• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Kandungan Logam Berat Dalam Badan Air

Salah satu zat pencemaran lingkungan yang sekarang serius diperbincangkan adalah logam berat. Limbah logam berat merupakan limbah yang berbahaya. Logam-logam berat umumnya bersifat toksin (racun) dan kebanyakan di air dalam bentuk ion. Logam-logam berat yang mencemari perairan bermacam-macam jenisnya, salah

satunya adalah logam timbal (Pb). Perairan yang sudah tercemar oleh logam berat akan diikuti oleh tercemarnya organisme di perairan tersebut, sehingga di perairan itu akan terjadi akumulasi logam berat dalam jaringan tubuh yang semakin lama akan semakin tinggi kandungannya (Sentiyoso, 2000 dalam Rahman, 2005). Dari hasil analisa kadar logam berat Pb dalam air di perairan muara Sungai Asahan disajikan pada Tabel 4.4

Tabel 4.4. Hasil Analisa Konsentrasi Logam Pb (ppm) dalam Badan Air di Perairan Muara Sungai Asahan

Kandungan logam Pb pada kedalaman No Stasiun 0 m 1,25 m 1,5 m Rata-rata±SD 1 2 3 ST1 ST2 ST3 0,0059 0,0040 0,0059 0,0097 0,0021 0,0021 0,0040 0,0021 0,0040 0,0065±0,0029a 0,0027±0,0011a 0,0040±0,0019b

Nilai Ambang Batas (NAB) baku mutu air laut untuk biota laut 0,008 (ppm)

Pada data hasil analisis kadar logam berat timbal Pb dalam air menunjukkan, bahwa kadar logam timbal (Pb) dalam air di muara Sungai Asahan pada stasiun 1 dan 3 sudah tercemar logam berat. Nilai rata-rata logam timbal dalam badan air diperoleh antara stasiun I (0,0065 ppm) dengan stasiun II (0,0027 ppm) tidak berbeda nyata. Namun rata-rata logam timbal antara stasiun I dengan III serta II dan III adalah berbeda nyata. Dari hasil data tersebut menunjukkan kadar logam berat timbal (Pb) dalam air di muara Sungai Asahan lebih tinggi dari kadar timbal (Pb) normal yang dijumpai dalam air laut yakni 0,003 ppm sesuai dengan yang dikemukakan oleh (M. Walchucle, 1974 dalam Lestari dan Edward 2004). Namun secara keseluruhan kadar logam Pb dalam air di perairan muara Sungai Asahan masih di bawah Nilai Ambang Batas (NAB) baku mutu air laut oleh KepMen LH 2004 yaitu 0,008 ppm.

Data ini menunjukkan bahwa pada stasiun I banyak menerima limbah yang mengandung Pb, hal ini disebabkan lokasi tersebut lebih dekat ke daerah pemukiman dan pelabuhan. Daerah muara dan sepanjang sungai kerap dijadikan alat transportasi laut yang membutuhkan bahan bakar dan menghasilkan buangan limbah Pb yang akhirnya mempengaruhi kualitas air laut di daerah tersebut. Dan juga dimungkinkan karena lokasi tersebut merupakan tempat berlabuhnya kapal-kapal yang limbahnya terbuang ke laut.

Umumnya bahan bakar minyak mendapat zat tambahan tetraetil yang mengandung Pb untuk meningkatkan mutu, sehingga limbah dan kapal-kapal tersebut dapat menyebabkan kadar Pb di peraturan tersebut tinggi. Kadar timbal di stasiun II (4 mil) dari pantai lebih rendah bila dibandingkan dengan stasiun III (5 mil) dari pantai. Diduga disebabkan pengaruh adanya pasang surut sehingga terjadi pengenceran cemaran logam Pb badan air di lokasi tersebut.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Romimuhtarto (1991) bahan cemaran setelah mamasuki perairan pesisir dan laut, sifat dan kondisi bahan pencemar ditentukan oleh beberapa faktor dengan kemungkinan perjalanan bahan pencemar antara lain terencerkan dan tersebarkan oleh adukan atau turbulensi dan arus laut. Di muara, arus air sungai bertemu dengan arus pasang dan kondisi arus gelombang yang cukup tenang, sehingga logam tersebut mengalami pengenceran yang rendah. berdasarkan hasil pengamatan, kadar logam berat umumnya masih tergolong rendah, kualitas airnya masih tergolong baik karena tidak ditemukan adanya kadar logam berat yang melibihi NAB (Nilai Ambang Batas) baku mutu air laut untuk kehidupan biota laut (KepMen LH/No 51/2004).

Tingkat kontaminasi logam berat timbal (Pb) dalam badan air pada stasiun I lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun II dan III, hal ini disebabkan stasiun tersebut merupakan lokasi yang dekat dengan aktivitas manusia di sepanjang muara Sungai Asahan, yang sudah tercemar logam berat timbal (Pb).

Tabel 4.5 memperlihatkan kadar logam timbal (Pb) di perairan muara Sungai Asahan dan berberapa perairan lain di Indonesia tabel tersebut menunjukkan bahwa kadar logam berat Pb dalam air laut di muara Sungai Asahan pada umumnya relatif tinggi dibandingkan dengan perairan (Muara Cunda, Teluk Jakarta, Muara Sungai Cisadane, P.Muara, P.Kabaena). Tingginya kadar Pb di perairan tersebut karena limbah dari berbagai aktivitas manusia disepanjang Muara Sungai Asahan, antara lain pabrik pengolahan hasil laut, tempat lokasi bahaya limbah air balas dari kapal-kapal yang berlabuh, bersandar yang selesai bongkar muat.

Tabel 4.5. Perbandingan Logam Berat Timbal (Pb) ppm Dalam Perairan Muara Sungai Asahan dan Perairan lain di Indonesia

No Lokasi Penelitian Kandunga Logam berat Pb Keterangan

1 2 3 4 5 6

Perairan teluk Jakarta Perairan Kamal dan Cilincing

Perairan muara sungai Cisadane

Perairan P.Muna,P. Kabaena, dan Buton Perairan P. Seribu (2009)

Perairan muara Sungai Asahan 0,001-0,0027 (ppm) 0,003-0,0093 (ppm) dan 0,0059-0,0122 (ppm) <0,001-0,005 (ppm) 0,0055 (ppm), 0,0044 (ppm) dan 0,0065 (ppm) 0,0062-0,0074 (ppm) 0,0027-0,0065 (ppm)

Lestari dan Edward (2004). Mufidah Fitriati (2004). Rochyatun, et al, 2006. Fasmi Ahmad (2006). Harry Sudrajat Johari 2009. Penelitian ini

Berdasarkan ketetapan KepMen LH (2004), kadar Pb hasil pengamatan ini masih baik dan belum berbahaya bagi organisasi perairan, mengingat kadar Pb yang dapat menyebabkan keracunan pada jenis ikan tertentu adalah sebesar 0,1-0,2 ppm dan pada kadar 188 ppm dapat membunuh ikan-ikan (palar, 2004). Selanjutnya

Murphy (1970), dalam Ahmad, (2006) melaporkan bahwa biota perairan seperti

crustacea akan mengalami kematian setelah 245 jam, bila pada badan perairan

mengandung Pb sebesar 2,75-49 ppm. Biota perairan lainnya dari golongan insecta akan mengalami kematian dalam selang waktu yang lebih panjang yaitu 168-336 jam, bila pada perairan mengandung Pb sebesar 3,7-64 ppm Pb dengan demikian kadar Pb hasil pengamatan ini belum berbahaya bagi kehidupan biota di perairan ini.

4.2.2 Cadmium (Cd)

Hasil pengukuran kadar Cd di perairan Muara Sungai Asahan berdasarkan lokasi yang disajikan pada tabel (4.6). Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kadar Cd rata-rata di stasiun I, II dan III berturut-turut yakni 0,0264 ppm, 0,0205 ppm dan 0,0076 ppm. Data ini menunjukkan perairan muara Sungai Asahan tercemar logam berat kadmium (Cd).

Tabel 4.6. Hasil Analisa Konsentrasi Logam Cd (ppm) dalam Badan Air di Perairan Muara Sungai Asahan

Kandungan logam Cd pada kedalaman No Stasiun 0 m 1,25 m 1,5 m Rata-rata±SD 1 2 3 ST1 ST2 ST3 0,0278 0,0245 0,0114 0,0263 0,0203 0,0068 0,0252 0,0167 0,0047 0,0264±0,0013a 0,0205±0,0039a 0,0076±0,0034b

Kadar Cd pada ketiga lokasi penelitian ini sudah melebihi kadar Cd yang

normal dalam air laut yakni 0,11 ppb (Waldichuck, 1974 dalam Fasmi Ahmad,

2009), dan nilai ambang batas (NAB) yang ditetapkan oleh kepmen LH (2004) untuk biota laut adalah 0,001 ppm. Berdasarkan tingginya kadar Cd ini, perairan muara Sungai Asahan sudah tercemar logam berat Cd.

Hal ini didukung oleh Palar, (2008) dalam strata lingkungan sumber Cd dalam badan perairan yang dikontribusi dari air limbah industri sangat kecil yaitu sebesar 0,6% dari total kandungan Cd yang ada sedang jumlah paling besar dikontribusi oleh limbah padat yaitu 82% ( lihat tabel 4.7). Limbah padat adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut bila dibuang ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun pembentukan koloidal.

Tabel 4.7. Persentase Kandungan Cd yang Masuk ke Teluk New York

Asal Sampel Konsentrasi Cd (%)

Limbah padat

Limbah cair rumah tangga Limbah cair Industri Aliran dari pemukiman Aliran Air tanah Lain-lain 82 5 0,6 5 >1 5 Sumber Muller, et al, 1979 dalam Palar 2008.

Tabel 4.8. Perbandingan Kadar Logam Berat Cadmium dalam Air Laut di Perairan Muara Sungai Asahan dan Perairan lain di

Indonesia

No Lokasi penelitian Kandungan logam

Berat Cd (ppm) Keterangan 1 2 3 4 5 6

Kali Donan Cilacap

Perairan kamal dan Cilincing

Perairan Muara Sungai Cisadane Perairan Pulau Muna, P Kabaena,P Buton Perairan Pulau Seribu Perairan muara Asahan 0,00345-0,00370 (ppm) 26,89-78,49 (ppm) dan 5,92-12,24 (ppm) <0,001-0,001(ppm) <0,001-0,001 (ppm) 0,0014-0,0040(ppm) 0,0076-0,0264 (ppm)

Henny Pagoray, Shalihuddin Djalal Tandjung dan Hartono (1999) Mufidah Fitriati (2004) Endang Rochyatun, M.Taufik Kaisufi, Abdul Rozak (2006) Fasmi Ahmad 2006

Harry Sudrajat Johari 2009 Penelitian ini (2009)

Berdasarkan Tabel 4.8 kadar logam Cd di perairan Muara Sungai Asahan Rata-rata 0,0076-0,0264 ppm, bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya diperoleh nilai rata-rata Cd sebesar 0,001 ppm (Afrizal, 2000), ini menunjukkan adanya kenaikan jumlah kandungan Cd tersebut. Bila dibandingkan dengan penelitian yang sama dan di lokasi yang lain (Batakan dan Takisung) kandungan logam Cd di badan airnya diperoleh 0,06 ppm dan 0,047 ppm, artinya logam berat yang diperoleh di perairan muara Sungai Asahan masih lebih rendah, namun relatif tinggi bila dilihat dari data di atas, dan berada di atas nilai ambang batas (NAB) baku mutu air laut untuk biota laut KMNLH (2004) yakni 0,001 ppm.

Mengingat Cd bersifat racun dan merugikan bagi semua organisasi hidup bahkan juga berbahaya untuk manusia. Dalam badan perairan, berlarutkan Cd dalam konsentrasi tertentu dapat membunuh biota perairan. Biota-biota tergolong bangsa udang-udangan (Crustacea) akan mengalami kematian dalam selang waktu 24-504 jam bila di dalam badan perairan di mana biota tersebut hidup terlarut logam atau persenyawaan Cd pada rentang konsentrasi antara 0,005-0,15 ppm. Untuk biota-biota yang tergolong ke dalam bangsa serangga (Insecta) akan mengalami kematian dalam selang waktu 24-672 jam bila ditemukan di dalam badan perairan, dimana biota tersebut hidup terlarut Cd atau persenyawaannya Cd dalam rentang konsentrasi 0,003 - 18 ppm. Sedangkan untuk biota-biota perairan yang tergolong kedalam keluarga Oligachaeta akan mengalami kematian dalam selang waktu 24-96 jam bila di dalam badan perairan terlarut logam Cd atau persenyawaanya dengan rentang konsentrasi antara 0,0028 – 4,6 ppm dan untuk kerang akan mengalami kematian dalam selang waktu 96 jam bila ditemukan persenyawaan Cd di badan air konsentrasinya 2,2-35 ppm (Palar, 2008).

Pada Tabel 4.6 hasil kandungan logam berat Cd dalam badan air pada stasiun I (0,0264 ppm), stasiun II (0,0167 ppm) dan stasiun III (0,0076 ppm). Jika dibandingkan nilai rata-rata pada stasiun I dengan stasiun II terlihat tidak berbeda nyata, ini menunjukkan penyebaran logam berat pada stasiun I dengan II tidak jauh berbeda. Sedangkan stasiun I dengan stasiun III berbeda nyata demikian juga pada stasiun II dan III. Adanya kondisi yang berbeda nyata ini disebabkan karena stasiun I lebih dekat ke pemukiman, kemungkinan tingginya kandungan Cd disebabkan oleh

aktivitas masyarakat membuang limbah baik limbah padat maupun cair ke aliran Sungai Asahan dan berakhir di muara Sungai Asahan. Industri yang menggunakan Cd sebagai bahan campuran zat antara lain industri-industri galangan kapal yang ada di daerah tersebut masih kurang terkontrol membuang limbahnya ke dalam perairan di sekitarnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hutagalung, (1984) dalam

Tarigan dan Sediadi, (2000), Unsur Cd, Zn dan Cu banyak digunakan dalam industri sebagai bahan campuran logam dan cat. Dari nilai rata-rata kandungan Cd yang diperoleh dari perairan muara Sungai Asahan sudah berada di atas nilai ambang batas (NAB) baku mutu air laut untuk biota laut yaitu 0,001 ppm (KepMen LH/No 51/2004.

Sama halnya dengan logam berat lainnya, keracunan yang disebabkan oleh Cd dapat bersifat akut dan keracunan kronis, apabila dikonsumsi manusia maka dalam tubuh manusia akan menjadi akumulasi (disebut sebagai proses biomagnifikasi) logam cadmium yang toksik ini pada organ-organ tubuh tertentu seperti ginjal,jaringan saraf, system reproduksi, kemungkinan berakibat karsinogenik dan kanker prostat pada manusia (APHA, 1985). Di Jepang juga terjadi peristiwa keracunan oleh logam Cd yang menyebabkan terjadinya kerapuhan pada tulang-tulang penderita penyakit tersebut”Itai-itai”, Penyakit ini mirip dengan oste malasia (sejenis penyakit tulang) yang mendatangkan rasa sakit pada persendian tulang belakang dan tulang kaki (Palar, 2008).

Hasil kandungan logam berat Cd dalam badan air di perairan muara Sungai Asahan memberi petunjuk bahwa masukan logam berat baik yang berasal dari

peluruhan mineral logam secara alami, proses geologis yang terdapat di perairan maupun yang berasal dari limbah berbegai kegiatan baik di laut maupun di darat belum berpengaruh terhadap fluktuasi kadar logam berat. Dari tabel di atas dapat dilihat nilai status mutu air laut adalah tercemar ringan yang berarti kualitas air laut di perairan ini termasuk kelas B, namun dengan demikian kadar logam berat di perairan ini belum berbahaya bagi kehidupan biota laut.

4.3Kandungan Logam Berat Dalam Sedimen Di Perairan Muara Sungai

Dokumen terkait