• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Istilah dan Batasan Agroforest

4.2. Karakteristik Agroforest

4.2.1. Karakteristik Umum Lokasi Agroforest 4.2.1.1. Lokasi Gunung Mananggel dan Aksesnya

Gunung Mananggel merupakan bukit tertinggi di daerah perbukitan yang terhampar di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Cianjur, Cugenang hingga Mande. Gunung Mananggelnya sendiri masuk ke dalam dua desa yaitu Leuwikoja dan Mekarjaya di Kecamatan Mande. Semua kawasan ini merupakan kawasan terbuka hijau yang tersisa di dekat pusat Kota Cianjur.

sumber : googleearth.com Gambar 1. Lokasi Gunung Mananggel

Gunung Mananggel dikelilingi oleh sawah di bagian bawahnya yang bertopografi datar lalu pemukiman. Daerah yang berbukit membuat daerah ini tidak digarap menjadi sawah dan tidak padat oleh pemukiman manusia. Akses masuk ke lokasi ini juga sulit. Jalan aspal sudah dibuat mengelilingi dan sedikit memasuki daerah perbukitan itu. Jalan masuk ke perbukitan ini di beberapa sisi gunung tersebut harus melalui permukiman terlebih dulu lalu persawahan.

4.2.1.2 Topografi Gunung Mananggel

Lahan agroforest milik masyarakat terletak pada lereng Gunung Mananggel yang berbukit. Lahan agroforest ini berbatasan dengan hutan lindung milik negara di bagian atasnya hingga ke puncak pegunungan ini. Bagian bawah agroforest milik masyarakat merupakan daerah dengan topografi yang relatif datar dan dialiri oleh beberapa aliran sungai. Daerah yang datar ini ditanami sawah.

Daerah pemukiman terletak di daerah datar juga namun lebih jauh lagi dari lahan agroforest mendekati jalan-jalan aspal.

Hutan lindung terletak di tengah, dikelilingi oleh lahan agroforest atau agroforest milik masyarakat. Hutan lindung yang seharusnya berupa hutan dan lebih lebat daripada agroforest ini kondisinya justru sebaliknya hanya tersisa beberapa pohon saja di antara agroforest palawija.

Gambar 2. Transek agroforest di Gunung Mananggel

Titik tertinggi dari kawasan perbukitan Gunung Mananggel adalah puncak Gunung Mananggel yang bernama “Sang Hyang Tapak” karena konon terdapat jejak kaki Prabu Siliwangi. Puncak ini memiliki ketinggian ± 800 mdpl dan berstatus hutan lindung. Daerah Gunung Mananggel ini merupakan daerah perbukitan yang memiliki kelerengan dari curam hingga sangat curam. Perbukitan dapat dipastikan bukan terbentuk karena aktivitas vulkanik karena tidak ditemukan kawah di daerah tersebut. Satu-satunya gunung berapi terdekat adalah Gunung Gede dan Pangrango

4.2.1.3 Kondisi Sosial Ekonomi Kecamatan Mande

Kecamatan Mande memiliki luasan 105,20 km² dan memiliki jumlah penduduk 66.959 sehingga kepadatan penduduknya 636,5 orang/km². Kecamatan ini terbagi ke dalam 12 desa/kelurahan.

4.2.1.4. Kondisi Iklim

Suhu rata-rata di kawasan ini adalah 27˚C dan memiliki curah hujan sebesar 3200 mm sehingga dapat diklasifikasikan sebagai tipe iklim A menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson.

4.2.2. Karakteristik Umum Vegetasi Agroforest

Daerah Gunung Mananggel ini terkenal sebagai daerah penghasil durian di daerah Cianjur dan sekitarnya. Agroforest durian mendominasi luasan daerah perbukitan Gunung Mananggel. Petani lebih menyukai agroforest ini karena pemeliharaannya tidak banyak, petani cukup mengunjungi daerah ini pada saat musim panen saja setelah itu petani mengambil keputusan bahwa hasil panennya diborongkan atau dipanen dan dijual sendiri.

Selain dijual di Cianjur sendiri durian di daerah ini dibawa juga ke Bandung dan Sukabumi untuk memenuhi permintaan konsumen di daerah itu pada saat musim durian. Menurut beberapa petani, pohon durian memang ada di sini sejak awal mereka mengenal dan melihat daerah ini. Namun perbedaannya adalah dulu durian tidak mendominasi seperti sekarang ini. Pohon yang ditanam sangat beragam dan sangat rapat sehingga petani tidak harus menyiangi bagian bawah tegakan dari tumbuhan-tumbuhan yang tidak diinginkan. Diameter tegakan relatif sangat besar sehingga menyerupai hutan walaupun pohon-pohon yang ada kebanyakan adalah pohon buah.

Berdasarkan komposisinya agroforest durian di daerah ini dapat dibagi lagi menjadi dua jenis meskipun keduanya tidak dapat dipisahkan secara tegas serta ada peralihan diantara keduanya. Kedua jenis tersebut adalah agroforest durian-pisang dan durian campuran.

Agroforest durian-pisang merupakan perpaduan antara pohon durian yang mendominasi dan diselingi dengan tanaman pisang. Agroforest jenis ini hanya memiliki dua tajuk utama yaitu tajuk durian yang terletak di paling atas dan tajuk

pisang dibagian bawahnya. Menurut Foresta dan Michon (1997) dalam Foresta et al (2000) kategori agroforest seperti ini termasuk ke dalam sistem agroforestri sederhana di mana pohon utama yang mendominasi dipadukan dengan tanaman semusim. Namun kadang satu petani memiliki lebih dari satu jenis agroforest misalnya agroforest durian-pisang, durian campuran, dan agroforest karet yang batas antara masing-masing jenis tersebut tidak nampak jelas. Hanya terdapat sebagian kecil saja berupa agroforest durian-pisang ini dimana petani memaksimalkan ruang untuk pohon komersil ini dan di tajuk bagian bawahnya ditanami tanaman pisang. Pohon durian merupakan sumber pendapatan petani yang dirasakan satu tahun sekali sehingga pendapatan bulanannya diperoleh dari tanaman pisang yang dipanen satu bulan dua kali.

Agroforest durian campuran merupakan perpaduan antara pohon durian dan pohon-pohon lain seperti pohon buah dan sengon. Agroforest jenis ini merupakan agroforest yang paling tinggi keanekaragaman jenisnya karena banyak sekali jenis pohon buah yang ditanam. Di agroforest jenis ini juga kadang masih dapat dijumpai tumbuhan pisang namun jarang karena biasanya di agroforest jenis ini keadaan tajuknya sangat rapat. Tajuk agroforest ini terdiri lebih dari dua lapisan tajuk. Yang paling tinggi adalah tajuk durian pada ketinggian 15 hingga 25 meter baru pohon-pohon lain seperti menteng, kupa dan sebagainya yang membentuk dua tajuk sendiri atau lebih.

Petani agroforest karet di Gunung Mananggel ini tampaknya tidak mencampur karet dengan pohon-pohon lain sehingga agroforest karet ini membentuk vegetasi yang homogen. Meskipun demikian kadang masih dapat di jumpai satu atau dua pohon lain yang masih di pertahankan petani di areal agroforest karet tersebut. Agroforest karet di Gunung Mananggel ini dapat di jumpai di berbagai macam kelerengan dari datar hingga sangat curam meskipun demikian letaknya terpisah-pisah dipisahkan oleh jenis agroforest yang lain dan jumlahnyapun tidak banyak.

Penyiangan rutin dilakukan sehingga jarang terlihat tumbuhan yang tidak diinginkan di bawah tegakan karet ini. Tidak adanya tumbuhan bawah di tegakan karet membuat struktur vegetasi karet hanya terdiri dari satu strata tajuk saja. Karet ditanam oleh petani dengan jarak antar pohon yang diatur secara seragam.

Tegakan karet ini mulai ditanam di Gunung Mananggel pada sekitar tahun 1992 pada masa pemerintahan Presiden Soeharto sehingga diameter pohonnya belum ada yang besar karena umurnya kurang dari 20 tahun. Karet diperkenalkan oleh pemerintah kepada petani di daerah ini dengan membagikan bibit karet beserta biaya pemeliharaanya secara rutin.

Seperti tegakan karet, petani ada yang menanam tegakan sengon secara homogen sehingga strata tajuk yang terbentuk hanya satu dan jarak tanam yang diatur seragam. Karena pohon sengon membutuhkan cahaya yang cukup petani biasanya menebang pohon-pohon lain untuk menanam pohon sengon ini. Selain ditanam secara homogen banyak juga petani yang menanam pohon ini di sela-sela tegakan lain. Biasanya petani menanam pohon ini di tempat-tempat yang terang yang tidak ternaungi pohon lain atau di tempat dimana pohon lain baru ditebang. Untuk lebih mengefektifkan lahan agroforestnya. Biasanya pohon sengon ditebang pada umur sekitar lima tahun atau ketika diameter pohonnya sudah dirasa cukup untuk ditebang.

Dokumen terkait