• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kapur yang berlebihan dapat mengikat fosfat yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton

Dalam dokumen Laporan Budidaya Tanaman Lahan Marginal (Halaman 44-55)

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

B. Tujuan 1 Mengetahui cara pengapuran pada tanah marginal

8. Kapur yang berlebihan dapat mengikat fosfat yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton

Manfaat pengapuran menurut Murtidjo (1998) diantaranya:

1. Menormalkan asam-asam bebas dalam air, sehingga pH meningkat

2. Mencegah kemungkinan terjadinya perubahan pH air atau tanah yang mencolok 3. Mendukung kegiatan bakteri pengurai bahan organik sehingga garam dan zat hara

akan terbebas.

4. Mengendapkan koloid yang melayang layang dalam air tambak.

Tanah podzolik merah kuning merupakan jenis tanah yang memiliki persebaran terluas di Indonesia. Tanah ini berasal dari bahan induk batuan kuarsa di zona iklim basah dengan curah hujan antara 2.500-3.000 mm/tahun. Sifatnya mudah basah dan mudah mengalami pencucian oleh air hujan, sehingga kesuburannya berkurang. Dengan pemupukan yang teratur, jenis tanah ini dapat dimanfaatkan untuk persawahan dan perkebunan.Tanah ini memiliki ciri miskin kandungan unsur hara dan tidak subur (Murtidjo, 1998).

Persebaran dari tanah podsolik merah kuning yaitu tersebar di dataran-dataran tinggi Sumatra, Sulawesi, Papua, Kalimantan, Jawa Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara. Di tempat-tempat ini ditemukan persawahan, perladangan, kebun karet, dan kopi. Suhu dari tanah ini yaitu karena berasal dari bahan induk batuan kuarsa di zona iklim basah dengan curah hujan antara 2.500-3.000 mm/tahun yang tergolong tinggi, serta sifatnya mudah basah, maka dapat disimpulkan tanah ini bersuhu rendah (Murtidjo, 1998).

Podzolik merah kuning merupakan bagian dari tanah Ultisol. Menurut USDA, ultisol adalah tanah yang sudah mengalami pencucian pada iklim tropis dan sub tropis. Karakter utama tanah ultisol adalah memiliki horizon A yang tipis, akumulasi lempung pada horizon B dan bersifat agak masam. Tanah ultisol bersifat agak lembab dengan kadar lengas tertinggi pada ultisol yang berbentuk bongkah.

Menurut Dames (1995) tanah podzolik merah kuning sendiri merupakan tanah yang terbentuk karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podzolik merah kuning berwarna merah sampai kuning dengan kesuburan yang relatif rendah karena pencucian-pencucian. Podzolik merah kuning banyak digunakan untuk tanaman kelapa, jambu mete, karet, dan kelapa sawit. Tanah Podsolik Merah Kuning di Indonesia dengan ciri-ciri yaitu tekstur lempung, struktur gumpal, permeabilitas rendah, stabilitas agregat baik, pH rendah, kandungan Al tinggi, KTK rendah, aras N, P, Ca, Mg sangat rendah, vegetasi (Murtidjo, 1998).

Kemasaman tanah disebabkan oleh bahan induk tanah yang bereaksi masam, tingkat pelapukan, curah hujan, dan intensitas pengunaan lahan. Makin tinggi tingkat pelapukan, makin tinggi curah hujan dan makin intensif penggunaan lahan pertanian, maka makin besar kemungkinan berkembangnya tanah-tanah masam. Curah hujan yang melebihi evapotranspirasi mempunyai kemampuan bagi terjadinya perkolasi air ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam, sehingga terjadi pencucian kation-kation basa. Tercucinya kation-kation basa dari kompleks jerapan menyebabkan kation-kation H+ dan Al3+ menjadi dominan, sehingga tanah menjadi masam. Orang beranggapan bahwa kemasaman tanah disebabkan oleh ion H+, kemudian terbukti selain ion H+ tersebut, kemasaman tanah disebabkan oleh oleh aktivitas ion Al3+.

Reaksi hidrolisis Al3+ menghasilkan ion H+ adalah sebagai berikut: Al3+ + H2O < --- > Al(OH)2+ + H+

Al(OH)2+ + H2O < --- > Al(OH)2+ + H+

Al(OH)2+ + H20 < --- > Al(OH)3 + H+ (Tisdale & Nelson, 1975).

Tanah yang lembab atau mengalami jenuh air (akuik), kandungan Ca dan Mg relatif sangat kecil sekali dibandingkan dengan ion H dan Al yang biasanya menguasai kompleks koloid. Oleh karena itu tanah-tanah demikian bereaksi masam, dan sudah sewajarnya membutuhkan penambahan kation-kation basa. Selain untuk meningkatkan jumlah kation basa juga mempunyai efek terhadap peningkatan pH atau menurunkan tingkat kemasaman tanah.

Menghindari efek yang kurang baik, tidak tepat menggunakan bahan kapur (Ca dan Mg) dari senyawa oksida asam, seperti CaSO4 atau MgSO4. Karena kalsium dan magnesium sulfat tersebut akan meningkatkan ion H dan oksida asam sulfat dalam larutan tanah. Jadi meskipun jumlah ion kalsium dan magnesium meningkat, namun kemasaman tanah tidak berkurang bahkan bertambah masam. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:

H

Misel + CaSO4 < == > Ca = Misel + 2H+ + SO4= H

Pada tanah bereaksi netral dapat digunakan kalsium dan magnesium sulfat, karena diperlukan banyak Ca dan Mg tetapi tidak menaikkan pH tanah. Senyawa magnesium karbonat, oksida atau hidroksida jarang dipergunakan karena selain efeknya lebih rendah dibandingkan dengan Ca, juga deposit magnesium karbonat, oksida atau hidroksidanya sangat kecil dan sukar diperoleh.

Senyawa kalsium dan magnesium karbonat yang terdapat sebagai deposit dolomit yang perbandingan Ca-karbonat dan Mg-karbonatnya bervariasi sekali. Karena CaCO3 dan dolomit banyak digunakan di sektor pertanian maka bahan tersebut disebut sebagai kapur pertanian. Dua senyawa ini memberikan keuntungan, dan tidak meninggalkan efek yang merugikan dalam tanah. Reaksi langsung antara CaCO3 dan CaO dengan sumber asam tanah, secara sederhana dapat ditunjukkan sebagai berikut:

H

Misel + CaCO3 <===> Ca=Misel + CO2 + H2O H

H

Misel + CaO <===> Ca=Misel + H2O

Kalau kedua reaksi itu bergeser ke kanan, akan terjadi netralisasi atau peniadaan ion H dan peningkatan kalsium dapat ditukar (Ca d.d.). Hal ini mengakibatkan peningkatan persentase kejenuhan basa sejalan dengan peningkatan pH larutan tanah. Deposit kapur di lapangan tidaklah murni, namun terdapat oksida atau hidroksida dari senyawa lain, seperti zeolit, dolomit, dan kalsium silikat.

Bahan kapur yang lazim digunakan umumnya adalah batu kapur (kalsit dan dolomit), kapur bakar (CaO), dan kapur hidrat atau kapur mati (Ca(OH)2). Kapur bakar dibuat dari kalsit dan dolomit yang dibakar, dengan reaksi sebagai berikut:

CaCO3 + Panas Api --à CaO + CO2

CaCO3.MgCO3 + Panas Api -à CaO + MgO + 2CO2

Kapur bakar ini sangat peka terhadap kelembaban dan cepat berubah menjadi Ca(OH)2. Kapur hidroksida berasal dari kapur bakar yang ditambahkan air sehingga menjadi kapur mati atau kapur hidrat (meskipun tidak tepat).

Hidroksida kapur di pasaran berupa bubuk putih sangat kaustik dan kurang menyenangkan untuk digunakan. Kapur hidroksida ini apabila dibiarkan akan kembali menjadi kapur karbonat karena kelembaban tinggi dan karung terbuka menyebabkan terjadinya kontak dengan uap air dan CO2.

Ca(OH)2 + CO2 à CaCO3 + H2O

Mg(OH)2 + CO2 à MgCO3 + H2O

Dolomit adalah mineral (kalsium magnesium karbonat) dengan komposisi kimia CaMg (CO3). Ini adalah komponen utama dari batuan sedimen yang dikenal sebagai dolostone dan batuan metamorf yang dikenal sebagai marmer dolomit. Kapur yang berisi beberapa dolomit dikenal sebagai kapur dolomit. Dolomit jarang ditemukan di lingkungan sedimen modern tapi dolostones sangat umum terdapat dalam bebatuan. Kebanyakan batuan yang kaya mineral dolomit awalnya disimpan sebagai lumpur kalsium karbonat lalu diubah oleh air yang kaya magnesium sehingga terbentuk dolomit.

Dolomit adalah senyawa kapur yang mengandung kalsium sejumlah 8-12 %, Mg sejumlah 18-22 % dan Sodium sejumlah 0.2 %. Dolomit memiliki struktur 3 arah belahan yang sempurna namun tidak terlihat jika dolomit berbentuk butiran-butiran yang halus. Tekstur itu bisa terlihat ketika terjadi pengkristalan dan mudah diamati dengan menggunakan lensa. Dolomit memiliki kekerasan Mohs antara 3,5 hingga 4. Mineral ini dapat menghasilkan reaksi yang sangat lemah terhadap dingin maupun asam klorida encer. Jika asam tersebut dalam kondisi hangat, mineral dolomit dapat bereaksi sangat kuat terhadap reaksi asam yang menyebabkan kemudahan pengamatan terhadap proses tersebut.

Kapur pertanian dengan kandungan hara makro Kalsium (CaO) sebesar 44 – 51 % sangat tepat di gunakan untuk pengapuran tanah pertanian dan perkebunan dan juga untuk pupuk yang menyediakan unsur hara Kalsium (CaO) yang sagat di perlukan tanaman. Kelebihan kapur pertanian adalah:

1. Memiliki kandungan hara Kalsium (CaO) yang tinggi sekitar 44-51 % 2. Memiliki kandungan hara Kalsium (CaO) yang tinggi yaitu sekitar 44 – 51% 3. Diproduksi dari bahan baku Batu Kapur yang kaya akan kandungan Kalsium

(CaO)

4. Telah lolos mutu dan cara uji kapur pertanian yang dikeluarkan oleh BSN.

5. Dikemas dengan menggunakan bahan yang kuat serta memiliki berat netto 50 Kg 6. Memiliki tingkat derajat kehalusan yang tinggi sekitar mesh 40 sampai 100 7. Kadar air saat dalam kemasan sebesar 1 %

Manfaat dan kegunaan dari kapur pertanian adalah: 1. Meningkatkan pH tanah menjadi netral

2. Meningkatkan ketersedian unsur hara dalam tanah sehingga mudah diserap tanaman 3. Menetralisir senyawa-senyawa beracun, baik organik maupun an-organik

4. Meningkatkan populasi & aktivitas mikro organisme tanah yang sangat menguntungkan terhadap ketersediaan hara tanah

5. Memacu pertumbuhan akar dan membentuk perakaran yang lebih baik sehingga penyerapan unsur hara menjadi optimal.

6. Menbuat tanaman lebih hijau dan segar serta mempercepat pertumbuhan 7. Meningkatkan produksi dan mutu hasil panen

Perbedaan dari kapur Dolomit dan Kapur pertanian yaitu:

1. Dolomit merupakan pupuk tunggal berkadar Magnesium tinggi, digunakan baik untuk tanah pertanian, tanah perkebunan, kebutuhan industri dan bahkan untuk perikanan/tambak. Bahan baku Dolomit berasal dari batuan dolomit yang ditambang. Manfaat pupuk tunggal dolomit yang mengandung hara Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) adalah :

a. Mengoreksi keasaman tanah agar sesuai dengan pH yang diperlukan tanaman b. Menetralisir kejenuhan zat-zat yang meracuni tanah, tanaman, bilamana zat

tersebut berlebihan seperti zat Al (alumunium), Fe (zat besi), Cu (Tembaga) c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyerapan zat-zat hara yang sudah ada

dalam tanah baik yang berasal dari bahan organik maupun pemberian pupuk lainnya seperti Urea, TSP dan Kcl

d. Menjaga tingkat ketersediaan unsur hara mikro sesuai kebutuhan tanaman. Artinya dengan Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO) yang cukup unsur mikropun memadai

e. Memperbaiki porositas tanah, struktur serta aerasi tanah sekaligus bermanfaat bagi mikrobiologi dan kimiawi tanah sehingga tanah menjadi gembur, sirkulasi udara dalam tanah lancar dan menjadikan akar semai bebas bergerak menghisap unsur hara dari tanah

f. Aktifator berbagai jenis enzim tanaman, merangsang pembentukan senyawa lemak dan minyak, serta karbohidrat

g. Membantu translokasi pati dan distribusi phospor didalam tubuh tanaman

h. Unsur pembentuk warna daun (Klorofil), sehingga tercipta hijau daun yang sempurna.

2. Kapur pertanian (Kaptan) adalah bahan alamiah atau suatu produk yang mengandung senyawa utama Kalsium (CaCO) yang dapat digunakan untuk mengubah sifat keasaman tanah. Manfaat Kapur Pertanian adalah:

a. Pada lahan pertanian: meningkatkan pH tanah menjadi netral, meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah, menetralisir senyawa beracun baik organik maupun non anorganik, merangsang populasi & aktivitas mikroorganisme tanah b. Pada tanaman: memacu pertumbuhan akar dan membentuk perakaran yang baik,

membuat tanaman lebih hijau dan segar serta mempercepat pertumbuhan, meningkatkan produksi dan mutu hasil panen.

c. Pada tambak : mempertinggi pH pada tambak yang rendah, menyediakan kapur untuk ganti kulit, memberantas hama penyakit, mempercepat proses penguraian bahan organik, meningkatkan kelebihan gas asam arang (CO) yang dihasilkan oleh proses pembusukan .

Dalam hasil analisis ANOVA acara 3 didapatkan F hitung sebesar 1,75. Didapatkan kesimpulan bahwa Pemberian kapur pertanian berpengaruh terhadap tinggi tanaman kangkung di lahan masam oleh karenanya harus dilakukan uji lanjut. Kemudian pada uji lanjut DMRT variabel pengamatan tinggi tanaman dan bobot basah tanaman dihasilkan data dengan kesimpulan pemberian kapur pertanian dengan dosis 2 gram dolomit per 5 kg tanah tidak berbeda nyata. Berdasarkan pengamatan analisis diatas bila dibandingkan dengan literatur menurut, William, 1960 efektivitas bahan kapur ini tergantung pada tingkat kehalusannya, kehalusan yang cukup baik adalah butir kapur yang lolos dengan ayakan lebih dari 60 mesh, dan lebih baik dengan ayakan 100 mesh.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Cara pengapuran yang dilakukan pada praktikum acara ini adalah Polybag diisi tanah PMK 5 Kg, sebanyak 20 polybag 4 polybag sebagai control, 4 polybag sebagai KP 1 dicampur dengan Kapur pertanian sebanyak 2 gram perpolybag, 4 polybag sebagai KP 2 dicampur dengan kapur pertanian sebanyak 4 gram perpolybag, 4 polybag sebagai D 1 dicampur dengan Dolomit sebanyak 2 gram perpolybag, 4 polybag sebagai D 2 dicampur dengan Dolomit sebanyak 4 gram perpolybag. Semua polybag disiram dengan air secukupnya. Semua polybag ditanam dengan 5 butir benih kangkung. Semua polybag diamati tinggi tanaman selama 13 kali.

2. Pengaruh pemberian kapur yang dilakukan pada acara praktikum ini hasilnya adalah pemberian kapur pertanian dengan dosisi 2 gram dolomit per 5 kg tanah lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman berarti kapur dolomit lebih efektif.

B.Saran

DAFTAR PUSTAKA

Dames. 1995. Pengelolaan Tanah dan Tanaman Pada Tanah Podsolik Studi Kasus Di Daerah Lampung. Pusat Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Hardjowigeno. 1992. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta

Kordi. 2010. Crop Response To Liming Of Ultisols and Oxisols. Cornel International Agriculture, Bulletin No 35. Notohadiprawiro, T. 1983. Persoalan Tanah Masam Dalam Pembangunan Pertanian Di Indonesia. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yokyakarta.

Krantz. 1998. Keperluan Fosfat Pada Tanah Podsolik Lampung dan Banten. Kumpulan Makalah Pertemuan Teknis Proyek Penelitian Tanah, Pusat Penelitian Tanah, Bogor.

Lopulisa. 2004. Pengaruh Pupuk Phonska dan Pengapuran Terhadap Kandungan Unsur Hara NPK dan pH Beberapa Tanah Hutan. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan

Mohr. 1990. Masalah Pengapuran Tanah Mineral Masam Di Indonesia. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yokyakarta.

Munir. 1996. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian-IPB. Bogor.

Murtidjo. 1998. Tanah-tanah pertanian di Indonesia. Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Hal. 21-65.

Partoyo. 2005. Penuntun Praktikum Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Ratnawati. 2008. Daya ganti pengikatan Al, Fe, dan Mn oleh sisa tanaman kacang tanah, padi dan jagung terhadap kebutuhan kapur pada tanah Podsolik dari Gajrug, dalam sistem pergiliran tanaman. J. Ilmu Pertanian Indonesia. 3 (1) : 1 – 7.

Suyanto. 2009. Some aspects of phosphate retention and availability in soils. Int. Congr. of Soil Sci., Trans.7th 3:602-611.

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANAMAN LAHAN MARGINAL

ACARA IV

Dalam dokumen Laporan Budidaya Tanaman Lahan Marginal (Halaman 44-55)

Dokumen terkait