BAB I PENDAHULUAN
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Anak Tunagrahita
2.2.1.1 Karakteristik Anak Tunagrahita
Karakteristik tunagrahita dikelompokkan menjadi dua yaitu tunagrahita secara umum dan secara khusus. Tunaghrahita secara khusus dibedakan menurut tingkatan yaitu tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, tunagrahtia berat, khusus anak brain damage, dan beberapa variasi khusus debilitas (Mumpuniarti, 2000: 37).
Anak tunagrahita memiliki karakteristik. Karakteristik tunagrahita secara umum antara lain:
1. Kecerdasan
Anak tunagrahita memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata diban-dingkan anak yang seusia dan perkembangan kecerdasannya sangat terbatas (James D. Page via Mumpuniarti, 2000: 38). Kapasitas belajarnya sangat terbatas, terutama untuk hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan cara membeo (Amin, 1995: 34).
2. Ciri Sosial
Anak tunagrahita mengalami kelambatan dibandingkan dengan anak nor-mal sebaya. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku mereka yang tidak dapat meng-urus, memelihara, dan memimpin diri sendiri (James D. Page via Mumpuniarti, 2000: 38). Waktu masih kanak-kanak mereka harus dibantu terus menerus, disuapi makanan, dipasangkan dan ditanggali pakaiannya, disingkirkan dari bahaya, awasi waktu bermain dengan anak lain, bahkan ditunjuki terus apa yang harus di-kerjakan (Amin, 1995: 35).
3. Ciri pada Fungsi Mental Lainnya
Ciri fungsi mental lainnya, mereka mengalami kesukaran dalam memu-satkan perhatian; jangkauan perhatiannya sangat sempit dan cepat beralih sehingga kurang tangguh dalam menghadapi tugas. Mereka pelupa dan mengalami kesu-karan dalam mengungkapkan kembali suatu ingatan, kurang mampu membuat asosiasi, serta sukar membuat kreasi baru (James D. Page via Mumpuniarti, 2000: 39). Mereka yang agak cerdas, biasanya menyalurkan hasrat-hasrat ke dalam
lamunan-lamunan, sedangkan yang sangat berat lebih suka menghindar dari berpikir (Amin, 1995: 36).
4. Ciri Dorongan dan Emosi
Perkembangan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda sesuai de-ngan tingkatan masing-masing. Anak tunagrahita yang berat dan sangat berat hampir tidak memperlihatkan dorongan untuk mempertahankan diri; dalam ke-adaan haus dan lapar tidak menunjukkan tanda-tandanya, mendapat perangsang yang menyakitkan hampir-hampir tidak memiliki kemampuan untuk menjauhkan diri (James D. Page via Mumpuniart, 2000: 39). Anak yang tidak terlalu berat tunagrahitanya mempunyai kehidupan emosi hampir sama dengan anak normal tetapi kurang kaya, kurang kuat, kurang beragam, kurang mampu menghayati pe-rasaan bangga, tanggung jawab, dan hak sosial (Amin, 1995: 37).
5. Ciri Kemampuan dalam Bahasa
Anak tunagrahita memiliki kemampuan bahasa sangat terbatas pada per-bendaharaan kata terutama kata yang abstrak. Anak tunagrahita kategori berat banyak yang mengalami gangguan bicara ( Mumpuniarti, 2000: 39).
6. Ciri Kemampuan dalam Bidang Akademis
Mereka sulit mencapai bidang akademis membaca dan kemampuan meng-hitung yang problematis, tetapi dapat dilatih dalam mengmeng-hitung yang bersifat per-hitungan (Mumpuniarti, 2000: 40).
7. Ciri Kepribadian
Anak tunagrahita tidak mampu untuk mengarahkan diri sehingga segala sesuatu yang terjadi pada dirinya tergantung pengarahan dari luar (Mumpuniarti, 2000: 40).
8. Ciri Kemampuan dalam Organisme
Kemampuan anak tunagrahita berat untuk mengorganisasi keadaan dirinya sangat jelek (Mumpuniarti, 2000: 40).
Anak tunagrahita memiliki karakteristik secara khusus menurut tingkatan-nya sebagai berikut.
1. Karakteristik Tunagrahita Ringan
Karakteristik fisik seperti anak normal, hanya sedikit mengalami kelam-batan dalam kemampuan sensomotorik. Karakteristik psikis sukar berpikir abstrak dan logis, kurang memiliki kemampuan analisis, asosiasi lemah, fantasi lemah, kurang mampu mengendalikan perasaan, mudah dipengaruhi, dan kepribadian ku-rang harmonis karena tidak mampu menilai baik dan buruk. Mereka memiliki karakteristik sosial mampu bergaul dan menyesuaikan diri di lingkungan yang tidak terbatas pada keluarga saja, namun ada yang mampu mandiri dalam ma-syarakat, mampu melakukan pekerjaan yang sederhana dan melakukannya secara penuh sebagai orang dewasa (Mumpuniarti, 2000: 41-42). Mereka banyak yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya. Pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun, itupun hanya sebagian dari mereka (Amin,1995: 37).
2. Karakteristik Tunagrahita Sedang
Karakteristik psikis anak tunagrahita hampir tidak mempunyai inisiatif, ke-kanak-kanakan, sering melamun atau sebaliknya hiperaktif. Karakteristik sosial, banyak di antara mereka yang sikap sosialnya kurang baik, rasa etisnya kurang dan nampak tidak mempunyai rasa terima kasih, belas kasihan, dan rasa keadilan (Mumpuniarti, 2000: 41-43). Mereka masih mempunyai potensi untuk belajar me-melihara diri dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dan dapat mempelajari beberapa pekerjaan yang mempunyai arti ekonomi. Pada umur dewasa mereka baru mencapai kecerdasan yang sama dengan anak umur 7 atau 8 tahun (Amin, 1995: 39).
3. Karakteristik Tunagrahita Berat dan Sangat Berat
Tunagrahita berat dan sangat berat memiliki karakteristik fisik umumnya tidak dapat berjalan, jasmaninya lemah, tidak stabil dan alat pencernaannya kurang berfungsi dengan baik. Mereka memiliki karakteristik psikis sukar mengerti pe-rintah sederhana, mempunyai sifat perusak, sifat kekanak-kanakan, senang menya-kiti diri sendiri dan senang menyendiri. Karakteristik sosial yang dimiliki mereka yaitu kontak dengan orang lain sangat terbatas, tidak mempunyai rasa kasih sa-yang, apatis terhadap sekitarnya, serta hidup dan tingkah lakunya dikuasai oleh mekanisme gerakan yang berlangsung di luar kemampuan dan kesadarannya (Mumpuniarti, 2000: 43-44). Pada umumnya, mereka tidak dapat membedakan yang berbahaya dan yang tidak berbahaya, tidak mungkin berpartisipasi dengan lingkungan sekitarnya. Tingkat kecerdasan mereka hanya dapat berkembang pa-ling tinggi seperti anak normal yang berumur 3 atau 4 tahun (Amin,1995: 41).
4. Karakteristik Anak Rusak Otak
Karakteristik fisik yang dimiliki anak rusak otak yaitu adanya gangguan pengamatan sehingga anak tidak memiliki rangsangan yang diperlukan, hiperaktif motorik, koordinasi mata dan tangan kurang baik. Karakteristik psikis, anak mela-kukan suatu aktivitas yang berulang-ulang, memberi reaksi kepada setiap rang-sangan, tidak sanggup mengamati keseluruhan, penghayatan terhadap sekitar tidak teratur, kurang bisa mengikuti petunjuk dalam belajar. Karakteristik sosial, anak kadang-kadang tidak bereaksi dalam proses komunikasi (Mumpuniarti, 2000: 44-45).
5. Beberapa Variasi Debilitas
Anak debilitas memiliki tingkat kecacatan seperti anak tunagrahita ringan, antara lain:
a. Idiot savant, adalah anak debil yang ingatannya kuat, tetapi hanya terbatas pada beberapa hal, seperti lagu-lagu, jadwal perjalanan kereta api, tanggal dalam kalender.
b. Pseudo debil, mereka bertingkah seperti debil tetapi setelah pemeriksaan menunjukkan hasil tidak debil.
c. Debilitas yang harmonis, anak menunjukkan kepribadian yang baik hanya mempunyai hambatan prestasi belajar.
d. Debilitas yang disharmonis, anak menunjukkan prestasi belajar rendah dan kepribadian yang terganggu (Mumpuniarti, 2000: 45).