• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Pencemaran Logam Berat Pada Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering mapun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut,dan pembebasan air asin sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti pencemaran (Dahuri et al,.1996). Jadi wilayah pesisir merupan ekosistem yang paling rawan terkena dampak kegiatan manusia. Menurut Sutamiharja et al, (1982), dalam Zubayr (2009), faktor-faktor penyebab pencemaran adalah :

1. Erosi dan sedimentasi yang disebabkan oleh rusaknya hutan di daerah hulu sungai yang bermuara ke laut serta penggalian pasir dan kerikil di sungai-sungai

tersebut.

2. Limbah pertanian berupa sisa pestisida dan pupuk yang digunakan dalam usaha peningkatan produksi pertanian yang masuk ke dalam sistem perairan dan akhirnya sampai keperairan laut.

3. Air selokan dari kota yang mengandung berbagai bahan, yang kemudian masuk melalui sungai dan bermuara keperairan.

4. Permasalahan yang pokok dari aktivitas perminyakan yang dapat menimbulkan pencemaran adalah :

a. Masalah operasional berupa ceceran minyak dan buangan secara kontinyu; pembuangan air bekas pencucian tanki dan kapal.

b. Masalah kecelakaan berupa gangguan transortasi seperti pecahnya pipa-pipa penyalur tanki penimbunan, kandasnya kapal tanki, dan tumpahan minyak yang berasal dari kegiatan di pelabuhan.

5. Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), berupa air panas yang berasal dari air pendingin yang dibuang ke perairan sehingga akan meningkatkan suhu perairan, akibat pembuangan air panas tersebut akan menimbulkan masalah lingkungan terutama bagi organisme akuatik yang hidup di sekitar perairan tersebut.

6. Industri, peningkatan jumlah industri yang pesat disamping memberi dampak positif terhadap peningkatan perekonomian penduduk, juga menimbulkan masalah terhadap lingkungan, akibat limbah yang di hasilkan oleh industri.

Logam berat masuk kedalam perairan melalui air hujan, aliran air permukaan, erosi korofikasi batuan mineral, dan berbagai kegiatan manusia seperti aktivitas industri, pertambangan, pengolahan atau penggunaan logam dan bahan yang mengandung logam. Kelarutan logam berat dalam air bisa berubah menjadi lebih tinggi atau lebih rendah, tergantung kondisi lingkungan perairan. Pada perairan yang kekurangan oksigen akibat tingginya konsentrasi bahan organik, kelarutan beberapa jenis logam, seperti Zn, Cd, Pb dan Hg, semakin rendah dan lebih mudah mengendap. Logam berat yang masuk ke sistem perairan baik di sungai maupun lautan akan dipindahkan dari badan airnya melalui tiga proses yaitu pengendapan, adsorbsi, dan absorbsi oleh organisme-organisme perairan (Bryan, 1976 dalam Zubayr, 2009).

Dalam perairan, logam berat dapat ditemukan dalam bentuk terlarut dan tidak terlarut. Logam berat terlarut adalah logam yang membentuk komplek dengan senyawa organik dan anorganik, sedangkan logam berat yang tidak terlarut merupakan partikel-partikel yang berbentuk koloid dan senyawa kelompok metal yang teradsorbsi pada partikel-partikel yang tersuspensi (Razak, 1980 dalam Zubayr 2009). Masuknya logam berat ke dalam tubuh organisme perairan dapat melalui rantai makanan dan difusi melalui kulit dan insang selanjutnya di dalam tubuh biota perairan akanterjadi bioakumulasi dan biomagnifikasi logam berat hal ini mengakibatkan “factor concentrate” (rasio konsentrasi logam berat dalam tubuh organisme dan konsentrasi dalam badan air semakin meningkat) (Hutagalung et al., 1999 dalam Zubayr, 2009).

Secara alamiah logam berat terdapat dalam laut namun kadarnya sangat rendah, yaitu berkisar 10-5-10-2 ppm. Dalam kondisi alamiah ini logam berat dibutuhkan organisme hidup untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya (Philips, 1980

dalam Hutagalung, 1997). Bahkan kadar logam berat yang rendah dalam suatu

perairan dapat menyababkan berbagai organisme yang hidup didalamnya menderita defisiensi (Bryan, 1976 dalam Hutagalung, 1991). Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan estuaria merupakan suatu proses yang erat hubunganya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Pada air laut di lautan lepas kontaminasi logam berat biasanya terjadi secara langsung dari atmosfer atau karena tumpahan minyak dari kapal tanker yang melaluinya. Sedangkan di daerah sekitar pantai kontaminasi logam kebanyakan berasal dari mulut sungai yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri atau pertimbangan (Darmono,1995 dalam Afrizal 2000).

Tabel 2.1. Kadar Normal dan Kadar Maksimum Logam Berat yang Masuk ke Lingkungan Laut

Kadar (ppm) Unsur

Normal (A) Maksimum (B)

Cadmium (CD) Timah hitam (Pb) Tembaga (Cu) Seng (Zn) 0.0003 0.00011 0.002 0.002 0.05 0.01 0.05 0.1 Keterangan : (A) Waldichuk,1974

(B) Environmental Protection Agency (EPA),1973 dalam

Hutagalung,1991.

Menurut Lhacher dan Goldstein (1996 dalam Bahri 2003), logam berat secara alami berasal dari proses geologi secara alami, pertambangan dan aktivitas industri.

Selanjutnya Clark (1986 dalam Bahri 2003) membagi logam untuk kepentingan

Biologi dalam tiga kelompok yaitu :

1. Logam ringan (seperti natrium, kalium, kalsium dan sebagainya), biasanya di angkut sebagai kation aktif di dalam larutan encer.

2. Logam transisi (seperti besi, tembaga, kobal dan mangan), diperlukan dalam konsentrasi yang tinggi

3. Logam berat dan metalloid (raksa, timah hitam, selenium dan arsen) umumnya tidak diperlukan dalam kegiatan metabolism dan dapat menjadi bahan yang beracun pada sel dan organisme tertentu walaupun pada konsentrasi rendah.

Logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas, lebih besar dari 5 gram cm-3 mempunyai nomor atom lebih besar dari 21 dan terdapat pada bagian

tengah dari faktor unsur-unsur periodik (Bahri, 2003). Diketahui ada 18 logam berat sebagai bahan pencemar, tetapi ada beberapa yang bersifat esensial untuk kehidupan

organisme, misalnya Cu dan Zn tetapi dalam jumlah berlebih dapat bersifat racun bagi organisme (Bryan, 1976;Valke dan Walker, 1970 dalam Afrizal 2000). Dalam kenyataannya logam berat Cd dan Pb juga sangat berbahaya bagi kehidupan organisme walaupun dalam konsentrasi yang sangat rendah.

Logam berat ini mempunyai sifat “Biomagnifikasi” artinya dapat berakumulasi dalam jaringan organisme dan melalui rantai makanan akhirnya membahayakan kehidupan manusia (Dahuri, 2003). Logam yang berbahaya dapat menyebabkan toksin dan bersifat agak permanen dan mempunyai waktu paruh yang lama adalah Cadmium(Cd), Plumbum(Pb) dan air raksa (Palar, 2008).

Dokumen terkait