• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

C. Konvergensi dan Konglomerensi Media

4. Karakter Jurnalistik Islami

Para jurnalis muslim yang bekerja pada media massa pers Islami maupun media pers umum, mempunyai tugas tambahan. Selain tugas dan peran yang umum dimainkan jurnalis lainnya. Beberapa peran jurnalis yang juga mejadi karakter jurnalis Islami menurut Ahmad Y. Samantho76 antara lain sebagai berikut.

a. Mendidik masyarakat Islam (ta‟bid al-ummah).

Jurnalis Islam mempunyai kewajiban dan dapat berperan sebagai pendidik umat. Mendidik yang dimaksud dalam pengertian yang luas, yaitu membina peradaban umat dan menjadikan umat menjadi beradab sehingga terbentuklah masyarakat madani (berperadaban). Para jurnalis muslim melalui media massanya secara tidak langsung berperan mendidik dan mencerdaskan umat Islam dan memberikan pencerahan intelektual serta rohaniah.

b. Mencari dan menggali informasi/pengetahuan serta menyebarkan informasi (ta‟lim) yang benar dan bermanfaat.

Modal utama yang harus dimiliki seorang jurnalis untuk menggali informasi yang benar dan bermanfaat adalah rasa ingin tahu (curiosity) yang besar. Peran ini secara eksplisit diungkap dalam Al-Qur‘an

disebutkan:

76

Ahmad Y. Samantho, Jurnalistik Islami, Panduan Praktis bagi Para Aktivis Muslim, (Bandung: Harakah, 2002), h. 66-74.

ْأُٓذلَفَخَ ِلِ ٞثَفِنّ ٓاَظ ًٌُِِّۡٓۡ ثَكۡرِف ِّ ُكُ ٌَِ َرَفَن َلَٗۡٔيَف ْۚٗثذفآَن ْاوُرِفَِِلِ َنٌُِِٔۡؤٍُۡلٱ َنَكَ اٌََو۞

ْاوُرِذُِ ِلَِو َِيِّدّٱ ِفِ

َذۡ َيَ ًُۡٓذيَػَى ًَِۡٓۡلِِإ ْآُٔػَجَر اَذِإ ًَُۡٓمَۡٔك

َنوُر

Artinya: ―Dan tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.‖ (Q.S. At-Taubah [9]: 122).77

c. Melakukan seleksi, filterisasi dan konfirmasi (tabayyun) terhadap berbagai informasi global untuk membentengi umat Islam dari pengaruh buruk informasi (fitnah) global.

Fungsi penelitian, penyaringan, dan pemilihan informasi ini dikenal dengan istilah tabayyun sebagaimana disebutkan Allah SWT:

ْأُتي ِصُح نَأ ْآُِٔذيَبَخَف إَتَنِة ُُۢقِشاَف ًُۡكَءٓاَج نِإ ْآٌَُِٔاَء ََيِ ذلَّٱ آَُّيَأَٰٓ َي

ًُۡخۡيَػَف اٌَ ََٰ َعَل ْأُحِت ۡصُخَف ثَيََٰهَ ِبِ اٌََُۢۡٔك

َيٌِِۡدَٰ َن

Artinya: ―Wahai orang-orang yang berima! Jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.‖ (Q.S. Al-Hujurat [49]: 6).78

77

Al-Qur‘an dan Terjemahnya, Op. Cit., h. 277. 78

Ayat ini menurut Ibn Abbâs diturunkan berkaitan dengan kasus al-Walîd

bin ‗Uqbah bin Abî Mu‘yth, yang menjadi utusan Rasul saw untuk

memungut zakat dari Bani Musthaliq. Ketika Bani Musthaliq mendengar kedatangan utusan Rasul ini, mereka menyambutnya secara berduyun-duyun dengan sukacita. Mendengar hal itu, al-Walîd, menduga bahwa mereka akan menyerangnya, mengingat pada zaman jahiliah mereka saling bermusuhan.

Di tengah perjalanan, al-Walîd kemudian kembali dan melapor kepada Nabi, bahwa Bani Musthaliq tidak bersedia membayar zakat, malah akan menyerangnya. Rasul saw marah dan siap mengirim pasukan kepada Bani Musthaliq. Tiba-tiba, datanglah utusan mereka seraya menjelaskan duduk persoalan yang sesungguhnya. Lalu, Allah menurunkan surat Al-Hujurat ayat 6 ini.79

Allah SWT mengajarkan manusia untuk melakukan tabayyun atau memeriksa kembali dengan saksama terhadap berita yang diterima, baik dari seorang muslim, lebih-lebih jika kita terima dari seorang kafir. Hal ini dilakukan agar tidak terjebak fitnah yang dilontarkan oleh orang-orang yang fasik, yang menginginkan tersebarnya keburukan orang lain.

79

Ath-Thabari, Jâmi‟ al-Bayân „an Ta‟wîl Ayy al-Qu‟ân, juz XXVI, (Dâr al-Fikr, Beirut, 1405), h. 123-124.

Umat harus berlaku adil terhadap sesama, bahkan keadilan terhadap berita yang menceritakan tentang dirinya yang tersampaikan kepada kita. Melakukan tabayyun lebih baik dilakukan terhadap kedua pihak, terhadap objek yang diberitakan maupun kepada pembawa berita ataupun pihak yang disengketakan, sehingga kita bisa mendapatkan informasi yang akurat dan berimbang. Dengan begini, kita bisa menjaga diri dari berpikiran buruk atau su‟udzan terhadap saudara muslim lainnya, dan kita juga terhindar menjadi penyebar berita buruk yang mengada-ada tentang saudara muslim tersebut.

d. Mengajak dan menasihati umat dengan cara yang baik untuk mengikuti jalan hidup Islam yang diridai Allah (dakwah ilallah).

Dakwah Islamiah adalah mengajak umat manusia untuk mengikuti dan mengamalkan ajaran Islam. Inilah sebaik-baiknya seruan yang dilakukan manusia, sebagaimana firman Allah SWT:

ِذللَّٱ لَِإ َ ٓ َعََد َذٍِّم ٗلَٗۡٔك ٗلُٗزُُ َنُٔغذدَح

َيٍِِۡي ۡصٍُۡلٱ ٌََِ ِي ذُِإ َلاَكَو اٗحِيَٰ َٰ َوٍَِغَو

Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim (berserah diri)?”(Q.S. Al-Fushshilat [41]: 33).80

80

e. Menyampaikan dan membela kebenaran (tawashaw bil-haq).

Fungsi kontrol sosial adalah fungsi terpenting dalam menjaga keadilan, keselarasan, dan keberlangsungan suatu sistem peradaban masyarakat. Hal itu meliputi subsistem ideologi, politik, ekonomi, sosial, pertahanan dan keamanan, pendidikan dan kebudayaan. Jurnalis muslim harus kritis dalam menyikapi berbagai perkembangan di masyarakat.

f. Membela dan menegakkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan dunia.

Fungsi dan peran jurnalis muslim dalam menegakkan keadilan adalah kewajiban utama setiap muslim. Allah SWT memperingatkannya yakni:

ََٰنۡىٱ ِوَأ ًُۡلِصُفَُأ ََٰٓ َعَل َۡٔلَو ِ ذِللَّ َءٓاَدَُٓط ِطۡصِلۡىٱِة َيٌَِٰۡذنَك ْأُُُٔن ْأٌَُِاَء ََيِ ذلَّٱ آَُّيَأَٰٓ َي۞

نِإ ْۚ َيِۡبَرۡكَ ۡلۡٱَو َِۡيَِدّ

ِة َٰلَۡوَ َأ ُ ذللَّٱَف اٗيرِلَف ۡوَأ اًّيَِِغ َُۡلَي

َن َكَ َ ذللَّٱ ذنِإَف ْأ ُضِرۡػُت ۡوَأ ْآۥُٔۡيَح نوَإِ ْْۚأُلِدۡػَت نَأ َٰٓىََٔٓۡلٱ ْأُػِتذتَح َلََف ۡۖآٍَِ

اٗيرِتَخ َنُٔيٍَۡػَت اٍَِة

Artinya: ―Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.‖ (Q.S. An-Nisa [4]: 135).81

81

Ibnu Jarir ath Thabari berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan kasus yang dialami Nabi Muhammad SAW. Ketika ada dua orang, satu kaya dan satunya lagi miskin. Di mata hati Nabi cenderung membela si miskin karena iba kepadanya akibat kemiskinannya. Maka Allah meluruskan kecenderungan tersebut melalui ayat ini.

Proses menegakkan keadilan harus dilakukan dengan benar. Sehingga fungsi dan peran pers juga sangat signifikan dalam menegakkan keadilan di muka bumi. Pemberitaan yang dilakukan tidak boleh menyimpang dari kebenaran dan memutarbalikkan fakta yang sesungguhnya. Sebab, Allah Maha Mengetahui semua aktivitas yang dilakukan manusia.

g. Memberikan kesaksian atau mengungkap fakta dengan adil.

Jurnalis muslim dapat berperan menjaga kejujuran di masyarakat dan melawan kebohongan-kebohongan yang membodohi dan menipu masyarakat. Allah SWT secara tegas memerintahkan hal ini dalam

Al-Qur‘an:

ا ٗدِغۡٔذٌ ًِِٓهِيٍَِۡٓل اَِۡيَػَجَو ْأٍَُيَظ اذٍَل ًََُٰۡٓنۡهَيَْۡأ َٰٓىَرُلۡىٱ َمۡيِحَو

Artinya:“Dan (penduduk) negeri telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan

mereka.”(Q.S. Al-Kahfi [18]: 59).82

82

h. Memerintahkan kebaikan (amar ma‟ruf) dan mencegah kemungkaran (nahyi munkar).

Demi terpeliharanya masyarakat dari kehancurannya maka fungsi kontrol sosial atau lebih khsusus lagi fungsi amar ma‟ruf nahyi munkar oleh para jurnalis dan komponen masyarakat harus tetap tegak.

i. Menghalalkan yang baik dan mengharamkan yang buruk.

ِنِلۡٱَو ِثَٰىَرۡٔذلتٱ ِفِ ًَُْۡدِِغ اًبُٔخۡ ۡهٌَ ۥَُُّوُدِ َيَ يِ ذلَّٱ ذ ِّمُّ ۡلۡٱ ذ ِبِذلنٱ َلُٔشذرلٱ َنُٔػِتذتَي ََيِ ذلَّٱ

ًُُْرُمۡأَي ِوي

ۡػٍَۡلٱِة

ِإ ًَُِۡٓۡع ُع َضَيَو َدِهَٰٓ َبَلۡٱ ًُِٓۡيۡ َيَغ ُمِّرَحُيَو ِجََٰبِّيذعىٱ ًَُُٓل ُّوِحُيَو ِرَهٍُِۡلٱ ََِغ ًَُٰۡٓىََِٓۡيَو ِفوُر

ًَُْۡ ۡصۡ

ٱ َرُّٔلنٱ ْأُػَتذتٱَو ُهوُ َصَََُو ُهوُرذزَغَو ۦِِّة ْأٌَُِاَء ََيِ ذلَّٱَف ًِْۚۡٓۡيَيَغ ۡجََُكَ ِتِذىٱ َوََٰلۡغَ ۡلۡٱَو

َمِهََٰٓلْوُأ ٓۥَُّػٌَ َلِزُُأ ٓيِ ذلَّ

َنُٔحِيۡفٍُۡلٱ ًُُْ

Artinya: ―(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma´ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.‖ (Q.S. Al-A‘raf

[7]: 157).83

j. Memberi peringatan kepada pelaku kejahatan (nadziran), memberi kabar gembira/hiburan kepada para pelaku kebaikan (basyiran).

83

Para jurnalis Islam lebih mempunyai peluang dan sarana untuk meneruskan tugas para nabi, yaitu memberikan peringatan kepada pelaku kejahatan dan memberi kabar gembira kepada para pelaku kebaikan. k. Membela kepentingan kaum yang lemah (imdad al-mustadh‟afin) dan

membebaskan umat dari beban dan belenggu yang memasung mereka. Karena informasi pada saat ini adalah suatu kekuatan, maka jurnalis muslim yang menguasai informasi pun wajib memanfaatkan kekuatan untuk membela kaum yang dilemahkan (dhuafa dan mustadh‟afin). l. Memelihara dan menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam.

Tugas ini merupakan pengamalan perintah Allah SWT disebutkan:

ۡذٱَو ْْۚأُكذرَفَت لَٗو اٗػيِ َجَ ِ ذللَّٱ ِوۡتَ ِبِ َ ْأٍُ ِصَخۡعٱَو

َ ۡيَۡب َفذىأَف ٗءٓاَدۡغَ َأ ًُۡخُِن ۡذِإ ًُۡلۡيَيَغ ِ ذللَّٱ َجٍَۡػُِ ْاوُرُن

ََٰذَن ِۗآٌَِِّۡ ًُكَذَلَُأَف ِراذلنٱ ٌََِّ ةَرۡفُح اَفَط ََٰ َعَل ًُۡخُِكَو اََُٰٗنۡخِإ ٓۦِِّخٍَۡػِِِة ًُخۡحَتۡصَأَف ًُۡلِبُٔيُك

ُ ذللَّٱ ُ ِّيَۡبُي َمِل

ُلذيَػَى ۦِِّخَٰ َياَء ًُۡلَى

َنوُدَخَۡٓت ًۡ

Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu jadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,

agar kamu mendapat petunjuk.”(Q.S. Ali Imran [3]: 103).84

84

Diriwayatkan oleh Al-Faryabi dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu ‗Abbas bahwa ketika kaum Aus dan Khajraj duduk-duduk, berceritalah mereka tentang permusuhannya di zaman jahiliah, sehingga bangkitlah amarah kedua kaum tersebut. Masing-masing bangkit memegang senjatanya, saling berhadapan. Maka turunlah ayat tersebut yang melerai mereka. Banyak hadist yang melarang perpecahan dan menyuruh menjalin persatuan dan persaudaraan.

Dokumen terkait