau
warangka keris, tombak, dan ukiran (mranggi).
Kauman. Kampung Kauman dulunya terkenal sebagai tempat
permukiman dari para kaum atau ulama.
Jagalan. Kampung Jagalan pada waktu dulu merupakan tempat
bermukim penduduk yang bekerja sebagai penyembelih ternak (jagal).
Mandarakan. Kampung Mandarakan adalah kampung tempat
kediaman Adipati Mandaraka. Beliau adalah patih sekaligus bertindak sebagai penasehat Panembahan Senopati.
2. Rejowinangun
Jawilagan. Kampung Jawilagan merupakan tempat kediaman cikal
bakal, Demang Jayawilaga. Di lokasi tersebut terdapat patung Nogobondho
(tempat pemandian). Sampai sekarang sumber air (umbul) masih ada. Lokasinya berada di tepi sungai Gajahwong.
Peleman. Kampung Peleman terkait dengan keberadaan pohon
mangga (pelem). Di bagian barat kampung tersebut terdapat reruntuhan benteng-terusan dari Pesanggrahan Rejowinangun.
Pilahan. Nama Kampung Pilahan berasal dari kata ”pilah” yang
artinya memisahkan, yaitu tempat membagi hasil panen untuk kerajaan dan petani.
3. Purbayan
Sokowaten. Kampung Sokowaten ini mungkin dulunya merupakan
tempat kediaman Pangeran Sukowati, putera Panembahan Senopati.
Jembegan. Kampung Jembegan dahulu merupakan tempat bermuara-
Gedongan. Dulu kampung Gedongan ini merupakan tempat bermukim dan makam dari Kyai Gedong yang bertugas menjaga gedong pusaka.
Selakraman. Kampung Selakraman dulunya merupakan tempat
kediaman dari para ulama keraton.
Dolahan. Nama Kampung Dolahan terkait dengan keberadaan
makam seorang tokoh bernama Dullah atau Abdullah.
Alun-alun. Dulu ini merupakan bekas Alun-alun Keraton Kotagede.
Sekarang ini menjadi permukiman penduduk dan bangunannya banyak yang berupa joglo kuno.
Basen. Kampung Basen berasal dari kata ”ngebas” artinya mandor.
Mungkin ini dulunya merupakan tempat permukiman para mandor.
Cokroyudan. Kampung Cokroyudan dulunya merupakan tempat
kediaman dari Tumenggung Cakrayuda.
Tempel. Kampung Tempel ada kaitannya dengan fenomena
banyaknya toko yang menempel dalam deretan bangunan.
Baluwarti. Nama Kampung Baluwarti ini menunjukkan bahwa
dulunya tempat tersebut merupakan bekas benteng keliling keraton.
Daleman. Kampung Daleman ini merupakan kediaman atau kedhaton
dalem Panembahan Senopati. Saat ini merupakan Makam Hastarengga
(trah Hamengku Buwono VIII). Di sini juga tempat peninggalan benda- benda yang dikeramatkan, seperti watu gilang dan watu gatheng.
Payungan. Terkait dengan Kampung Payungan ini ada yang
berpendapat sebagai tempat parkir kereta keraton. Versi lain menyebutnya sebagai tempat membuat payung keraton.
4. Prenggan
Kitren. Nama Kampung Kitren berasal dari kata ”kitri” yang artinya
sebidang tanah yang dihadiahkan kepada para abdi dalem.
Darakan. Ini merupakan kependekan dari Mondorokan. Dulunya
kampung tersebut merupakan tempat kediaman Patih Mondoroko, penasehat Raja Mataram.
Patalan. Kampung Patalan terkait dengan tempat yang dulu banyak pohon tal (rontal) mirip pohon aren. Dulu setiap ada narapidana yang dihukum mati akan digantung di pohon tal ini.
Tegalgendu. Kampung Tegalgendu berkaitan dengan tempat
permukiman penduduk Kotagede yang disebut ”kalang” yang terkenal sebagai pedagang kaya-raya (blegendhu), seperti pengusaha emas dan perak.
Depokan. Kampung Depokan berasal dari kata ”depok”. Konon,
putra Senpati (Raden Rangga) ditendang (didhupak) oleh Penembahan Senopati hingga mental ke suatu tempat.
Pekaten. Kampung Pekaten pada tempo dulu merupakan tempat
kediaman pekatik, abdi dalem yang mengurus kuda.
Krintenan. Kampung Krintenan dulunya merupakan tempat
permukiman ahli atau pengrajin intan (inten).
Sendok Indah. Kampung Sendok Indah menempati lokasi yang
berupa cekungan atau ledhokan. Sekarang diperuntukkan sebagai permukiman Sendok Indah karena ada cekungan menyerupai sendok.
Nyamplungan. Dinamakan Kampung Nyamplungan karena pada
waktu dulu di tempat tersebut terdapat banyak pohon nyamplung.
D. Kampung-kampung Baru
Konsekuensi logis dari proses tumbuh dan berkembangnya kota adalah munculnya kampung-kampung baru. Tentu saja keberadaan kampung baru tersebut dapat melengkapi kampung-kampung yang menjadi bagian tata kota lama. Manakala dilihat dari namanya, hal ini
merupakan sebuah fenomena baru atau spesiik untuk suatu daerah
tertentu. Nama-nama tersebut ada yang menggunakan nama-nama tanaman yang terkesan khas dan unik.
Adapun nama-nama kampung baru tersebut adalah sebagai berikut: Ketandan, Ngupasan, Serangan, Bestalan, Pakuncen, Pathuk, Mancasan, Kuncen, Gampingan, Kleben, Tegalmulyo, Tegalsari, Ngadimulyo, Kedungkebo, Tegalrejo, Pingit, Bulurejo, Kranggan, Jetis, Gondolayu,
Kleringan, Jenggotan, Badran, Demangan, Pengok, Klitren, Jalan Langensari, Terban (Jalan Cornel Simanjuntak, Jalan Cik Di Tiro, Jalan RA. Kartini, Jalan Sam Ratulangi, Jalan Herman Yohanes).
Nama kampung baru lainnya adalah Kotabaru (Jalan Abu Bakar Ali, Jalan Ahmad Jajuli, Jalan Suroto, Jalan Laksamana Muda Yos Sudarso), Baciro (Jalan Melati, Jalan Kompol Bambang Suprapto, Jalan Mojo), Bausasran (Jalan Bausasra, Jalan Lempuyangan, Jalan Hayam Wuruk atau Jalan Lempuyang Wangi, Jalan Dr. Sutomo), Ronodigdayan, Tegal Panggung, Tukangan, Tegal Kemuning, Sayidan, Mergangsan, Kintelan, Karangkajen, Karanganyar, Lowano, Green House, Warung Boto, Pandean, Sorosutan, Glagah, Timoho, Pakel, Gayam, dan Ngasem.
Sekarang ini banyak kampung di Kota Yogyakarta mendapat nama sesuai fungsi kampung tersebut untuk warga penghuninya. Misalnya beberapa kampung dibenahi sesuai tujuan sebutan kampung bersangkutan. Misalnya kampung budaya, kampung ramah anak, kampung wisata, kampung gotong royong, kampung cyber, dan masih banyak sebutan untuk kampung.