• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kandungan Nutrisi Silase Pakan Lengkap .1 Kandungan Bahan Kering (BK) Silase Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.3 Kandungan Nutrisi Silase Pakan Lengkap .1 Kandungan Bahan Kering (BK) Silase Pakan

Lengkap

Hasil pengujian kandungan nutrisi dan kehilangan berat kandungan nutrisi tampak seperti lampiran 7 dan 8. Hasil analisis ragam kandungan nutrisi bahan kering (BK) silase pakan lengkap menunjukkan bahwa jenis rumput berpengaruh sangat nyata (P<0,01) dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kehilangan berat kandungan nutrisi BK. Adapun kandungan nutrisi dan kehilangan berat kandungan nutrisi BK silase pakan lengkap dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis kandungan nutrisi dan kehilangan berat kandungan nutrisi BK silase pakan lengkap

Perlakuan

Kandungan Nutrisi BK (%) Kehilangan Berat Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

2) * berdasarkan % BK

3) a-bSuperkrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Berdasarkan Tabel 9, menunjukan silase pakan lengkap P1 dan P3 merupakan silase yang terbaik, karena

7

memiliki BK yang cukup tinggi (37,20%). BK yang tinggi akan memperlama daya simpan silase dan silase yang memiliki kadar air tinggi akan mudah mengakibatkan silase menjadi rusak atau busuk. Silase busuk disebabkan adanya bakteri Clostridia yang berkembang. Bahan dengan kandungan air yang tinggi memperbesar terjadinya perkembangbiakan bakteri Clostridia yang memproduksi asam butirat mendominasi proses ensilase dan fermentasi lebih lanjut dari senyawa Non Protein Nitrogen (NPN) menghasilkan amina misalnya seperti tryptamine dan histamine. Senyawa histamine ini bisa mengandung racun yang ditandai dengan bau silase yang kurang sedap (Kellems and Chruch, 2010).

Silase pakan lengkap P2 dengan menggunakan hijauan rumput gajah mini memiliki kandungan BK yang cukup rendah (30,04%), hal ini dikarenakan kurangnya proses pelayuan sebelum dilakukan proses pembuatan silase sehingga kadar air tinggi. Menurut Soebarinoto (1984) dalam Sawen, Yoku dan Junaidi (2013), pelayuan bahan silase atau hijauan berfungsi untuk mengurangi kadar air hijauan, melunakkan jaringan tanaman, mempercepat kehidupan sel-sel tanaman dan bakteri serta dapat meningkatkan proses ensilase dengan adanya panas yang dihasilkan oleh sel-sel tanaman dan bakteri yang menggunakan glukosa dari tanaman. Semakin tinggi kadar air bahan yang digunakan untuk membuat silase akan semakin tinggi pula kadar air silase yang dihasilkan (Pioner Development Foundation, 1991).

Selama proses ensilase berlangsung terjadi kehilangan kandungan BK dan peningkatan kadar air yang disebabkan oleh tahap pertama ensilase saat proses respirasi masih berlangsung yang menyebabkan glukosa diubah menjadi CO2,

8

H2O dan panas (Mc Donald, 1981 dalam Mugiawati, Suwarno dan Hidayat (2013). Tabel 8 menunjukan P1 dan P2 mengalami kehilangan berat kandungan BK yang rendah, sedangkan P3

yang tinggi. Persentase kehilangan berat kandungan BK dibawah 10% masih dikatakan normal (Ridwan, dkk., 2005).

Silase pakan lengkap P1 dan P2 mampu mempertahankan kandungan nutrisi BK. Silase yang yang baik adalah silase yang mampu mempertahankan kandungan nutrisi awal sebelum dilakukan fermentasi. Silase pakan lengkap P3

mengalami kehilangan berat kadnungan BK yang cukup tinggi (11,96%). Hal ini disebabkan bahan baku silase pakan lengkap P3 adalah pucuk tebu. Pucuk tebu yang memiliki bentuk lebih keras dan kadar air yang rendah akan lebih sulit dipadatkan sehingga ketersediaan oksigen dalam silo lebih banyak yang menyebabkan proses respirasi lebih lama, penguraian zat makanan lebih banyak dan menghasilkan panas yang berlebihan. Menurut Sartini (2003), penurunan bahan kering silase dipengaruhi oleh respirasi dan fermentasi. Respirasi lama akan menyebabkan kandungan nutrien banyak yang terurai sehingga akan menurunkan bahan kering, sedangkan fermentasi akan menghasilkan asam laktat dan air.

1.3.2 Kandungan Bahan Organik (BO) Silase Pakan Lengkap

Hasil pengujian kandungan nutrisi dan kehilangan berat kandungan nutrisi tampak seperti lampiran 7 dan 8. Hasil analisis ragam kandungan nutrisi bahan organik (BO) silase pakan lengkap menunjukkan bahwa jenis rumput berpengaruh sangat nyata (P<0,01) dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kehilangan berat kandungan nutrisi BO. Adapun

9

kandungan nutrisi dan kehilangan berat kandungan nutrisi BO silase pakan lengkap dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Analisis kandungan nutrisi dan ehilangan berat kandungan nutrisi BO silase pakan lengkap

Perlakuan

Kandungan Nutrisi BO (%) Kehilangan Berat

Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

2) * berdasarkan % BK

3) a-bSuperkrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) kehilangan kandungan berat BO paling tinggi karena menggunakan bahan baku hijauan rumput yang berasal dari pucuk tebu. Pucuk tebu memiliki bentuk tekstur batang yang keras, menyebabkan masih banyaknya oksigen yang terdapat dalam silo pada proses fermentasi setelah dilakukan

10

pemadatan. Jumlah oksigen yang banyak mengakibatkan semakin lama proses respirasi, sehingga menghasilkan panas yang tinggi dan hilangnya BO. Hal ini sesuai dengan pendapat Borreani, Tabacco and Cavallarin (2007) bahwa BO silase pakan lengkap setelah difermentasi mengalami penurunan karena terjadi tahapan respirasi yang lama, dimana glukosa akan dipecah menjadi H2O, selain itu juga akan mengubah asam organik dan gas seperti CO2 dan panas.

Kehilangan kandungan berat BO dalam silase utamanya berasal dari golongan karbohidrat, yaitu Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) dengan komponen penyusun utama pati dan gula yang digunakan oleh bakteri untuk menghasilkan asam laktat. Kehilangan BO yang tinggi terjadi pada silase pakan lengkap P3 dengan menggunakan bahan baku hijauan dari pucuk tebu. Pucuk tebu memiliki BETN lebih tinggi 40,00-45,1% (Lamid, dkk., 2012; Kuswandi, 2007) dibandingkan dengan rumput gajah 41,30-42,3%

(Syamsuddin, 2013; Okaraonye dan Ikewuchi, 2009) dan rumput gajah mini 40,32% (Lubis, 1992). Hal ini sesuai dengan Surono, Soejono dan Budhi (2006), secara umum diketahui asam laktat dalam ensilase dihasilkan dari komponen bahan organik terutama karbohidrat, sehingga meningkatkan pembentukan asam laktat.

1.3.3 Kandungan Protein Kasar (PK) Silase Pakan Lengkap

Hasil pengujian kandungan nutrisi dan kehilangan berat kandungan nutrisi tampak seperti lampiran 7 dan 8. Hasil analisis ragam kandungan nutrisi protein kasar (PK) silase pakan lengkap menunjukkan bahwa jenis rumput berpengaruh

11

sangat nyata (P<0,01) dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kehilangan berat kandungan nutrisi PK. Adapun kandungan nutrisi dan kehilangan berat kandungan nutrisi PK silase pakan lengkap dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Analisis kandungan nutrisi dan ehilangan berat kandungan nutrisi PK silase pakan lengkap

Perlakuan

Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

2) * berdasarkan % BK

3) a-bSuperkrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Berdasarkan Tabel 11, menunjukan kandungan PK tertinggi dengan perlakuan P3 yang menggunakan pucuk tebu, sedangkan P1 dan P2 lebih rendah. Tabel 11, menunjukan P3

mengalami kehilangan kandungan berat PK yang rendah dibandingkan dengan P1 dan P2. Kehilangan berat kandungan PK rendah disebabkan BETN tinggi. BETN tinggi juga akan menyebabkan tingginya WSC. P3 dengan menggunakan bahan baku hijauan rumput dari pucuk tebu memiliki BETN yang tinggi dibandingkan hijauan rumput lainnya. WSC yang tinggi

12

akan mengakibatkan banyaknya jumlah bakteri asam laktat untuk memecah gula-gula sederhana. Jones, Heinrichs, Roth and Issler (2004) menyatakan bahwa proses fermentasi merupakan aktivitas biologis bakteri asam laktat mengkonversi gula-gula sederhana menjadi asam (terutama asam laktat). Komponen gula dimanfaatkan mulai dari fase awal ensilase sampai tercapainya fase stabil yang ditandai dengan dominannya bakteri asam laktat dan tidak terjadi lagi penurunan pH. Protein yang dihasilkan tetap tinggi karena berasal dari protein bakteri asam laktat itu sendiri. Menurut Madigan, Martinko, Stahl and Clark (2011), dalam struktur bakteri terdapat kandungan protein dibeberapa bagian yaitu pada dinding sel, membran sel dan ribosom. Protein dalam dinding sel berupa asam amino yaitu L-alanine acid, D-alanine acid dan D-glutamic acid.

1.3.4 Kandungan Serat Kasar (SK) Silase Pakan Lengkap

Hasil pengujian kandungan nutrisi dan kehilangan berat kandungan nutrisi tampak seperti lampiran 7 dan 8. Hasil analisis ragam kandungan nutrisi serat kasar (SK) silase pakan lengkap menunjukkan bahwa jenis rumput berpengaruh yang nyata (P<0,05) dan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kehilangan berat kandungan nutrisi SK. Adapun kandungan nutrisi dan kehilangan berat kandungan nutrisi SK silase pakan lengkap dapat dilihat pada Tabel 12.

13

Tabel 12. Analisis kandungan nutrisi dan ehilangan berat kandungan nutrisi SK silase pakan lengkap

Perlakuan

Kandungan Nutrisi SK (%) Kehilangan Berat

Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

2) * berdasarkan % BK

3) a-bSuperkrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Kandungan SK tertinggi dengan perlakuan P3 yang menggunakan pucuk tebu yaitu 25,20%. Hal ini disebabkan kandungan SK dari perlakuan P3 yang sudah tinggi, sedangkan penambahan jumlah konsentrat yang sama dari setiap perlakuan. Tabel 12, menunjukan kehilangan berat kandungan SK paling tinggi pada perlakuan P3 yaitu 12,97%, dibandingkan P1 dan P2 yaitu 6,03% dan 6,17%. Kehilangan berat kandungan yang tertinggi pada P3 disebabkan kandungan BETN bahan baku hijauan yang tinggi, BETN tinggi mengakibatkan banyaknya bakteri asam laktat (BAL) yang ada dalam proses fermentasi. BAL menghasilkan enzim selulase dan hemiselulase yang akan memecah ikatan lignin pada batang hijauan rumput (Sugiyono dan Wahyuni, 2010). Selain

Dokumen terkait