• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JENIS HIJAUAN PADA PEMBUATAN SILASE PAKAN LENGKAP TERHADAP KUALITAS FISK, ph DAN KANDUNGAN NUTRISI SKRIPSI. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH JENIS HIJAUAN PADA PEMBUATAN SILASE PAKAN LENGKAP TERHADAP KUALITAS FISK, ph DAN KANDUNGAN NUTRISI SKRIPSI. Oleh:"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JENIS HIJAUAN PADA PEMBUATAN SILASE PAKAN LENGKAP TERHADAP KUALITAS

FISK, pH DAN KANDUNGAN NUTRISI SKRIPSI

Oleh:

Sunu Dwi Asmoro NIM. 135050107111032

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

(2)

PENGARUH JENIS HIJAUAN PADA PEMBUATAN SILASE PAKAN LENGKAP TERHADAP KUALITAS

FISIK, pH DAN KANDUNGAN NUTRISI

SKRIPSI

Oleh:

Sunu Dwi Asmoro NIM. 135050107111032

Sripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

(3)
(4)
(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tuban pada tanggal 27 November 1994 sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Untung Sudadi dan Ibu Wiji Murni. Tinggal di Tuban yang beralamatkan RT4 RW3 Desa Margomulyo Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban. Penulis memulai pendidikan formalnya di SDN Margomulyo I Kerek, Tuban dan lulus pada tahun 2007, melanjutkan ke SMPN 2 Tuban lulus pada tahun 2010, kemudian masuk MAN Tuban lulus pada tahun 2013. Penulis melanjutkan studinya ke Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Malang, masuk melalui jalur Seleksi Progam Minat dan Kemampuan (SPMK).

Selama menempuh studi penulis aktif dibeberapa kepanitiaan dan organisasi. Kepanitiaan yang pernah diikuti antara lain Divisi Pendamping Raja Brawijaya Universitas Brawijaya (2014), Ketua Pelaksana Milki Wiki (2015), Steering Committee Festival Kewirausahaan Mahasiswa Baru (FKMB) BOS FAPET UB (2015) dan Steering Committee Mentor Festival Kewirausahaan Mahasiswa Baru (FKMB) BOS FAPET UB (2016). Organisasi yang diikuti yaitu Barisan Orang Sukses (BOS) FAPET UB (2013-2017) dan menjabat sebagai Staff Manajer Animal Product Club (APC) BOS FAPET UB (2015-2016).

Penulis juga pernah melaksanakan magang di Peternakan Sapi Potong Pati Jawa Tengah (2014) dan Peternakan Sapi Potong Wahyu Utama Bancar, Tuban (2015).

Penulis juga melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Great Giant Livestock (GGL) Lampung Tengah Lampung (2016).

(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian dengan judul

“Pengaruh Jenis Hijauan Pembuatan Silase Pakan Lengkap Terhadap Kualitas Fisik, pH dan Kandungan Nutrisi”. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Ir. Ifar Subagiyo, M.Agr.St, PhD., selaku Pembimbing Utama dan Bapak Dr. Ir. Mardjuki, M.Sc selaku Pembimbing Pendamping atas saran dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Mochammad Junus, MS., Ibu Prof.

Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS., Bapak Firman Jaya, S.Pt., MP selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS., selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

4. Bapak Dr. Agus Susilo, S.Pt., MP., selaku Ketua Progam Studi Peternakan, Ibu Dr. Ir. Sri Minarti, MP., selaku Ketua Jurusan Peternakan dan Dr. Ir. Imam Thohari, MP., selaku Sekretaris Jurusan Peternakan yang telah memberi kelancaran dalam proses studi.

5. Bapak Dr. Ir. Mashudi, M.Agr.Sc., selaku Koordinator Minat Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

(8)

6. Ibu Prof. Dr. Ir Siti Chuzaemi, MS., selaku Ketua Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

7. Bapak Sugiyono dan Mbak Alik yang telah membantu dalam proses penelitian di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

8. Bapak Untung Sudadi dan Ibu Wiji Murni selaku orang tua atas doa dan dukungannya baik secara moril maupun materi.

9. Ekwin Puspitasari dan Mohammad Daroini selaku saudara atas doa dan dukungan semangat pengerjaan penyusunan skripsi ini.

10. Bapak Tio dan Bapak Subandi yang telah membantu dalam menyediakan bahan baku penelitian.

11. Rekan satu tim penelitian Soraya Riski Sanidita atas kerja samanya dalam penelitian dan penyusunan skripsi.

12. Teman-teman angkatan 2013 yang telah memberikan doa dan semangat pengerjaan penyusunan skripsi.

Malang, 17 Mei 2017

Penulis

(9)

EFFECT OF DIFFERENT FORAGE SPECIES IN COMPLETE FEED SILAGE MAKING ON PHYSICAL

QUALITY, PH AND NUTRIENTS CONTENT Sunu Dwi Asmoro1), Ifar Subagiyo2) and Mardjuki2)

1)Student of Animal Nutrition and Feed Department, Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University

2)Lecturer of Animal Nutrition and Feed Department, Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University

Email: sunudwi533@gmail.com ABSTRACT

The research purpose was to determine the different effect grass species in complete feed silage making by using on physical quality, pH, and nutrient content. The research method used were completely randomized design (CRD) of 3 treatments and 4 replications. The treatments used for research were P1: 50% Concentrate + 50% Elephant Grass (Pennisetum purpureum), P2: 50% Concentrate + 50% Mini Elephant Grass (Pennisetum purpureum cv. Mott) and P3: 50% Concentrate + 50% Sugarcane top (Saccharum officinarum ). The measured variables were physical quality (color, flavor, texture, mushroom presence), pH, fleigh point and nutrient content (dry matter, organic matter, crude protein, crude fiber). The data analysis were analyzed with analysis of variance (ANOVA) and continued with Duncan Multiple Range Test (DMRT). The results showed that feeding using different grass green with the addition of fermented concentrate to produce good silage with yellowish-green to brownish green, slightly acidic to acidic, hard texture until soft and not mild, pH 4.2 and fleigh point 96.58-109.39. The dry matter (11.96%) occurred in the ensilage of sugarcane top (Saccharum officinarum) and crude protein (14.12%).

Keywords: Silage, complete feed, forage

(10)
(11)

PENGARUH JENIS HIJAUAN PADA PEMBUATAN SILASE PAKAN LENGKAP TERHADAP KUALITAS

FISIK, PH DAN KANDUNGAN NUTRISI Sunu Dwi Asmoro1), Ifar Subagiyo2) and Mardjuki2)

1)Mahasiswa Nutrisi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

2)Dosen Nutrisi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Email: sunudwi533@gmail.com

RINGKASAN

Ketersediaan pakan hijauan untuk ternak ruminansia merupakan hal yang terpenting dalam keberlangsungan hidup ternak untuk proses produksi dan reproduksi. Melimpahnya hijauan rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan rumput gajah mini atau odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) pada saat musim hujan dan berkurangnya hijauan pada saat musim kemarau menyebabkan tidak adanya kontinuitas pakan hijauan. Kontinuitas ketersediaan pakan hijauan tetap ada maka dapat memanfaatkan limbah hasil perkebunan, salah satunya dari tanaman tebu (Saccharum officinarum) berupa pucuk tebu. Pemberian pakan hanya berupa hijauan tidak mampu mencukupi kebutuhan ternak ruminansia, maka perlu adanya pakan tambahan berupa konsentrat. Campuran antara pakan hijauan dan konsentrat disebut pakan lengkap.

Kurangnya daya simpan pakan lengkap dalam bentuk segar menyebabkan pakan mudah rusak, sehingga perlu adanya teknologi pengolahan pakan dengan cara pembuatan silase. Silase pakan lengkap adalah hasil fermentasi campuran antara bahan pakan hijauan dan konsentrat dengan kadar air 60-70% dalam keadaan anaerob. Silase pakan lengkap diharapkan mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak, memiliki daya simpan yang cukup lama dan memiliki palatabilitas bagi ternak.

(12)

Penelitian ini dilakukan pada bulan 25 Januari 2017 sampai 17 Maret 2017 di dua lokasi yang berbeda. Proses pembuatan silase dilakukan di ruang Fermentasi Gedung 3 Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, sedangkan analisis kandungan nutrisi, pH dan kualitas fisik dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembuatan silase pakan lengkap dari jenis hijauan rumput yang berbeda terdiri dari rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput gajah mini atau odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) dan pucuk tebu (Saccharum officinarum) dengan penambahan konsentrat yang menghasilkan kandungan nutrisi sesuai dengan kebutuhan ternak ruminansia.

Materi yang digunakan adalah hijauan rumput yang berbeda terdiri dari rumput gajah (Pennisetum purpureum) dengan umur potong 50-60 hari, rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) dengan umur potong 50-60 hari dan pucuk tebu (Saccharum officinarum) dengan umur 10 bulan. Konsentrat sapi potong yang memiliki kandungan protein 18% dengan bahan baku penyusun antara lain dedak padi, wheat pollard, bungkil kelapa, bungkil sawit, DDGS, molases, mineral dan vitamin.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 3 perlakuan yang masing-masing diulang 4 kali. Penyusunan pakan lengkap terlebih dahulu dilakukan berdasarkan analisis proksimat setiap bahan baku. Selanjutnya dilakukan ensilase selama 21 hari. Susunan perlakuan berdasarkan berat bahan kering (BK) sebagai berikut : P1 : 50% konsentrat + 50% rumput gajah (Pennisetum purpureum, P2 : 50% konsentrat + 50% rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) dan P3 : 50% konsentrat + 50% pucuk tebu (Saccharum officinarum).

(13)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan pakan lengkap dengan menggunakan hijauan rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) dan pucuk tebu (Saccharum officinarum) dengan penambahan konsentrat yang diensilase menghasilkan silase yang baik dengan karakteristik warna hijau kekuningan sampai hijau kecoklatan, aroma sedikit asam sampai asam, memiliki tekstur keras sampai sedikit lunak dan tidak menggumpal serta tidak adanya jamur, pH 4,2 dan fleigh point bekisar antara 96,58-109,39. Kehilangan bahan kering (BK) terbesar (11,96%) terjadi pada ensilase pucuk tebu (Saccharum officinarum), namun menghasilkan PK yang terbaik (14,12%). Kualitas silase yang baik dipengaruhi oleh Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) atau Water Soluble Carbohydrate (WSC) dari bahan baku hijauan yang digunakan.

Adanya hasil penelitian ini disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan kecernaan secara in vitro atau in vivo untuk mengetahui secara langsung pengaruhnya terhadap ternak.

(14)
(15)

DAFTAR ISI

Isi Halaman

RIWAYAT HIDUP ... i

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRACT ... v

RINGKASAN ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 3

1.4 Kegunaan Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Pikir ... 4

1.6 Hipotesis... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Gambaran Umum Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) ... 9

2.2 Gambaran Umum Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) ... 10

2.3 Gambaran Umum Pucuk Tebu (Saccharum officinarum)... 12

2.4 Konsentrat ... 14

2.5 Silase ... 15

2.6 Silase Pakan Lengkap ... 17

2.7 Kualitas Fisik Silase ... 18

(16)

Isi Halaman

2.8 Kandungan Nutrisi Pakan Ternak ... 19

2.8.1 Bahan Kering (BK) ... 20

2.8.2 Bahan Organik (BO) ... 20

2.8.3 Protein Kasar (PK) ... 21

2.8.4 Serat Kasar (SK) ... 21

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN .... 23

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.2 Materi Penelitian ... 23

3.2.1 Bahan ... 23

3.2.2 Alat ... 25

3.3 Metode Penelitian ... 26

3.4 Prosedur Penelitian ... 26

3.4.1 Pembuatan Silase Pakan Lengkap ... 26

3.4.2 Variabel yang Diamati atau Diukur... 28

3.4.2.1 Kualitas Fisik ... 28

3.4.2.2 pH ... 28

3.4.2.3 Kandungan Nutrisi ... 29

3.4.2.4 Kehilangan Kandungan Nutrisi ... 29

3.4.2.5 Fleigh Point ... 29

3.5 Analisis Data Penelitian ... 29

3.6 Batasan Ilmiah ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Kualitas Fisik Silase Pakan Lengkap ... 33

4.1.1 Warna Silase Pakan Lengkap ... 33

4.1.2 Aroma Silase Pakan Lengkap... 33

4.1.3 Tekstur Silase Pakan Lengkap ... 34

4.1.4 Jamur Silase Pakan Lengkap ... 35

4.2 Nilai pH Silase Pakan Lengkap ... 36

4.3 Kandungan Nutrisi Silase Pakan Lengkap ... 38

4.3.1 Kandungan Bahan Kering (BK) Silase Pakan Lengkap ... 38

(17)

Isi Halaman 4.3.2 Kandungan Bahan Organik (BO) Silase

Pakan Lengkap ... 40

4.3.3 Kandungan Protein Kasar (PK) Silase Pakan Lengkap ... 42

4.3.4 Kandungan Serat Kasar (SK) Silase Pakan Lengkap ... 44

4.4 Nilai Fleigh Point Silase Pakan Lengkap ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Saran... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 63

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halama

1. Kandungan nutrisi (Pennisetum purpureum cv.

Mott) dengan perlakuan jarak tanam yang berbeda ... 12

2. Penilaian karakteristik fisik silase pakan lengkap ... 28

3. Analisis ragam ... 30

4. Kualitas fisik warna silase pakan lengkap ... 33

5. Kualitas fisik aroma silase pakan lengkap ... 34

6. Kualitas fisik tekstur silase pakan lengkap ... 35

7. Kualitas fisik jamur silase pakan lengkap ... 36

8. Nilai pH silase pakan lengkap ... 36

9. Analisis kandungan nutrisi dan kehilangan berat kandungan BK silase pakan lengkap ... 38

10. Analisis kandungan nutrisi dan kehilangan berat kandungan BO silase pakan lengkap ... 41

11. Analisis kandungan nutrisi dan kehilangan berat kandungan PK silase pakan lengkap ... 43

12. Analisis kandungan nutrisi dan kehilangan berat kandungan SK silase pakan lengkap ... 45

13. Nilai fleigh point silase pakan lengkap ... 46

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pikir penelitian ... 6 2. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) ... 9 3. Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) 11 4. Pucuk tebu (Saccharum officinarum)... 13 5. Cara pembuatan silase pakan lengkap... 27

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Metode pengukuran pH silase pakan lengkap ... 63

2. Prosedur penentuan bahan kering (BK) ... 64

3. Prosedur pengukuran kadar bahan organik (BO) ... 66

4. Prosedur penentuan kadar protein kasar (PK) ... 68

5. Prosedur penentuan kadar serat kasar (SK) ... 72

6. Hasil penilaian panelis uji kualitas fisik silase pakan lengkap ... 74

7. Hasil analisis kandungan nutrisi silase pakan lengkap 86 8. Hasil penurunan kandungan nutrisi silase pakan lengkap setelah fermentasi ... 94

9. Hasil analisis derajat keasaman (pH) silase pakan lengkap ... 109

10. Hasil analisis fleigh point silase pakan lengkap ... 110

11. Dokumentasi penelitian ... 112

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan merupakan salah satu aspek yang penting dalam keberhasilan peternakan ruminansia untuk berproduksi dan reproduksi. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas dan kontinuitas merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan peternakan ruminansia. Peternak memberikan pakan hijauan berupa rumput, leguminosa dan limbah pertanian. Rumput yang biasa diberikan oleh peternak antara lain rumput gajah, rumput lapang dan rumput gajah mini (odot). Jenis leguminosa yang umum digunakan untuk pakan antara lain lamtoro, turi, gamal dan kaliandra. Limbah pertanian dan perkebunan yang umum diberikan adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung dan pucuk tebu.

Hijauan pakan ternak khususnya rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan rumput gajah mini atau odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) banyak tersedia pada saat musim hujan dan sedikit tersedia pada musim kemarau. Akan tetapi limbah perkebunan hasil panen tebu (Saccharum officinarum) berupa pucuk tebu dapat diperoleh pada saat musim kemarau, sehingga dapat dijadikan sebagai pakan alternatif ketika rumput produksinya sedikit dan kontinuitas pakan hijauan tetap terjaga. Pemberian pakan hijauan rumput saja tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, mengingat kandungan protein yang terdapat dalam hijauan rumput rata-rata 10%, sedangkan kebutuhan nutrisi ternak ruminansia khususnya sapi potong membutuhkan protein kasar (PK) 12%, karbohidrat 60-70%, lemak kasar

(22)

2

(LK) 3-5%, serta mineral dan vitamin (Adrizal, Ryanto dan Hendri, 2010), sehingga perlu adanya pakan tambahan berupa konsentrat. Campuran antara hijauan dan konsentrat disebut pakan lengkap yang mengandung nutrisi untuk ternak dalam tingkat fisiologis tertentu yang dibentuk dan diberikan sebagai satu-satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi tanpa tambahan substansi kecuali air (Mide dan Harfiah, 2011).

Kurangnya daya simpan terhadap pakan lengkap dalam bentuk segar menyebabkan mudah rusaknya kualitas dan kuantitas pakan. Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan pembuatan silase pakan lengkap. Silase pakan lengkap adalah hasil fermentasi campuran antara bahan pakan hijauan dan konsentrat dengan kadar air 60-70% dalam keadaan anaerob. Silase pakan lengkap lebih efektif dan efisien karena pemberiannya tidak perlu dicampur dengan bahan pakan lain sehingga mudah diberikan pada ternak. Hal ini juga didukung oleh Allaily, Ramly dan Ridwan (2011) bahwa keunggulan silase pakan lengkap adalah lebih mudah dalam pembuatannya dengan fermentasi secara anaerob, kandungan nutrisi yang dihasilkan juga lebih tinggi sehingga dapat memenuhi 70-90% kebutuhan gizi ternak dan memiliki bau yang lebih disukai oleh ternak.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah di dalam penelitian pengaruh penggunaan jenis hijauan rumput berbeda pada pembuatan silase pakan lengkap terhadap kualitas fisik, pH dan kandungan nutrisi adalah

(23)

3

1. Pemberian pakan hijauan rumput pada ternak umunya rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput gajah mini atau odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) dan limbah perkebunan tebu (Saccharum officinarum) berupa pucu tebu

2. Saat musim hujan hijauan rumput tumbuh banyak dan ternak tidak mampu untuk menghabiskan, oleh karena itu perlu dilakukan pengawetan dalam bentuk silase, namun kualitasnya belum diketahui, sehingga perlu mengkaji kualitas fisik, pH, kandungan nutrisi dan fleigh point pada silase pakan lengkap

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh penggunaan jenis hijauan rumput berbeda pada silase pakanlengkap terhadap kualitas fisik, pH, kandungan nutrisi dan fleigh point.

2. Mengeatahui perlakuan terbaik dari silase pakan lengkap dengan menggunakan hijauan rumput berbeda berdasarkan kualitas fisik, pH, kandungan nutrisi dan fleigh point.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai :

1. Memastikan silase pakan lengkap tergantung pada jenis hijauan rumput

2. Mencari optimasi silase pakan lengkap yang memiliki kandungan nutrisi sesuai kebutuhan sapi dan memiliki daya simpan yang lama.

(24)

4 1.5 Kerangka Pikir

Pakan hijauan ternak ruminansia terdiri dari rumput, leguminosa dan limbah pertanian atau perkebunan. Peternak umunya memberikan jenis rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan rumput gajah mini atau odot (Pennisetum purpureum cv. Mott). Apabila ketersediaan rumput gajah dan rumput gajah mini berkurang, peternak memberikan limbah panen tebu (Saccharum officinarum) berupa pucuk tebu.

Pakan hijauan mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar yang rendah. Hal ini mengakibatkan kurangnya kebutuhan nutrisi pada ternak ruminansia salah satunya sapi potong untuk hidup pokok dan produksi. Sehingga perlu adanya penambahan pakan yang mengandung sumber protein dan energi berupa konsentrat. Konsentrat merupakan campuran bahan pakan yang kandungan serat kasarnya kurang dari 18%, mudah dicerna, kadar protein dan energinya cukup tinggi serta dapat melengkapi kebutuhan nutrisi ternak.

Konsentrat berfungsi sebagai pakan penguat dalam penggemukan sapi, apabila dikombinasi dengan hijauan dapat mempercepat proses penggemukan sapi (Hidayat, Purbowati, Arifin dan Purnomoadi, 2009). Campuran antara hijauan dan konsentrat disebut pakan lengkap. Irsyammawati, Chuzaemi dan Hartutik (2011) menjelaskan metode pemberian pakan lengkap adalah metode pemberian pakan yang populer saat ini.

Pakan lengkap adalah suatu cara pemberian pakan pada ternak ruminansia yang semua bahan pakan hijauan atau limbah pertanian dan konsentrat dicampur dengan mempunyai kandungan nutrisi seimbang dan mencukupi kebutuhan ternak.

Penyimpanan pakan lengkap dalam bentuk segar dapat merusak kualitas pakan lengkap dan kandungan nutrisi, sehingga perlu adanya teknologi pengolahan pakan lengkap.

(25)

5

Teknologi pengolahan pakan yang bisa dilakukan adalah pembuatan silase. Silase pakan lengkap adalah hasil fermentasi campuran hijauan dan konsentrat dengan kadar air 60-70% dalam keadaan anaerob. Pembuatan silase pakan lengkap diharapkan memiliki daya simpan yang lebih lama serta mencukupi kebutuhan nutrisi ternak ruminansia dari pakan yang diberikan, selain itu dapat meningkatkan palatabilitas ternak. Campuran rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan konsentrat 60:40% menghasilkan silase pakan lengkap dengan kandungan protein kasar (PK) 14,36%, serat kasar 28,31% lemak kasar (LK) 4,34% dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 36,28% dengan kualitas fisik warna hijau kekuningan hingga agak kecoklatan, tekstur yang masih sempurna dan masih jelas bentuk aslinya serta bau asam yang khas (Hading, Syahrir dan Mide 2014). Campuran hijauan dari batang tebu dan kosentrat 40:60% tanpa penambahan urea menghasilkan silase pakan lengkap yang memiliki kualitas yang baik dengan kandungan nutrisi bahan kering (BK) 417,40 g/kg, bahan organik (BO) 890,20 g/kg, protein kasar (PK) 121,50 g/kg, serat kasar (SK) 327,30 g/kg dan pH 3,90 (Irsyamawati, dkk., 2011). Pembuatan pakan lengkap dengan campuran hijauan dan konsentrat tergantung kualitas hijauan, hal ini sesuai dengan Prabowo, Susanti dan Karman (2013) bahwa umumnya proporsi hijauan dan konsentrat sekitar 60:40% BK, tetapi jika kualitas hijauan rendah proporsi dapat digeser menjadi 55:45% BK dan jika kualitas hijauan sedang hingga tinggi proporsi dapat menjadi 64:36% BK.

Berdasarkan pemikiran diatas maka perlu dilakukan penelitian silase pakan lengkap dengan campuran hijauan dan konsentrat 50:50 % BK.

(26)

6

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

Sumber Hijauan Rumput

Konsentrat sebagai sumber energi (Chuzaemi dan Hartutik, 1989 Pengadaan Pakan

1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) BK 22,58%, BO 86,65%, PK 9,48% (Setyorini, 2006)

2. Rumput Gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) BK 19,94%, BO 88,83%, PK 12,23% (Santoso, Lekito dan Umiyati, 2007) 3. Pucuk Tebu (Saccharum officinarum) BK

39,9%, BO 92,6%, PK 7,4% (Lamid, dkk., 2012)

Pakan Lengkap Hijauan : Konsentrat

50 :50 %BK

Ensilase 21 hari

Kualitas Fisik pH Kandungan Nutrisi

1. Dedak padi 2. Wheat pollard 3. Bungkil

kelapa 4. Bungkil sawit 5. DDGS 6. Molases 7. Mineral 8. Vitamin

Silase Pakan Lengkap

Fleigh Point - Kualitas fisik silase pakan lengkap

warna hijau kekuningan sampai kecoklatan, tekstur masih sempurna dan jelas bentuk aslinya serta bau asam yang khas (Hading, dkk., 2014).

- Kandungan nutrisi silase pakan lengkap rumput gajah PK 14,36%, SK 28,31%, LK 4,34% dan BETN 36,28% (Hading, dkk., 2014).

- Kandungan nutrisi silase pakan lengkap pucuk tebu BK 417,40g/kg, BO 890,20g/kg, PK 121,50g/kg, SK 327,30g/kg dan pH 3,90 (Irsyamawati, dkk., 2011).

(27)

7 1.6 Hipotesis

Silase pakan lengkap terdiri dari rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) dan pucuk tebu (Saccharum officinarum) yang dicampur dengan konsentrat menghasilkan kualitas silase berbeda ditinjau dari kualitas fisik, pH, kandungan nutrisi (BK, BO, PK, SK) dan fleigh point.

(28)

1 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

Rumput gajah (Pennisetum purpureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah marginal (Sanderson and Paul, 2008). Produktivitas bahan kering rumput gajah adalah 40 ton per hektar per tahun pada daerah beriklim subtropis dan 80 ton per hektar per tahun pada daerah beriklim tropis (Woodard and Prine, 1993). Rumput gajah tumbuh berumpun dan tingginya dapat mencapai lebih 3 meter.

Daunnya berbentuk garis, pangkalnya lebar dan ujungnya lancip, tepi daun kasar, perbungaan berupa tandan tegak yang panjangnya sampai 25 cm, gangganya berbulu, bulir-bulirnya berkelompok terdiri dari 3-4 buliran tiap kelompoknya dan bergagang pendek sekali. Pangkal bulirnya berbulu panjang dan halus (Lugiyo dan Sumarto, 2000).

Gambar 2. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Klasifikasi dari rumput gajah (Pennisetum purpureum) (Anggordi, 1994) :

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatiphyta Sub Divisi : Angiospermae

(29)

2 Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Gramineae

Genus : Pennisetum

Spesies : Pennisetum purpureum

Rumput gajah mengandung BK 22,58-24,88%, BO 86,24-86,65%, PK 9,1-9,48%, KcBK 50,73-51,7% dan KcBO 52,42-52,99% (Chuzaemi, Hermanto, Soebarinoto dan Sudarwati, 1997; Setyorini, 2006), ditambahkan Rohmani (2002) bahwa Water Soluble Carbohydrate (WSC) rumput gajah sebesar 9,9%.

2.2 Gambaran Umum Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)

Rumput gajah mini atau rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia. Tanaman rumput gajah mini merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang berkualitas dan disukai ternak.

Rumput ini dapat hidup diberbagai tempat, tahan lindungan, respon terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Tumbuhnya merumpun dengan perakaran serabut yang kompak dan menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Morfologi rumput gajah mini yang rimbun, dapat mencapai tinggi lebih dari 1 meter hingga dapat berperan sebagai penangkal angin (wind break) (Syarifuddin, 2006).

(30)

3

Gambar 3. Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) Menurut Rukmana (2005), klasifikasi ilmiah dari tanaman rumput gajah mini adalah sebagai berikut :

Regnum : Plantae

Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magniliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae Genus : Pennisetum

Spesies : Pennisertum purpureum cv. Mott

Rumput gajah mini (Pennisetumpurpureum cv. Mott) adalah salah satu jenis rumput gajah yang baru dikembangkan.

Ukurannya lebih kecil dari rumput gajah, sehingga sering disebut rumput gajah kerdil. Rumput gajah mini dapat hidup pada berbagai macam tanah, sampai liat alkalis dan sangat responsif terhadap pemupukan (Jaelani, 2012). Seseray, Saragih dan Lekito (2013) menyatakan bahwa rata-rata produksi segar dan bahan kering rumput gajah pada umur defoliasi hari ke-45 tanpa pemupukan masing-masing adalah 2,21 kg/m2 dan 0,52 kg/m2. Santoso, Lekito dan Umiyati (2007) kandungan nutrisi rumput gajah mini terdiri atas BK

(31)

4

19,94%, PK 12,23% dan BO 88,83%. Tinggi rendahnya kandungan nutrisi rumput gajah mini juga berpengaruh terhadap jarak tanam dan tinggi tanaman, sebagaimana yang dilaporkan (Yasin, Malik dan Nazir., 2003) dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan nutrisi (Pennisetum purpureum cv. Mott) dengan perlakuan jarak tanam yang berbeda

Perlakuan Jarak Tanam

(cm)

Tinggi Tana-

man (cm)

Rata-rata Produksi Segar ton/

ha/ 3x Pemotongan

Protein Kasar

%

Kecernaan In Vitro Protein

Kasar % Daun Batang Daun Batang 45x45 128,9 387,5 14,9 8,18 72,93 62,49 60 x 60 128,1 252,91 13,8 8,02 73,43 62,64 75x75 126,9 177,54 13,15 7,78 72,41 61,95 90x90 122 140,75 12,55 7,05 72,16 61,63 105x105 117,2 116,23 12,13 6,6 71,56 61,29 120x120 111,5 100,19 11,5 6,5 71,08 61,16

Sumber : Yasin, Malik dan Nazir (2003)

2.3 Gambaran Umum Pucuk Tebu (Saccharu officinarum) Tanaman tebu mempunyai bentuk yang tinggi kurus, tidak bercabang dan tumbuh tegak. Tinggi batangnya dapat mencapai 3-5 meter atau lebih. Kulit batang keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua atau kombinasinya. Batang tebu terdapat lapisan lilin yang berwarna putih dengan sedikit warna kelabu dan umumnya terdapat pada tanaman tebu yang masih muda (Tjokroadikoesoemo dan Baktir, 2005)

(32)

5

Gambar 4. Pucuk tebu (Saccharum officinarum) Klasifikasi ilmiah tanaman tebu menurut USDA (2016):

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Cyperales Familia : Poaceae Genus : Saccharum L

Spesies : Saccharum officinarum

Limbah tanaman tebu sangat potensial sebagai pakan ternak altrenatif, karena ketersediaannya banyak dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia (Muhtarudin, 2007).

Pucuk tebu adalah komponen limbah yang proporsinya mencapai 14% dari total bobot tanaman tebu. Pucuk tebu digunakan sebagai hijaun makanan ternak pengganti rumput gajah tanpa ada pengaruh negatif pada ternak ruminansia.

Potensi pucuk tebu sebagai pakan ternak cukup besar, namun angka pemanfaatannya relatif sangat rendah yaitu sebesar 3,4% (Sukria dan Krisnan, 2009)

Pucuk tebu mengandung protein yang rendah, serta mineral dan vitamin juga rendah. Kendala penggunaan pucuk tebu untuk pakan adalah sangat rendahnya kecernaan karena kandungan lignoselulosa yang sangat tinggi yaitu sebesar 14%

(33)

6

(Prasetyo, Suhartati dan Suryapratama, 2013). Pucuk tebu memiliki kandungan nutrisi BK 24,7-39,9%, PK 5,47-7,66%, LK 2,9-5,23, SK 38,6-43,63%, 6,91-10,21%, Abu 6,91- 10,21% dan BETN 40,00-45,06% (Lamid, Ismudin, Koesnoto, Chusnati, Hadayati dan Vina, 2012; Hernaman, Hidayat dan Mansyur, 2005; Zulbardi, Sugiarti, Hidayati dan Karto, 1999).

Pemberian pucuk tebu pada ternak ruminansia memerlukan bahan suplementasi sebagai sumber protein, mineral dan vitamin (Kuswandi, 2007). Upaya yang dapat dilakukan agar pemanfaatan pucuk tebu lebih optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan daya gunanya maka dilakukan teknologi pengolahan dengan pembuatan silase (Sandi, Ali dan Arianto, 2012). Peningkatan kualitas nutrisi pucuk tebu dapat dilakukan melalui pembuatan silase dengan penambahan urea, molases dan kalsium karbonat dengan mengalami kenaikan protein sebesar 40-50% (Faharuddin, Harfiah dan Natsir, 2014). Akan tetapi berbeda dengan pendapat Sandi, dkk., (2012) bahwa silase pucuk tebu dengan penambahan EM-4 dapat menurunkan kehilangan bahan kering, kehilangan bahan organik dan serat kasar pucuk tebu.

2.4 Konsentrat

Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan gizi dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan sebagai suplemen atau pakan pelengkap (Momot, Maaruf, Waani and Pontoh, 2014).

Umumnya konsentrat diberikan sebelum ternak ruminansia diberikan pakan rumput dan tetap diberikan kering atau tidak dicombor dengan air karena akan mengakibatkan kecernaan konsentrat rendah (Adhani, Tri dan Soelih, 2012). Tujuan dari pemberian konsentrat adalah agar ternak dapat memenuhi

(34)

7

kebutuhan akan gizi yang diperlukan untuk hidup pokok, pertambahan, produksi dan reproduksi. Meningkatkan daya guna pakan atau menambahkan nilai gizi pakan, menambah unsur pakan yang difisien serta meningkatkan kecernaan pakan (Rokana, Novelita dan Sunardi, 2010). Menurut Orskov dan Mc Donald (1979) peningkatan daya cerna bahan kering ransum akibat bertambahnya jumlah pemberian konsentrat, karena konsentrat mempunyai nilai kecernaan yang tinggi.

Konsentrat dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu konsentrat sumber protein dan konsentrat sumber energi.

Konsentrat dikatakan sebagai sumber energi apabila mempunyai kandungan protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar 18%, sedangkan konsentrat dikatakan sebagai sumber protein karena mempunyai kandungan protein lebih besar dari 20% (Tillman, Hartadi, Reksohadiprojo, Prawirokusumo dan Lebdosoekojo, 1991). Konsentrat sumber protein diperoleh dari hasil samping penggilingan berbagai biji-bijian, bahan pakan sumber protein hewani dan hijauan, sedangkan konsentrat sumber energi dapat diperoleh dari dedak dan biji-bijian seperti jagung (Parakkasi, 1999).

2.5 Silase

Silase merupakan awetan hijauan segar yang disimpan dalam silo pada kondisi anaerob agar mempercepat pertumbuhan bakteri anaerob untuk membentuk asam laktat (Mugiawati, Suwarno dan Hidayat, 2013). Pembuatan silase sangat bermanfaat untuk daerah-daerah yang bermusim kemarau sangat panjang. Silase dibuat dalam suasana anaerob dan tumbuhnya mikroorganisme tertentu di dalamnya membuat pH silase menjadi rendah dan keadaan ini membuat silase awet (Wina, 2005). Prinsip pembuatan silase adalah

(35)

8

fermentasi hijauan oleh mikroba yang banyak menghasilkan asam laktat. Mikroba yang paling dominan adalah dari golongan bakteri asam laktat homofermentatif yang mampu melakukan fermentasi dalam keadaan aerob sampai anaerob.

Asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi akan berperan sebagai zat pengawet sehingga dapat menghindarkan pertumbuhan mikroorganisme pembusuk (Ridwan, Ratnakomala, Kartina dan Widyastuti, 2005). Bakteri asam laktat yang berasal dari spesies heterofermentatif seperti Lactobacillus buchneri menghasilkan produk metabolisme yang beragam yakni berupa asam laktat, asam asetat, etanol, dan CO2 (Kleinschmit and Kung, 2006).

Faktor penting yang berpengaruh terhadap pembuatan silase yaitu tingkat kerusakan yang disebabkan adanya oksigen selama ensilase, kandungan bahan kering, pH dan ketersedian karbohidrat mudah larut (WSC). Material silase jika terlalu basah dan ketersediaan karbohidrat mudah larut tidak memenuhi seperti leguminosa yang memiliki kapasitas buffer yang tinggi, maka masalah akan timbul karena proses ensilase tidak dapat berlangsung dengan baik karena kapasitas buffer yang tinggi menyebabkan pH sulit turun. Kandungan bahan kering hijauan yang optimal dalam pembuatan silase yaitu bekisar 25%-35%. Bahan dengan kandungan air yang tinggi memperbesar terjadinya perkembangbiakan dari bakteri Clostridium dan Enterobacterium produksi asam butirat mendominasi proses ensilase dan fermentasi lebih lanjut dari senyawa NPN menghasilkan amina misalnya seperti tryptamine dan histamine. Senyawa histamine ini bisa mengandung racun yang ditandai dengan bau silase yang kurang sedap (Kellems and Chruch, 2010).

(36)

9 2.6 Silase Pakan Lengkap

Silase pakan lengkap merupakan campuran hijauan, limbah pertanian dan perkebunan yang diawetkan dengan cara fermentasi dalam kondisi kadar air yang tinggi 40-80% yang dilakukan dengan anaerob. Keunggulan silase pakan lengkap adalah lebih mudah dalam pembuatannya dengan fermentasi secara anaerob, kandungan nutrisi yang dihasilkan juga lebih tinggi sehingga dapat memenuhi 70-90% kebutuhan gizi ternak dan memiliki bau yang lebih disukai oleh ternak.

(Allaily dkk., 2011).

Teknologi yang sekarang berkembang adalah pembuatan pakan yang tidak hanya sekedar awet (silase), tetapi juga mengandung nutrien yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Silase pakan lengkap berbeda dengan silase berbahan baku tunggal, dimana silase pakan lengkap mempunyai beberapa keuntungan yaitu tersedianya substrat untuk mendukung terjadinya fermentasi yang baik sehingga mempunyai tingkat kegagalan yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan silase berbahan tunggal, mengandung nutrien yang sesuai dengan kebutuhan ternak, terciptanya pakan yang berkelanjutan dan mudah diberikan pada ternak karena tidak memerlukan pakan tambahan lainnya (Bahri, 2012).

2.7 Kualitas Fisik Silase

Karakteristik fisik silase dibedakan menjadi 3 yang terdiri dari warna, aroma dan tekstur. Penilaian karakteristik warna dibedakan menjadi 5 yaitu hijau segar, hijau kekuningan, hijau kecoklatan, coklat muda dan coklat tua.

Sedangkan penilaian karakteristik aroma dibedakan menjadi 5

(37)

10

yaitu asam, sedikit asam, segar, busuk dan sangat busuk, untuk penilaian karakteristik tekstur dibedakan menjadi 5 yaitu sangat keras, keras, sedikit lunak, lunak dan sangat lunak (Kaiser, Piltz, Burns and Griffiths, 2004). Silase yang memiliki kualitas baik warna hijau kecoklatan, bau asam fermentasi tetapi segar dan enak, tekstur segar dan tidak menggumpal dan tidak adanya jamur (Kurnianingtyas, Pandansari, Astuti, Widyawati dan Suprayogi, 2012).

Cara mudah untuk mengetahui kualitas silase adalah dengan mengukur pH dan bahan kering. Kualitas pH dari silase yaitu 3,5-4,2 : bagus sekali; 4,2-4,5 : bagus; 4,5-4,8 : sedang dan lebih 4,8 : buruk (Prabowo, dkk., 2013). Nilai pH yang tinggi meskipun kandungan bahan kering silase rendah mengindikasikan adanya fermentasi proteolitik serta pembentukan asam amina dan butirat. Nilai fleigh merupakan perhitungan yang digunakan untuk mengukur kualitas silase berdasarkan nilai kandungan bahan kering dan pH silase. Nilai fleigh bernilai >85 dikategorikan sebagai silase dengan kualitas sangat baik (Ozturk, Kizilsimsek, Kamalak, Canbolat and Ozkan, 2005). Silase dengan kadar air kurang dari 65%

akan mengalami pembentukan asam yang terhambat. Kadar air yang terlalu rendah (<40%) rentan terhadap kelebihan panas yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi Maillard, sebab oksigen akan lebih sulit untuk keluar dari dalam silase (Van Soest, 1994). Menurut Kaiser et al., (2004) pH silase dipengaruhi oleh:

a. Kandungan bahan kering silase

Nilai bahan kering yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan bakteri asam laktat, sehingga akan menghasilkan asam yang sedikit. Semakin rendah

(38)

11

kandungan bahan kering akan dihasilkan nilai pH yang semakin tinggi.

b. Kandungan WSC dari hijauan bahan baku silase

Bakteri asam laktat dapat menghasilkan banyak asam laktat jika terdapat kandungan WSC dalam hijauan yang tinggi, sehingga akan menghasilkan silase dengan nilai pH yang rendah

c. Tipe fermentasi

Fermentasi asam laktat akan mengahasilkan silase dengan nilai pH rendah

2.8 Kandungan Nutrisi Pakan Ternak

Kualitas bahan baku hijauan merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas silase yang dihasilkan. Proses ensilase yang baik akan menghasilkan nilai bahan kering, kecernaan, energi metabolis yang sama atau sedikit lebih rendah dari pada hijauan bahan baku dan nilai protein kasar yang sama atau sedikit lebih tinggi dari pada hijauan bahan baku. Kandungan serat kasar suatu bahan juga menjadi indikator kualitas pakan maupun kecernaan dari beberapa jenis pakan termasuk silase (Kaiser, et al., 2004). Penentuan komposisi nilai nutrisi secara garis besarnya dapat dilakukan dengan analisa proksimat, dimana dapat ditentukan kandungan air, Abu, PK, SK, LK dan BETN (Sutardi, 2009).

2.8.1 Bahan Kering (BK)

Bahan kering adalah bahan pakan yang bebas air, dihitung dengan cara 100-kadar air, dimana kadar air diukur dari persen bobot yang hilang setelah pemanasan pada suhu 1050 C sampai beratnya tetap (Suparjo dan Raguati, 2003).

(39)

12

Bahan kering akan menurun selama proses fermentasi dikarenakan adanya perombakan bahan organik terutama karbohidrat untuk dijadikan sumber energi bagi pertumbuhan dan aktivitas kapang (Mirwandono, Bachri dan Situmorang, 2006). Proses fermentasi akan meningkatkan kadar air dalam substrat karena penguraian bahan kering total oleh kapang yang dipergunakan sebagai sumber energi atau pembentuk sel baru, bahan kering diuraikan menjadi CO2, H20 dan panas sehingga penurunan kandungan bahan kering substrat diakibatkan oleh semakin tingginya kadar air dalam substrat (Mildayanni, 2007).

2.8.2 Bahan Organik (BO)

Bahan organik adalah bahan yang ketika dibakar dengan suhu 5500C selama 4 jam habis dan sisanya zat anorganik yang berupa abu. Kandungan bahan organik silase akan turun setelah disilase karena adanya penambahan karbohidrat mudah larut yang dimanfaatkan bakteri selulolitik, sehingga degradasi karbohdrat menjadi asam organik seperti asetat, propionat dan butirat lebih tinggi (Santoso, Hariadi, Manik dan Abubakar, 2009).

2.8.3 Protein Kasar (PK)

Peningkatan kadar protein kasar pada perlakuan yang difermentasi dikarenakan fermentasi dapat mengubah zat yang bersifat kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana.

Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi adalah karbohidrat dan asam amino. Fermentasi dapat menghasilkan produk yang lebih baik dari bahan aslinya (Sutardi, 2009).

Peningkatan kadar protein akibat adanya kerja dari mikroba

(40)

13

dan adanya penambahan protein yang terdapat dalam sel mikroba itu sendiri. Peningkatan kandungan protein kasar pada fermentasi substrat terjadi karena hasil dari hidrolisis pati menjadi gula selama bakteri asam laktat mendegradasi dan melarutkan substrat yang digunakan oleh kapang sebagai sumber karbohidrat untuk mensintesis biomassa kapang yang kaya akan protein (Yuliastiani, Puastuti, Wina dan Supriati, 2012).

2.8.4 Serat Kasar (SK)

Kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan akan menurunkan koefisien cerna dalam bahan pakan tersebut, karena serat kasar mengandung bagian yang sukar untuk dicerna (Putri, 2010). Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh ternak monogastrik. Hewan ruminansia mempunyai mikroorganisme rumen yang menghasilkan enzim selulase dan hemiselulase yang mampu memecah ikatan lignin, selulosa dan hemiselulosa yang terdapat dalam dinding sel tanaman (Suparjo dan Raguati, 2003). Selulosa dan hemiselulosa dalam rumen ternak ruminansia mengalami proses fermentasi yang menghasilkan Volatile Fatty Acid (VFA) yang dapat memenuhi 50-60 % kebutuhan energi (Van Soest, 1994).

(41)

1 BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Januari sampai 17 Maret 2017 di dua lokasi yang berbeda. Proses pembuatan silase dilakukan di ruang fermentasi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, sedangkan analisis kandungan nutrisi, pH dan kualitas fisik dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

3.2 Materi Penelitian 3.2.1 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Bahan penyusun pakan lengkap terdiri dari : 1. Sumber Hijauan :

a. Rumput gajah (Pennisetum purpureum)

Rumput gajah (Pennisetum purpureum) didapatkan dari Desa Tlogorejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Umur pemotongan 50-60 hari dengan tinggi kurang lebih 175 cm.

Kandungan nutrisi rumput gajah BK 14,16%, BO 87,70 %, PK 8,84% dan SK 31,04% (Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya).

b. Rumput gajah mini atau odot (Pennisetum purpureum cv.

Mott)

Rumput gajah mini atau odot(Pennisetum purpureum cv. Mott) didapatkan dari Desa Tlogorejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Umur pemotongan 50-60 hari dengan tinggi kurang

(42)

2

lebih 100 cm. Kandungan nutrisi rumput odot BK 16,46%, BO 89,18%, PK 14,24% dan SK. 31,50% (Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya).

c. Pucuk tebu (Saccharum officinarum)

Pucuk tebu (Saccharum officinarum) didapatkan dari Desa Gedog Kulon Kecamatan Turen Kabupaten Malang.

Pucuk tebu yang didapatkan adalah pucuk dari tanaman tebu yang diambil pada umur 10 bulan. Kandungan nutrisi pucuk tebu BK 27,37%, BO 93,20%, PK 5,82% dan SK 35,86%

(Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya).

2. Sumber Konsentrat

Konsentrat berasal dari KUD KAN JABUNG dengan memiliki kandungan nutrisi BK 87,66%, BO 94,77%, PK 18,13% dan SK 11,24% (Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya). Bahan pakan yang digunakan untuk pembuatan konsentrat tersebut adalah dedak padi (Oryza sativa L.), wheat pollard (Triticum spp), bungkil kelapa (Cocos nucifera), bungkil sawit (Elais guinensiss Jacq) , DDGS, molases (Saccharum officinarum), mineral dan vitamin.

3. Bahan pengukuran pH : a. Larutan aquades

b. Larutan buffer pH 4 dan pH 7 4. Bahan analisis kandungan nutrisi : a. Katalisator (selenium gemisch) b. Batu didih

c. H2SO4 0,1N

d. H2SO4 Pekat (95-97%) e. NaOH 0,1N

(43)

3 f. NaOH 40%

g. H2SO4 0,3N h. NaOH 1,5N i. EDTA j. HCL 0,3N k. Aquades l. Aceton

3.2.2 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan silase pakan lengkap:

a. Kantong plastik 5 kg b. Tali rafia

c. Chopper d. Pompa vakum.

2. Peralatan yang digunakan dalam pengukuran pH (Allaily dkk., 2011) :

a. pH meter b. Gelas ukur c. Timbangan

d. Stirer 210x320x90mm (0-1500RPM).

3. Peralatan yang digunakan dalam analisis kandungan nutrisi :

a. Seperangkat alat analisis kandungan bahan kering (BK) b. Seperangkat alat analisis kandungan bahan organik (BO) c. Seperangkat alat analisis kandungan protein kasar (PK) d. Seperangkat alat analisis kandungan serat kasar (SK)

(44)

4 3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 3 perlakuan yang masing-masing diulang 4 kali.

Penyusunan pakan lengkap terlebih dahulu dilakukan berdasarkan analisis proksimat setiap bahan baku. Selanjutnya dilakukan ensilase selama 21 hari. Susunan perlakuan berdasarkan berat bahan kering (BK) sebagai berikut :

P1 :50% Konsentrat + 50% Rumput gajah (Pennisetum purpureum)

P2 : 50% Konsentrat + 50% Rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott)

P3 : 50% Konsentrat + 50% Pucuk tebu (Saccharum officinarum)

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pembuatan Silase Pakan Lengkap

Tahapan pertama proses pembuatan silase pakan lengkap yaitu rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) dan pucuk tebu (Saccharum officinarum) dipotong-potong dengan ukuran 2-3 cm dengan chopper kemudian dicampur konsentrat.

Dimasukkan ke dalam kantong plastik (dibuat rangkap 3 untuk mencegah kebocoran) dan dipadatkan, kemudian sisa udara yang terdapat dikantong plastik dibuang menggunakan pompa vakum, lalu diikat secara rapat menggunakan tali rafia. Proses ensilase berlangsung selama 3 minggu atau 21 hari. Setelah itu silase dibuka dan diuji karakteristik kualitas fisik, pH dan kandungan nutrisi dengan analisis proksimat (BK, BO, PK dan SK).

(45)

5

Gambar 5. Cara pembuatan silase pakan lengkap Fleigh Point

Dicampur dengan konsentrat sesuai perlakuan

1. Bahan Kering (BK) 2. Bahan Organik (BO) 3. Protein Kasar (PK) 4. Serat Kasar (SK) 1. Warna

2. Aroma 3. Tekstur 4. Jamur

Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

Rumput Odot (Pennisetum purpureum cv. Mott)

Pucuk Tebu (Saccharum officinarum)

Rumput dipotong-potong dengan menggunakan chopper 2-3cm Dilayukan selama 2 hari

Dimasukkan dalam kantong plastik rangkap 3 dan dipadatkan

Dikeluarkan sisa udara di kantong plastik dengan pompa vakum

Diikat menggunakan tali rafia

Ensilase selama 21 hari

Silase Pakan Lengkap

Kualitas fisik Kandungan nutrisi pH Fleigh point

(46)

6

3.4.2 Variabel yang Diamati atau Diukur 3.4.2.1 Kualitas Fisik

Penentuan kualitas fisik berupa warna, aroma, tekstur dan adanya jamur dari silase pakan lengkap dari berbagai jenis hijauan rumput berbeda dilakukan secara organoleptik dengan menggunakan 20 panelis semi terlatih (sudah mengetahui kualitas fisik silase baik) dan setiap panelis memberikan skor berupa angka (1-5) seperti pada Tabel 2. Selanjutnya skor dijadikan hasil pengamatan pada masing-masing karakteristik fisik.

Tabel 2. Penilaian karakteristik fisik silase pakan lengkap

Kategori Skor

1 2 3 4 5

Warna Coklat tua

Coklat muda

Hijau kecoklatan

Hijau

kekuningan Hijau

Aroma Sangat

busuk Busuk Segar Sedikit

Asam Asam

Tekstur Sangat

lunak Lunak Sedikit

lunak Keras Sangat

keras

Jamur Sangat

banyak Banyak Sedikit Sangat sedikit

Tidak ada

3.4.2.2 pH

Penentuan pH dari silase pakan lengkap menurut Allaily, dkk., (2011) terdapat pada Lampiran 1.

(47)

7 3.4.2.3 Kandungan Nutrisi

Penentuan kandungan nutrisi (BK, BO, PK dan SK) dari silase pakan lengkap dengan analisis proksimat menurut AOAC (2005) terdapat pada Lampiran 2 hingga Lampiran 5.

3.4.2.4 Kehilangan Kandungan Nutrisi

Perhitungan kehilangan kandungan nutrisi silase pakan lengkap dengan menggunakan rumus :

Kehilangan Nutrisi = {[(bobot x %Nutrien) rumput sebelum ensilase – (bobot x%Nutrien) rumput setelah ensilase] / [(bobot x %Nutrien)rumput sebelum ensilase]} x 100%

(Surono, Soejono danBudhi, 2006).

3.4.2.5 Fleigh Point

Perhitungan fleigh point dengan cara mengetahui pH dan kandungan bahan kering (BK) dengan menggunakan rumus :

FP = 220 + (2 x BK - 15) - (40 x pH) (Ozturk, et al., 2005) 3.5 Analisis Data Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Adapun model matematik untuk RAL sebagai berikut :

Yij = μ + 𝜏i + ∈ij

Keterangan:

i = 1, 2, …, t dan j = 1, 2, …, r

Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

µ = rata-rata umum.

𝜏i = pengaruh perlakuan ke-i.

(48)

8

ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Sidik Ragam seperti Tabel 3.

Tabel 3. Analisis ragam

SK Db JK KT fhitung f0.05 f0.01 Perlakuan

Galat Total

Apabila terjadi perbedaan pada pengaruh perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s dengan model statistik yang digunakan sebagai berikut:

SE =

3.6 Batasan Istilah

Pakan Lengkap : Pakan yang terbuat dari campuran hijauan dan konsentrat dengan kandungan nutrisi yang sesuai kebutuhan ternak serta pemberian dapat dilakukan secara langsung Silase : Hijauan yang diawetkan dalam

kondisi segar secara fermentasi yang disimpan dalam silo secara anaerob Silase Pakan

Lengkap :

Silase yang dibuat dari campuran antara konsentrat dan hijauan yang terdiri dari rumput, limbah pertanian dan leguminosa dengan kadar air 60- 70% dalam keadaan anaerob

(49)

9

(50)

1 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Kualitas Fisik Silase Pakan Lengkap 1.1.1 Warna Silase Pakan Lengkap

Hasil pengamatan warna tampak seperti lampiran 6.

Hasil analisis ragam warna silase pakan lengkap menunjukkan bahwa jenis rumput berpengaruh sangat nyata (P<0,01).

Adapun rataan kualitas fisik warna hasil silase pakan lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kualitas fisik warna silase pakan lengkap

Perlakuan Rataan Warna

P1 3,75±0,44a

P2 3,11±0,79a

P3 3,30±0,56a

Berdasarkan Tabel 4, menunjukan bahwa warna silase P1 hijau kekuningan, sedangkan P2 dan P3 hijau kecoklatan.

Menurut Raldi, Rustandi, Tulung dan Malalantang (2015) warna tersebut merupakan warna yang baik dari silase.

Menurut Prabowo, dkk. (2013), perubahan warna silase terjadi karena adanya proses respirasi yang menyebabkan gula teroksidasi menjadi CO2 dan H2O sehingga suhu naik.

1.1.2 Aroma Silase Pakan Lengkap

Hasil pengamatan aroma tampak seperti lampiran 6.

Hasil analisis ragam aroma silase pakan lengkap menunjukkan

(51)

2

bahwa jenis rumput berpengaruh sangat nyata (P<0,01).

Adapun rataan kualitas fisik aroma hasil silase pakan lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kualitas fisik aroma silase pakan lengkap

Perlakuan Rataan Aroma

P1 3,75±0,49a

P2 4,64±0,48a

P3 3,68±0,47a

Silase pakan lengkap P1 dan P3 beraroma sedikit asam sedangkan P2 beraroma asam yang khas produk fermentasi.

Seperti yang disampaikan Abdelhadi, Santini and Gagliostro (2005) silase dengan aroma sedikit asam sampai asam merupakan aroma yang baik untuk silase. Raldi, dkk., (2015) aroma asam silase disebabkan oleh bakteri asam laktat yang menghasilkan asam organik. Menurut Wallace dan Chesson (1995) asam yang dihasilkan selama ensilase adalah asam laktat, propionat, formiat, suksinat dan butirat.

1.1.3 Tekstur Silase Pakan Lengkap

Hasil pengamatan tekstur tampak seperti lampiran 6.

Hasil analisis ragam tekstur silase pakan lengkap menunjukkan bahwa jenis rumput berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Adapun rataan kualitas fisik aroma hasil silase pakan lengkap dapat dilihat pada Tabel 6.

(52)

3

Tabel 6. Kualitas fisik tekstur silase pakan lengkap

Perlakuan Rataan Tekstur

P1 3,11±0,69a

P2 2,84±0,46a

P3 3,70±0,46a

Silase pakan lengkap P1 dan P2 memiliki tekstur sedikit lunak, remah dan tidak menggumpal, sedangkan P3

memiliki tekstur yang keras, remah dan tidak menggumpal.

Tekstur silase pakan lengkap dari seluruh perlakuan masih baik, apabila tekstur silase yang dihasilkan sangat lunak menandakan silase banyak mengandung kadar air, yang akan mengakibatkan silase berjamur dan tidak mampu memiliki daya simpan yang lama. Hal ini sesuai dengan Raldi, dkk., (2015) bahwa tekstur tersebut merupakan tekstur yang baik dari silase. Berdasarkan teksturnya, silase P3 menunjukan tekstur yang keras, artinya silase masih seperti bahan dasarnya yang menggunakan pucuk tebu. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartadisastra (1997) silase berkualitas baik yaitu mempunyai tekstur segar yang masih seperti bahan baku awal.

1.1.4 Jamur Silase Pakan Lengkap

Hasil pengamatan jamur tampak seperti lampiran 6.

Hasil analisis ragam jamur silase pakan lengkap menunjukkan bahwa jenis rumput berpengaruh tidak nyata (P>0,05). Adapun rataan kualitas fisik jamur hasil silase pakan lengkap dapat dilihat pada Tabel 7.

(53)

4

Tabel 7. Kualitas fisik jamur silase pakan lengkap

Perlakuan Rataan Jamur

P1 4,80±0,46

P2 4,83±0,38

P3 4,78±0,48

Silase pakan lengkap P1, P2 dan P3 menunjukan tidak adanya jamur. Hal ini menandakan bahwa silase memiliki kualitas yang baik (Jasin dan Bachrudin, 2015). Tidak adanya jamur disebabkan karena tidak adanya oksigen dalam silo, sehingga hanya bakteri anaerob yang masih aktif untuk proses ensilase (Raldi, dkk., 2015).

1.2 Nilai pH Silase Pakan Lengkap

Hasil pengujian pH tampak seperti lampiran 9. Hasil analisis ragam pH silase pakan lengkap menunjukkan bahwa jenis rumput berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Adapun rataan pH hasil silase pakan lengkap dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai pH silase pakan lengkap

Perlakuan pH

Sebelum Sesudah

P1 5,2±0,040 4,2±0,025

P2 5,2±0,047 4,2±0,062

P3 5,5±0,047 4,2±0,025

(54)

5

Berdasarkan Tabel 8, menunjukan pH dari silase pakan lengkap seleruh perlakuan P1, P2 dan P3 yaitu 4,2 menunjukan kualitas silase bagus. Menurut Prabowo, dkk., (2013) kualitas pH silase yaitu 3,5-4,2 : bagus sekali; 4,2-4,5 : bagus; 4,5-4,8 : sedang dan lebih 4,8 : buruk. pH berhubungan dengan produksi asam laktat pada proses ensilase, pH rendah mencerminkan produksi asam laktat tinggi (Kung dan Shaver, 2001). Produksi asam laktat dapat dipengaruhi oleh jumlah Water Soluble Carbohydrate (WSC), semakin tinggi WSC akan semakin tinggi produksi asam laktat. Kandungan WSC pada rumput gajah sebesar 9,9% (Rohmani, 2002), sedangkan pucuk tebu 8,25% (Chaundhry and Naseer, 2008), akan tetapi pada penelitian menunjukan rumput gajah tidak mampu memaksimalkan produksi asam laktat sehingga nilai pH dari seluruh perlakuan sama.

pH yang sama dari semua perlakuan disebabkan penambahan konsentrat yang sama. Kosentrat sendiri dapat dijadikan sebagai bahan aditif untuk proses ensilase. Menurut Gunawan, Zaenuddin, Daema dan Thalib (1988) bahwa bahan pengawet atau aditif dapat juga meningkatkan kondisi asam dan memacu terbentuknya asam laktat dan asam asetat, untuk mendapatkan karbohidrat terfermentasi sebagai sumber energi bagi bakteri untuk fermentasi, menghambat beberapa jenis bakteri dan jamur yang tidak dikehendaki, mengurangi ketersediaan oksigen baik secara langsung maupun tidak langsung, mengurangi kadar air dan mengabsorbsi beberapa asam yang tidak dikehendaki.

(55)

6

1.3 Kandungan Nutrisi Silase Pakan Lengkap 1.3.1 Kandungan Bahan Kering (BK) Silase Pakan

Lengkap

Hasil pengujian kandungan nutrisi dan kehilangan berat kandungan nutrisi tampak seperti lampiran 7 dan 8. Hasil analisis ragam kandungan nutrisi bahan kering (BK) silase pakan lengkap menunjukkan bahwa jenis rumput berpengaruh sangat nyata (P<0,01) dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kehilangan berat kandungan nutrisi BK. Adapun kandungan nutrisi dan kehilangan berat kandungan nutrisi BK silase pakan lengkap dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis kandungan nutrisi dan kehilangan berat kandungan nutrisi BK silase pakan lengkap

Perlakuan

Kandungan Nutrisi BK (%) Kehilangan Berat Kandungan Nutrisi (%) Sebelum

Fermentasi

Setelah Fermentasi

P1 34,34 33,08±0,56b 4,06±1,61a P2 31,48 30,04±0,32a 5,41±1,02ab

P3 41,61 37,20±2,23b 11,96±5,12b

Keterangan : 1) Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

2) * berdasarkan % BK

3) a-bSuperkrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Berdasarkan Tabel 9, menunjukan silase pakan lengkap P1 dan P3 merupakan silase yang terbaik, karena

(56)

7

memiliki BK yang cukup tinggi (37,20%). BK yang tinggi akan memperlama daya simpan silase dan silase yang memiliki kadar air tinggi akan mudah mengakibatkan silase menjadi rusak atau busuk. Silase busuk disebabkan adanya bakteri Clostridia yang berkembang. Bahan dengan kandungan air yang tinggi memperbesar terjadinya perkembangbiakan bakteri Clostridia yang memproduksi asam butirat mendominasi proses ensilase dan fermentasi lebih lanjut dari senyawa Non Protein Nitrogen (NPN) menghasilkan amina misalnya seperti tryptamine dan histamine. Senyawa histamine ini bisa mengandung racun yang ditandai dengan bau silase yang kurang sedap (Kellems and Chruch, 2010).

Silase pakan lengkap P2 dengan menggunakan hijauan rumput gajah mini memiliki kandungan BK yang cukup rendah (30,04%), hal ini dikarenakan kurangnya proses pelayuan sebelum dilakukan proses pembuatan silase sehingga kadar air tinggi. Menurut Soebarinoto (1984) dalam Sawen, Yoku dan Junaidi (2013), pelayuan bahan silase atau hijauan berfungsi untuk mengurangi kadar air hijauan, melunakkan jaringan tanaman, mempercepat kehidupan sel-sel tanaman dan bakteri serta dapat meningkatkan proses ensilase dengan adanya panas yang dihasilkan oleh sel-sel tanaman dan bakteri yang menggunakan glukosa dari tanaman. Semakin tinggi kadar air bahan yang digunakan untuk membuat silase akan semakin tinggi pula kadar air silase yang dihasilkan (Pioner Development Foundation, 1991).

Selama proses ensilase berlangsung terjadi kehilangan kandungan BK dan peningkatan kadar air yang disebabkan oleh tahap pertama ensilase saat proses respirasi masih berlangsung yang menyebabkan glukosa diubah menjadi CO2,

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan komosisi bahan penyusun pakan lengkap yang dibuat menjadi silase akan menghasilkan perubahan kadar air, berat segar dan berat kering yang berbeda. Pakan

Manfaat Penelitian adalah untuk memberikan informasi mengenai pemanfaatan jenis hijauan berbeda Pennisetum purpureum, Pennisetum purpureum cv Mott, dan Saccharum officinarum yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan silase pakan lengkap berbasis batang tebu terhadap konsumsi, retensi N, estimasi sintesis protein mikroba dan

Formulasi pakan hijauan (rumput gajah, kaliandra, dan gamal) diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan nutrien, sehingga dapat berpengaruh terhadap

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah kandungan ADF, NDF, selulosa, hemiselulosa dan lignin pada silase pakan komplit yang berbahan dasar rumput gajah dan beberapa

Hanya saja ketersediaan dan fluktuasi yang berbeda pada produksi rumput gajah sebagai hijauan makanan ternak khususnya pada musim kemarau belum dapat memenuhi

Teknologi pengenalan hijauan dan pembuatan silase yang diberikan dalam pengabdian ini adalah teknologi yang tepat bagi peternak, dimana dalam pemberian pakan tidak

Disimpulkan bahwa semakin lama waktu inkubasi dapat menurunkan kandungan hemiselulosa, selulosa dan lignin silase pakan lengkap berbahan utama batang pisang ( Musa