• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KARAKTER HADHANAH PADA PUTUSAN

D. Karakter Hadhanah Pada Putusan Pengadilan Agama

Dalam memutuskan perkara Hadhanah hakim menggunakan Kompilasi

95

Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan dalam Islam, (Jakara : AI-Hidayah, 1968), hal. 146.

96

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Medan, Haspar Pulungan, pada tanggal 30 Mei 2013.

Hukum Islam dan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 sebagai dasar dalam menyelesaikan masalah. Setiap perkara yang masuk khususnya mengenai hadhanah berbeda-beda pokok perkaranya yang menyebabkan putusan

hadhanah itu memiliki karakter yang berbeda dalam setiap putusan.

Dalam hal ini karakter hadhanah pada putusan di Pengadilan Agama Medan dapat dibagi yaitu :97

1. Kondisi anak

Yang dimaksud dengan kondisi anak adalah batas usia anak dan kepentingan anak. Karena setiap perkara hadhanah anak yang dijadikan objek sengketa berbeda-beda usianya dan kepentingan anak tersebut sesusai dengan keadaan fisik dan mentalnya. Maka, dalam hal ini hakim mengkategorikannya bahwa dari :

a. Batas usia anak, didasarkan pada Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam : 1) Belum mummayiz yaitu anak yang belum berusia dibawah 12 (dua

belas) tahun, maka hak asuhnya ada pada ibu.

2) Sudah mummayiz yaitu anak yang sudah berusia diatas 12 (dua belas0 tahun, maka dalam hal ini hakim dapat menjadikan keterangan anak sebagai acuan untuk memutuskan penetapan hadhanah.

b. Kepentingan anak 1) Kebutuhan jasmani

Kebutuhan jasmani yaitu seperti makanan, pakaian, perumahan,

97

kesehatan. Hal ini merupakan tanggung jawab seorang ayah dalam hal pembiayaannya. Berdasarkan Pasal 104 (1) Kompilasi Hukum Islam sehingga biaya penetapan hadhanah

Pada anak yang belum mummayiz belum dapat membedakan mana yang bermanfaat dan berbahaya bagi dirinya, masih sangat membutuhkan pengasuhan seorang ibu. Karena ibu memiliki kesabaran, ketelatenan, dan sikap lemah lembut dibanding seorang ayah sehingga. Pemeliharaan anak lebih diyakini terjamin pada ibu oleh karenanya hadhanah ada pada ibu, seperti contoh seorang bayi yang masih membutuhkan air susu ibunya dan tidak dapat digantikan dengan susu instan, sehingga anak tersebut tidak dapat hidup tanpa ASI maka demi kemaslahatan anak tersebut walaupun seorang ibu telah gugur hak asuhnya, seperti murtad, menikah lagi dengan orang lain namun hak asuh tersebut tetap dapat dimiliki oleh ibunya.

selalu ditetapkan kepada ayah oleh hakim.

2) Kebutuhan jiwa

Kebutuhan jiwa yaitu kebutuhan akan rasa aman, kasih sayang, perlindungan. Dalam hal ini pada anak yang belum mummayiz, seorang ibu dianggap lebih mampu memberikan kebutuhan jiwa tersebut sedangkan pada anak yang sudah mummayiz, telah mengetahui kebutuhan akan jiwanya, orang tuanya yang manakah lebih mengetahuinya, siapakah yang lebih memperhatikannya,

menyayanginya dan pada siapakah dia merasa nyaman, maka pernyataannya merupakan pertimbangan bagi hakim.

2. Kondisi orang tua (ibu)

a. Ibu yang tidak cacat hukum yaitu seorang ibu yang memenuhi seluruh syarat dan pemegang hadhanah yaitu sudah dewasa, berakal, beragama Islam, amanah, memiliki kepribadian yang baik yang dapat menjadi contoh terhadap anak-anaknya.

Anak yang belum mummayiz, hak asuhnya selalu ada pada seorang ibu yang tidak cacat hukum, kecuali ibu yang tidak cacat hukum tersebut mendapat penyakit atau cacat badan sehingga ia tidak bisa melaksanakan kewajibannya sebagai ibu untuk mengurus anak-anaknya. Sedangkan jika anak tersebut sudah mummayiz maka walaupun ibu tidak cacat hukum tapi haknya dalam memilih diantara kedua orang tuanya tetap dipertimbangkan.

b. Ibu yang cacat hukum

Seorang ibu yang cacat hukum tidak dapat memiliki hak asuh pada anak belum mummayiz dan sudah mummayiz

Cacat hukum yang dimaksud adalah :

2) Apabila seorang ibu terbukti melakukan perbuatan tercela seperti berjudi, pemabuk, berbuat zinah, berdasarkan Pasal 109 Kompilasi Hukum Islam dan Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam.

anak-anaknya baik kekerasan fisik maupun mental yang dapat merusak pertumbuhan anak.

4) Apabila seorang ibu mendapat hukuman penjara akibat perbuatannya. 5) Apabila seorang ibu murtad yang mengakibatkan dia tidak seiman

dengan anak yang dilahirkannya, maka hak asuhnya gugur karena anak yang dilahirkan secara Islam harus dibesarkan secara Islam juga sehingga orang yang mengasuh anak tersebut harus seiman dengan anak tersebut. Dalam hal ibu berpindah agama, jika pindah agama sebelum proses hadhanah harus digugat dan dibuktikan gugatannya bahwa istri pindah agama dan bila berpindah agama setelah proses

hadhanah maka suami ajukan gugatan hak dengan alasan istrinya murtad, dalam hal ini hakim memberikan hak hadhanah pada ayah. 6) Apabila seorang ibu terbukti menelantarkan anaknya menyia-nyiakan

anaknya, tidak memeliharanya, merawat dan mendidiknya, padahal b iaya hadhanah tetap diberikan ayahnya, maka hak hadhanah dapat dipindahkan hakim kepada ayahnya.

3. Isi putusan hadhanah

Dalam kasus hadhanah hakim biasanya memutuskan penetapan hadhanah pada ibu dan penetapan biaya hadhanah ada pada ayah, namun putusan yang ditetapkan hakim tergantung pada permohonan penggugat, dalam hal ini yaitu: a. Penetapan hadhanah

Biasanya penetapan hadhanah belum mummayiz ada pada ibu, apabila ibu tersebut cacat hukum maka dapat beralih pada ayah. Jika penggugat

seorang ibu hanya memohon penetapan hadhanah saja biasanya ibu tersebut mampu secara finansial sehingga ia tidak memerlukan bantuan mantan suaminya dan memohonkan kepada hakim untuk penetapan biaya

hadhanah. Jika penggugat seorang ayah, maka dia tidak dapat memohonkan penetapan biaya hadhanah karena hal itu merupakan kewajibannya (berdasarkan Pasal 105 huruf C Kompilasi Hukum Islam). Tetapi seorang ayah dapat juga menuntut penetapan sebagai hadhanah apabila dia mampu membuktikan bahwa ibu dari anaknya tidak mampu untuk mengurus anaknya, dalam hal ini cacat hukum.

b. Penetapan biaya hadhanah

Hakim selalu memutuskan penetapan biaya anak pada seorang ayah sesuai pasal 156 Huruf d dan Huruf e Kompilasi Hukum Islam, namun jumlah biaya yang dimohonkan penggugat selalu dipertimbangkan hakim dengan kemampuan tergugat yaitu harus memenuhi rasa keadilan seperti yang dimaksud pada Pasal 229 Kompilasi Hukum Islam.

Permohonan penetapan biaya hadhanah ini biasanya dimohonkan tergugat karena hilangnya tanggung jawab seorang ayah setelah perceraian dan penggugat (ibu) secara finansial kurang mampu membiayai sendiri kebutuhan anak-anaknya.

Dokumen terkait