• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI PROYEK

4. Ganja/ Kanabis

Ganja (Gambar 2.4) (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) dengan nama lain mariyuana, grass, hash, herb, adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euphoria (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

Penggunaannya adalah dengan cara dirokok dengan atau tanpa tembakau, dengan pipa, atau digunakan

dalam campuran dengan zat lainnya. Penggunaan dengan cara dirokok akan memberikan risiko kanker paru, namun tidak menyebabkan overdosis yang fatal. Dampak penggunaannya yaitu kesulitan mengingat sesuatu, sulit konsentrasi, mengantuk, ansietas, paranoia, persepsi atas waktu menjadi kacau, dengan disertai

Gambar 2.3 Candu Sumber : Google gambar

Gambar 2.4 Ganja Sumber : Google gambar

kemerahan pada mata, tremor, nausea,sakit kepala, gangguan pernafasan dan nafsu makan meningkat. Gejala putus zat ditandai dengan kondisi ansietas, tidak dapat beristirahat dan mudah tersinggung, anoreksia, tidur terganggu dan sering mengalami mimpi buruk, gangguan gastrointestinal, berkeringat pada malam hari, dan tremor (KMK RI Nomor 422/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan NAPZA).

5. Morfin (Morphine)

Kata "morfin" berasal dari Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani. Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium (Gambar 2.5). Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan sakit. Efek samping morfin antara lain adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi. Morfin menimbulkan ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Residen morfin juga dilaporkan menderita insomnia dan mimpi buruk.

Pada pemakaian yang teratur, morfin dengan cepat akan menimbulkan toleransi dan ketergantungan yang cepat. Morfin bekerja pada reseptor opiate yang sebagian besar terdapat pada susunan saraf pusat dan perut. Dalam dosis lebih tinggi, dapat menghilangkan kolik empedu dan ureter. Morfin menekan pusat pernafasan yang terletak pada batang otak sehingga menyebabkan pernafasan terhambat yang dapat menyebabkan kematian. Sifat morfin yang lainnya adalah dapat menimbulkan kejang abdominal, mata merah, dan gatal terutama di sekitar hidung yang disebabkan terlepasnya histamin dalam sirkulasi darah, dan konstipasi. Pemakai morfin akan merasa mulutnya kering, seluruh tubuh hangat, anggota badan terasa berat, euphoria, dan lain-lain.

2.5 Morfin Sumber : Google gambar

6. Codein

Menurut Undang – Undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika, codein merupakan narkotika golongan III. Codein termasuk garam / turunan dari candu (Gambar 2.6) Efek codein lebih lemah daripada heroin, dan untuk menimbulkan ketergantungan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih dan cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan. Secara klinis codein dipergunakan sebagai obat analgetik, ± 6 kali lebih lemah dari morfin.

Efek samping dan resiko adiksinya lebih ringan sehingga sering digunakan sebagai obat batuk dan obat anti nyeri yang diperkuat melalui kombinasi dengan parasetamol/asetosal (S, Joewana : 1989).

2.2.1.2 Psikotropika

Menurut UU RI No 5/1997, Psikotropika adalah zat atau obat , baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Psikotropika terdiri dari empat golongan :

1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengalami sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi

2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital

Gambar 2.6 Codein Sumber : Google gambar

3.

Golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.

4.

Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).

United Nation Conference for Adoption of Protocol on Psychotropic Substance menyebutkan batasan-batasan psikotropika sebagai bahan yang dapat menyebabkan ketergantungan, depresi, dan stimulansia, halusinasi, dan gangguan motorik atau persepsi. Berdasarkan batasan itu, psikotropika digolongkan atas stimulansia, depresiva, dan halusinogen.

1. Stimulansia

Zat yang tergolong stimulansia adalah amfetamin (amphetamine). Nama generik amfetamin adalah D-pseudo epinefrin yang disintesa tahun 1887 dan mulai dipasarkan tahun 1932 sebagai dekongestan. Nama jalanannya adalah speed, meth crystal, uppers, whizz, dan sulphate. Bentuknaya berupa bubuk berwarna putih keabuan.

Amfetamin terdiri atas dua jenis yaitu : A. MDMA (Methylene-dioxy-methamphetamine)

MDMA dikenal dengan nama ecstacy (ekstasi). Efek yang ditimbulkannya yaitu mulut kering, jantung berdetal kebih cepat, berkeringat, mata kabur, demam tinggi, ketakutan, sulit berkonsentrasi, dan otot nyeri.

B. Metamfetamin

Digunakan dalam bentuk pil untuk ditelan dan kristal untuk dibakar denagn kertas aluminium foil dan tabung kaca khusus (bong). Metemretamin mempengaruhi otak dan mnimbulkan rasa nikmat, meningkatkan energi dan mood. Kecanduan terjadi dengan cepat sehingga peningkatan dosis pun berlangsung cepat. Efek psikologis yang ditimbulkan mirip dengan penggunaan kokain, tapi berlangsung lebih lama.

C. Shabu

Shabu merupakan turunan metamfetamin dengan sifat stimulansia yang ebih kuat. Bentuknya berupa kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air dan alkohol dengan rasa yang menyengat. Shabu dipakai untuk mendapatkan efeknya antara lain : peningkatan semangat, kewaspadaan, daya konsenrasi, euphoria, dan menguranagi nafsu makan. Penggunaan shabu dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan serius pada kejiwaan dan mental, kerusakan saraf, kehilangan berat badan, radang hati, dan peningkatan tekanan darah.

2. Depresiva

Depresiva merupakan obat-obatan yang dipergunakan untuk menenangkan saraf dan memudahkan seseorang untuk tidur. Depresiva dapat menimbulkan keergantungan fisik maupun psikis dan umumnya timbul setelah dua minggu penggunaan terus menerus. Salah satu contoh depresiva yaitu benzodiazepin.

Benzodiazepin biasa disebut dengan pil koplo. Yang sering disalahgunakan adalah lexotan (lexo), BK, rohypnol, dumolit, mogadon. Semuanya bersifat sedatif, ansiolitik, dan anti konvulsan. Gejala umum ketergantungan adalah gangguan kordinasi tubuh, mengantuk, fatigue, penurunan fungsi kognisi dan memori, kebingungan, lemah otot, depresi, bicara tidak jelas (cadel), euforia, tumpulnya emosi, sakit kepala, dan pandangan kabur.

Gejala putus zat umumnya mencakup insomnia, ansietas, iritabel, tidak dapat beristirahat, agitasi, tremor, depresi, dan dizzines. Kadang-kadang putus zat dapat menimbulkan kejang dan delirium.

3. Halusinogen

Halusinogen merupakan senyawa sintetik yang dalam jumlah sedikit dapat mengubah persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang serta menimbulkan halusinasi. Contoh zat tergolong halusinogen antara lain :

A. Lysergic Acid Diethylamide (LSD)

Bentuknya dapat berupa cair dan pil, tak berbau dan tak berwarna dan dibuat oleh laboratorium gelap. Biasanya digunakan dalam dosis kecil, tapi efek

halusinogennya sangat kuat dan bertahan dua hingga dua belas jam. Dampaknya adalah terganggunya kemampuan mengambil keputusan, distorsi persepsi visual, dan halusinasi. Penderita juga mengalami kondisi bad trip, yaitu timbulnya reaksi panik, paranoia, ansietas, hilangnya kendali, kekacauan, dan psikosis yang dapat membuat penderita melukai diinya sendiri. Penghentian zat ini bertahun-tahun pun dapat menimbulkan efek halusinasi tanpa tanda-tanda yang mendahuluinya.

B. Phencyclidine (PCP)

Di jalanan, zat ini dikenal dengan nama angel dust, supergrass, killer weed, rocket fuel, kristal, dan embalming fluid. Penggunaannya dengan cara dirokok . PCP sering dipakai menggantikan LSD, mescaline, THC, dan kokain. Bentuknay dapat berupa kristal berwarna putih mudah larut di dalam air dan likuid. PCP membuat seseorang mengalami psikosis seperti skizofrenia dengan tanda merasa diri kuat, tak peka, sangat percaya diri. Efek psikosos ini dapat membuat penggunanya melukai diri sendiri dan orang lain.

2.2.1.3 Zat Adiktif

Zat yang tergolong dalam zat adiktif anatra lain :

Dokumen terkait