PANDANGAN PLURALIS PANDANGAN KRITIS
Nilai dan ideologi wartawan berada di luar proses pelipatan berita.
Nilai dan ideologi wartawan tidak dapat dipisahkan dari proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa.
Wartawan berperan sebagai pelopor. Wartawan berperan sebagai partisipan dari kelompok yang ada dalam masyarakat,
Tujuan peliputan dan penulisan berita: eksplanasi (keterangan, penjelasan) dan menjelaskan apa adanya memburukkan kelompok.
Tujuan pelipatan dan penulisan berita: pemihakan kelompok sendiri dan atau pihak lain.
Penjaga gerbang. Sensor diri.
Landasan etis. Landasan ideologis.
Profesionalisme sebagai keuntungan. Profesionalisme sebagai kontrol. Wartawan sebagai bagian dari tim
untuk mencari kebenaran.
Sebagai pekerja yang mempunyai posisi berbeda dalam kelas sosial. Pendekatan pluralis menekankan agar nilai dan hal-hal di luar objek dihilangkan dalam proses pembuatan berita. Artinya pertimbangan moral yang
dalam banyak hal selalu bisa diterjemahkan sebagai bentuk sebagi bentuk keberpihakan haruslah disingkirkan. Intinya realitas haruslah di dudukkan dalam fungsinya sebagai realitas yang faktual, dan tidak boleh dikotori oleh pertimbangan subjektif.
Wartawan hanya berfungsi sebagai pelapor yang menjalankan tugas untuk memberitakan fakta, dan tidak diperkenankan memunculkan pertimbangan moral atau nilai tertentu, karena pertimbangan-pertimbangan dapat menjauhkan berita dari realitas/fakta sesungguhnya.
Paradigma kritis justru sebaliknya, aspek etika, moral dan nila-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dari pemberitaan media. Wartawan bukanlah robot yang meliput apa adanya dan apa yang dia lihat. Moral yang dalam banyak hal berarti keberpihakan dalam suatu kelompok atau nilai tertentu-umumnya dilandasi oleh keyakinan tertentu- adalah bagian yang integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi realitas. Maka menurut fungsinya tersebut wartawan mencari dan menulis berita bukan hanya untuk
eksplanasi (penjelas) tetapi membentuk realitas sesuai dengan kepentingan
kelompoknya.
Perbedaan mendasar antara pandangan pluralis dan pandangan kritis kemudian dijelaskan lebih lanjut oleh Mark Schulman sebagai berikut : 1. Pandangan pluralis melihat wartawan berada dalam suatu sistem yang otonom dan bekerja menurut sistem yang ada. Wartawan adalah bagian dari sistem
pembagian kerja yang ada. Bahasa teknis yang sering dipakai adalah penjaga
gerbang, wartawa mempunyai tugas tersendiri untuk mencari berita di lapangan,
redaktur mempunyai tugas tersendiri, editor mempunyai tugas dan peran tersendiri. Sistem dan pembagian kerja telah membuat sedemikian rupa sehingga orang tinggal melaksanakannya dan inilah prinsip profesionalisme yang dipercaya oleh pandangan pluralis “saya tidak membuat aturan, dan saya hanya perlu mengikutinya”, inilah bahasa yang sering dipakai untuk menggambarkan bagaimana seseorang hanya menjadi bagian dari sistem yang ada. Pandangan seperti ini berbeda dengan pandangan kritis. Kerja wartawan, “kenapa ia bekerja seperti ini bukan seperti itu, kenapa harus menulis yang seperti ini bukan yang seperti itu”. Wartawan bukanlah sebuah penjaga gerbang melainkan adalah bagian dari kontrol dan sensor diri. Pihak elite yang menjadi bagian dari media sengaja mengontrol wartawan dengan memberikan hukuman bagi yang tidak mengikuti aturan dan imbalan bagi yang mematuhinya. Maka kerja wartawan bukanlah diatur dalam proses pembagian kerja tetapi dari kontrol kesadaran kelas mereka dalam posisi dengan kelompok elite. 2. berhubungan dengan landasan apa yang dipakai oleh wartawan ketika meliput dan menulis berita . dalam pandangan
pluralis, fakta apa yang ditulis, bagian mana yang ditonjolkan, fakta apa yang
seharusnya tidak ditulis dan semua proses kerja journalistic pada dasarnya diatur dengan pertimbangan etis dan profesional. Landasan profesional itu sering ditandakan dengan berbagai term (batasan) seperti; layak berita, nilai berita, dan sebagainya. Sebaliknya dalam pandangan kritis, semua proses dan kerja berita bukanlah didasarkan pada landasan etis dan profesional namun juga landasan
ideologis. Kenapa wartawan tidak menulis suatu fakta, kenapa berita ditulis
dengan cara tertentu bukanlah karena pertimbangan etis dan profesional tetapi pertimbangan ideologis. Dan ideologilah ysng mendorong wartawan untuk menulis berita dengan cara seperti itu. 3. Bagaimana profesionalisme dipandang dan dilihat. Dalam pandangan pluralis, profesionalisme adalah elemen yang menguntungkan, karena dengan cara itu proses produksi berita dapat berjalan. Prinsip seperti menyelesaikan tugas, deadline, adalah bagian dari kerja
profesional yang menguntungkan dan membuat produksi berita berjalan secara
konstan. Maka dalam pandangan ini bahwa wartawan yang baik adalah wartawan yang menyelesaikan tugasnya dengan baik. Nam,un dalam pandangan kritis, sebaliknya melihat prinsip profesionalisme sebagai bagian dari kontrol, ia merupakan praktik dari pendisiplinan, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh, apa yang benar dan yang boleh dilakukan, apa yang salah dan tidak boleh dilakukan oleh wartawan. Maka kebebasan wartawan dibatasi dengan berbagai kontrol dan konsep yang membuat wartawan hanya menjadi sekrup dari sistem yang sebetulnya menindas. 4. Berkaitan dengan hubungan antara wartawan dengan orang lain dalam media. pandangan pluralis melihat wartawan adalah bagian dari satu tim yang tujuan akhirnya adalah menyingkap kebenaran atau menciptakan berita baik untuk khalayak. Namun dalam pandangan kritis, wartawan adalah pekerja, yang bukan merupakan salah satu anggota tim sebagaimana yang digambarkan, tetapi sebagai seorang pemain dari serangkaian orang dengan posisi yang berbeda dan saling bertarung di mana tujuan akhirnya adalah mengontrol agar pandangannya lebih diterima dan mewarnai pemberitaan.
Maka ekuilibrium (keseimbangan) dalam arti kebenaran tidak mungkin dicapai karena kebenaran yang tercipta bukanlah hasil dari keseimbangan lalu lintas informasi dari masing-masing orang dalam media, tetapi lebih sebagai sikap elite media yang lebih mempunyai posisi, peluang, dan kesempatan untuk memaknai peristiwa dan mewujudkannya dalam berita.