• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kampung Pedesaan : kebanyakan berada di luar batas wilayah dan kegiatan perkotaan, berkepadatan rendah dan kebanyakan bertumpu pada

KONDISI UMUM KAWASAN

3) Kampung Pedesaan : kebanyakan berada di luar batas wilayah dan kegiatan perkotaan, berkepadatan rendah dan kebanyakan bertumpu pada

kegiatan pertanian dan perkebunan.

Banyak kampung-kampung yang termasuk kampung kota dan kampung pinggiran berkembang setelah Belanda menguasai Jakarta. Demikian pula, hampir semua permukiman yang terbentuk berdasarkan pengelompokan etnis terdapat pada kampung kota dan kampung pinggiran. Sebaliknya kampung-kampung pedesaan yang terdapat di daerah dalam kebanyakan sudah berdiri sejak sebelum Belanda masuk Jakarta. Karenanya, sifat Betawi ”asli” dari kampung-kampung pedesaan lebih kuat dari kampung-kampung pada tipologi lainnya.

Rencana Induk Pengembangan Kawasan PBB

Kawasan Situ Babakan ditetapkan sebagai PBB berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi DKI Jakarta dan Surat keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang penataan lingkungan PBB di Kelurahan Srengseng Sawah.

Penetapan kawasan ini bertujuan untuk melestarikan budaya Betawi melalui sebuah perspektif kehidupan budaya Betawi.

PBB adalah suatu lingkungan kehidupan sosial atau lingkungan binaan yang bernuansa Betawi, yang dihuni oleh komunitas Betawi dengan keasrian alam yang menarik, keanekaragaman tradisi serta kebudayaan (Lemtek FT UI dan Dinas Tata Kota DKI Jakarta, 2001). Wadah pembinaan dan pengembangan serta pelestarian budaya Betawi yang dimaksud terdiri dari lima unit kompleks meliputi:

1. Pembinaan keagamaan/religius

2. Pembinaan dan pengembangan nilai-nilai budaya (tata busana, tata boga, tata graha)

3. Pembinaan dan pengembangan kebahasaan kesusastraan serta keperpustaka an 4. Pembinaan dan pengembangan kesenian

5. Pembinaan tradisi, peninggalan sejarah dan permuseuman

Berdasarkan Master Plan PBB 2000-2010 (Lemtek FTUI dan Dinas Tata Kota DKI Jakarta, 2001) konsep dasar pengembangan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) adalah meningkatkan harkat dan martabat warga masyarakat Betawi melalui penataan ruang di dalam batas wilayah kehidupan masyarakatnya berdasarkan nilai-nilai tradisi serta sosial budaya yang dikembangkan. Seluruh bangunan di dalam PBB harus menampilkan citra tradisional Indonesia khususnya Betawi, namun juga menggambarkan suatu perkembangan yang mengarah pada konsep berwawasan lingkungan.

Lahan PBB dibagi menjadi beberapa zona pengembangan fisik lingkungannya yang diharapkan dapat menampung aspirasi kehidupan sosial budaya masyarakat setempat (LemTek FTUI dan Dinas Tata Kota DKI Jakarta, 2001). Zona pengembangan fisik tersebut adalah zona perumahan dan fasilitas-fasilitasnya, zona kesenian dan sejarah, zona wisata agro, zona wisata air, dan zona industri. Master Plan PBB 2030 dapat dilihat pada Gambar 3.

Zona perumahan tersebar merata di atas lahan-lahan terbuka (kebun dan halaman) milik penduduk. Kebun/halaman dan rumah merupakan bagian dari konsep argo wisata harus menjadi sandaran dalam menunjang kehidupan ekonomi penduduknya melalui pembinaan dan pemberdayaan masyarakatnya.

Zona kesenian dan sejarah merupakan suatu areal yang menampung kegiatan dan pengembangan kesenian Betawi serta nilai-nilai sejarah yang ada dari dahulu sampai sekarang. Konsep arsitektur bangunan maupun lingkungan di dalam zona ini harus mencerminkan budaya Betawi dan merupakan suatu kesatuan (unity ) PBB secara umum.

Zona wisata agro menyajikan perjalanan wisata di perkebunan atau pertamanan PBB yang seharusnya memiliki ciri dan nuansa Betawi. Konsep penataan tidak dapat dilepaskan dari zona perumahan sebagai tempat tinggal pemilik kebun/pertanian tersebut. Lanskap wisata agro dilengkapi dengan elemen taman seperti bangku, lampu taman dan sebagainya sehingga pengunjung dapat nyaman menikmati perjalanan wisata. Area wisata agro harus meminimalkan

penggunaan material lanskap yang dapat mengurangi atau menghambat terjadinya resapan air ke dalam tanah.

Zona wisata air memanfaatkan Situ Babakan sebagai tujuan utama (core destination) yang memberikan nilai ekonomis dan ekologis bagi penduduk PBB.

Situ Babakan tidak hanya dikembangkan sebagai objek wisata air, namun diharapkan mampu memicu perkembangan area PBB lainnya sebagai zona-zona wisata sesuai dengan yang telah direncanakan. Selain itu juga diharapka n terjadinya pertumbuhan bagi penduduk asli PBB baik aspek fisik maupun aspek non fisik. Aspek fisik yaitu tertatanya lingkungan PBB sebagai lingkungan yang asri namun tetap mempertahankan kekhasan budaya betawi. Sedangkan aspek non fisik ialah berkembangnya tatanan sosial, budaya serta perekonomian lingkungan sekitar ke arah yang positif sesuai dengan tradisi budaya betawi. Pengelolaan situ dapat mempertahankan fungsi utama situ sebagai daerah resapan air.

Zona industri di dalam kawasan PBB disediakan dalam rangka melindungi dan mengembangkan industri yang ada saat ini (home industri ).

Karena sifatnya merupakan industri rumah tangga, maka zona ini akan menyebar di dalam kawasan PBB.

Penghijauan dan pembangunan taman pada areal ini telah dilakukan di sepanjang pinggiran situ bagian barat. Tanaman-tanaman yang digunakan merupakan tanaman peneduh dan tanaman khas Betawi.

Perencanaan kawasan PBB dilakukan oleh Dinas Tata Kota Propinsi Jakarta yang berperan juga sebagai ”Team Leader” dalam penanganan kawasan PBB Situ Babakan. Untuk mengembangkan kawasan ini sebagai kawasan PBB maka perbaikan-perbaikan maupun perencanaan sarana prasarana, infra struktur dan lain sebagainya perlu dilakukan melalui program-program pemerintah daerah (LemTek FTUI dan Dinas Tata Kota DKI Jakarta, 2001). Hingga saat ini lahan yang telah dibangun + 4000 m2. Pembangunan yang dilakukan diantaranya adalah:

• Perbaikan jaringan jalan melalui perkerasan, baik dengan aspal maupun conblock dengan tetap memperhatikan peraturan-peraturan bangunan pada kawasan PBB.

Pembangunan fasilitas wisata (prototype rumah tradisional Betawi, panggung teater terbuka, plaza, kantor pengelola, wisma Betawi, gallery, tempat parkir, toilet, pintu gerbang) (Tabel 2) dan pembangunan landscape furniture (lampu taman, ba ngku taman, tempat sampah, papan informasi) (Tabel 3). Gambar fasilitas bangunan dapat dilihat pada Gambar 4 dan gambar landscape furniture pada Gambar 5.

• Pemugaran rumah penduduk (67 rumah yang tersebar di kawasan PBB hingga saat ini).

Tabel 2. Fasilitas Bangunan di PBB

No. Jenis Bangunan Luas (m2)

1. Panggung Teater Terbuka + 355

2. Plaza -

3. Kantor Pengelola + 164

4. Prototype Rumah Tradisonal Betawi + 165

5. Wisma Betawi + 150

6. Gallery + 165

7. Tempat parkir + 100

8. Toilet

-9. Mussolla -

10. Loket Sepeda Air (@ 10 sepeda air) -

Sumber: Pengelola Perkampungan Budaya Betawi (2005)

Tabel 3. Landscape furniture di PBB

No. Jenis Landscape furniture Jumlah

1. Bangku Taman 30

2. Lampu Taman 40

3. Tempat sampah 30

4. Papan Informasi 1

Sumber: Pengelola Perkampungan Budaya Betawi (2005)

Panggung Teater Terbuka Prototype rumah tradisional Betawi

Plaza Tempat Parkir Gambar 4. Fasilitas Bangunan di PBB

Bangku Taman Lampu Taman Gambar 5. Landscape Furniture di PBB

Fasilitas penunjang wisata yang ada di tapak berupa kios-kios, warung makan, dan WC. Fasilitas wisata tersebut tidak tertata dengan baik dan bersifat ilegal karena dalam pembangunannya tidak memiliki izin dari pengelola PBB tersebut. Dalam hal ini pihak pengelola tidak mempunyai peraturan yang kuat dalam penetapan ruang penunjang wisata sehingga pembangunan fasilitas wisata tersebut tidak terkendali. Pada saat ini pengelola mengeluarkan peraturan untuk tidak mengizinkan pembangunan apapun di sekitar situ tanpa ada perizinan dari pihak-pihak yang terkait terlebih dahulu. Fasilitas wisata tersebut dibangun oleh masyarakat sekitar sebagai sumber mata pencaharian. Sebagai kawasan wisata PBB, fasilitas wisata tersebut tidak berkarakter khas betawi. Kondisi warung makan di kawasan waterfront Situ Babakan saat ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Kondisi Warung Makan di Kawasan Waterfront Situ Babakan Saat Ini

INVENTARISASI

Aspek Biofisik

Lokasi dan Aksesibilitas Tapak

Secara administratif, Situ Babakan terletak di Kampung Kalibata, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan.

Sedangkan secara geografis terletak pada 106o48’30” BT - 106o49’50” dan 06o20’07” LS - 06o21’10” LS. Situ Babakan merupakan situ yang terletak di kawasan Perkampungan Budaya Betawi (PBB), selain Situ Mangga Bolong.

Awalnya luas PBB adalah 165 ha, tetapi setelah adanya pemekaran tertanggal 10 Maret 2005 luas PBB menjadi 289 ha. Luas Situ Babakan saat ini sekitar 17 ha, + 5.88 % dari luas keseluruhan PBB (289 ha).

Batas-batas fisik wilayah perencanaan yaitu dengan Jalan Moch. Kahfi II sebelah utara, Jalan Desa Putera dan Jalan Mangga Bolong Timur sebelah timur, Jalan Tanah Merah, Jalan Srengseng Sawah dan Jalan Puskesmas sebelah selatan, serta Jalan Moch. Kahfi II sebelah Barat. Saat ini, akses yang biasa digunakan oleh pengunjung adalah melalui pintu gerbang I Bang Pitung (Gambar 7).

Gambar 7. Pintu Masuk I Bang Pitung (Perkampungan Budaya Betawi)

Jalan Raya Pasar Minggu dan lintasan Kereta Rel Listrik (KRL) Jakarta-Bogor merupakan akses utama menuju lokasi tapak. Lokasi tapak terletak + 5 km dari Stasiun Lenteng Agung. Jalan yang membatasi lokasi tersebut seluruhnya dilalui oleh angkutan umum kota (mikrolet dan bus). Pusat-pusat kegiatan di

sekitar PBB yang selama ini menjadi daya tarik kegiatan masyarakat Jakarta, khususnya di wilayah Jakarta Selatan adalah (LemTek FTUI dan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 2001) :

1. Di sebelah utara PBB terdapat Kebun Binatang Ragunan yang merupakan tempat wisata masyarakat Jakarta ( + 5 Km).

2. Pasar Lenteng Agung merupakan tempat pembelanjaan (pasar) lingkungan.

3. APP, Institut Sains dan teknologi (ISTN), Universitas Indonesia (UI) (+ 21 km), Pusgrafin (Pusat Grafik Nasional) dan Universitas Pancasila yang merupakan pusat kegiatan akademik.

Secara makro PBB dapat dicapai dari empat arah yaitu :

• Dari arah barat, mewakili daerah Ciganjur, Cinere, dan Pondok Labu ke lokasi melalui Jalan Warung Silah.

• Dari arah timur melalui Jalan Srengseng Sawah.

• Dari arah utara dari Jalan Raya Lenteng Agung melalui Jalan Mochammad Kahfi II, dan

• Dari arah selatan mewakili daerah Lebak Bulus dan Depok, melalui Jalan Tanah Baru (terusan Mochammad Kahfi II ke arah selatan) dari Lebak Bulus dan Jalan Kukusan di Depok

Kawasan Situ Babakan berbatasan antara DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Akses dari dan ke Jakarta yang tersedia cukup baik yaitu jalan arteri (Jl. Raya Pasar Minggu) dan jalan kolektor (Jl. Moc h. Kahfi II) serta ditunjang dengan tersedianya transportasi massal yaitu Kereta api dengan stasiun terdekat berjarak + 5 km (Stasiun Lenteng Agung).

Kondisi jalan di sekitar situ pada umumnya merupakan tanah yang memungkinkan sirkulasi untuk mobil atau motor. Tetapi pada situ bagian atas jalannya sempit hanya untuk pejalan kaki saja karena berbatasan dengan perkebunan milik pribadi yang dibatasi oleh pagar. Jalan menjadi becek jika hujan karena belum ada perkerasan. Pada bagian-bagian tertentu terasa sangat panas karena berbatasan langsung dengan pekarangan rumah yang jarang memiliki pohon besar sehingga tidak ada peneduh bagi jalan. Tetapi pada umumnya jalan terasa teduh karena banyak vegetasi khas Betawi yang ditanam untuk menunjang kegiatan wisata yang telah dikembangkan di tapak.

Akses masuk menuju lokasi tidak ditunjang dengan sarana transportasi.

Jaringan jalan di kawasan ini terdiri dari jalan kelas lokal dan jalan pedestrian, dengan permukaan ada yang diperkeras dan masih jalan tanah. Jalan tersebut memiliki lebar 3 meter dengan perkerasan semen atau cone block. Jalan di areal sempadan situ ada berupa tanah dan perkerasan cone block. Kondisi Jalan di dalam kawasan dapat dilihat pada Gambar 8.

Pola Penggunaan Lahan

Jenis penggunaan lahan di kawasan danau dan sekitarnya meliputi perumahan, kawasan hijau, rawa, air, dan fasilitas umum/ fasilitas sosial (Tabel 4). Gambar peta tata guna lahan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) dapat dilihat pada Gambar 9 dan peta tata guna lahan kawasan waterfront Situ Babakan dapat dilihat pada Gambar 10.

Tabel 4. Penggunaan Lahan di Situ Babakan

No. Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)

1. Perumahan 16.29 35.40

2. Kawasan Hijau 11.48 24.93

3. Rawa 7.29 15.85

4. Air 9.14 19.85

5. Fasilitas Umum/fasilitas sosial 1.83 3.98

Jumlah 46.03 100

Sumber : LemTek FTUI dan dan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 2001

Pemda DKI Jakarta berencana untuk memperluas Situ Babakan menjadi 32 ha. Perluasan tersebut meliputi lahan di sekitar situ yang merupaka n lahan tidur dan rawa-rawa (Biro Bina Penyusunan Program DKI Jakarta, 2001). Perluasan situ tersebut ditujukan agar dapat mengakomodasi wisata air yang akan dikembangkan.

Di bagian selatan dari perluasan wilayah perairan Situ Babakan direncanakan sebaga i lahan untuk pemakaman umum. Sesuai dengan SK Gub.

KDKI no. 102 Tahun 1989 tertanggal 21 Januari 1989 tentang penguasaan perencanaan pemakaman umum srengseng sawah (Dinas Pertamanan dan Keindahan Kota, 2000).

PETA TATA GUNA LAHAN PERKAMPUNGAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI, JAKARTA SELATAN

JUDUL PENELITIAN

JUDUL GAMBAR

PROF. DR. IR. NURHAYATI A. MATTJIK, MS

ORIENTASI

Sumber : Lembaga Teknologi Fakultas Teknik Universitas Indonesia (2000)

Fasilitas Umum/ Fasilitas Sosial (5.10 %) Rawa (12.05 %)

Kawasan Hijau (26.19 %)

Perumahan (46.73 %) Air (9.93 %)

Keterangan :

0 1 2 5 2 5 0 375 m

9

Batas kawasan Waterfront

Tanah

Jenis tanah yang terdapat di kawasan Situ Babakan adalah asosiasi latosol merah, latosol coklat kemerahan, dan laterit air tanah, dengan bahan induk Tuf volkan intermedier. Tanah latosol tidak memperlihatkan pembentukan tanah yang baru dan tidak dapat dimanfaatkan sebagai laha n pertanian. Latosol bersifat asam dengan kandungan bahan organik yang rendah sehingga kesuburan juga rendah (Soepardi, 1979). Tanah ini berstruktur granular dan drainasenya baik sehingga tanah ini berbahaya jika dibiarkan terbuka.

Topografi

Secara umum, keadaan topografi kawasan Situ Babakan datar sampai bergelombang. Lereng berkisar antara 8-15 % dengan ketinggian lebih dari 25 m dpl (di atas permukaan laut). Permukiman di sebelah barat terletak lebih tinggi dari permukaan jalan di sepanjang situ. Jalan di sepanjang situ relatif datar. Peta topografi dapat dilihat pada Gambar 11 dan peta kelas kemiringan lereng pada Gambar 12.

Hidrologi

Wilayah kelurahan Srengseng Sawah termasuk dalam DAS sanggrahan berada pada tepian sungai Ciliwung (Dinas Pertamanan dan Keindahan Kota, 2000). Sumber air Situ Babakan adalah dari pitara pecahan ciliwung (irigasi dari bendungan tanjakan empang) (Dinas Pertamanan dan Keindahan Kota, 2000).

Sistem hidrologi Situ Babakan merupakan sistem terbuka dengan adanya inlet dan outlet air situ. Inlet Situ Babakan ada empat buah, yaitu dari Situ Mangga Bolong, Kali Baru, Kali Tengak, dan Situ ISTN (Institut Sains dan Teknologi), sedangkan outletnya menuju Sungai Ciliwung (Bapedalda, 2004). Peta hidrologi dan drainase dapat dilihat pa da Gambar 13.

Jl. Moh. Kahfi I

PROF. DR. IR. NURHAYATI A. MATTJIK, MS

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI, JAKARTA SELATAN

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

PETA HIDROLOGI DAN DRAINASE TAPAK JUDUL GAMBAR

JUDUL PENELITIAN TANGGAL

NO. GAMBAR Sumber : Pemerintah Daerah DKI Jakarta (2001)

Keterangan :

Empang Pintu Air

Aliran Drainase

Area Tergenang Permanen (Situ dan Empang)

Situ Babakan merupakan danau alam yang berfungsi sebagai pengendali banjir, selain itu berfungsi juga untuk rekreasi, resapan air tanah, irigasi, air minum dan area usaha pembudidayaan ikan dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA) (Gambar 14). Selain mempunyai fungsi konservasi (daerah resapan air), juga merupakan identitas dari kawasan dan tempat pelaksanaan berbagai atraksi budaya seperti memancing, bersampan, dan sebagainya.

Gambar 14. Karamba Jaring Apung di Situ Babakan

Perubahan kondisi fisik Situ Babakan yang signifikan dari tahun ke tahun adalah adanya pedangkalan situ akibat proses sedimentasi di bagian dasar akan sangat berpengaruh terhadap kualitas air di bagian dasar situ (Bapedalda DKI Jakarta, 2004). Kualitas fisik Situ Babakan untuk semua parameter yaitu kekeruhan, Daya Hantar Listrik (DHL), Zat Padat Terlarut (TDS), dan zat padat tersuspensi (TSS), belum melampaui baku mutu Bapedalda (2004). Kualitas kimia ditentukan oleh parameter kunci yang dapat mempengaruhi kualitas air situ meliputi parameter BOD, COD, DO, organik, dan phosphat (Bapedalda DKI Jakarta, 2004). Konsentrasi BOD, DO (DO>3 mg/L), dan organik masih di bawah nilai baku mutu. Konsentrasi COD dan phospat melebihi nilai baku mutu.

Hasil pemeriksaan contoh air Situ Babakan secara fisika dan kimia air menurut PAM DKI Jaya Nomor : 145/1.778.105, warna (45 PPM PT-CO) termasuk kriteria cukup baik untuk air minum. Sumber air bersih dibagi menjadi 4 kategori yaitu sumber air dari PAM, secara membeli, sungai/situ, dan sumur gali

maupun sumur pompa karena fasilitas jaringan PAM sangat terbatas (Dinas Pertamanan dan Keindahan Kota, 2000).

Dari hasil pengukuran di lapangan dan laboratorium dengan Sistem Nilai STORET, status mutu air untuk peruntukan golongan C di Situ Babakan di 3 zonasi (inlet, tengah, outlet) serta masing-masing kedalamannya, semuanya termasuk kategori buruk (Bapedalda DKI Jakarta, 1997) (Tabel 5). Sedangkan status mutu air Situ Babakan bagi peruntukan Golongan D (peruntukan pertanian dan usaha perkotaan) menurut Keputusan Gubernur DKI Jakarta 582/1995 pada umumnya termasuk kategori baik.

Tabel 4. Status Mutu Air Situ Babakan menurut Sistem Nilai STORET Sesuai dengan Peruntukannya

Peruntukan Golongan C Peruntukan Golongan D

Keterangan : Golongan C = Peruntukan Perikanan dan Peternakan Golongan D = Peruntukan Pertanian dan Usaha Perkotaan Sumber : Bapedalda DKI Jak arta, 1997

Iklim

Data iklim diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika yang diukur oleh Stasiun Klimatologi Pondok Betung 1994-2004. Suhu rata-rata bulanan di Kawasan Situ Babakan dan sekitarnya adalah 27,41oC dengan kisaran 26,52-28,04oC (Gambar 15). Suhu tertinggi terjadi pada bulan November, sedangkan suhu terendah terjadi pada bulan Februari. Curah hujan rata-rata 191,42 mm/bulan, dengan kisaran 57,72-321,13 mm/bulan (Gambar 16). Intensitas penyinaran matahari rata-rata bulanan 54,41 %, dengan kis aran 35,36-70,83 % (Gambar 17). Kelembaban rata -rata bulanan 79,70 %, dengan kisaran 72,54-86,55

% (Gambar 18). Kecepatan angin rata-rata bulanan 2,7 km/jam, dengan kisaran 2,22-3,65 km/jam (Gambar 19).

Gambar 15. Suhu Udara Rata-rata tahun 1994-2004

Gambar 16. Curah Hujan Rata -rata tahun 1994-2004

Gambar 17. Penyinaran Matahari Rata-rata tahun 1994-2004

Gambar 18. Kelembaban Rata -rata tahun 1994-2004

Suhu Rata-rata (1994-2004)

Gambar 19. Kecepatan Angin Rata-rata tahun 1994-2004

Vegetasi dan Sat wa

Tanaman yang ditanam umumnya bersifat ekonomis, dan sebagian besar adalah tanaman buah. Banyak penduduk yang tidak hanya sekedar menanam, tetapi diusahakan untuk keperluan ekonomi mereka. Tidak hanya untuk memenuhi keperluan sehari-hari tetapi juga dijual/dipasarkan dan sebagai bahan dasar pembuatan minuman seperti sari buah belimbing dan bir pletok (minuman khas Betawi).

Disekitar situ selain tanaman langka dan tanaman buah juga tanaman-tanaman peneduh seperti palm, akasia, dan lainnya. Lokasi tanaman-tanaman juga berada di sekitar situ, terutama di sebelah barat situ. Tabel 6 memperlihatkan beberapa tanaman khas Betawi yang ada di tapak beserta tempat penanamannya secara umum.

Tabel 6. Jenis Tanaman yang Ada pada Tapak

Tempat Penanaman Umumnya

No. Nama Lokal Spesies

Pekarangan* Kebun* Batas lahan*

1. Andong Cordilyn fruticosa linn 2. Anting-anting Acalypha australis L.

3. Asem Tamarindus indica

4. Bangle Zingiber purpureum

5. Bambu Bambusa sp.

6. Belimbing Waluh Averhoa bilimba L.

7. Belimbing Manis Averhoa carambola L.

8. Brotowali Tinospora crispa 9. Bunga Kenop Gomphrena globasa 10. Bunga Teleng Clitoria tematea

11. Buni Antidesma bunius

12. Buah Nona Annona reticulata 13. Bisbol Diospyros philipensis 14. Cabe Jawa Piper refrofractum Vahl 15. Cakar Ayam Selaginella doederlinii 16. Calincing Oxalis corniculata

Kecepatan Angin (1994-2004)

17. Cincau Cyclea barbata 18. Ciplukan Phisais peruviana L.

19. Duku Condet Lansium domesticum Var.

Condet

20. Durian Sitokong Durio zibetinus Murr. Var.

Sitokong 21. Daun Cengkaruk

22. Daun Dewa Gynura segetum 23. Daun Jinten Coleus amboinicus Lour 24. Daun Katuk Sauropis anchoginus L.

25. Daun Kelor

26. Daun Mangkokan Nothopana pseutellarium 27. Daun Pandan Pandanum amarylifolium 28. Daun Rematik Plumbago zeylanica Linn 29. Daun Salam Eugenia operculata 30. Daun Sendok Plantago mayar 31. Daun Suji Pleomele angustifolia 32. Daun Wungu Graphtophyllum pictum 33. Daruju Achantus ilicifolius Linn.

34. Ganda Rusa Justicea gendarussa 35. Gendolo Bosella rubra Linn.

36. Jahe Merah Zingiber oficenale 37. Jeruk Nipis Citrus aurantifolia 38. Jeruk Purut

39. Jamblang Eugenia cuminii 40. Jambu Mawar Eugenia jambos 41. Jambu Biji Pasar

Minggu

Psidium guajava var.

Pasar minggu 42. Jambu Bol Eugenia malaccencis L.

43. Jarak Jatropha multifida 44. Jengkol Pithecolobium jiringa 45. Kawista batu Feronia limonia 46. Kara

47. Kaca piring Gardenia sp.

48. Kembang sepatu Hibiscus rosasinensis 49. Kembang pukul

empat

Mirabilis jalapa 50. Kemuning Murraya paniculata 51. Kencur Kaempferia galanga Linn.

52. Kimpul

53. Ki tolod Isotoma iongiflora 54. Kenanga Canangium odoratum 55. Kumis kucing Orthociphor aristatus 56. Karet kebo Ficus elastica Roxb.

57. Keji beling Strobilantes crispus 58. Kembang coklat Zephyranthes candida 59. Kweni Mangifera odorata 60. Kecapi Sandoricum koetjape

61. Lada Piper albi

62. Lempuyang Zingiber americans 63. Lidah buaya Aloe vera 64. Lengkuas Alpina galanga 65. Lidah mertua Sansiviera trifasciata 66. Melinjo Gnetum gnemon 67. Menteng Baccauria rasemosa 68. Matoa Pometia pinnata 69. Mengkudu Marinda citrifolia 70. Melati Jasmimum sambac 71. Miana Coleus scutellariodes 72. Mando kaki Ertafamia diffaricata 73. Nona makan sirih Clerodendrum thomsonai 74. Nangka Anthocarpus heterophillus 75. Pangkas kuning Duranta repens

76. Pepaya Carica papaya

77. Pisang Musa sp

78. Poselen Thalium triangulare 79. Puring Codieaum variegatum 80. Rambutan Nephelium lappaceum L.

81. Rukem Falcourtia rukam 82. Sosor bebek Kalanchoe pinnata 83. Sawo duren Chrysophilum cainato 84. Sawo kecik Manilkara kauki

85. Sirih Piper bitle

86. Saga Abius precatorius 87. Salam Syzgium polyanthum 88. Sambung dara Excoecaria

cochinicinencis 89. Sambung getih

90. Sambiloto Androganthis paniculata 91. Sambung nyawa Stachytarpheta mutabilis 92. Sente

93. Sereh Cimbopagan nardus 94. Secang

95. Seledri Apium grafeolens 96. Tapak dara Cantharanthus roseus 97. Temukunci Boesenbargia pandurata 98. Temulawak Curcuma xanthorriza Sumber : Malahayani (2004)

Di PBB juga dikembangkan berbagai jenis tanaman langka. Dari berbagai jenis vegetasi, ternyata ada yang telah dilindungi atau dilestarikan, terutama berdasarkan keputusan Gubernur KDKI No. 2359 tahun 1987 tentang tanaman yang harus dilindungi (Biro Bina Penyusunan Program Propinsi, 2001).

Berdasarkan laporan kegiatan pengembangan tanaman langka, proyek intensifikasi Pertanian Jakarta Selatan, sudah ditanam tanaman langka sebanyak 250 pohon yang terdiri dari 18 jenis (Biro Bina Penyusunan Program Propinsi, 2001). Penanaman tersebut antara lain di Situ Babakan.

Jenis tanaman obat juga dikembangkan di PBB. Tanaman tersebut dikembangkan oleh penduduk di pekarangan masing-masing. Hasil pengembangan tanaman obat ini tidak hanya untuk konsumsi sendiri tetapi juga ada pengolahan pasca penennya. Salah satu produk yang telah dikembangkan adalah bir pletok.

Fauna darat di PBB tidak ada yang langka dan endemik (Biro Bina Penyusunan Program Propinsi, 2001). Satwa yang ada mempunyai penyebaran cukup luas dan dapat dijumpai dimana-mana. Jenis-jenis burung yang dapat ditemukan di lokasi dapat dilihat pada Tabel 7. Ekosistem perairan Situ Babakan saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai area usaha pengembangan

Lanjutan Tabel 6

budidaya ikan, seperti ikan nila, ikan mas, dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA).

Tabel 7. Jenis-jenis burung yang ditemukan di PPB

Tabel 7. Jenis-jenis burung yang ditemukan di PPB

Dokumen terkait