• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.7 Kandungan Mineral Tailing Setelah Perlakuan

Analisis unsur hara tailing setelah perlakuan ini dilakukan terhadap tailing dengan perlakuan yang menghasilkan pertumbuhan semai mahoni paling baik, yaitu perlakuan pupuk limbah agar-agar 1% yang merupakan perlakuan terbaik untuk parameter pertumbuhan tinggi semai mahoni dan perlakuan pupuk limbah agar-agar 1,5% yang merupakan perlakuan terbaik diantara untuk parameter pertumbuhan diameter semai mahoni.

Analisis ini meliputi sifat fisik dan kimia tailing. Sifat fisik meliputi tekstur tanah yang terdiri atas kandungan debu, liat, dan pasir. Sifat kimia meliputi pH, Kapasitas Tukar Kation (KTK), C-organik, N-total, fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), seng (Zn), dan besi (Fe). Karakter media tanam

Tabel 9 Karakteristik media tanam tailing setelah diberi perlakuan

Sifat Tailing murni Tailing + Limbah

Agar-Agar 1%

% perubahan Tailing + Limbah

Agar-Agar 1,5%

% perubahan Standar Sifat

Kimia Tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983) Fisik: Pasir (%) 50,3 51,4 2,19 52 3,38 - Debu (%) 38,4 39 1,56 39,77 3,57 - Liat (%) 11,3 9,6 -15,04 8,23 -27,19 - Kimia: pH 6,6 6,7 1,52 6,7 1,52 7 KTK (me/100 gr) 7,88 9,2 16,75 9,86 25,13 17-25 C-organik (%) 0,08 0,72 800 0,78 875 2-3 N-total (%) 0,03 0,25 733,33 0,32 966,67 0,21-0,5 P (ppm) 3,2 7,9 146,88 9,11 184,69 16-25 K (me/100 gr) 0,64 0,95 48,44 1,01 57,81 21-40 Ca (me/100 gr) 1,98 2,91 46,97 2,98 50,51 6-10 Mg (me/100 gr) 1,07 1,57 46,73 1,59 48,6 1,1-2,0 Zn (ppm) 34,6 35,22 1,79 35,34 2,14 10-300 Fe (ppm) 60,1 59,77 -0,55 58,03 -3,44 50-250

Berdasarkan Tabel 9, ternyata pasir yang terdapat pada tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1% meningkat dari 50,3% menjadi 51,4% (meningkat 2,19%). Sementara itu debu yang terdapat pada tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1,5% meningkat menjadi 52% (meningkat 3,38%). Debu yang terdapat pada tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1% meningkat dari 38,4% menjadi 39% (meningkat 1,56%). Sementara itu debu yang terdapat pada tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1,5% meningkat menjadi 39,77% (meningkat 3,57%). Liat yang terdapat pada tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1% menurun dari 11,3% menjadi 9,6% (menurun 15,04%). Sementara itu debu yang terdapat pada tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1,5% menurun menjadi 8,23% (menurun 27,19%).

Peningkatan kandungan pasir pada tailing diduga karena penyiraman yang berlebihan sehingga kandungan liat justru ikut terbawa oleh air. Tekstur tanah dengan komposisi fisik seperti ini tergolong kurang baik. Terjadinya peningkatan sejumlah pasir di dalam tanah dapat mengurangi persediaan air dan unsur hara karena pori-pori yang besar dari fraksi pasir tidak mampu menahan air dan unsur hara menjadi tidak larut sehingga tidak mampu terserap oleh tanaman. Hal ini diduga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan mahoni mengalami pertumbuhan yang tersendat-sendat bahkan mengalami kematian.

Derajat kemasaman (pH) tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1% dan 1,5% meningkat dari 6,6 menjadi 6,7. Nilai pH tailing tersebut

tetap memenuhi standar pH tanah yang baik untuk tanaman, yaitu 7 (netral) (Pusat Penelitian Tanah 1983). Hal ini juga telah sesuai

dengan literatur bahwa limbah agar-agar dapat meningkatkan pH tanah (Soerianto 1987 diacu dalam Saputra 2008).

Peningkatan pH ini diduga disebabkan oleh proses dekomposisi dari berbagai jenis bahan organik yang diberikan. Hasil perombakan tersebut akan menghasilkan kation-kation basa yang mampu meningkatkan pH. Hasil akhir sederhana dari perombakan bahan organik antara lain kation-kation basa seperti Ca, Mg, K dan Na. Pelepasan kation-kation basa ke dalam larutan tanah akan menyebabkan tanah jenuh dengan kation-kation tersebut yang pada akhirnya akan

meningkatkan pH tanah. Peningkatan pH akibat penambahan bahan organik dikarenakan proses mineralisasi dari anion organik menjadi CO2 dan H2O atau karena sifat alkalin dari bahan organik tersebut. Pemberian bahan organik dapat meningkatan pH tanah namun besarnya peningkatan tersebut sangat tergantung dari kualitas bahan organik yang dipergunakan (Richie 1989). Peningkatan pH mendekati netral merupakan hal penting karena pH merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah yaitu derajat kemasaman tanah (pH) (Lingga 1998).

Kapasitas Tukar Kation (KTK) tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1% meningkat dari 7,88 me/100 gram menjadi 9,2 me/100 gr (meningkat 16,75%). Sementara itu Kapasitas Tukar Kation (KTK) tailing setelah

diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1,5% meningkat menjadi 9,86 me/100 gram (meningkat 25,13%). Kapasitas Tukar Kation tailing setelah

diberi perlakuan ini belum memenuhi standar KTK tanah yang baik untuk tanaman yaitu sekitar 17-25 me/100 gram (Pusat Penelitian Tanah 1983). Kapasitas Tukar Kation ini dapat meningkat diduga karena proses dekomposisi bahan organik yang kemudian menghasilkan residu berupa humus dimana fraksi koloid organik mampu menggabungkan mineral-mineral tanah menjadi agregat yang memiliki daya jerap kation yang lebih baik daripada koloid liat (Duxbury et al. 1989).

Kandungan C-organik tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1% meningkat dari 0,08% menjadi 0,72 % (meningkat 800%). Sementara itu kandungan C-organik tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1,5% meningkat menjadi 0,78 % (meningkat 875%). C-organik tailing setelah diberi perlakuan ini belum memenuhi standar C-organik tanah yang baik untuk tanaman yaitu sekitar 2-3% (Pusat Penelitian Tanah 1983). Peningkatan C-organik ini diduga disebabkan oleh air yang tertahan di dalam tailing serta penambahan bahan organik. Penambahan bahan organik ke dalam tanah akan mengurangi masalah pencucian sekaligus keterlambatan penyediaan unsur hara, sehingga unsur hara tidak hanya terjadi dari mineralisasi bahan organik yang masih terdapat dalam tanah, namun juga berasal dari bahan organik yang ditambahkan (Hairiah et al. 2000).

Kandungan N-total tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1% meningkat dari 0,03% menjadi 0,25% (meningkat 733,33%).

Sementara itu kandungan N-total tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1,5% meningkat menjadi 0,32% (meningkat 966,67%). N-total tailing

setelah diberi perlakuan ini telah memenuhi standar N-total tanah yang baik untuk tanaman yaitu sekitar 0,21-0,5% (Pusat Penelitian Tanah 1983). Peningkatan N-total ini dikarenakan limbah agar-agar mengandung nitrogen yang tinggi, selain itu pemberian nitrogen dan bahan organik secara bersama-sama dapat meningkatkan nitrogen tersedia dalam tanah karena penyerapan nitrogen oleh tanaman akan meningkat (Isnaini 2005). Peningkatan nitrogen ini dapat meningkatkan klorofil a dan b pada tanaman. Kandungan klorofil yang tinggi menunjukkan lebih baiknya kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis (Iqbal 2008).

Kandungan fosfor (P) tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1% meningkat dari 3,2 ppm menjadi 7,9 ppm (meningkat 146,88%). Sementara itu kandungan fosfor (P) tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1,5% meningkat menjadi 9,11 ppm (meningkat 184,69%). Kandungan fosfor pada tailing setelah diberi perlakuan ini belum memenuhi standar kandungan fosfor tanah yang baik untuk tanaman yaitu sekitar 16-25 ppm (Pusat Penelitian Tanah 1983). Mekanisme peningkatan dari berbagai fosfor tersedia dari masukan bahan organik yang diberikan ke dalam tanah akan mengalami proses mineralisasi fosfor sehingga akan melepaskan fosfor anorganik ke dalam tanah. Selain itu, penambahan bahan organik ke dalam tanah akan meningkatkan aktivitas mikrobia tanah. Mikrobia akan menghasilkan enzim fosfatase yang merupakan senyawa perombak fosfor organik menjadi fosfor anorganik. Enzim fosfatase selain dapat menguraikan fosfor dari bahan organik yang ditambahkan, juga dapat menguraikan fosfor dari bahan organik tanah (Palm et al. 1997).

Kandungan kalium (K) tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1% meningkat dari 0,64 me/100 gram menjadi 0,95 me/100 gram (meningkat 48,44%). Sementara itu kandungan kalium (K) tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1,5% meningkat menjadi 1,01 me/100 gram

(meningkat 57,81%). Kandungan kalium pada tailing setelah diberi perlakuan ini belum memenuhi standar kandungan kalium tanah yang baik untuk tanaman yaitu sekitar 21-40 me/100 gram (Pusat Penelitian Tanah 1983). Peningkatan kandungan kalium ini dipengaruhi oleh aspek tanah dan parameter iklim, yaitu peningkatan kapasitas tukar kation dan pH, serta kelembaban, suhu, dan aerasi yang mencukupi (Hairiah et al. 2000). Selain itu spesies dan varietas mahoni (Swietenia macrophylla, King) diduga juga berpengaruh terhadap serapan kalium, dimana semai mahoni yang ditanam dalam tailing yang sifatnya miskin unsur hara memerlukan kalium dalam jumlah banyak. Salah satu mekanisme ketoleranan tanaman terhadap kekurangan unsur hara adalah dengan cara mengeluarkan eksudat asam organik di sekitar akar (rhizosphere). Selanjutnya asam organik melarutkan hara (P, K, Fe, Mn, dan lain-lain) yang sebelumnya tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman (Palm et al. 1997).

Kandungan kalsium (Ca) tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1% meningkat dari 1,98 me/100 gram menjadi 2,91 me/100 gram (meningkat 46,97%). Sementara itu kandungan kalsium (Ca) tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1,5% meningkat menjadi 2,98 me/100 gram (meningkat 50,51 %). Kandungan kalsium pada tailing setelah diberi perlakuan ini belum memenuhi standar kandungan kalsium tanah yang baik untuk tanaman yaitu sekitar 6-10 me/100 gram (Pusat Penelitian Tanah 1983). Unsur kalsium sangat dibutuhkan oleh tanah jenis tailing, hal ini dikarenakan unsur kalsium mampu mengendalikan pH tanah yang asam seperti tailing.

Kandungan magnesium (Mg) tailing setelah diberi perlakuan pupuk

limbah agar-agar 1% meningkat dari 1,07 me/100 gram menjadi 1,57 me/100 gram (meningkat 46,73%). Sementara itu kandungan magnesium

tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1,5% meningkat menjadi

1,59 me/100 gram (meningkat 48,6%). Kandungan magnesium pada tailing setelah diberi perlakuan ini tetap memenuhi standar kandungan magnesium tanah

yang baik untuk tanaman yaitu sekitar 1,1-2,0 me/100 gram (Pusat Penelitian Tanah 1983).

Kandungan zinc (Zn) tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1% meningkat dari 34,6 ppm menjadi 35,22 ppm (meningkat 1,79 %).

Sementara itu kandungan zinc tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1,5% meningkat menjadi 35,34 ppm (meningkat 2,14%). Kandungan zinc pada tailing setelah diberi perlakuan ini tetap memenuhi standar kandungan

zinc tanah yang baik untuk tanaman yaitu sekitar 10-300 gram (Pusat Penelitian Tanah 1983).

Kandungan besi (Fe) tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1% menurun dari 60,1 ppm menjadi 59,77 ppm (menurun 0,55%). Sementara itu kandungan besi (Fe) tailing setelah diberi perlakuan pupuk limbah agar-agar 1,5% menurun menjadi 58,03 ppm (menurun 3,44%). Kandungan besi pada

tailing setelah diberi perlakuan ini tetap memenuhi standar kandungan besi tanah

yang baik untuk tanaman yaitu sekitar 2-200 ppm (Pusat Penelitian Tanah 1983). Pemberian perlakuan pupuk terbaik pada semai mahoni yang ditanam di media tailing dapat memperbaiki sifat kimia tailing. Penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah dan mendorong perkembangan populasi mikroorganisme tanah. Hal ini dikarenakan bahan organik secara fisik mendorong granulasi, mengurangi plastisitas dan meningkatkan daya pegang air (Brady 1990). Perbaikan sifat kimia tidak hanya dipengaruhi oleh pupuk yang digunakan saja, namun juga mahoni yang ditanam pada tailing tersebut. Hal ini didukung oleh pernyataan Arienzo et al. (2003) yaitu penggunaan tanaman hijau dapat memperbaiki karakteristik kimia dan biologi tanah yang terkontaminasi yakni dengan meningkatkan kandungan bahan organik, kapasitas tukar kation dan aktivitas biologis, namun penggunaan pupuk dalam penelitian ini belum dapat memenuhi standar sifat kimia tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1983). Hal ini diduga karena pupuk yang diberikan hanya sebanyak satu kali selama 12 minggu pengamatan yaitu pada saat sebelum dilakukan penyapihan semai mahoni.

Tanah-tanah masam dan salin pada umumnya miskin bahan organik, sehingga perbaikan kandungan bahan organik sampai tingkat tertentu dapat meningkatkan keberhasilan pertumbuhan tanaman yang tumbuh di atasnya karena terbukti dapat memperbaiki sifat kimia tailing. Bahan organik di dalam tanah dapat berperan sebagai sumber unsur hara, memelihara kelembaban tanah, sebagai

Peningkatan kandungan bahan organik tanah pada tanah masam sangat bermanfaat untuk menetralisir akibat buruk dari pengaruh kemasaman, yaitu menekan keracunan aluminium, meningkatkan ketersediaan unsur hara utamanya yaitu fosfat, dan juga memperbaiki struktur tanah yang baik untuk pertumbuhan perakaran (Brady 1990).

Dokumen terkait