• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Budidaya Tanaman Lahan Marginal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Budidaya Tanaman Lahan Marginal "

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANAMAN LAHAN MARGINAL

ACARA I

PERLAKUAN PEMBENAH TANAH PADA LAHAN MARGINAL

Oleh :

Apriliane Briantika Louise

NIM A1L013055

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah sangat penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi. Tanpa tanah, kehidupan yang kita ketahui tidak mungkin ada karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh karena tanah memainkan peran kritis dalam memelihara atau menjaga kualitas udara, menyimpan air dan bahan makanan bagi tumbuhan, serta menyaring bahan pencemar air permukaan. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme dan bagi sebagian besar mahkluk hidup di daratan, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.

Media tanam berperan penting dalam proses pertumbuhan pada usaha budidaya pertanian. Hal tersebut didukung oleh lahan yang sesuai dengan masing-masing jenis tanah. Pengolahan dan pemanfaatan tanah mampu menghasilkan hasil yang optimal, maka diperlukan pengetahuan lebih lanjut mengenai masing-masing sifat tanah baik sifat fisika maupun sifat kimia tanah.

(3)

kesuburan tanah yang rendah, sehingga usaha perbaikan kondisi tanah tersebut dapat membantu meningkatkan produksi.

Pasir pantai merupakan tanah yang sangat miskin hara, karena strukturnya tidak mampu menahan hara dan air menyebabkan tanah pasir ini memerlukan bantuan pupuk kandang guna menjadikannya sebagai media tanam yang lebih baik. Pupuk kandang merupakan bahan organik yang memiliki hara dan mineral yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan yang maksimal. Kangkung darat membutuhkan unsur hara yang cukup dan berimbang bagi pertumbuhannya.

Pada praktikum perlakuan pembenah pada lahan marginal ini akan dibahas terkait cara pemberian dan pengaruh pemberian pembenah tanah pada tanah pasir pantai yang digunakan adalah bokasi. Oleh karenanya pada praktikum ini dapat dipelajari beberapa pengaruh dari perlakuan pemberian pembenah tanah marjinal.

B. Tujuan

1. Mengetahui cara pemberian pembenah tanah pada lahan marginal.

2. Mengetahui pengaruh pemberian pembenah tanah pada tanah pasir pantai terhadap pertumbuhan tanaman.

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah pasir pantai merupakan tanah marjinal yang memiliki produktivitas tanah rendah sebagai akibat dari struktur tanah lepas, kemampuan memegang air rendah, infiltrasi dan evaporasi yang tinggi, kesuburan rendah, bahan organik sangat rendah, temperatur yang tinggi dan angin kencang. Ketersediaan udara yang berlebihan dalam pori menyebabkan pengeringan dan oksidasi bahan organik berjalan cepat. Penggunaan pembenah tanah di lahan pasir merupakan salah satu alternatif teknologi peningkatan produktivitas lahan (Kertonegoro, 2001).

Perbaikan beberapa sifat tanah pasir pantai pada lahan pertanian yang didominasi oleh partikel pasir pada daerah yang beriklim kering yang digunakan sebagai daerah pengembangan budidaya pertanian sangat penting dilakukan, yaitu untuk meningkatkan kamampuan tanah dalam mempertahankan ketersediaan unsur hara dan air bagi tanaman. Strategi untuk meningkatkan sifat–sifat tanah tersebut yaitu dengan penambahan bahan organik. Bahan organik merupakan salah satu pembenah tanah yang telah dirasakan manfaatnya dalam perbaikan sifat-sifat tanah baik sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Secara fisik berguna untuk memperbaiki struktur tanah, menentukan tingkat perkembangan struktur tanah dan berperan pada pembentukan agregat tanah (Kertonegoro, 2001).

(5)

unsur hara tertentu. Pemanfaatan pembenah tanah harus memprioritaskan pada bahan-bahan yang murah, bersifat insitu, dan terbarukan (Hanudin, 2010).

Pemantauan dampak pemberian pembenah tanah di lahan pasir pantai memerlukan indikator yang terukur. Indikator penilaian dampak penggunaan pembenah tanah adalah kualitas tanah. Kualitas tanah adalah kapasitas tanah untuk dapat berfungsi dalam batas-batas ekosistem alami atau terkelola, mempertahankan produktivitas tanaman dan binatang, memelihara atau meningkatkan kualitas air dan udara dan mendukung kesehatan manusia dan lingkungan. Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan pada indikator sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Pengukuran indikator kualitas tanah menghasilkan indeks kualitas tanah.Indeks kualitas tanah dihitung berdasarkan nilai dan bobot tiap indikator kualitas tanah (Hanudin, 2010).

Bahan organik berfungsi meningkatkan kesuburan fisika, kimia dan kesuburan biologi. Pemberian bahan organik bermanfaat meningkatkan humus tanah, mengurangi pencemaran lingkungan, mengurangi pengurasan hara yang terangkut lewat panen, memperbaiki temperatur dan memperbaiki lingkungan organisme tanah, memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan ketersediaan air. Dekomposisi bahan organik menghasilkan humus yang memiliki permukaan dan kemampuan absorpsi lebih besar dari lempung (Karyotis, 2002).

(6)

meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Effective mikroorganisme (EM-4) adalah mikroorganisme yang dihasilkan melalui fermentasi yang untuk meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman. EM-4 mengandung Lactobacillus sp, bakteri sintetik, actinomycetes dan jamur pengurai selulosa untuk menfermentasikan bahan organik yang mudah diserap oleh akar tanaman (Murbandono, 2000).

Kondisi tanah yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman adalah ketersediaan unsur hara yang memadai dan seimbang secara tepat waktu yang dapat diserap oleh akar tanaman. Produksi tanaman dapat terhambat jika unsur hara yang terkandung di dalam tanah kurang atau tidak seimbang, terutama pada daerah yang kadar pH nya terlalu asam ataupun basa. Upaya yang dapat dilakukan untuk membatasi hilangnya unsur hara dan mengembalikan kesuburan tanah adalah dengan cara mendaur ulang limbah organik, seperti limbah dari kandang peternakan dan sisa tanaman. Hasil daur ulang limbah organik tersebut dikembalikan ke lahan baik secara langsung maupun setelah diolah menjadi pupuk bokashi atau kompos. Pemanfaatan pupuk organik maka unsur hara dalam tanah dapat diperbaiki atau ditingkatkan dan dapat menekan kehilangan unsur hara akibat terbawa air hujan atau menguap ke udara (IPTP, 2000).

(7)

Penambahan pupuk organik ke dalam tanah akan menyebabkan satu atau beberapa jenis kation dibebaskan dari ikatannya secara absortif menjadi ion bebas yang dapat diserap oleh akar tanaman. Pemupukan menggunakan bokashi mengakibatkan tanah yang strukturnya ringan berpasir (berpasir atau remah) menjadi lebih baik, daya ikat air menjadi lebih tinggi dan tanah yang berat atau tanah liat menjadi lebih optimal dalam mengikat air. Pupuk bokashi juga dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah dan dapat meningkatkan penyerapan unsur hara dari pupuk mineral oleh tanaman (Murbandono, 1992).

(8)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan adalah tanah pasir, Bokasi (0 gr. 32 gr, 64 gr/ 5 kg pasir), NPK Mutiara (0 gr, 13 gr, 26 gr/ 5 kg pasir), benih kangkung darat (5 biji/ polibag) dan air. Alat yang digunakan yaitu polibag, penggaris, timbangan analitik, screen house, ember dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Tanah pasir pantai disiapkan kmudian ditimbang sejumlah yang dibutuhkan sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Tanah pasir yang akan dibutuhkan = jarak tanam x kedalam akar x BV tanah pasir. Penimbangan dilakukan sebanyak yang dibutuhkan dengan ketentuan setiap unit percobaan terdiri dari 3 polybag.

3. Dosis perlakuan pemberian bahan pembenah tanah ditentukan dengan mengitung atas dasar kadar C pada harkat yang diinginkan, kadar C hasil analisis tanah dan kadar C hasil analisis bahan organik yang akan digunakan. Ada tiga taraf dosis yang dibuat, taraf pertama adalah kontrol.

4. Pembenah tanah diberikan sesuai dengan dosis, lalu dicampur dengan pasir yang sudah disiapkan hingga merata.

5. Benih ditanam pada masing-masing polybag, sebelum ditanam polybag disiram sampai kapasitas lapang.

(9)

7. Pemeliharaan dilakukan dengan melkukan penyiraman sejumlah atr yang dibutuhkan.

(10)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

(Terlampir)

B. Pembahasan

Pembenah tanah merupakan bahan alami atau sintetik mineral atau organik untuk menanggulangi kerusakan atau degradasi tanah. Kegiatan rehabilitasi lahan salah satunya diarahkan untuk memperbaiki kualitas tanah (sifat fisik, kimia dan biologi tanah). Pemulihan sifat tanah dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan amlioran (pembenah tanah), salah satunya adalah biochar atau arang. Menurut Jose (2011) pembenah tanah merupakan amelioran tanah yang mampu memperbaiki kemampuan jerap dan tukar kation, air, dan hara mikro sehingga mengurangi kehilangan dalam tanah.

Pembenah tanah yang baik tentunya yang mempunyai kemampuan jerap tinggi yang bisa diindikasi dari gugus fenol dan karboksilat bahan organik atau muaatan netto negatif mineral liat. Pembenah tanah merupakan alternatif amelioran terbaik bagi sustainable kesuburan tanah agar nutrisi tanaman yang ditambahkan menjadi terkontrol sehingga tidak hilang ke lingkungan, keseimbangan antar kation terjaga, air dapat disimpan dalam tanah sebagai cadangan (Hanudin, 2010).

(11)

diikuti pupuk anorganik dan pupuk organic dapat meningkatkan efisiensi serapan hara pupuk. Pemberian zeolit dan pupuk organik secara bersama-sama sebagai pembenah tanah dapat memperbaiki struktur dan stabilitas agregat tanah, meningkatkan KTK sehingga dapat mencegah pencucian unsur hara dalam tanah sehingga hara dapat diserap akar tanaman. Pemberian zeolit dan pupuk organik secara proporsional dan berkelanjutan meningkatkan KTK tanah dan mempertahankan C-organik tanah > 2%.

Pupuk Bokashi merupakan salah satu pupuk organik yang banyak memberikan manfaat bagi masyarakat. Penggunaan pupuk bokashi diharapkan dapat membantu menyuburkan tanaman, mengembalikan unsur hara dalam tanah, sehingga kesuburan tanah tetap tejaga dan ramah lingkungan. Pembuatan bokashi sangat perlu untuk diterapkan, karena merupakan teknologi baru yang tepat guna, dengan biaya murah serta mudah dilaksanakan dengan memanfaatkan limbah ternak dan limbah pertanian yang ada. Adapun fungsi dari Bokasi yaitu:

1. Meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanam.

2. Kandungan hara dalam pupuk bokashi lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kompos.

3. Periode tumbuh pada tanaman lebih cepat.

4. Peningkatan aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan seperti mycorhiza, rhizobium, bakteriapelarut fosfat dll.

5. Menghambat pertumbuhan hama dan penyakit yang merugikan tanaman.

(12)

Bahan pembenah tanah alami adalah emulsi aspal, lateks, skim lateks, kapur pertanian, batuan fosfat alam, blotong, dan zeolit (Dariah, 2007), tanah lempung (Grumusol dan Latosol) (Kertonegoro, 2000), lumpur sungai dan limbah karbit (Rajiman, 2010). Tujuan penggunaan bahan pembenah tanah adalah: a) Memperbaiki agregat tanah, b) Meningkatkan kapasitas tanah menahan air (water holding capacity), c) Meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK) tanah dan d) Memperbaiki ketersediaan unsur hara tertentu. Pemanfaatan pembenah tanah harus memprioritaskan pada bahan-bahan yang murah, bersifat insitu, dan terbarukan. Pada kesempatan ini, pembenah tanah yang akan dibicarakan banyak menyangkut bahan alami. Pembenah tanah secara alami dapat diambil dari lingkungan sekitar lahan atau dari daerah lain. Pembenah tanah yang biasa digunakan di lahan pasir pantai berupa bahan berlempung dan atau bahan organik.

(13)
(14)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pemberian pembenah tanah pada lahan marginal pasir pantai yaitu dengan menggunakan bokasi yang ditambahkan pada tanah pasir pantai.

2. Pengaruh dari perlakuan pembenah tanah antara lain memperbaiki agregat tanah, meningkatkan kapasitas tanah menahan air dan memperbaiki ketersediaan unsur hara tertentu. Sedangkan pada praktikum yang kami lakukan menunjukan tidak berbeda nyata terhadap semua perlakuan yang dilakukan.

B. Saran

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Baharudin & Djafar M. 2005. Kajian Penggunaan Bahan Organik Dalam Peningkatan Produktivitas Lahan Dan Tanaman Di Daerah Beriklim Kering. Soil Environment Vol 3 No 2: 41-5.

Dariah A. 2007. Bahan Pembenah Tanah : Prospek dan Kendala Pemanfaatannya. Sinar Tani edisi 16 Mei 2007.Jakarta.

Endiani. 2000. Penentuan Indeks Mutu Tanah pada Ubikayu sebagai Kunci Teknologi Pemeliharaan Lahan (Land Husbandry). J. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus 7F : 47-54.

Hanudin. 2010. Pengaruh Pembenah Tanah Terhadap Sifat Fisika Dan Hasil Bawang Merah Pada Lahan Pasir Pantai Bugel. Jurnal Agrin 12 (1): 67-77.

IPTP. 2011. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Joe, 2011. Pemanfaatan Campuran Lempung dan Blotong dalam Memperbaiki Sifat Tanah Pasir Pantai Selatan Yogyakarta. J. agyUMY.IX (1) : 1-12.

Karyotis. 2002. Analisis Indeks Kualitas Tanah Pertanian Di Lahan Pasir Pantai Samas Yogyakarta. Jurnal Ilmu Pertanian 12 (2) : 140-151.

Kertonegoro, B. D. 2001. Gumuk Pasir Pantai Di D.I. Yogyakarta : Potensi dan Pemanfaatannya untuk Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan Sumberdaya Lokal Untuk Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Universitas Wangsa Manggala pada tanggal 02 Oktober 2001. h46-54.

Murbandono. 2000. Penerapan Pertanian Organik : Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta. 219h.

(16)

Sulistyowati. 2002. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokashi pada Pertumbuhan dan Produksi Palawija dan Sayuran. www.distperternakpandeglang.go.id.

(17)
(18)
(19)

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANAMAN LAHAN MARGINAL

ACARA II

PEMUPUKAN TANAH MARGINAL

Oleh :

Apriliane Briantika Louise

NIM A1L013055

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah pasir merupakan tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil. Keberadaan tanah pasir ini sebenarnya sangat berarti bagi kehidupan kita sebab tanah ini dapat menjadi phorus, yaitu pori-pori pernafasan tanah. Dengan adanya tanah pasir ini, peresapan air ke dalam tanah mempunyai kecepatan yang cukup sehingga tidak terjadi penggenangan air dipermukaan tanah.

Tanah pasir merupakan media tanam yang memiliki kemampuan mengikat airnya sangat rendah. Tanah pasir merupakan salah satu substrat bagi pertumbuhan tanaman. Tanaman memerlukan kondisi tanah tertentu untuk menunjang pertumbuhannya yang optimum. Tanah pasir memang merupakan tanah yang tidak subur karena memiliki karakteristik berpasir dan tidak membentuk agregat sehingga sulit menahan kelengasan dan unsur-unsur hara. Kekurangan tanah marginal pasir pantai ini dapat diminimalisir dengan cara memperbaiki faktor pembatas yang ada. Salah satu cara memperbaiki sifat fisik tanah pasir pantai adalah dengan pemberian bahan organik.

Kendala utama yang dihadapi dalam pembudidayaan tanaman adalah masalah lahan

pertanian yang sebagian besar didominasi oleh tanah marginal, salah satunya tanah berpasir

yang mempunyai sifat-sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak menguntungkan untuk

budidaya tanaman dikarenakan miskin unsur hara dan sulit mengikat atau menahan unsur

hara dan air. Pasir pantai sangat miskin hara, karena strukturnya tidak mampu menahan

(21)

organik yang memiliki hara dan mineral yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan yang maksimal. Kangkung darat membutuhkan unsur hara yang cukup dan berimbang bagi pertumbuhannya.

Tanah pasir pantai memiliki berberapa kendala apabila akan digunakan sebagai tempat pertanaman antara lain tanahnya yang berupa pasir dan kesuburan tanahnya yang rendah sehingga dibutuhkan suatu teknologi (manipulasi) lahan agar lahan pantai dapat dimanfaatkan sebagai tanah pertanian. Pengembangan tanah pertanian di lahan marjinal untuk lahan pertanian dalam jangka panjang, diharapkan dapat memecahkan masalah ketahanan pangan. Penerapan teknologi budidaya yang intensif dapat membuahkan hasil dan mampu berproduksi. Beberapa jenis tanaman dapat ditanam di tanah pasir pantai, khususnya hortikultura.

b. Tujuan

1. Mengetahui cara pemupukan pada tanah marginal

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ketersediaan lahan pertanian semakin menurun dengan terjadinya alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian. Usaha mengatasi keterbatasan lahan pertanian adalah menggunakan lahan alternatif yang berupa lahan pasir pantai. Lahan pasir pantai merupakan tanah yang didominasi oleh fraksi pasir dengan kelas tekstur pasiran. Tanah pasir memiliki kandungan bahan organik dan kalsium yang sangat rendah, aerasi baik, mudah diolah, dan daya memegang air rendah (Rajiman, 2008).

Tanah pasir pantai memiliki KPK sangat rendah, bahan organik sangat rendah, C-organik sangat rendah, N dan K rendah, P-tersedia sedang, dan P total sangat tinggi dan daya hantar listrik sangat rendah (Rajiman, 2008). Lahan pasir merupakan asset yang diharapkan dapat dikembangkan menjadi lahan pertanian yang produktif. Lahan pasir pantai memiliki keunggulan, yaitu: a) luas, b) permukaan datar, c) Bebas banjir, d) sinar matahari melimpah, e) Air tanah dangkal, f) pH tanah dan air netral dan g) pengolahan lahan mudah (Kertonegoro, 2001).

Pengelolaan lahan pasir pantai belum dapat berjalan secara optimal. Hal ini disebabkan lahan pasir pantai memiliki kualitas tanah yang rendah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Kualitas tanah yang rendah akibat dari struktur tanah lepas-lepas, kemampuan memegang air rendah, infiltrasi dan evaporasi yang tinggi, kesuburan rendah, bahan organik sangat rendah, suhu tinggi dan angin kencang bergaram dan infiltrasi tinggi (Budiyanto, 2001).

(23)

berinfiltrasi, bergerak kebawah melalui rongga tanah. Akibatnya, tanaman kekurangan air dan menjadi layu. Kondisi semacam ini apabila berlangsung terus menerus dapat mematikan tanaman (Dwidjoseputro, 1991).

Mempertimbangkan sifat tanah pasir tersebut, maka salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktifitas lahan pasir adalah dengan meningkatkan kemampuan tanah pasir dalam mengikat air. Hal ini dapat dilakukan dengan subtitusi atau penambahan bahan yang bersifat menahan air. Salah satu alternatifnya adalah dengan melakukan pemupukan (Darmanti dan Sinulingga, 2010).

(24)

Tanaman dalam pertumbuhannya membutuhkan unsur hara mutlak yaitu NPK bagi semua jenis tanaman sehingga penggunaan tanah pasir pantai sebagai media tumbuh tanaman harus disesuaikan keadaannya seperti syarat tumbuh yang dibutuhkan oleh jenis tanaman yang dibudidayakan. Perlakuan yang biasa dilakukan dalam penggunaan pasir sebagai media tumbuh diantaranya adalah menetralkan kadar garam pada pasir dengan cara mencuci pasir selama beberapa kali sampai kadar garamnya nol. Perlakuan lain yang diberikan adalah penambahan pemupukan dengan menggunakan bokasi (Buckman dan Brody, 1982).

(25)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan adalah tanah pasir, Bokasi (0 gr. 32 gr, 64 gr/ 5 kg pasir), NPK Mutiara (0 gr, 13 gr, 26 gr/ 5 kg pasir), benih kangkung darat (5 biji/ polibag) dan air. Alat yang digunakan yaitu polibag, penggaris, timbangan analitik, screen house, ember dan alat tulis

B. Prosedur Kerja

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Tanah pasir pantai disiapkan kmudian ditimbang 5 kg per polybag sejumlah yang dibutuhkan sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Penimbangan dilakukan sebanyak yang dibutuhkan dengan ketentuan setiap unit percobaan terdiri dari 3 polybag.

3. Dosis perlakuan pemberian bokasi dengan P0 sebagai kontrol, P1 sebagai perlakuan bokasi 32 gram/ kg pasir dan P2 bokasi 64 gram/ kg polybag.

4. Benih ditanam pada masing-masing polybag, sebelum ditanam polybag disiram sampai kapasitas lapang.

5. Perlakuan dirancang dengan rancangan lingkungan RAK 4 ulangan.

(26)

7. Pemeliharaan dilakukan dengan melkukan penyiraman sejumlah atr yang dibutuhkan.

(27)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

(Terlampir)

B. Pembahasan

Tanah merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman akan menyerap dan memanfaatkan berbagai unsur hara yang terkandung dalam tanah dan lingkungannya untuk pertumbuhan dan perkembangannya sendiri agar dapat berproduksi maksimal dan produk-produknya dapat dimanfaatkan manusia. Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi unsur hara yang digunakan untuk menggantikan unsur hara yang telah habis karena terserap tanaman ataupun hilang karena faktor-faktor tertentu. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke da;am tanah. Tindakan pemupukan diartikan sebagai kegiatan menambahkan unsur hara ke dalam tanah dan tanaman yang menjadi persediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk peningkatan produksi dan mutu tanaman. Menurut Collins (2009) pemupukan adalah hal yang diperlukan melengkapi unsur alami mineral dalam tanah untuk mempertahankan pertumbuhan tanaman secara optimum.

(28)

dibutuhkan cukup banyak hal ini berakibat biaya ekonomi dan perhitungan dosis agak susah.

Manfaat dari pemupukan secara umum adalah:

1. Meningkatkan pertumbuhan tanaman yang terhambat dan mempercepat pertumbuhan untuk mengurangi resiko akibat persaingan dengan gulma.

2. Meningkatkan hasil pertambahan pertumbuhan per satuan luas pada akhir daur. 3. Mempersingkat waktu TBM (Tanaman belum menghasilkan) dan memperpanjang

waktu TM (Tanaman Menghasilkan)

4. Meningkatkan kesuburan tanaman sehingga lebih tahan dari berbagai macam penyakit.

5. Memanipulasi lingkungan di sekitar tanaman sehingga cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang bersangkutan.

Pertumbuhan tanaman selalu membutuhkan unsur hara dalam menghasilkan akar, batang, daun, bunga, dan buah sebagai menghasilkan produksi buah yang sesuai, dari segi tersebut unsur hara N, P, dan K sangat di butuhkan dalam jumlah besar dan stabil, dari tersebut ada dampak kelebihan dan kekurangan unsur hara NPK. Fungsi dari unsur hara tersebut, yaitu:

(29)

2. Unsur hara P pada proses fisiologi dan biokimia tanaman, yaitu mengaktifkan proses metabolisme tanaman, mengatur keseimbangan senyawa pengatur tumbuh endogen/alami, mengatur partisi dan translokasi fotosintat, dan keseimbangan antara pati dan sucrose. Kekurangan unsur hara P mengakibatkan aktivitas metabolisme sel terganggu, yaitu prosesfotosintesis dan keseimbangan antara pati dansukrose. Kekurangan P berakibat pada terganggunya oksidasi karbohidrat dan menurunkan resistensi tanaman terhadap kekeringan.

3. Unsur hara K berfungsi sebagai aktivator 46 macam enzim, berperandalam proses fotosintesis, peningkatan indeks luas daun dan meningkatkan translokasi fotosintat dari sumber ke penerima Unsur kimia atau organik NPK sangat di butuhkan pada tanaman, sebagai pemacu tanaman terhadap unsur lain.

Pupuk NPK merupakan unsur hara yang sulit di dapatkan di dalam tanah, unsur tersebut hanya diperoleh dasar laut maka karena tanaman membutuhkan unsur tersebut, terpaksa atau tidaknya unsur kimia yang digunakan sebagai pertumbuhan tanaman dalam penyediaan tanah.

(30)

pupuk sesuai kebutuhan tanaman karena komposisi N, P dan K dapat diformulasi berdasarkan uji tanah. Anjuran teknik budidaya jagung ini juga menjadi suatu syarat dalam setiap pelepasan varietas baru.

Bokashi adalah jenis pupuk organik merupakan bahan organik yang telah difermentasikan dengan EM4. Bokashi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Edison, 2000). Secara biologis dapat mengaktifkan mikroorganisme tanah yang berperan dalam transformasi unsur sehingga dapat meningkatkan ketersediaan hara tanaman. Selain itu tanaman padi membutuhkan unsur hara makro terutama N, P, dan K. Ketersediaan unsur hara N, P, dan K di dalam tanah relatif sedikit, maka dari itu untuk memperoleh produksi yang optimal, penambahan unsur hara melalui pemupukan mutlak diperlukan (Poulton et al., 1989: Prasad dan Power, 1997; Fagi dan Las, 2007).

(31)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Cara pemupukan pada lahan marjinal salah satu caranya adalah dengan menambahkan pupuk disekitar tanaman kemudian ditutup dengan media tanam. 2. Pengaruh perlakuan pada praktikum yang dilakukan dalam pemberian pupuk pada

tanah pasir pantai pada umumnya menghasilkan kesimpulan bahwa semua perlakuan yang dilakukan tidak terdapat perbedaan yang nyata.

B. Saran

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Las, I, Makarim, A.K Toha, A.M, Gani, A & Abdulrachman, S. 2002. Panduan Teknis Pengelolan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Sawah Irigasi. Departemen Pertanian. Jakarta.

Mardawilis. 2004. Pemanfaatan tanaman optimal dan efisiensi penggunaan pupuk nitrogen pada beberapa varietas jagung (Zea mays). Jurnal Dinamika Pertanian Universitas Islam Riau. 19(3): 303-314.

Zahrah, S. 2006. Pemeberian Fe3+pada tanah gambut dalam hubungannya dengan serapan P padi sawah dan efisiensi pemupukan P. Jurnal Dinamika Pertanian Universitas Islam Riau. 21 (1):1-7. Rover. 2009. Pemberian campuran pupuk anorganik dan pupuk organik pada tanah Ultisol untuk tanaman padi gogo (Oryza sativa L.). Tesis Pascasarjana. Pekanbaru: UIR.

Poulton, J.E, Romeo, J.T & Conn, E.E. 1989. Plant Nitrogen Metabolism. Recent Advances in Phytochemistry. Vol.23. New York: Plenum Press.

Rauf A, Shepard BM, Johnson MW (2000). Leafminers in vegetables, ornamental plants and weeds in Indonesia: surveys of host crops, species composition and parasitoids. International Journal of Pest Management 46: 257-266.

Sutoro Y, Soeleman, Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Penyunting Subandi, M. Syam dan A. Widjono. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.

Scholes, M.C., Swift, O.W., Heal, P.A. Sanchez, JSI., Ingram and R. Dudal, 1994. Soil Fertility research in response to demand for sustainability. In The biological managemant of tropical soil fertility (Eds Woomer, Pl. and Swift, MJ.) John Wiley & Sons. New York.

Stevenson, F.T. (1982) Humus Chemistry. John Wiley and Sons, Newyork. Sutedjo,M.M.. 1985. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Cipta. Jakarta.

Karyono, Tri Harso. 2010. Green Architecture: Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Putri, Fiadini. 2011. Bertani di Lahan Pasir Pantai. BBPP Lembang.

(33)

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1994. Survei Tanah Detail di Sebagian Wilayah D.I. Yogyakarta (skala 1 : 50.000). Proyek LREP II Part C. Puslittanak. Bogor. Walter A, W.K. Silk, and U. Schur. 2000. Effect of soil pH on Growth and Cation Deposition in the Root Tip of Zea mays L. Plant growth Regul 19 (1) : 65-76. Bulmer, E.C., and D. G. Simpson. 2005. Soil Compaction and Water Content as

Factors Affecting the Growth of Lodgapole Pine Seedling on Sandy Clay Loam Soil. Can J. Soil Sci. 85 : 667-679.

Anonim., 2002 Aplikasi Unit Percontohan Agribisnis Terpadu di Lahan Pasirpinsi daerah istimewa Yogyakarta. Pantai. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi DIY dengan Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta. 118h.

(34)
(35)

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANAMAN LAHAN MARGINAL

ACARA III

PENGAPURAN PADA TANAH MARGINAL

Oleh :

Apriliane Briantika Louise

NIM A1L013055

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2016

(36)

A. Latar Belakang

Sumber daya lahan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu sistem usaha pertanian, karena hampir semua usaha pertanian berbasis pada sumber daya lahan. Lahan adalah suatu wilayah daratan dengan ciri mencakup semua watak yang melekat pada atmosfer, tanah, hidrologi dan populasi tumbuhan dan hewan, baik yang bersifat mantap maupun yang bersifat mendaur serta kegiatan manusia di atasnya. Jadi, lahan mempunyai ciri alami dan budaya.

Lahan marginal diartikan sebagai lahan yang memiliki mutu rendah karena memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan untuk suatu keperluan tertentu. Faktor pembatas tersebut dapat diatasi dengan masukan atau biaya yang harus dibelanjakan. Tanpa masukan yang berarti budidaya pertanian di lahan marginal tidak akan memberikan keuntungan. Ketertinggalan pembangunan pertanian di daerah marginal hampir dijumpai di semua sektor, baik biofisik, kelembagaan usahatani maupun akses informasi untuk petani miskin yang kurang mendapat perhatian.

(37)

Tanah podsolik merah kuning mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation rendah, dan peka terhadap erosi. Tanah ini umumnya belum tertangani dengan baik. Dalam skala besar, tanah ini telah dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit, karet dan hutan tanaman industri, tetapi pada skala petani kendala ekonomi merupakan salah satu penyebab tidak terkelolanya tanah ini dengan baik.

B.Tujuan

1. Mengetahui cara pengapuran pada tanah marginal

2. Mengetahui pengaruh pemberian beberapa jenis kapur pada tanah marginal.

(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian, baik untuk tanaman pangan, tanaman perkebunan maupun tanaman hutan. Secara alami, kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh reaksi tanah yang masam, cadangan hara rendah, basa-basa dapat tukar dan kejenuhan basa rendah, sedangkan kejenuhan aluminium tinggi sampai sangat tinggi. Krantz (1998) mengemukakan bahwa penilaian produktivitas suatu lahan bukan hanya berdasarkan kesuburan alami tetapi juga respons tanah dan tanaman terhadap aplikasi teknologi pengelolaan lahan yang diterapkan. Teknologi pengelolaan lahan seperti pemupukan untuk memperbaiki kandungan hara tanah, pengapuran untuk meningkatkan pH tanah dan menurunkan reaktivitas Al, serta tindakan konservasi tanah sangat disarankan.

Tanah marginal banyak dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan, seperti kelapa sawit, karet, lada, dan hutan tanaman industri dan hanya sebagian kecil untuk tanaman pangan. Selain itu lahan marginal lebih dikenal dengan sebutan lahan yang miskin hara atau unsur hara yang rendah. Pengelolaan agar lahan dapat ditanami dan menghasilkan produktivitas yang baik maka lahan marginal tersebut perlu pengolahan tanah yang optimal seperti pengolahan lahan secara sempurna, pemupukan maupun pengapuran. Menurut Partoyo (2005) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tanah lempung dan pupuk kandang dapat memperbaiki kualitas tanah.

(39)

tersebut telah mengalami proses pemunduran kesuburan. Ciri-ciri tanah podsolik merah kuning yaitu:

1. Kandungan bahan organik tanah < 9% (topsoil), umumnya 5 % 2. Kandungan hara N, P, K, & Ca rendah

3. pH antara 4‐5,5 (sangat rendah)

4. Tingkat permeabitilitas (infiltrasi & perkolasi) sedang sampai lambat

5. Sifat kimia kurang baik dan sifat fisika kurang mantap karena stabilitas agregat rendah

6. Produktivitas tanah rendah sampai sedang dan tingkat erosi tinggi (mudah tererosi). Menurut Mohr (1990) tanah Podsolik Merah Kuning ialah segolongan tanah yang telah mempunyai perkembangan profil, berwarna merah hingga kuning dengan horison B tekstur atau warna, teguh, gumpal bersudut, masam, berselaput liat, berwarna kelabu, kejenuhan basa rendah dan terdapat plinthite di horison C. Sifat fisiknya jelek, sifat kimianya kurus, permeabilitas lambat dan sangat peka erosi. Umumnya jenis tanah ini dijumpai di wilayah tanpa bulan kering. Podsolik Merah-Kuning berasosiasi dengan latosol dan litosol. Di dataran dengan Hidromorf Kelabu. Tanah podsolik merah-kuning setara dengan Rode Laterietische kwartsstofgrond, Podzolised Lateritic Soil (Dames, 1995).

(40)

optimum. Selain itu pengapuran dapat meningkatkan aktivitas biologi tanah (Dames, 1995).

Sifat-sifat penting pada tanah PMK berkaitan dengan jumlah fosfor dan mineral-mineral resisten dalam bahan induk, komponen-komponen ini umumya terdapat dalam jumlah yang tidak seimbang, walupun tidak terdapat beberapa pengecualian. Tanah PMK yang berkembang pada bahan induk memiliki kandungan fosfor yang lebih tinggi. Translokasi atau pengangkutan liat yang ekstensif berlangsung meninggalkan residu yang cukup untuk membentuk horizon-horison permukaan bertekstur kasar atau sedang (Lopulisa, 2004).

(41)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan adalah tanah podsolik merah kuning, kapur dolomit (0 gr, 2 gr, 4 gr/ 5 kg tanah), kapur pertanian (0 gr, 2 gr, 4 gr/ 5 kg tanah), NPK Mutiara (25 gr/ 5 kg tanah), benih kangkung darat (5 biji/ polibag) dan air. Alat yang digunakan yaitu polibag, penggaris, timbangan analitik, screen house, ember dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Polybag diisi tanah PMK 5 Kg, sebanyak 20 polybag

3. 4 polybag sebagai control, 4 polybag sebagai KP 1 dicampur dengan Kapur pertanian sebanyak 2 gram perpolybag, 4 polybag sebagai KP 2 dicampur dengan kapur pertanian sebanyak 4 gram perpolybag, 4 polybag sebagai D 1 dicampur dengan Dolomit sebanyak 2 gram perpolybag, 4 polybag sebagai D 2 dicampur dengan Dolomit sebanyak 4 gram perpolybag.

4. Semua polybag disiram dengan air secukupnya

5. Semua polybag ditanam dengan 5 butir benih kangkung

6. Semua polybag diamati tinggi tanaman selama 13 kali, tiap 2 hari sekali dicatat pada logbook dan padda pengamatan terakhir ditimbang sebagai bobot segar

7. Dilakukan analisis dengan DSAASTAT

(42)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

(Terlampir)

B. Pembahasan

Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam tanah pada umumnya bukan karena tanah kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh karena itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-unsur hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat dihindarkan (Hardjowigeno, 1992). Pengapuran lahan pertanian umumnya lebih ditujukan untuk perbaikan kondisi tanah dalam hubungannya dengan pH, nertralisasi Al serta untuk mengatasi kekurangan kalsium dalam tanah (Notohadiprawiro, 1983). Dari hasil penelitian pengapuran pada tanah Oxisol dari Bayamon menunjukkan pemberian kapur 0,45 mampu meningkatkan hasil jagung sebesar 1,535 ton/hektar dibandingkan pada tanah yang tanpa diberi kapur yang hanya mampu memberikan hasil sebesar 1,210 ton/ hektar( Lathwell, 1979)

(43)

dicapai rendah. Untuk mengatasi keasaman tanah perlu di lakukan usaha pemberian kapur kedalam tanah.

Menurut Ratnawati (2008), pengapuran adalah salah satu bentuk dari remediasi selain pengoksidasian dan pembìlasan tanah untuk mengatasi permasalahan utama pada tambak tanah sulfat masam antara lain: pH rendah, kurang tersedia fosfor (P), kalsium (Ca), dan magnesium kandungan unsur molibdium (Mo) dan besi (Fe) serìng berlébihan sehingga dapat meracuni organisme serta kelarutan aluminium (Al) sering tinggi sehingga merupakan penghambat ketersediaan P. Penambahan pupuk, terutama yang mengandung P sering tidak bermanfaat pada tanah masam ini bila unsur-unsur toksìk sepertì AI, Fe, dan Mn tidak diatasi.

Pengapuran berguna untuk memperbaiki keasaman (pH) dasar tambak. Dasar tambak yang memliki pH rendah dapat menyebabkan rendahnya pH air tambak. Oleh karena itu, perbaikan pH air tambak harus dimulai dari perbaikan pH tanah dasar tambak. Selain untuk memperbaiki keasaman dasar tambak, kapur juga berfungsi sebagai desinfektan dan penyedia unsur hara (fosfor) yang dibutuhkan plankton. Tanah dasar tambak yang mengandung pirit harus direklamasi terlabih dahulu selama kurang lebih 4 bulan sebelum diberi kapur sejumlah 2-2,5 ton/ha (Suyanto, 2009).

Kapur yang digunakan di tambak berfungsi untuk meningkatkan kesadahan dan alkalinitas air membentuk sistem penyangga (buffer) yang kuat, meningkatkan pH, desinfektan, mempercepat dekomposisi bahan organik, mengendapkan besi, menambah ketersediaan unsur P dan merangsang pertumbuhan plankton. Menurut Kordi (2010), manfaat dari pengapuran antara lain:

4. Meningkatkan pH tanah dan air

(44)

6. Mengikat dan mengendapkan butiran lumpur halus 7. Memperbaiki kualitas tanah

8. Kapur yang berlebihan dapat mengikat fosfat yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton

Manfaat pengapuran menurut Murtidjo (1998) diantaranya:

1. Menormalkan asam-asam bebas dalam air, sehingga pH meningkat

2. Mencegah kemungkinan terjadinya perubahan pH air atau tanah yang mencolok 3. Mendukung kegiatan bakteri pengurai bahan organik sehingga garam dan zat hara

akan terbebas.

4. Mengendapkan koloid yang melayang layang dalam air tambak.

Tanah podzolik merah kuning merupakan jenis tanah yang memiliki persebaran terluas di Indonesia. Tanah ini berasal dari bahan induk batuan kuarsa di zona iklim basah dengan curah hujan antara 2.500-3.000 mm/tahun. Sifatnya mudah basah dan mudah mengalami pencucian oleh air hujan, sehingga kesuburannya berkurang. Dengan pemupukan yang teratur, jenis tanah ini dapat dimanfaatkan untuk persawahan dan perkebunan.Tanah ini memiliki ciri miskin kandungan unsur hara dan tidak subur (Murtidjo, 1998).

(45)

Podzolik merah kuning merupakan bagian dari tanah Ultisol. Menurut USDA, ultisol adalah tanah yang sudah mengalami pencucian pada iklim tropis dan sub tropis. Karakter utama tanah ultisol adalah memiliki horizon A yang tipis, akumulasi lempung pada horizon B dan bersifat agak masam. Tanah ultisol bersifat agak lembab dengan kadar lengas tertinggi pada ultisol yang berbentuk bongkah.

Menurut Dames (1995) tanah podzolik merah kuning sendiri merupakan tanah yang terbentuk karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podzolik merah kuning berwarna merah sampai kuning dengan kesuburan yang relatif rendah karena pencucian-pencucian. Podzolik merah kuning banyak digunakan untuk tanaman kelapa, jambu mete, karet, dan kelapa sawit. Tanah Podsolik Merah Kuning di Indonesia dengan ciri-ciri yaitu tekstur lempung, struktur gumpal, permeabilitas rendah, stabilitas agregat baik, pH rendah, kandungan Al tinggi, KTK rendah, aras N, P, Ca, Mg sangat rendah, vegetasi (Murtidjo, 1998).

(46)

Reaksi hidrolisis Al3+ menghasilkan ion H+ adalah sebagai berikut: Al3+ + H2O < --- > Al(OH)2+ + H+

Al(OH)2+ + H2O < --- > Al(OH)2+ + H+

Al(OH)2+ + H20 < --- > Al(OH)3 + H+ (Tisdale & Nelson, 1975).

Tanah yang lembab atau mengalami jenuh air (akuik), kandungan Ca dan Mg relatif sangat kecil sekali dibandingkan dengan ion H dan Al yang biasanya menguasai kompleks koloid. Oleh karena itu tanah-tanah demikian bereaksi masam, dan sudah sewajarnya membutuhkan penambahan kation-kation basa. Selain untuk meningkatkan jumlah kation basa juga mempunyai efek terhadap peningkatan pH atau menurunkan tingkat kemasaman tanah.

(47)

Senyawa kalsium dan magnesium karbonat yang terdapat sebagai deposit dolomit yang perbandingan Ca-karbonat dan Mg-karbonatnya bervariasi sekali. Karena CaCO3 dan dolomit banyak digunakan di sektor pertanian maka bahan tersebut disebut sebagai kapur pertanian. Dua senyawa ini memberikan keuntungan, dan tidak meninggalkan efek yang merugikan dalam tanah. Reaksi langsung antara CaCO3 dan CaO dengan sumber asam tanah, secara sederhana dapat ditunjukkan sebagai berikut:

H

Misel + CaCO3 <===> Ca=Misel + CO2 + H2O H

H

Misel + CaO <===> Ca=Misel + H2O

Kalau kedua reaksi itu bergeser ke kanan, akan terjadi netralisasi atau peniadaan ion H dan peningkatan kalsium dapat ditukar (Ca d.d.). Hal ini mengakibatkan peningkatan persentase kejenuhan basa sejalan dengan peningkatan pH larutan tanah. Deposit kapur di lapangan tidaklah murni, namun terdapat oksida atau hidroksida dari senyawa lain, seperti zeolit, dolomit, dan kalsium silikat.

Bahan kapur yang lazim digunakan umumnya adalah batu kapur (kalsit dan dolomit), kapur bakar (CaO), dan kapur hidrat atau kapur mati (Ca(OH)2). Kapur bakar dibuat dari kalsit dan dolomit yang dibakar, dengan reaksi sebagai berikut:

CaCO3 + Panas Api --à CaO + CO2

CaCO3.MgCO3 + Panas Api -à CaO + MgO + 2CO2

Kapur bakar ini sangat peka terhadap kelembaban dan cepat berubah menjadi Ca(OH)2. Kapur hidroksida berasal dari kapur bakar yang ditambahkan air sehingga menjadi kapur mati atau kapur hidrat (meskipun tidak tepat).

(48)

Hidroksida kapur di pasaran berupa bubuk putih sangat kaustik dan kurang menyenangkan untuk digunakan. Kapur hidroksida ini apabila dibiarkan akan kembali menjadi kapur karbonat karena kelembaban tinggi dan karung terbuka menyebabkan terjadinya kontak dengan uap air dan CO2.

Ca(OH)2 + CO2 à CaCO3 + H2O

Mg(OH)2 + CO2 à MgCO3 + H2O

Dolomit adalah mineral (kalsium magnesium karbonat) dengan komposisi kimia CaMg (CO3). Ini adalah komponen utama dari batuan sedimen yang dikenal sebagai dolostone dan batuan metamorf yang dikenal sebagai marmer dolomit. Kapur yang berisi beberapa dolomit dikenal sebagai kapur dolomit. Dolomit jarang ditemukan di lingkungan sedimen modern tapi dolostones sangat umum terdapat dalam bebatuan. Kebanyakan batuan yang kaya mineral dolomit awalnya disimpan sebagai lumpur kalsium karbonat lalu diubah oleh air yang kaya magnesium sehingga terbentuk dolomit.

(49)

Kapur pertanian dengan kandungan hara makro Kalsium (CaO) sebesar 44 – 51 % sangat tepat di gunakan untuk pengapuran tanah pertanian dan perkebunan dan juga untuk pupuk yang menyediakan unsur hara Kalsium (CaO) yang sagat di perlukan tanaman. Kelebihan kapur pertanian adalah:

1. Memiliki kandungan hara Kalsium (CaO) yang tinggi sekitar 44-51 % 2. Memiliki kandungan hara Kalsium (CaO) yang tinggi yaitu sekitar 44 – 51% 3. Diproduksi dari bahan baku Batu Kapur yang kaya akan kandungan Kalsium

(CaO)

4. Telah lolos mutu dan cara uji kapur pertanian yang dikeluarkan oleh BSN.

5. Dikemas dengan menggunakan bahan yang kuat serta memiliki berat netto 50 Kg 6. Memiliki tingkat derajat kehalusan yang tinggi sekitar mesh 40 sampai 100 7. Kadar air saat dalam kemasan sebesar 1 %

Manfaat dan kegunaan dari kapur pertanian adalah: 1. Meningkatkan pH tanah menjadi netral

2. Meningkatkan ketersedian unsur hara dalam tanah sehingga mudah diserap tanaman 3. Menetralisir senyawa-senyawa beracun, baik organik maupun an-organik

4. Meningkatkan populasi & aktivitas mikro organisme tanah yang sangat menguntungkan terhadap ketersediaan hara tanah

5. Memacu pertumbuhan akar dan membentuk perakaran yang lebih baik sehingga penyerapan unsur hara menjadi optimal.

(50)

Perbedaan dari kapur Dolomit dan Kapur pertanian yaitu:

1. Dolomit merupakan pupuk tunggal berkadar Magnesium tinggi, digunakan baik untuk tanah pertanian, tanah perkebunan, kebutuhan industri dan bahkan untuk perikanan/tambak. Bahan baku Dolomit berasal dari batuan dolomit yang ditambang. Manfaat pupuk tunggal dolomit yang mengandung hara Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) adalah :

a. Mengoreksi keasaman tanah agar sesuai dengan pH yang diperlukan tanaman b. Menetralisir kejenuhan zat-zat yang meracuni tanah, tanaman, bilamana zat

tersebut berlebihan seperti zat Al (alumunium), Fe (zat besi), Cu (Tembaga) c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyerapan zat-zat hara yang sudah ada

dalam tanah baik yang berasal dari bahan organik maupun pemberian pupuk bagi mikrobiologi dan kimiawi tanah sehingga tanah menjadi gembur, sirkulasi udara dalam tanah lancar dan menjadikan akar semai bebas bergerak menghisap unsur hara dari tanah

f. Aktifator berbagai jenis enzim tanaman, merangsang pembentukan senyawa lemak dan minyak, serta karbohidrat

g. Membantu translokasi pati dan distribusi phospor didalam tubuh tanaman

(51)

2. Kapur pertanian (Kaptan) adalah bahan alamiah atau suatu produk yang mengandung senyawa utama Kalsium (CaCO) yang dapat digunakan untuk mengubah sifat keasaman tanah. Manfaat Kapur Pertanian adalah:

a. Pada lahan pertanian: meningkatkan pH tanah menjadi netral, meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah, menetralisir senyawa beracun baik organik maupun non anorganik, merangsang populasi & aktivitas mikroorganisme tanah b. Pada tanaman: memacu pertumbuhan akar dan membentuk perakaran yang baik,

membuat tanaman lebih hijau dan segar serta mempercepat pertumbuhan, meningkatkan produksi dan mutu hasil panen.

c. Pada tambak : mempertinggi pH pada tambak yang rendah, menyediakan kapur untuk ganti kulit, memberantas hama penyakit, mempercepat proses penguraian bahan organik, meningkatkan kelebihan gas asam arang (CO) yang dihasilkan oleh proses pembusukan .

(52)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Cara pengapuran yang dilakukan pada praktikum acara ini adalah Polybag diisi tanah PMK 5 Kg, sebanyak 20 polybag 4 polybag sebagai control, 4 polybag sebagai KP 1 dicampur dengan Kapur pertanian sebanyak 2 gram perpolybag, 4 polybag sebagai KP 2 dicampur dengan kapur pertanian sebanyak 4 gram perpolybag, 4 polybag sebagai D 1 dicampur dengan Dolomit sebanyak 2 gram perpolybag, 4 polybag sebagai D 2 dicampur dengan Dolomit sebanyak 4 gram perpolybag. Semua polybag disiram dengan air secukupnya. Semua polybag ditanam dengan 5 butir benih kangkung. Semua polybag diamati tinggi tanaman selama 13 kali.

2. Pengaruh pemberian kapur yang dilakukan pada acara praktikum ini hasilnya adalah pemberian kapur pertanian dengan dosisi 2 gram dolomit per 5 kg tanah lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman berarti kapur dolomit lebih efektif.

B.Saran

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Dames. 1995. Pengelolaan Tanah dan Tanaman Pada Tanah Podsolik Studi Kasus Di Daerah Lampung. Pusat Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Hardjowigeno. 1992. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta

Kordi. 2010. Crop Response To Liming Of Ultisols and Oxisols. Cornel International Agriculture, Bulletin No 35. Notohadiprawiro, T. 1983. Persoalan Tanah Masam Dalam Pembangunan Pertanian Di Indonesia. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yokyakarta.

Krantz. 1998. Keperluan Fosfat Pada Tanah Podsolik Lampung dan Banten. Kumpulan Makalah Pertemuan Teknis Proyek Penelitian Tanah, Pusat Penelitian Tanah, Bogor.

Lopulisa. 2004. Pengaruh Pupuk Phonska dan Pengapuran Terhadap Kandungan Unsur Hara NPK dan pH Beberapa Tanah Hutan. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan

Mohr. 1990. Masalah Pengapuran Tanah Mineral Masam Di Indonesia. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yokyakarta.

Munir. 1996. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian-IPB. Bogor.

Murtidjo. 1998. Tanah-tanah pertanian di Indonesia. Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Hal. 21-65.

Partoyo. 2005. Penuntun Praktikum Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Ratnawati. 2008. Daya ganti pengikatan Al, Fe, dan Mn oleh sisa tanaman kacang tanah, padi dan jagung terhadap kebutuhan kapur pada tanah Podsolik dari Gajrug, dalam sistem pergiliran tanaman. J. Ilmu Pertanian Indonesia. 3 (1) : 1 – 7.

(54)
(55)

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANAMAN LAHAN MARGINAL

ACARA IV

PEMBERIAN ARANG PADA TANAH PASIR PANTAI

Oleh :

Apriliane Briantika Louise

NIM A1L013055

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

(56)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu alternatif peningkatan produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan adalah melakukan perluasan (ekstensifikasi) lahan pertanian. Di satu sisi terdapat persoalan, yaitu semakin berkurangnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan pertanian. Oleh karena itu, pemanfaatan lahan tidak produktif dan lahan kritis menjadi solusi terhadap permasalahan tersebut. Salah satu lahan tidak produktif adalah lahan yang tanahnya bertekstur pasir.

Tanah pasir dicirikan dengan porositasnya yang tinggi, sehingga tanah pasir adalah tanah yang kurang produktif. Tanah pasir merupakan tanah yang memiliki banyak pori mikro atau tidak porus. Pori mikro pada tanah liat disebabkan karena struktur tanahnya yang padat. Antara agregat-agregat tanah sangat sedikit terdapat celah atau ruang. Hal tersebut menyebabkan udara sangat terbatas dan air mudah terperangkap, sehingga tanah liat sulit untuk meloloskan air atau dengan kata lain permeabilitasnya rendah.

(57)

Arang merupakan suatu bahan padat berpori yang dihasilkan melalui proses pirolisis deri bahan-bahan yang mengandung karbon. Sebagian dari pori-pori arang masih tertutup dengan hidrokarbon, ter dan senyawa organik lain. Proses aktivasi arang untuk menghilangkan senyawa tersebut menghasilkan produk arang aktif. Arang aktif dapat dibedakan dari arang berdasarkan sifat pada permukaannya. Permukaan pada arang masih ditutupi oleh deposit hidrokarbon yang menghambat keaktifannya, sedangkan pada arang aktif permukaannya relatif telah bebas dari deposit dan mampu mengadsorpsi karena permukaannya luas dan pori-porinya telah terbuka. Oleh karenanaya manfaat pemberian dan pengaruh pemberian arang baik sekam maupun kayu akan dipelajari dalam praktikum acara ini.

B. Tujuan 1. Mempelajari cara pemberian arang pada tanah pasir.

(58)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Arang adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon. Arang tersusun dari atom-atom karbon yang berikatan secara kovalen membentuk struktur heksagonal datar dengan sebuah atom C pada setiap sudutnya. Susunan kisi-kisi heksagonal datar ini tampak seolah-olah seperti pelat-pelat datar yang saling bertumpuk dengan sela-sela diantaranya (Sudarman, 2001).

Bahan organik berperan memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, meningkatkan kemampuan menahan air sehingga drainase tidak berlebihan, serta kelembapan dan temperatur tanah menjadi stabil (Hanafiah, 2007). Arang sekam merupakan salah satu bahan organik yang beperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Menurut Bahri (2010), arang sekam mengandung unsur Silika yang tinggi, sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan berpengaruh dalam kelarutan P dalam tanah.

Jerami merupakan sumber bahan organik in situ yang murah untuk memperbaiki mutu tanah. Hasil penelitian Prima (2013) menunjukkan bahwa pemberian kompos jerami dengan dosis 15 ton/ha memberikan bobot 100 biji tertinggi pada kacang tanah. Komposisi hara 1 ton kompos jerami padi terdiri dari: 2,11 % N; 0,64% P2O5; 7,7% K, 4,2% Ca, 0,5% Mg dan unsur mikro Cu 20 ppm; Mn 684 ppm; Zn144 ppm (Hanafiah, 2007).

(59)

luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan (Makalah Adsorpsi Kimia Fisik, 2008).

Karbon aktif adalah bentuk umum dari berbagai macam produk yang mengandung karbon yang telah diaktifkan untuk meningkatkan luas permukaannya. Karbon aktif berbentuk kristal mikro karbon grafit yang pori-porinya telah mengalami pengembangan kemampuan untuk mengadsorpsi gas dan uap dari campuran gas dan zat-zat yang tidak larut atau yang terdispersi dalam cairan (Murdiyanto, 2005). Luas permukaan, dimensi, dan distribusi karbon aktif bergantung pada bahan baku, pengarangan, dan proses aktivasi. Berdasarkan ukuran porinya, ukuran pori karbon aktif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu mikropori (diameter < 2 nm), mesopori (diameter 2-50 nm), dan makropori (diameter > 50 nm) (Kustanto, 2000). Penggunaan karbon aktif di Indonesia mulai berkembang dengan pesat, yang dimulai dari pemanfaatannya sebagai adsorben untuk pemurnian pulp, air, minyak, gas, dan katalis. Namun, mutu karbon aktif domestik masih rendah (Murdiyanto, 2005) sehingga perlu ada peningkatan mutu karbon aktif tersebut.

Arang hayati (biochar) merupakan hasil pembakaran bahan padat dan berpori yang mengandung karbon. Penggunaan arang tidak hanya sebagai bahan bakar alternatif, akan tetapi saat ini secara inovatif dapat diaplikasikan di bidang pertanian atau kehutanan sebagai pembangun kesuburan tanah. Di bidang pertanian dan kehutanan arang hayati sudah banyak digunakan dalam penelitian sebagai pemacu pertumbuhan tanaman (Gusmailina, 2004).

(60)
(61)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, ember, polybag, dan timbangan. Bahan-bahan yang digunakan adalah pasir pantai, arang sekam, arang kayu, NPK mutiara, air, dan benih kangkung.

B.Prosedur Kerja

1. Alat dan bahan disiapkan.

2. Polybag diisi tanah pasir 5 Kg, sebanyak 20 polybag

3. 4 polybag sebagai kontrol, 4 polybag sebagai AS 1 dicampur dengan Arang sekam sebanyak 32 gram perpolybag, 4 polybag sebagai AS 2 dicampur dengan Arang sekam sebanyak 64 gram perpolybag, 4 polybag sebagai AK 1 dicampur dengan 4. Arang kayu sebanyak 32 gram perpolybag, 4 polybag sebagai AK 2 dicampur

dengan Arang kayu sebanyak 64 gram perpolybag. 5. Semua polybag disiram dengan air secukupnya

6. Semua polybag ditanam dengan 5 butir benih kangkung

7. Semua polybag diamati tinggi tanaman selama 13 kali, tiap 2 hari sekali dicatat pada logbook dan padda pengamatan terakhir ditimbang sebagai bobot segar.

(62)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

(Terampir)

B. Pembahasan

Arang adalah sisa abu-abu gelap yang terdiri dari karbon, dan setiap sisa abu, yang diperoleh dengan menghapus air dan konstituen yang mudah menguap lainya dari hewan dan vegetasi zat. Arang ini biasanya dihasilkan oleh lambat pirolisis, pemanasan kayu atau bagian lainnya tanpa adanya oksigen. Biasanya bentuk tidak murni dari karbon karena mengandung abu, namun gula arang adalah salah satu bentuk paling murni dari karbon tersedia, terutama jika tidak dibuat dengan pemanasan tetapi dengan reaksi dehidrasi dengan asam sulfat untuk meminimalkan memperkenalkan kotoran baru, kotoran dapat dihilangkan dari gula di muka. Lunak yang dihasilkan, rapuh, ringan, hitam, bahan berpori menyerupaibatu bara.

(63)

Arang kayu berfungsi untuk menyerap air dari udara lembab, kemudian melepaskannya pada kondisi yang kering. Sehingga membuatnya berfungsi pengatur kelembaban yang baik. Selain itu, arang juga mempunyai manfaat menyerap bau ruangan yang tidak sedap dan zat-zat merugikan. Arang menghasilkan ion-ion negatif yang membuat orang lebih santai. Infra merah yang keluar dari pembakaran arang memberikan efek bagi kelancaran peredaran darah.

Sekam adalah bagian terluar dari butir padi yang merupakan hasil samping saat proses penggilingan padi. Sekitar 20% dari bobot padi adalah sekam dan kurang dari 15% dari komposisi sekam adalah abu sekam yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar. Arang sekam digunakan sebagai bahan pengisi biofilter karena dapat meningkatkan porositas. Penambahan arang sekam dalam suatu bahan dapat menurunkan bobot isi bahan, peningkatan ruang pori total, ruang pori drainase cepat, serta penurunan ruang pori drainase lambat. Di Indonesia, jumlah sekam dapat mencapai 13,2 juta ton per tahun (Djatmiko, 1995).

Arang sekam memiliki kerapatan jenis (bulk density) 125 kg/m3, dengan nilai kalori 3.300-3600 kal/g sekam (Hasril, 2011). Menurut Gusmailina (2004), media sekam mengandung unsur silika yang tinggi dan juga peningkatan P. Peningkatan kandungan P tersedia diduga karena silikat mampu meningkatkan ketersediaan P dengan cara menggantikan ion P yang terikat pada komponen tanah dengan ion Si, sehingga P menjadi lebih tersedia. Selain itu, pemberian silika dapat meningkatkan kadar P di dalam tanah menjadi bentuk yang lebih tersedia bagi tanaman.

Fungsi dari penggunaan arang sekam adalah:

(64)

3. Menetralkankan pH tanah (kadar keasaman tanah),

4. Menggemburkan tanah, sehingga melancarkan sirkulasi udara dan air dalam tanah, 5. Menyerap racun dan mengisolasi penyakit (mensterilkan media),

6. Menyimpan air dan akan melepas kembali pada saat tanah kering,

7. Arang mempunyai pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan unsur hara dalam tanah untuk disajikan kepada bibit, kapanpun diperlukan,

8. Hara tidak mudah tercuci , sehingga kapanpun akan selalu ada, dalam kondisi ibarat makanan siap saji bagi tanaman.

Proses pembuatan arang kayu yaitu:

1. Susun kayu yang kering menyerupai piramida (masing-masing kayu posisinya berdiri) sehingga pangasapan/ karbonasi bisa merata dan memudahkan perambatan panas. Kayu bakar sebaiknya yang benar-benar kering, sehingga menghasilkan arang yang berkualitas (proses karbonisasi sempurna hingga ke bagian dalam kayu). 2. Bungkus/ tutupi tumpukan kayu bakar tadi dengan jerami atau sampah yang telah kering hingga menutupi seluruh tumpukan kayu. Akan lebih bagus lagi bisa di tambah dengan oli bekas untuk mempercepat perambatan panas.

3. Tutup/ timbun dengan pasir atau tanah tumpukan kayu yang telah dibungkus jerami atau sampah kering tadi. Sisakan bagian atas dan bagian bawah jangan sampai tertutup rapat. Tanah atau pasir yang digunakan sebaiknya yang lembab dengan cara disemprot air terlebih dahulu.

(65)

5. Tutupi/ timbun dengan pasir bagian atas tumpukan kayu tadi yang tidak tertutup pasir sedikit-demi sedikit hingga nyala api mati dan asap tetap mengepul.

6. Buatlah lobang di bagian bawah dari tumpukan pasir tadi sebanyak sekitar 5 lobang berkeliling.

7. Tutupi dengan pasir hingga tertutup semua agak tebal, jika api/asap padam, kurangi tutup yang diatas, tambahi sampah kering atau jerami lagi, bakar lagi dan tutupi sedikit demi sedikit. Tunggu antar 2 hingga 3 hari sambil dikontrol apakah asapnya masih terus mengepul. Setelah 3 hari biasanya sudah bisa dibongkar.

Proses pembakaran arang sekam yaitu:

1. Siapkan sekam padi, serabut kelapa atau kertas koran, sapu lidi, korek api dan sedikit minyak tanah.

2. Berdirikan cerobong yang ditanah yang rata dan beri penyaga di sekitar cerobong agar bisa berdiri dengan tegak dan kuat.

3. Masukan serabut kelapa atau koran pada lubang cerobong.

4. Tuangkan sekam padi yang sudah disediakan di sekeliling cerobong, sehingga membentuk seperti gunung berapi.

5. Bakar serabut kelapa atau kertas Koran tadi jika sulit bisa ditambah sedikit minyak agar mudah terbakar.

6. Api didalam cerobong akan menjalar melalui lubang-lubang yang dibuat tadi dan menjalar membakar sekam.

7. Jika bagian atas sudah menghitam atau gosong aduk dari atas kebawah agar bisa hangus merata.

(66)

9. Jika sudah menghitam rata atau sudah menjadi air, matikan bara api dengan cara menyiram dengan air. Ingat pastikan bara api benar-bemar sudah padam.

Arang sekam memiliki kerapatan jenis (bulk density) 125 kg/m3, dengan nilai kalori 3.300-3600 kal/g sekam. Menurut Gusmini (2009), media sekam mengandung unsur silika yang tinggi dan juga peningkatan P. Peningkatan kandungan P tersedia diduga karena silikat mampu meningkatkan ketersediaan P dengan cara menggantikan ion P yang terikat pada komponen tanah dengan ion Si, sehingga P menjadi lebih tersedia. Selain itu, pemberian silika dapat meningkatkan kadar P di dalam tanah menjadi bentuk yang lebih tersedia bagi tanaman. Oleh karenanya perlakuan dengan penambahan arang dapat menambah asupan hara dan meningkatkan ketersediaan P dalam tanah pasir.

Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Guritno, 1995).

(67)

Berdasarkan hasil penelitian, pemberian tunggal arang memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman. Menurut Giller (2001) pemberian arang pada tanah tidak hanya meningkatkan populasi mikroba dan aktivitasnya di dalam tanah tetapi juga meningkatkan penyediaan unsur hara dan modifikasi habitat. Selain itu juga morfologi arang yang mempunyai pori sangat efektif untuk mengikat dan menyimpan hara. Hara tersebut dilepaskan secara perlahan sesuai dengan konsumsi dan kebutuhan tanaman, karena hara tersebut tidak mudah tercuci, lahan akan selalu berada dalam kondisi siap pakai (Gusmailina, 2006).

(68)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Cara perlakuan pemberian arang kayu dan arang sekam pada praktikum acara 4 adalah dengan menambahkan bahan pada tanah pasir pantai 32 gram / 5 kg pasir pantai, 64 gram/ 5 kg pasir pantai dan kontrol, dilakukan sebelum penanaman tanaman kangkung.

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Bahri. 2010. Carbonization and demineralization of coals: astudy by means of FT-IR spectroscopy. Bulletin Material Science 26(7), 721-732.

Djatmiko. 1995. Pengolahan Arang dan Kegunaannya. IPB. Bogor.

Guritno. 1995. Shreve’s Chamical Process Industry. Fifth Edition. p136-138. NewYork: MCGraw-Hill Book Company.

Gusmailina. 2004. Formaldehyde Reduction in Indoor Enviroments by Wood Charcoals. Wood Researsch No 86.

Gusmini. 2009. Pengaruh Jenis Pupuk N, P, dan Mg Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada Tanah Masam. Jakarta: Menara Perkebunan.

Hanafiah. 2007. Cara Pembuatan Arang Kayu Alternatif Pemanfaatan Limbah Kay oleh Masyarakat. Center for International Forestry Research. ISBN 979-3361 85-9.

Harsanti. 2012. Multifungsi Kompos Jerami dalam Sistem Produksi Padi Berkelanjutan di Ekosistem Sawah Tadah Hujan. Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. Jakarta

Hasril. 2011. Activated Carbon. New York : Chemichal Publishing Company Inc.

Kustanto. 2000. Respons Pertumbuhan Kacang Tanah terhadap Pemberian Kompos Jerami Padi dan Fungi Mikoriza Arbuskula. Agroekoteknologi 2 (1): 95- 111.

Komarayati. 2003. Prospek Penggunaan Karbon Aktif dalam Industri. Warta IHP. Bogor.

Murdiyanto. 2005. Pengembangan Bahan Baku Kimia Karbon Aktif. Puslitbang Kimia Terapan LIPI. Jakarta.

Prima. 2013. Masalah Pemberian Arang pada Tanah pasir Di Indonesia. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yokyakarta.

(70)
(71)

Referensi

Dokumen terkait

Mekanisme konsultasi, meliputi (1) Bidang, kelayakan, dan efektifitas dari berbagai pendekatan untuk melibatkan pelanggan dalam membentuk kebijakan dan layanan Ini

Dan keempat, pada waktu yang sama, pikiran mengembangkan Jalan Mulia Beruas Delapan, yang delapan ruasnya melonjak dengan kekuatan yang sangat besar, mencapai ketinggian

Sepanjang kurun waktu yang begitu lama, semakin kompleksnya kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang di daerah tersebut membuat banyak pemukiman di wilayah Kerajaan Kutai

a) Program kerja yang dijalankan oleh organisasi ini adalah dengan mengumpulkan para pengidap penyakit stroke untuk diberikan pelatihan dan motivasi agar memiliki

Dusun Sidorejo, peneliti melakukan proses pendampingan dengan

Menurut Quraish Shihab bahwa objek membaca pada ayat-ayat yang menggunakan akar kata qara'a ditemukan bahwa ia terkadang menyangkut suatu bacaan yang bersumber dari

[r]

Implementasi Struktur Data Perangkat Lunak pada aplikasi Digital Story Book “Satua Bali” Berbasis Mobile menggunakan 15 tabel yang meliputi: Tabel Admin, Tabel