• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kandungan Fosil

Dalam dokumen 63430369-Geologi-Umum-4arale (Halaman 41-64)

BAB VI BATUAN SEDIMEN

Terdapat 4 kelompok utama batuan sedimen berdasarkan proses terjadinya, yaitu 1. Terrigeneous Clastics

10. Kandungan Fosil

Kandungan fosil dapat ditentukan di lapangan tentu saja fosil-fosil yang bersifat makro (besar), sedangkan untuk fosil-fosil yang bersifat mikro (kecil) dapat ditemukan di laboratorium. Khusus untuk fosil yang bersifat makro (besar), dalam pendeskripsiannya disebutkan minimal kelas atau filumnya, jika ia berongga atau bolong-bolong maka fosil tersebut kemungkinan adalah Koral (Filum Coelenterata, artinya berongga), jika memiliki dua cangkang yang tidak sama besar maka fosil tersebut adalah Brachiphoda, jika memiliki dua cangkang yang sama besar, maka itu adalah Molusca, dari kelas pelecypoda. Jika berbentuk menyerupai keong mas, maka itu adalah Moluska dari kelas Gastropoda, dan jika berbentuk seperti bintang laut, maka itu adalah Echinodermata, dll.

Dari analisis fosil-fosil makro tersebut, maka dapat di perkirakan keadaan lingkungan pada kala itu ( paleogeografi) karena fosil-fosil tersebut diendapkan bersamaan dengan material sedimen pada waktu tersebut, hingga sekarang menjadi batuan.

sssss

Gambar Fosil Makro

Sedangkan fosil-fosil mikro berguna untuk analisis umur relatif batuan dan zona kisaran kedalaman laut (bathimetry).

Contoh fosil-fosil mikro:

Orbulina universaGlobigerina nephentesGloborotalia menardiiRadiolariaUvigerina • Dll 11. Kekerasan

Kekerasan merupakan tingkat kekuatan partikel suatu batuan terhadap disagregasi. Gunakan istilah :

Kompak, bila tidak bisa dicukil dengan jarum penguji.

Keras, bila masih dapat dicukil dengan jarum penguji.

Agak keras, bila dapat hancur ketika ditekan dengan jarum penguji.

Lunak, bila dapat dipotong-potong dengan mudah dengan menggunakan dengan jarum penguji.

Dapat diremas, bila dapat diremas dengan menggunakan jari tangan.

Spongy, bila sifatnya seperti karet busa (elastis).

,,

12. Kontak

Adalah hubungan antar perlapisan batuan. Kontak perlapisan terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

• Kontak tajam/tegas

• Kontak berangsur : - Kontak Interkalasi - Kontak Progresif

• Kontak erosional

Tekstur Batuan Sedimen

Tekstur batuan sedimen mencakup ukuran butir, bentuk butir, distribusi, morfologi dan kenampakan permukaan dari butiran, kemas, serta warna. Tekstur merupakan aspek yang penting dalam deskripsi batuan sedimen dan dapat digunakan dalam menginterpretasikan mekanisme dan lingkungan pengendapan batuan sedimen. Serta juga merupakan pengontrol utama porositas dan permeabilitas batuan sedimen. Namun tekstur dari banyak batuan sedimen hanya dapat dipelajari secara spesifik melalui mikroskop dan sayatan tipis. Seperti halnya batuan sedimen yang berukuran pasir atau lanau yang jika kita melakukan penelitian di lapangan hanya terbatas pada perkiraan ukuran butir, pemilahan, dan kebundaran dari butiran yang ada. Lain halnya dengan konglomerat dan breksi yang dapat diinterpretasi secara akurat ukuran butir, bentuk butir dan orientasinya di lapangan.

Ukuran Butir

Sedimen dapat dibedakan menjadi empat kelompok utama berdasarkan ukuran butirnya, antara lain :

Bongkah (Gravel) Pasir (Sand) Lanau (Silt) Lempung (Clay)

Skala ukuran butir batuan sedimen dikenal sebagai Skala Wenworth.

Particle name Particle diameter

Gravel Boulders > 256 mm Cobbles 64 - 256 mm Pebbles 2 - 64 mm Granules 2 - 4 mm Sand Very coarse

sand 1 - 2 mm Coarse sand 0.5 - 1 mm Medium sand 0.25 - 0.5 mm Fine sand 0.125 - 0.25 mm

Very fine sand 0.0625 - 0.125 mm Silt 1/256 - 1/16 mm (or 0.004 - 0.0625 mm) Clay < 1/256 mm (or < 0.004 mm)

Proses Transportasi dan Struktur Sedimen Struktur Sedimen

Struktur sedimen merupakan salah satu hal yang penting dalam batuan sedimen. Struktur sedimen terdapat pada bagian bawah dan atas dari permukaan lapisan atau dapat pula diantara lapisan batuan sedimen. Struktur sedimen dapat digunakan dalam menyimpulkan proses dan kondisi pengendapan, arah dari arus sedimentasi dan pada lapisan batuan yang terlipat dapat diketahui bagian atas dari suatu lapisan.

Interaksi material sedimen dengan media transportasinya menghasilkan suatu bentuk struktur sedimen. Beberapa struktur sedimen terbentuk ketika pengendapan namun adakalanya terbentuk karena proses erosi.

Struktur sedimen berbeda-beda dan banyak terdapat di berbagai jenis litologi. Struktur sedimen terbentuk melalui proses fisika dan kimia, selama dan setelah proses pengendapan, serta juga karena proses biogenik. Sehingga dapat dikenali beberapa kategori struktur sedimen (Tucker, 1982), antara lain :

Struktur Sedimen Erosional Struktur Sedimen Pengendapan Struktur Sedimen Post-Pengendapan Struktur Sedimen Biogenik

Berdasarkan waktu terbentuknya struktur sedimen dapat terbagi lagi menjadi 2 (Gore, 2004), antara lain :

1. Struktur Sedimen Primer

Yakni struktur sedimen yang terbentuk selama proses pengendapan berlangsung atau tidak lama setelah pengendapan sedimen tersebut.

2. Struktur Sedimen Sekunder

Yakni struktur sedimen yang terbentuk setelah sedimentasi berlangsung (terbentuk batuan sedimen).

a. Struktur Sedimen Erosional

Struktur sedimen kelompok ini antara lain : Sole Marks : Flute Marks, Groove Marks Tool Marks, dan Scour Marks; Channels yang terdapat dibawah permukaan suatu lapisan.

Merupakan struktur pada lapisan pengendapan yang terdapat dibagian bawah suatu lapisan. Secara umum struktur ini merupakan hasil dari pengisian sedimen pada permukaan sedimen lempungan yang mengalami aksi penggerusan oleh objek-objek tertentu yang terbawa oleh arus. Jika pasir terbentuk setelah lempung, maka besar kemungkinan terjadi pengisian yang membentuk struktur ini, bentukan ini akan terpreservasikan dalam bentuk suatu relief dibagian bawah lapisan batupasir. (Struktur ini jarang terlihat pada lapisan batulempung karena dapat dengan mudah tererosi). Berikut akan dibahas beberapa macam dari Sole Marks.

Tool Marks

Struktur ini terbentuk ketika objek-objek (benda-benda) yang terbawa oleh arus berkontak dengan permukaan sedimen. Marks atau tanda-tanda ini dapat berupa prod, roll, brush, bounce, dan skip atau sederhananya kesemua tanda tersebut dapat disebut tool marks. Objek-objek tersebut dapat berupa batang kayu, cangkang, tulang atau batuan sedimen yang berukuran kerikil yang terbawa oleh arus-arus, memantul (bouncing), menggelinding (rolling), meloncat-loncat (skipping), menyeret (dragging) sepanjang permukaan sedimen. Umumnya terpreservasikan dibagian bawah permukaan lapisan batupasir. Struktur ini berpola pararel sesuai arah pergerakan arus.

Gambar. Tool Marks beserta arah arusnya (Pamela Gore, 2004)

Groove Cast

Struktur ini berbentuk lonjong pada bagian bawah lapisan, berukuran beberapa milimeter sampai puluhan sentimeter. Groove Cast dapat pararel satusamalain atau dapat pula bervariasi seuai arah kemiringan, puluhan derajat atau lebih. Terbentuk melalui pengisian celah (groove), dimana celah tersebut terbentuk melalui gerusan suatu benda seperti potongan lempung atau kayu yang terbawa oleh arus. Banyak terdapat pada endapan batupasir fluvial dan endapan badai.

Flute Cast

Dari kenampakan atas bentuk dari struktur sedimen ini relatif lonjong – segitiga atau dapat pula bulat atau berujung runcing dibagian hulunya dan melebar dibagian hilirnya. Dari kenampakan samping struktur ini tampak asimetrik dengan bagian yang lebih dalam di hulu. Panjang dari struktur ini beragam mulai dari beberapa sentimeter sampai puluhan sentimeter.

Bentukan flute ini, atau dalam bahasa Indonesia berbentuk seperti suling atau menyuling, terbentuk melalui erosi sedimen lempungan oleh arus turbulen atau arus acak lalu bekas-bekas arus turbulen tadi terisi oleh sedimen yang mengalir setelahnya. Flute Cast merupakan ciri khas dari endapan turbidit batupasir. Struktur ini juga terdapat pada batupasir lingkungan fluvial atau sungai. Jejak menyuling ini merupakan indikator yang baik dalam mengetahui arah arus purba (paleocurrent) yang didapat melalui pengukuran orientasi pengendapan struktur sedimen ini. (Tucker, 1982).

Gambar. Flute Marks beserta arah arusnya (Pamela Gore, 2004) Scour Mark

Terminologi scour mark digunakan untuk struktur erosional yang berskala kecil, umumnya kurang dari satu meter dan terdapat pada bagian bawah lapisan. Dari kenampakan atas, struktur ini melonjong sesuai dengan arah arus. Kenampakan khas dari struktur ini adalah tererosinya sedimen dibawahnya dengan isian sedimen yang lebih kasar diatas lapisan yang tergerus tadi. Permukaan yang tergerus biasanya kasar, ireguler, dan berelief. Scour Mark dapat terjadi pada setiap litologi atau lingkungan asalkan arus yang ada cukup kuat untuk mengerosi sedimen dibawahnya.

Channels

Struktur ini berskala lebih luas, beberapa meter sampai kilometer, yang merupakan wilayah transportasi sedimen untuk waktu yang relatif lama. Banyak channel yang berbentuk cekung jika terlihat dari penampang samping dan terisi oleh sedimen yang membentuk kenampakan tali sepatu jika terihat dari kenampakan peta (dari atas). Struktur channel dapat dikenali dengan hubungan tidak selaras (memotong) dengan sedimen dibawahnya. Channel ini umumnya terisi oleh sedimen yang lebih kasar, dan biasanya isian awal dari suatu channel berupa lapisan basal konglomerat. Lapisan batupasir silang-siur (cross bedded sandstone) banyak mengisi channels. Pengukuran orientasi struktur ini dapat berguna dalam mengindikasikan arah kemiringan-purba dan rekonstruksi paleogeografi.

Struktur sedimen pengendapan antara lain perlapisan (stratifcations) : lapisan (bedding), laminasi, perlapisan silang siur (cross-stratifications), gelembur (ripple), dan retakan lempung (mudcrack). Berbeda dengan struktur sedimen erosional yang berada dibagian bawah lapisan, struktur sedimen pengendapan terdapat dibagian atas permukaan lapisan. Khusus pada batugamping terdapat beberapa struktur sedimen seperti cavity dan stromatolite yang terbentuk melalui sementasi selama proses pengendapan serta pelarutan. (Tucker, 1982).

Stratifikasi (Perlapisan)

Perlapisan merupakan kenampakan batuan sedimen yang sangat jelas. Perlapisan tersebut tampak karena perbedaan warna atau tekstur. Lapisan yang lebih tebal dari 1 cm disebut sebagai bed dan yang kurang dari 1cm disebut sebagai laminasi atau lamina. Bagian atas dan bawah dari lapisan ini disebut sebagai bidang perlapisan. (Gore, 2004).

Lapisan (Bedding)

Lapisan terbentuk melalui perubahan pola sedimentasi, dapat didefinisikan sebagai perubahan ukuran butir sedimen, warna atau komposisi mineralogi. Batas lapisan dapat berupa :

 Kontak Tegas  Kontak Planar  Kontak Ireguler  Kontak Gradasional

Gambar. Perlapisan di Batuan Berumur Paleozoik di Brimingham, Alabama (Gore, 1988)

Suatu bidang lapisan dapat diketahui pelamparannya melalui struktur sedimen tertentu seperti struktur sedimen erosional. Bidang lapisan batuan sedimen silisiklastik berbeda dengan bidang lapisan batugamping yang tergolong batuan sedimen karbonat. Bidang lapisan pada batugamping dapat berupa permukaan karst atau permukaan keras lainnya yang terbentuk melalui sementasi selama proses pengendapan.

Namun batas lapisan dapat hancur karena adanya proses kompaksi dan pembebanan. Pergerakan tektonik juga dapat mempengaruhi pertemuan antar lapisan.

Laminasi Pararel (Parallel Lamination)

Dibedakan melalui perubahan ukuran butir, mineralogi, komposisi atau warna. Struktur internal ini dapat dihasilkan melalui beberapa cara :

 Fase Laminasi Bidang Atas Lapisan : melalui pengendapan arus kuat, dengan kecepatan aliran yang relatif tinggi.

 Fase Laminasi Bidang Bawah Lapisan : melalui pengendapan suspensi, arus turbidit bermasa jenis rendah atau arus traksi yang lemah.

Gambar. Pararel Laminasi (Gore, 1984)

Namun pararel laminasi secara umum terbentuk oleh pengendapan material suspensi atau oleh arus turbidit yang bermasa jenis rendah pada litologi batuan sedimen berbutir halus, khususnya batuan sedimen lempungan, batupasir halus dan batugamping halus.

Laminasi juga dapat terbentuk melalui presipitasi mineral yang periodik seperti kalsit, halit atau gipsum. Lingkungan yang ideal bagi terbentuknya struktur pararel laminasi adalah pada daerah yang terisolasi seperti laguna, danau dan cekungan laut dalam.

Catatan :

 Dilapangan gunakanlah lup pembesar untuk membedakan dan meneliti penyebab dari laminasi : apakah interkalasi dari litologi yang berbeda (batulempung, batulanau, atau batugamping) atau perubahan ukuran butir (gradasi laminasi lanau ke lempung)!  Ukur rata-rata ketebalan rata-rata dari lamina-lamina yang ada. Cari kumpulan lamina

yang ada, sehingga dapat menunjukkan waktu pengendapan yang relatif lebih lama! Gelembur (Ripple) , Gumuk (Dune) dan Ombak Pasir (Sand Waves)

Struktur sedimen ini terbentuk pada sedimen berukuran pasir, baik pada batupasir, batugamping, rijang, gipsum dan batubesi. Faktor pembentuk struktur sedimen ini dapat berupa air dan angin.

Ripple

Ripple merupakan undulasi permukaan sedimen yang dihasilkan karena adanya pergerakan air atau angin pada material sedimen berukuran pasir. Ripple yang terbentuk pada arus acak seperti di sungai cenderung asimetris. Puncak-puncak dari ripple yang asimetris dapat berupa bidang lurus, sinus atau cembung tergantung kecepatan alirannya. Ripple yang asimetris memiliki kemiringan yang curam pada hilir dan kemiringan yang landai pada hulu. Karena geometri yang unik ini, ripple yang asimetris dapat digunakan sebagai penunjuk arah arus purba. Namun pada arus yang bergelombang atau berosilasi, terbentuklah ripple yang simeris, dimana bagian puncaknya relatif lurus namun cenderung kasar.

Gambar. Arus air yang berosilasi membentuk ripple simetris

Gambar. Ripple simetris di Virginia (Gore,

1985) Gambar. Ripple Asimetris di Pantai (Gore,

1985)

(Tucker, 1982), menyebutkan bahwa Ripple dapat terbagi mandi 3 macam berdasarkan agen pembentuknya antara lain :

Wave Formed Ripple

Struktur ini terbentuk melalui aksi ombak atau sedimen non-kohesif, khususnya pada sedimen berbutir lanau sampai kasar dan umumnya berbentuk simetris.

Current Ripple

Ripple yang disebabkan oleh arus terbentuk oleh arus satu arah sehingga berbentuk asimetris dengan bagian yang curam pada hilir disebut sebagai : lee side dan bagian yang landai pada hulu disebut sebagai stoss side. Berdasarkan bentuknya current ripple dapat terbagi lagi menjadi 3 macam : 1. Berpuncak lurus ; 2. Sinus ; dan 3. Linguoid

Wind Ripple

Struktur ini berbentuk memanjang, lurus dan berpuncak pararel. Agen dari ripple ini adalah angin sehingga jarang terpreservasikan.

Dune dan Sand waves

Subaqueous dune sering disebut sebagai mega-ripple dan sandwaves (bar) merupakan ripple yang berskala lebih besar. Meskipun jarang terpreservasikan, lapisan silang siur yang dihasilkan dari erosi struktur ini sangat banyak ditemukan. Subaqueous dune berukuran beberapa meter sampai lebih dari puluhan meter panjangnya dan tinggi dapat mencapai 0.5 meter. Bentuk spesifiknya menyerupai Ripple yang telah dibahas sebelumnya.

Cross Stratification

Merupakan terminologi umum untuk struktur internal lapisan yang dihasilkan pada sedimen berukuran pasir oleh aktivitas angin atau air. Jika lapisan miring tersebut lebih tebal dari 1 cm, perlapisan silang siur (cross stratification) ini disebut lapisan silang siur (cross bedding)

namun jika kurang dari 1cm disebut dengan laminasi silang-siur (cross lamination). Cross stratification terbentuk diantara ripple dan dunes. Perlapisan yang terbentuk miring membentuk sudut terhadap bidang horizontal, dan berarah ke bawah dari kemiringan tersebut. Maka dari itu, struktur sedimen perlapisan silang siur dapat digunakan dalam mengindikasikan arah arus purba.

Gambar. Asymetrical Ripple dan Cross

Bedding Gambar. Cross Stratification

Macam-macam cross stratification : Cross Bedding

Cross Lamination Flaser Bedding Lenticular Bedding Wavy Bedding

Storm Bedding : Hummocky Graded Bedding

Gradded Bedding dihasilkan ketika suatu arus bermuatan sedimen (seperti arus turbidit) mulai mengalami pengurangan kecepatan aliran. Ukuran butir yang terdapat pada suatu lapisan bergradasi ini berangsur dari ukuran yang lebih kasar dibagian bawah lapisan sampai ukuran yang lebih halus dibagian atas. Maka, graded beds dapat digunakan sebagai indikator lapisan bagian atas. (Gore, 2004)

Gambar. Graded Bedding Massive Bedding

Termasuk kedalam massive bedding atau lapisan masif adalah lapisan yang tidak memiliki struktur internal didalamnya. Ada beberapa alasan tentang terbentuknya lapisan yang tidak memiliki struktur ini, yakni :

1.

Pada saat terendapkan lapisan tersebut memang tidak memiliki struktur karena proses sedimentasi yang berlangsung cepat, dimana tidak tersedia waktu yang cukup untuk pembentukan lapisan. Sehingga lapisan yang masif dapat digunakan sebagai penciri suatu proses sedimentasi seperti arus turbidit, grain flow dan debris flow.

2.

Struktur pada lapisan tersebut rusak dan hilang karena proses tertentu seperti bioturbasi, rekristalisasi, dan pengurangan air (dewatering).

Mud Crack

Struktur ini sering terdapat pada sedimen berbutir halus, khususnya batulempung dan batugamping berukuran lempung yang umumnya terbentuk dari proses pengeringan dan pengurangan kandungan air ketika sedimen tersingkap kepermukaan, menyebabkan pengerutan sampai akhirnya terpecah-pecah seperti layaknya rekahan permukaan sawah ketika kering.

Rain Spots

Merupakan depresi-depresi kecil dipermukaan lapisan sedimen yang berbentuk membundar, terbentuk karena dampak dari air hujan yang mengenai permukaan lapisan sediment yang masih lunak ataupun berbutir halus. Umumnya terdapat di lingkungan gurun dan paparan lakustrin

Struktur Pengendapan Pada Batugamping Struktur Berongga (Cavity Structure)

Kebanyakan batugamping mengandung struktur yang pada awalnya berongga namun kemudian terisi oleh sedimen atau dalam hal ini semen karbonat setelah terjadinya pengendapan. Struktur berongga ini antara lain :

•Struktur Fenestrae

•Struktur Stromataktik

Struktur Sheet Cracks dan Neptunian

•Stuktur Rongga Karst, lubang dan gua Hardgrounds dan Tepee

Struktur ini terdapat pada batugamping yang mengalami sementasi saat pengendapan (syn-sedimentary) maka sedimen tersebut sebagian atau bahkan secara keseluruhan terlitifikasi (mengalami pengerasan) pada lantai samudra.

Permukaan yang memiliki struktur hardground umumnya terikat oleh organisme tertentu seperti oister, serpulida, dan crinoida serta terpenetrasi oleh aktivitas pemboran organisme seperti anelida, bivalvia, dan sponge, sehingga diantara struktur ini terdapat gua-gua yang terisikan oleh semen. Kenampakan dari hardground umumnya nodular yang merupakan hasil dari aktivitas pemboran dan bioturbasi organisme yang terbentuk sebelum sedimen terlitifikasi.

Sebagai hasil dari sementasi syn sedimenter pada sedimen karbonat tersebut permukaan lapisan yang mengalami sementasi dapat mengembang dan pecah membentuk pola polygonal. Lapisan yang tersemen tersebut dapat terdorong keatas membentuk antiklin semu atau dapat disebut sebagai tepee.

Paleokarstic Surfaces

Permukaan paleokarst terbentuk melalui kontak sedimen karbonat dengan permukaan (udara) dan pelarutan meteoric atau air hujan (karstifikasi). Permukaan seperti ini umumnya memiliki topografi yang tidak beraturan dan biasanya tertimbun oleh lapisan lempung yang tipis atau dapat juga tanah.

Stromatolites

Stromatolit merupakan struktur laminasi biogenik yang memiliki struktur tumbuh yang bervariasi. Terbentuk melalui pemerangkapan dan pengikatan partikel karbonat oleh lapisan alga umumnya cyanobacteria dan presipitasi biokimia karbonat. Bentuknya bermacam-macam mulai dari berlaminasi, berbentuk kubah dan kolom-kolom.

c. Struktur Sedimen Post-Pengendapan

Banyak variasi dari struktur yang terbentuk setelah proses pengendapan, beberapa melalui pergerakan masa sedimen (slumping and sliding) dan yang lainnya melalui reorganisasi internal karena pengurangan air dan pembebanan

Slumps, Megabreccia dan Slides

Ketika terendapkan, baik pada lereng atau dekat dengan lereng, masa sedimen dapat tertransport kebawah lereng. Slide merupakan kegiatan tertransportasinya masa sediment pada masa sedimen yang memiliki deformasi internal yang sedikit.

Megabreccia merupakan istilah yang digunakan untuk endapan blok-blok masa sediment yang besar, merupakan hasil dari aktivitas patahan selama pengendapan dan erosi dari gawir sesar. Megabreccia yang berkomposisikan batugamping dan terdapat pada bagian

bawah suatu kemiringan kemungkinan terendapkan pada saat penurunan muka air laut dan runtuhnya batas paparan karbonat.

Slump merupakan istilah ketika bagian dalam masa sedimen terhancurkan selama pergerakan menuruni kemiringan. Kenampakan dari slump menunjukkan lipatan : lipatan rebah, antiklin asimetris dan sinklin serta sesar naik dalam ukuran lokal. Sumbu lipatan berorientasi pararel dengan strike kemiringan dan arah dari pembalikan lipatan menuju ke bagian bawah kemiringan. Maka dari itu pengukuran orientasi sumbu lipatan dan bidang lipatan slump berguna untuk memastikan arah dari slumping dan kemiringan purba.

Keterdapatan slump atau slide dalam suatu kemenerusan lapisan dapat dideduksikan dari keterdapatan lapisan yang normal (undisturbed beds) diatas dan bawah dari lapisan yang mengalami slump atau slide.

Deformed Bedding

Deformed bedding atau istilah lain seperti disrupted, convolute dan contorted dapat digunakan untuk suatu lapisan yang dihasilkan selama sedimentasi dan telah mengalami deformasi, namun tidak terdapat pergerakan lateral dari sediment tersebut.

Convolute Bedding, terjadi pada sediment laminasi silang siur (cross lamination) dengan laminasi yang terdeformasi menjadi gulungan, antiklin kecil, dan sinklin tajam. Konvolusi seperti ini umumnya asimetris dan merupakan kebalikan dari arah arus purba.

Contorted dan disrupted, menunjukkan deformasi yang lebih sedikit pada suatu lapisan, yakni adanya lipatan tak beraturan dan disorientasi lapisan secara local.

Penyebab dari deformed bedding dapat berasal dari pemotongan oleh arus permukaan sedimen dan penyeretan friksional oleh pergerakan partikel pasir yang menyebabkan terjadinya convolute bedding dan overturned bedding.

Sandstone Dykes dan Sand Volcanoes

Struktur ini terbentuk melalui proses pengurangan air dan lolosnya air, karena getaran gempa bumi. Sandstone dykes berbentuk pemotongan lapisan oleh terobosan batupasir dan Sand volcanoe berbentuk membundar dengan depresi di bagian tengah, terdapat pada bidang lapisan.

Dish Structures dan Pillar Structures

Struktur ini terbentuk melalui aliran air baik secara lateral maupun vertikal pada suatu material sediment (Tucker, 1982). Umumnya terjadi pada endapan aliran gravitasi (sediment gravity flow) pada kemiringan laut dalam, kipas laut dalam serta bagian terdalam dari kemenerusan laut dalam tersebut. Dish, berbentuk cekung, sedangkan pillar berbentuk lonjong dan tidak berstruktur internal.

Load Structures

Struktur ini terbentuk melalui pembebanan suatu lapisan terhadap lapisan lainnya. Beberapa contoh dari load structure :

Load Cast, merupakan pembebanan lapisan batupasir terhadap lapisan batulempung dibawahnya, sehingga berbentuk seperti struktur yang membundar tanpa adanya orientasi tertentu.

Flame Structure, merupakan hasil dari lapisan lempung yang dibebani oleh lapisan batupasir diatasnya sehingga terinjeksikan keatas mempenetrasi lapisan batupasir.

Ball and Pillow Structure, lapisan batupasir yang membebani lapisan batulempung dibawahnya dapat masuk tenggelam kedalam celah pada lapisan batulempung sehingga memecahkan dan memisahkan masa lapisan lempung tersebut membentuk pola-pola seperti bola dan bantal (ball and pillow).

Pressure Dissolution dan Compaction

Struktur ini terbentuk sebagai hasil dari tekanan pembebanan dan proses tektonik, serta pelarutan yang terjadi pada masa batuan sediment sepanjang bidang lapisan.

Efek tekanan pelarutan ini umum terlihat pada batas antara lapisan pada batugamping dalam bentuk stylolite.

Nodules

Struktur nodul ini disebut juga konkresi umumnya terbentuk pada sedimen setelah pengendapan. Terdapat dalam bentuk tampalan-tampalan dari sementasi sedimen tertentu.

Dalam dokumen 63430369-Geologi-Umum-4arale (Halaman 41-64)

Dokumen terkait