• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Analisis Wacana Kritis

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 41-52)

8) Khalayak mempunyai penafsiran tersendiri atas berita. Kaum konstruksionis memandang bahwa khalayak bukanlah subjek yang pasif,

2.4 Analisis Wacana

2.4.3 Karakteristik Analisis Wacana Kritis

Wacana di sini tidak dipahami sebagai studi bahasa semata yang memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis di sini agak berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistic tradisional. Bahasa bukan hanya untuk menggambarkan aspek kebahasaan semata, namun juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dari praktik tertentu, termasuk tujuan kekuasaan.

Menurut Fairclough dan Wodak10, analisis wacana kritis melihat wacana, pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial. Menggambarkan wacana sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan dialektis (pemikiran berdasarkan kenyataan yang ada) diantara peristiwa diskursif (menyimpang) tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya. Dan bisa jadi praktik wacana bisa menampilkan efek ideologi : ia dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan itu direpresentasekan dalam posisi sosial. Melalui wacana sebagai contoh; keadaan yang rasis (perbedaan ras), seksis, atau

ketimpangan dari kehidupan sosial dipandang sebagai suatu common sense, suatu kewajaran/alamiah, dan memang seperti itu kenyataannya. Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting, yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan di masyarakat yang terjadi. Mengutip Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing. Berikut ini disajikan karakteristik penting dalam analisis wacana kritis :

Tindakan (Action). Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action). Dengan pemahaman semacam ini mengasosiasikan (persekutuan) wacana sebagai bentuk interaksi dan wacana bukan di tempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal. Orang berbicara atau menulis bukan ditafsirkan sebagai ia menulis atau berbicara untuk dirinya sendiri, tetapi orang menulis, berbicara dan menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain, dengan pemahaman ini ada beberapa konsekuensi sebagaimana wacana harus dipandang : 1. Wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyangga, bereaksi dan lain sebagainya, entah maksud dan tujuannya besar atau kecil. 2. Wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran.

Konteks. Analisis Wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti; latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana di sini

dipandang, diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Mengikuti Guy Cook, analisis wacana juga memeriksa konteks dari komunikasi; Siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa, dalam jenis khalayak (tempat) dan situasi apa, melalui medium apa, bagaimana perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi, dan hubungan untuk masing-masing setiap pihak. Titik tolak dari wacana di sini, bahasa tidak bisa dimengerti sebagai mekanisme internal dari linguistic semata, bukan suatu objek yang diisolasi dalam ruang tertutup, namun bahasa dipahami secara keseluruhan. Menurut Guy Cook, ada tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana yaitu : 1. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak dilembar kertas, tetapi semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya. 2. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti, partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya. 3. Dan Wacana di sini dimaknai sebagai teks dan konteks secara bersama-sama. Titik perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi. Di sini dibutuhkan tidak hanya proses kognisi (pengamatan) dalam arti umum, tetapi juga gambaran spesifik dari budaya yang dibawa. Studi bahasa di sini yaitu : memasukkan konteks karena bahasa selalu berada di dalam konteks, dan tidak ada tindakan komunikasi tanpa partisipan, interteks, situasi, dan sebagainya.

Wacana tidak dianggap sebagai wilayah yang konstan, terjadi di mana saja, kapan saja dan dalam situasi apa saja. Wacana dibentuk sehingga harus ditafsirkan dalam kondisi dan situasi yang khusus. Wacana kritis Mendefinisikan teks dan percakapan pada situasi tertentu, meskipun demikian tidak semua konteks dimasukkan dalam analisis, hanya yang relevan dan dalam banyak hal berpengaruh atas produksi dan penafsiran teks yang dimasukkan dalam analisis. Beberapa konteks penting karena berpengaruh pada produksi wacana : 1. Partisipan wacana, latar siapa yang memproduksi wacana seperti; jenis kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial, etnis, agama dan banyak hal relevan dalam menggambarkan wacana. Misalnya seorang berbicara dalam pandangan tertentu karena ia laki-laki atau karena berpendidikan. 2. Setting sosial tertentu seperti; tempat, waktu, posisi pembicara, dan pendengar atau lingkungan fisik adalah konteks yang berguna untuk mengerti suatu wacana. Misalnya berbicara ditempat kuliah berbeda dengan di jalan, di kantor dengan di kantin. 3. Setting seperti; tempat itu privat atau publik, dalam suasana formal atau non formal atau pada ruang tertentu memberikan wacana tertentu pula. Misalnya berbicara di pengadilan berbeda dengan di pasar, dirumah berbeda dengan di ruang kelas. Karena situasi sosial dan aturan yang melingkupinya berbeda pula, menyebabkan partisipan komunikasi harus menyesuaikan diri dengan konteks yang ada. Maka wacana mesti dipahami dan ditafsirkan dari kondisi dan lingkungan sosial yang mendasarinya.

Historis. Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu. Misalnya; kita melakukan analisis wacana teks selebaran mahasiswa menetang Soeharto. Pemahaman mengenai wacana teks ini hanya akan diperoleh kalau kita bisa memberikan konteks historis di mana teks itu diciptakan. Bagaimana situasi sosial politik pada saat itu, maka untuk melakukan analisis perlu tinjauan untuk mengerti mengapa wacana yang berkembang atau dikembangkan seperti itu ?, mengapa bahasa yang dipakai seperti itu ?, dan seterusnya.

Kekuasaan. Dalam tahap ini, setiap wacana yang muncul dalam bentuk teks, percakapan atau apapun tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat. Seperti kekuasaan laki-laki dalam wacana mengenai seksisme, kekuasaan kulit putih terhadap kulit hitam dalam wacana mengenai rasisme. Dalam analisis wacana kritis tidak ada pembatasan diri pada detil teks atau struktur wacana saja, tetapi juga menghubungkan dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya tertentu. Percakapan antara majikan dengan buruh bukanlah percakapan yang alamiah, karena terdapat dominasi kekuasaan majikan

terhadap buruh tersebut. Maka aspek kekuasaan itu perlu dikritisi untuk melihat, misalnya, apa yang dikatakan buruh tadi jangan-jangan hanya untuk menyenangkan atasannya. Bukan saja pada isi wacana namun juga pada struktur wacana, karena ucapan seorang buruh dibuat sedemikian rupa agar tidak menyinggung atasan atau supaya tampak sopan, hal yang tidak dilakukan oleh atasan.

Kekuasaan dalam hubungannya dengan wacana sangat penting untuk melihat apa yang disebut sebagai kontrol. Kontrol di sini tidaklah selalu harus dalam bentuk fisik dan langsung tetapi juga kontrol secara mental atau psiskis dan biasanya dengan menggunakan akses seperti; pengetahuan, uang, dan pendidikan. Bentuk kontrol terhadap wacana bisa bermacam-macam. Bisa berupa kontrol atas konteks, yang secara mudah dapat dilihat dari siapakah yang boleh dan harus berbicara dan siapa yang hanya bisa mendengar dan mengiyakan. Seperti dalam lapangan berita, hal ini banyak ditemukan, pemilik atau politisi yang posisinya kuat menentukan sumber mana atau bagian mana yang harus di liput dan sumber mana yang tidak perlu atau dilarang untuk diberitakan. Selain konteks, kontrol juga diwujudkan dalam bentuk mengontrol struktur wacana. Seorang yang mempunyai kekuasaan yang lebih besar bukan hanya menentukan bagian mana yang harus ditampilkan dan mana yang tidak, tetapi juga bagaimana ia harus di tampilkan dan bisa juga dilihat dari penonjolan atau pemakaian kata-kata tertentu.

Ideologi. Teori-teori klasik tentang ideologi diantaranya mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka, dengan jalan membuat kesadaran kepada khalayak bahwa dominasi itu diterima secara taken of granted. Wacana dalam hal ini dipandang sebagai medium melalui mana kelompok dominan mempersuasi (bujukan) dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar. Menurut Van Dijk, dengan menjelaskan apa yang disebut dengan “kesadaran palsu”, bagaimana kelompok dominan memanipulasi ideologi kepada kelompok yang tidak dominan melalui kampanye disinformasi melalui kontrol media. Ideologi terutama dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok. Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka, dan memberikan kontribusi dalam membentuk solidaritas dan kohesi di dalam kelompok. Dalam perspektif ini ideologi mempunyai implikasi penting : 1. Ideologi secara inheren bersifat sosial, tidak personal atau individual. 2. Ideologi meskipun bersifat sosial, ia digunakan secara internal diantara anggota kelompok atau komunitas yang di mana ideologi tidak hanya menyediakan fungsi koordinatif dan kohesi namun juga untuk membentuk identitas diri kelompok dan membedakan dengan kelompok lain.

Semua karakteristik penting dari analsis wacana kritis tentunya membutuhkan pola pendekatan analisis. Hal ini diperlukan untuk memberi penjelasan bagaimana wacana di kembangkan maupun mempengaruhi khalayak. Michael Foucault adalah salah satu pemikir yang mengembangkan teori wacana. Dalam studinya, Ia memperlihatkan bahwa manusia muncul karena susunan kata-kata dan benda yang diubah-ubah

Lebih lanjut dijelaskan bahwa, sepenggal masa yang disebut modernitas ini menghasilkan susunan yang memberi tempat istimewa pada diri manusia yang sadar diri. Susunan yang dimaksudkan Foucault adalah keretakan hubungan subyek (kata-kata) dan obyek (benda-benda) yang karena suatu hal diutuhkan kembali. Suatu hal yang membuat keretakan hubungan subyek dan obyek di utuhkan kembali adalah kekuasaan dan kekuasaan itu diproduksi oleh wacana. Bagaimana wacana diproduksi, siapa yang memproduksi dan apa efek produksi wacana?.

Yang bisa menjawab pertanyaan diatas adalah konsep wacana Michael Foucault. Dalam konsepnya Foucault tidak memandang wacana sebagai serangkaian kata atau preposisi dalam teks tetapi memproduksi yang lain (sebuah gagasan, konsep atau efek)

Wacana secara sistematis dalam ide, opini, konsep dan pandangan hidup di bentuk dalam konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak.

Salah satu konsep radikal Foucault adalah tentang hubungan pengetahuan dan kekuasaan. Tesis keras yang disampaikanya adalah bahwa ilmu-ilmu kemanusiaan merupakan perpaduan yang tidak terpisahkan dari pengtahuan dan kekuasaan. Dalam buku Dicipline and Punish (1976) “ dia memperlihatkan bagaimana jaman klasik dan moderen. Kelahiran penjara modern adalah penampilan kedaulatan negara memonopoli kekerasan atas warganya untuk melangengkan kekuasaan

Pengetahuan adalah mesin kekuasaan dan di sebutnya sebagai “bio power” untuk membentuk individu-individu menjadi subyek-subyek yang menghasilkan pengetahuan untuk memantau diri atau disebut “teknik kehadiran” (techniques of self) dan manipulasi. Melalui wacana individu bukan hanya memantau dirinya tetapi juga dibentuk, dikontrol dan didisiplinkan. Misalnya pembagian kerja dalam rumah tangga.

Pertanyaan selanjutnya yang penting untuk di jawab dalam CDA adalah bagaimana terbentuknya bangunan wacana? Studi analisis wacana seperti yang dijelaskan sebelumnya bukan sekedar mengenai pernyataan, tetapi juga struktur dan tata aturan wacana. Struktur analisis wacana tentunya tidak terlepas dari keterkaitan atau hubungan antara wacana dengan kenyataan. Kenyataan atau realitas dipahami sebagai seperangkat konstruksi sosial yang dibentuk melalui wacana. Dalam CDA, khususnya teori wacana Foucault hal ini disebut struktur diskursif.

dalam batas-batas yang telah ditentukan. Batasan tersebut dicirikan oleh obyek, definisi dari prespektif yang paling dipercaya da dianggap benar. Presepsi kita terhadap suatu obyek dibentuk dan dibatasi oleh paraktik diskursif atau dibatasi oleh pandangan yang mendefinisikan sesuatu yang ini benar dan yang lainya salah. Konsekuensinya adalah bahwa pandangan tertentu membatasi pandangan khalayak dan mengarahkan pada jalan pikiran tertentu dan menghayati itu sebagi sesuatu yang benar

Ciri lain yang tidak kala penting dalam pembacaan wacana Foucault adalah cirri utama wacana ialah kemampuanya untuk menjadi satu himpunan yang berfungsi membentuk dan melestarikan hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu masyarakat. Dalam suatu masyarakat biasanya terdapat berbagai macam wacana yang berbeda satu sama lain, namun kekuasaan memilih dan mendukung wacana tertentu sehingga wacana tersebut manjadi dominan , sedangkan wacana lain “terpinggirkan” (marginalized) atau “terpendam” (submerged)

Ada dua konsekuensi dari wacana dominant : pertama, wacana dominan memberikan arahan bagaimana subyek harus dibaca dan dipahami. Pandangan lebih luas menjadi terhalang karena yang diberikan adalah pilihan yang sudah paten dan siap pakai. Kedua, struktur diskursif yang tercipta atas suatu obyek tidak berarti kebenaran. Batasan yang tercipta tersebut hanya membatasi pandangan kita, tetapi juga menyebabkan wacana lain menjadi tidak domianan dan terpinggirkan.

Proses terpingirkannya wacana membawa implikasi: pertama, khalayak tidak diberi kesempatan untuk mendapatkan informasi yang beragam dan berbagai sudut mengenai suatu peristiwa. Kedua, bisa jadi peminggiran wacana menunjukan praktik ideologi. Acap kali sesorang, kelompok, gagasan, tindakan, kegiatan terpinggirkan menjadi marjinal melalaui penciptaan wacana-wacana tertentu

Teori wacana kritis yang kemukakan Foucault, secara metodologi analisis banyak di adopsi oleh Sara Mills. Mills menjadikan teori wacana Foucault sebagai ground teori untuk analisis wacana kritis. Pendekatan wacana yang mengguanakan teori Foucault sebgai grounded disebut sebagai Analsis Wacana Pendekatan Prancis ( French Discourse Analysis). Sara Mills merupakan salah satu penganut dari teori ini. Walaupun lebih dikenal sebagai seorang feminis, metode anlisisnya sangat cocok untuk menggambarkan realasi kekuasaan dan ideologi yang dibahas dalam penelitian ini.

Konsep dasar pemikiran Mills lebih melihat pada bagaimana aktor ditampilkan dalam teks. Posisi –posisi ini dalam arti siapa yang menjadi subyek penceritaan dan siapa yang menjadi obyek penceritaan akan manentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna diperlakuakan dalam teks secara keseluruhan. Selain itu juga diperhatikan bagaimana pembaca dan penulis ditampilkan dalam teks. Bagaimana pembaca mengidentifikasikan dirinya dalam penceritaan teks.

Posisi Subyek – Obyek, menempatkan representasi sebagai bagian terpenting. Bagaimana satu pihak, kelompok, orang, gagasan,dan peristiwa ditampilkan dengan cara tertentu dalam wacana dan mempengaruhi pemaknaan khalayak.

Penekananya adalah bagaimana poisisi dari aktor sosial, posisi gagasan, atau peristiwa ditempatkan dalam teks.

Posisi pembaca dalam teks, menurut Mills sangat penting dan diperhitungkan karena pemabaca bukan semata-mata pihak yang hanya menerima teks, tetapi juga ikut melaksanakan transaksi sebagaimana akan terlibat dalam teks

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 41-52)

Dokumen terkait