• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Parameter Genetik

4.3.3 Karakter Hasil

Perbandingan karakter hasil pada 17 genotipe jagung dengan kontrol BISI-2 disajikan pada Tabel 7.

Tabel 14. Nilai Tengah Jumlah Tongkol per Tanaman, Bobot Tongkol Kotor dan Bobot Tongkol Bersih Beberapa Genotipe Jagung

Genotipe Jumlah Tongkol per Tanaman (Tongkol) Bobot Tongkol Kotor (g) Bobot Tongkol Bersih (g) Lokal Campaloga 2.77 tn(-) 34.91tn(-) 4.73 *(-) Genjah Kodok 2.38 tn(-) 29.90 tn(-) 4.19 *(-) Ketip Kuning 2.27 tn(-) 44.57 tn(+) 10.19 tn(+) Lokal Oesao 1.80 *(-) 38.22 tn(-) 8.90 tn(-) Lokal Srimanganti 2.10 (-) 49.33 tn(+) 11.02 tn(+) Hasil Pemuliaan Antasena 2.47 tn(-) 54.74 tn(+) 12.40 tn(+) Arjuna P18 2.10 *(-) 50.57 tn(+) 11.92 tn(+) Bayu 2.23 *(-) 42.59 tn(-) 8.20 tn(-) BC 10 MS 15 2.47 tn(-) 66.21 *(+) 10.50 tn(+) Nakula 1.70 *(-) 49.72 tn(+) 10.20 tn(+) Sadewa 1.70 *(-) 54.39 tn(+) 10.54 tn(+) Wisanggeni 2.00 *(-) 41.51 tn(-) 7.53 tn(-) Introduksi EW DMR Pool C6S2 2.47 tn(-) 35.49 tn(-) 8.03 tn(-) EY Pool C4S2 1.67 *(-) 62.46 *(+) 12.32 tn(+) Kiran 3.67 *(+) 20.03 *(-) 3.19 *(-) Phil DMR Comp. 2 3.33 tn(+) 36.37 tn(-) 3.35 *(-) Phil DMR 6 1.97 *(-) 47.64 tn(+) 10.02 tn(+) Pembanding BISI 2 2.87 42.93 9.70

Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5%, tn : tidak berbeda nyata 5% berdasarkan uji t-Dunnet dengan varietas hibrida BISI-2, (-) : kurang dibandingkan dengan varietas hibrida BISI-2, (+) : lebih dibandingkan dengan varietas hibrida BISI-2, (=) : sama dengan varietas hibrida BISI-2.

4.3.3.1 Jumlah Tongkol per Tanaman

Berdasarkan Lampiran 8 dapat dilihat bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata sehingga jumlah tongkol per tanaman pada genotipe lokal, genotipe hasil pemuliaan, introduksi dan varietas hibrida BISI-2 masing-masing berbeda. Jumlah tongkol terbanyak yaitu pada genotipe introduksi, Kiran (3.67 tongkol) dan Phil DMR Comp 2. (3.33 tongkol). Jumlah ini menentukan banyaknya jumlah tongkol layak dan afkir. Sutjahjo et al. (2005) menyatakan bahwa jumlah tongkol per tanaman tertinggi dimiliki oleh genotipe Lokal Rempek (2.78 tongkol) dan Arjuna (2.60 tongkol), sedangkan yang terendah adalah Lokal Nala. Berdasarkan hasil uji t-Dunnett pada Tabel 14 diperoleh 9 genotipe yang memiliki jumlah tongkol per tanaman nyata lebih sedikit dibanding varietas hibrida BISI-2 yaitu : Lokal Oesao, Lokal Srimanganti, Arjuna P18, Bayu, Nakula, Sadewa, Wisanggeni, EY Pool C4S2 dan Phil DMR 6. Genotipe Kiran (3.67 tongkol) memiliki jumlah tongkol per tanaman yang nyata lebih banyak dibanding varietas hibrida BISI-2. Hasil penelitian Armanto (1982) menunjukkan bahwa pengambilan tongkol sekunder mengakibatkan munculnya tongkol-tongkol baru dan anak tongkol tersebut tidak keluar menghasilkan biji.

Tabel 15. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Tongkol per Tanaman Beberapa Genotipe Jagung

Kontras (a vs b) F-hitung Pr>F

Lokal vs Antasena 6.63 *(+) 0.0146

Lokal vs Kiran 6.63 *(+) 0.0146

Pemuliaan vs Genjah Kodok 38.66**(+) 0.0001

Pemuliaan vs Phil DMR Comp. 2 12.82**(+) 0.0011

Introduksi vs Campaloga 4.42 *(+) 0.0430

Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5%, ** : berbeda nyata pada taraf 1%, tn : tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal, (-) : b kurang dibanding a,(+) : b lebih dibanding a, (=) : b sama dengan a.

Berdasarkan uji kontras ortogonal (Tabel 15) terlihat bahwa genotipe Antasena dan Kiran nyata memiliki jumlah tongkol per tanaman lebih banyak dibandingkan dengan kelompok genotipe lokal. Genotipe Genjah Kodok dan Phil DMR Comp. 2 sangat nyata memiliki jumlah tongkol per tanaman lebih banyak dibandingkan kelompok genotipe hasil pemuliaan. Jumlah tongkol yang dimiliki genotipe Campaloga juga nyata lebih banyak dibandingkan dengan kelompok

genotipe introduksi. Menurut Rochmah (1999) pemanenan jagung semi pada saat tongkol utama belum berkembang penuh dapat mengatasi atau mematahkan apikal dominan sehingga terbentuk lebih banyak lagi tongkol sekunder.

4.3.3.2 Bobot Tongkol Kotor

Berdasarkan Lampiran 9 dapat dilihat bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata sehingga bobot tongkol kotor pada genotipe lokal, hasil pemuliaan, introduksi dan varietas hibrida BISI-2 masing-masing berbeda. Bobot tongkol kotor genotipe lokal dan introduksi lebih ringan daripada varietas hibrida BISI-2. Bobot paling berat ada pada genotipe hasil pemuliaan, dibandingkan dengan genotipe lokal, introduksi dan varietas hibrida BISI-2. Tepatnya bobot tongkol kotor paling berat ini ada pada genotipe BC 10 MS 15 (66.21 gram). Bobot tongkol kotor genotipe hasil pemuliaan yaitu 51.39 gram dan bobot paling ringan yaitu genotipe lokal, 39.39 gram. Bobot tongkol kotor tertinggi dimiliki oleh genotipe Pena Boto, yang tidak berbeda dengan genotipe Lokal Rempek, Lokal Tumbu, Arjuna dan J. Simpang (Sutjahjo et al., 2005.). Berdasarkan hasil uji t-Dunnett pada Tabel 14 diperoleh 2 genotipe yang memiliki bobot tongkol kotor nyata lebih berat dibanding varietas hibrida BISI-2 yaitu : BC 10 MS 15 dan EY Pool C4S2.

Tabel 16. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Bobot Tongkol Kotor Beberapa Genotipe Jagung

Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5%, ** : berbeda nyata pada taraf 1%, tn : tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal, (-) : b kurang dibanding a,(+) : b lebih dibanding a, (=) : b sama dengan a.

Berdasarkan uji kontras ortogonal (Tabel 16) terlihat bahwa genotipe Nakula memiliki bobot tongkol kotor sangat nyata lebih berat dibandingkan dengan kelompok genotipe lokal. Genotipe Nakula memiliki bobot tongkol kotor sangat nyata lebih berat dibandingkan dengan kelompok genotipe introduksi. Bobot tongkol kotor yang dimiliki genotipe Lokal Srimanganti sangat nyata lebih

Kontras (a vs b) Fhitung Pr>F

Lokal vs Nakula 14.76**(+) 0.0005

Introduksi vs Nakula 10.34**(+) 0.0029

berat dibandingkan dengan genotipe Ketip Kuning. Menurut Rochmah (1999) bobot tongkol kotor jagung semi dipengaruhi oleh ukuran tongkol yang dihasilkan dan bobot kelobot.

4.3.3.3 Bobot Tongkol Bersih

Berdasarkan Lampiran 10 dapat dilihat bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata sehingga bobot tongkol bersih pada genotipe lokal, hasil pemuliaan, introduksi dan varietas hibrida BISI-2 masing-masing berbeda. Genotipe lokal dan introduksi memiliki bobot tongkol bersih lebih rendah daripada genotipe hasil pemulian dan varietas hibrida BISI-2. Bobot tongkol bersih paling berat ada pada genotipe hasil pemuliaan, dibandingkan dengan genotipe lokal, hasil pemuliaan dan varietas hibrida BISI-2. Tepatnya bobot tongkol bersih paling berat yaitu genotipe Antasena (12.40 gram) dan EY Pool C4S2 (12,32 gram). Bobot tongkol bersih genotipe hasil pemuliaan yaitu 10.18 gram dan bobot paling ringan yaitu introduksi, 7.38 gram. Berdasarkan hasil uji t-Dunnett pada Tabel 14 diperoleh 9 genotipe yang memiliki bobot tongkol bersih tidak nyata dibanding varietas hibrida BISI-2 yaitu : Ketip kuning, Lokal Srimanganti, Antasena, Arjuna P18, BC 10 MS 15, Nakula, Sadewa, EY Pool C4S2 dan Phil DMR 6. Namun demikian genotipe ini memiliki bobot bersih lebih berat dibanding varietas hibrida BISI-2.

Tabel 17. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Bobot Tongkol Bersih Beberapa Genotipe Jagung

Kontras (a vs b) Fhitung Pr>F

Lokal vs Nakula 25.06**(+) 0.0001

Introduksi vs Nakula 38.77**(+) 0.0001

Ketip Kuning vs Lokal Srimanganti 4.43 *(+) 0.0427

Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5%, ** : berbeda nyata pada taraf 1%, tn : tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal, (-) : b kurang dibanding a,(+) : b lebih dibanding a, (=) : b sama dengan a.

Berdasarkan uji kontras ortogonal (Tabel 17) terlihat bahwa genotipe Nakula sangat nyata memiliki bobot tongkol bersih lebih berat dibandingkan dengan kelompok genotipe lokal dan introduksi. Genotipe Lokal Srimanganti nyata lebih berat bobot tongkol bersihnya dibandingkan dengan genotipe Ketip

kuning. Menurut Rochmah (1999) bobot tongkol bersih dipengaruhi oleh ukuran tongkol yang dihasilkan jagung semi

Dokumen terkait