• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Parameter Genetik

4.3.4 Kualitas Jagung Semi

Perbandingan karakter kualitas pada 17 genotipe jagung dengan varietas hibrida BISI-2 menggunakan uji lanjut t-Dunnett (Tabel 7).

Tabel 18. Nilai Tengah Diameter Tongkol, Panjang Tongkol, Jumlah Tongkol Layak Pasar dan Jumlah Tongkol Afkir pada Beberapa Genotipe Jagung Genotipe Diameter Tongkol (mm) Panjang Tongkol (cm) Jumlah Tongkol Layak Pasar Jumlah Tongkol Afkir (tongkol) Lokal Campaloga 11.29 tn(-) 5.55 *(-) 0.79 tn(-) 2.63 tn(+) Genjah Kodok 11.89 tn(+) 4.50 *(-) 0.89 tn(-) 2.53 tn(+) Ketip Kuning 12.29 tn(+) 9.02 tn(-) 0.79 tn(-) 2.13 tn(-) Lokal Oesao 12.07 tn(+) 9.58 tn(-) 0.73 *(-) 1.77 *(-) Lokal Srimanganti 14.63 *(+) 8.47 *(-) 0.80 tn(-) 1.97 tn(-) Hasil Pemuliaan Antasena 15.11 *(+) 9.97 tn(-) 0.75 tn(-) 2.40 tn(-) Arjuna P18 12.85 tn(+) 11.06 tn(+) 0.85 tn(-) 1.87 tn(-) Bayu 13.46 tn(+) 7.62 *(-) 0.73 *(-) 2.20 tn(-) BC 10 MS 15 13.60 tn(+) 9.28 tn(-) 0.77 tn(-) 2.37 tn(-) Nakula 11.83 tn(+) 9.31 tn(-) 0.71 *(-) 1.70 *(-) Sadewa 13.56 tn(+) 9.03 tn(-) 0.79 tn(-) 1.57 *(-) Wisanggeni 11.90 tn(+) 7.40 *(-) 0.82 tn(-) 1.83 *(-) Introduksi EW DMR Pool C6S2 12.66 tn(+) 7.62 *(-) 0.73 *(-) 2.43 tn(=) EY Pool C4S2 13.65 *(+) 9.10 tn(-) 0.71 *(-) 1.67 *(-) Kiran 10.18 tn(-) 4.46 *(-) 0.91 tn(-) 3.33 *(+) Phil DMR Comp. 2 10.89 tn(-) 5.30 *(-) 0.93 tn(-) 2.97 tn(+) Phil DMR 6 13.37 tn(+) 8.42 *(-) 0.79 tn(-) 1.83 *(-) Pembanding BISI 2 11.79 10.52 0.96 2.43

Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5%, tn : tidak berbeda nyata 5% berdasarkan uji

t-Dunnett dengan varietas hibrida BISI-2, (-) : kurang dibandingkan dengan varietas hibrida BISI-2, (+) : lebih dibandingkan dengan varietas hibrida BISI-2, (=) : sama dengan varietas hibrida BISI-2.

4.3.4.1 Diameter Tongkol

Berdasarkan Lampiran 11 dapat dilihat bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata sehingga diameter tongkol pada genotipe lokal, hasil pemuliaan, introduksi dan varietas hibrida BISI-2 masing-masing berbeda. Diameter terbesar terdapat pada genotipe hasil pemuliaan yaitu 13.19 mm, tepatnya genotipe Antasena (15.11 mm). Varietas hibrida BISI-2 memiliki diameter tongkol paling kecil dibandingkan dengan genotipe lokal, hasil pemuliaan dan introduksi. Diameter tongkol mempengaruhi kualitas tongkol layak pasar dimana diameter tongkol tidak boleh kurang dari 1 cm dan tidak lebih dari 2 cm. Berdasarkan hasil uji t-Dunnett pada Tabel 18 diperoleh 3 genotipe memiliki diameter tongkol yang nyata lebih besar dengan varietas hibrida BISI-2 yaitu : Lokal Srimanganti, Antasena, dan EY Pool C4S2.

Tabel 19. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Diameter Tongkol Beberapa Genotipe Jagung Kontras (a vs b) F-hitung Pr>F Lokal vs Nakula 9.14**(-) 0.0047 Lokal vs Kiran 26.34**(-) 0.0001 Pemuliaan vs Campaloga 13.26**(-) 0.0009 Pemuliaan vs Kiran 48.32**(-) 0.0001

Pemuliaan vs Phil DMR Comp. 2 3.96 *(-) 0.0546

Introduksi vs Genjah Kodok 14.75**(-) 0.0005

Introduksi vs Nakula 24.75**(-) 0.0001

Introduksi vs Wisanggeni 8.12**(-) 0.0074

Ketip Kuning vs Lokal Oesao 7.62**(-) 0.0092

Antasena vs Sadewa 8.60**(-) 0.0060

EY Pool C4S2 vs Phil DMR 6 3.71tn(-) 0.0624

Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5%, ** : berbeda nyata pada taraf 1%, tn : tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal, (-) : b kurang dibanding a,(+) : b lebih dibanding a, (=) : b sama dengan a.

Berdasarkan uji kontras ortogonal (Tabel 19) terlihat bahwa genotipe Nakula dan Kiran sangat nyata memiliki diameter tongkol lebih kecil dibandingkan dengan kelompok genotipe lokal. Genotipe Campaloga dan Kiran sangat nyata memiliki diameter tongkol lebih kecil dibandingkan dengan kelompok genotipe hasil pemuliaan. Diameter tongkol yang dimiliki genotipe Genjah Kodok, Nakula dan Wisanggeni sangat nyata lebih kecil dibandingkan

dengan kelompok genotipe introduksi. Genotipe Lokal Oesao dan Sadewa masing-masing sangat nyata lebih kecil diameternya dibandingkan dengan Ketip Kuning dan Antasena.

4.3.4.1 Panjang Tongkol

Berdasarkan Lampiran 12 dapat dilihat bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata sehingga panjang tongkol pada genotipe lokal, hasil pemuliaan, introduksi dan varietas hibrida BISI-2 masing-masing berbeda. Genotipe introduksi memiliki panjang tongkol paling pendek dibandingkan dengan genotipe lokal, hasil pemuliaan dan varietas hibrida BISI-2. Panjang tongkol mempengaruhi kualitas tongkol layak pasar berdasarkan pengkelasan yang berlaku. Berdasarkan hasil uji t-Dunnett pada Tabel 18 diperoleh 9 genotipe memiliki panjang tongkol yang nyata lebih pendek dengan varietas hibrida BISI-2 yaitu Campaloga, Genjah Kodok, Lokal Srimanganti, Bayu, Wisanggeni, EW DMR Pool C6S2, Kiran, Phil DMR Comp. 2 dan Phil DMR 6.

Tabel 20. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Panjang Tongkol Beberapa Genotipe Jagung

Kontras (a vs b) F-hitung Pr>F

Lokal vs Kiran 12.80**(-) 0.0011

Lokal vs Phil DMR Comp. 2 39.77**(-) 0.0001

Pemuliaan vs Campaloga 45.91**(-) 0.0001

Pemuliaan vs Genjah Kodok 46.95**(-) 0.0001

Pemuliaan vs EW DMR Pool C6S2 56.99**(-) 0.0001

Pemuliaan vs Kiran 72.70**(-) 0.0001

Pemuliaan vs Phil DMR Comp. 2 128.19**(-) 0.0001

EW DMR Pool C6S2 vs Phil DMR Comp. 2 8.14**(-) 0.0072

Bayu vs Wisanggeni 51.49**(-) 0.0001

Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5 %, ** : berbeda nyata pada taraf 1 %, tn : tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal, (-) : b kurang dibanding a,(+) : b lebih dibanding a, (=) : b sama dengan a.

Berdasarkan uji kontras ortogonal (Tabel 20) terlihat bahwa genotipe Kiran dan Phil DMR Comp. 2 sangat nyata memiliki panjang tongkol lebih pendek dibandingkan dengan kelompok genotipe lokal. Genotipe Campaloga, Genjah Kodok, EW DMR Pool C6S2, Kiran dan Phil DMR Comp. 2 sangat nyata memiliki panjang tongkol lebih pendek dibandingkan dengan kelonpok genotipe

hasil pemuliaan. Panjang tongkol yang dimiliki genotipe Phil DMR Comp. 2 dan Wisanggeni masing-masing sangat nyata lebih pendek dibandingkan dengan EW DMR Pool C6S2 dan Bayu.

4.3.4.3 Jumlah Tongkol Layak Pasar

Berdasarkan Lampiran 13 dapat dilihat bahwa genotipe berpengaruh nyata sehingga jumlah tongkol layak pasar pada genotipe lokal, hasil pemuliaan, introduksi dan varietas hibrida BISI-2 masing-masing berbeda. Varietas hibrida BISI-2 memiliki jumlah tongkol layak lebih banyak dibandingkan dengan

genotipe lokal, genotipe hasil pemuliaan dan introduksi jagung semi yang diuji.

Tabel 21. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Jumlah Tongkol Layak Pasar Beberapa Genotipe Jagung

Kontras (a vs b) F-hitung Pr>F

Lokal vs Arjuna P18 8.12**(+) 0.0074

Pemuliaan vs Genjah Kodok 5.58 *(+) 0.0240

Introduksi vs Arjuna P18 7.27 *(+) 0.0108

Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5%, ** : berbeda nyata pada taraf 1%, tn : tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal, (-) : b kurang dibanding a,(+) : b lebih dibanding a, (=) : b sama dengan a.

Berdasarkan hasil uji t-Dunnett pada Tabel 18 belum ada varietas jagung yang dapat menghasilkan tongkol sebanyak BISI-2. Berdasarkan uji kontras ortogonal (Tabel 21) terlihat bahwa genotipe Arjuna P18 sangat nyata memiliki jumlah tongkol layak pasar lebih banyak dibandingkan kelompok genotipe lokal. Genotipe Genjah Kodok dan Arjuna P18 masing-masing nyata memiliki jumlah tongkol layak pasar lebih banyak dibandingkan dengan kelompok genotipe hasil pemuliaan dan introduksi. Penampilan tongkol layak pasar beberapa genotipe terlihat pada Gambar 2 dimana penentuan standarnya berdasarkan pengkelasan CODEX.

Gambar 2. Penampilan Tongkol Jagung Semi Layak Pasar dari Beberapa Genotipe Jagung

4.3.4.4 Jumlah Tongkol Afkir

Berdasarkan Lampiran 14 dapat dilihat bahwa genotipe berpengaruh nyata sehingga jumlah tongkol afkir pada genotipe lokal, hasil pemuliaan, introduksi dan varietas hibrida BISI-2 masing-masing berbeda. Phil DMR Comp 2 memiliki jumlah tongkol afkir lebih banyak dibandingkan dengan genotipe lokal, hasil pemuliaan dan introduksi yang diuji sedangkan Antasena memiliki jumlah tongkol afkir lebih sedikit.

Berdasarkan hasil uji t-Dunnett pada Tabel 18 diperoleh 6 genotipe memiliki jumlah tongkol afkir yang nyata lebih sedikit dengan varietas hibrida

BISI-2 yaitu Lokal Oesao, Nakula, Sadewa, Wisanggeni, EY Pool C4S2 dan Phil DMR 6. Genotipe Kiran memiliki jumlah tongkol afkir yang nyata lebih banyak dibandingkan varietas hibrida BISI-2. Hasil penelitian Sirait (1996) menyatakan bahwa genotipe hasil pemuliaan menghaslkan rata-rata dua tongkol per tanaman dimana tongkol yang dipetik paling akhir memiliki penampilan afkir sehingga menyebabkan kurang dari dua tongkol jagung semi berpenampilan baik.

Tabel 22. Rekapitulasi Uji Kontras Ortogonal Peubah Jumlah Tongkol Afkir

Kontras (a vs b) F-hitung Pr>F

Lokal vs Sadewa 13.18**(-) 0.0009

Lokal vs Kiran 7.60**(+) 0.0093

Pemuliaan vs Genjah Kodok 24.95**(+) 0.0001

Pemuliaan vs Lokal Oesao 16.80**(-) 0.0002

Pemuliaan vs EY Pool C4S2 10.25**(-) 0.0030

Pemuliaan vs Phil DMR Comp. 2 15.01**(+) 0.0005

Introduksi vs Genjah Kodok 4.98 *(+) 0.0324

Introduksi vs Sadewa 10.48**(-) 0.0027

Kiran vs Phil DMR Comp. 2 7.35 *(-) 0.0104

Lokal Oesae vs Lokal Srimanganti 9.30**(+) 0.0044

Nakula vs Sadewa 0.26tn(+) 0.6145

EY Pool C4S2 vs Phil DMR 6 1.41tn(+) 0.2438

Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5%, ** : berbeda nyata pada taraf 1%, tn : tidak berbeda nyata berdasarkan uji kontras ortogonal, (-) : b kurang dibanding a, (+) : b lebih dibanding a, (=) : b sama dengan a.

Berdasarkan uji kontras ortogonal (Tabel 22) terlihat bahwa genotipe Sadewa sangat nyata memiliki jumlah tongkol afkir lebih sedikit dibandingkan

dengan kelompok genotipe lokal dan introduksi. Genotipe Lokal Oesao dan EY

Pool C4S2 sangat nyata memiliki jumlah tongkol afkir lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok genotipe hasil pemuliaan. Jumlah tongkol afkir yang dimiliki genotipe Phil DMR Comp. 2 nyata lebih sedikit dibandingkan dengan genotipe Kiran. Penampilan tongkol afkir ditunjukkan pada Gambar 3 mulai dari ukuran diameter tongkol yang besar, panjang tongkol melebihi standar, bentuk tongkol yang tidak teratur atau tidak rata, alur bakal biji yang bengkok sampai tongkol yang terkena hama.

Gambar 3. Penampilan Tongkol Jagung Semi Afkir dari Beberapa Genotipe Jagung

Dokumen terkait