• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.2 Dinamika KTH Girimukti 1 Karakteristik KTH Girimukt

5.2.2 Karakteristik Anggota KTH Girimukt

Karakteristik contoh anggota KTH Girimukti (responden) yang diamati meliputi: usia anggota, tingkat pendidikan, pekerjaan utama dan sampingan, ukuran keluarga, masa keanggotaan, pendapatan dan pengeluaran keluarga, serta luas kepemilikan lahan yang akan dijelaskan sebagai berikut.

Usia

Berdasarkan data yang diperoleh, umur responden paling banyak berada pada selang (41-49) tahun (40%) dengan sebaran usia antara 29-60 tahun dan rata- rata usia 43,9 tahun, seperti yang disajikan pada Tabel 6. Mengacu pada Statistik Indonesia (2006) usia di bawah 15 tahun umunya dianggap belum produktif dan di atas 65 tahun sudah tidak produktif lagi karena sudah melewati usia pensiun (56 tahun). Sebagian besar jumlah anggota KTH Girimukti berada pada usia produktif sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemandirian.

Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan usia

Usia (tahun) N % 1. 20-40 9 30,00 2. 41-49 12 40,00 3. 50-59 8 26,67 4. ≥ 60 1 3,33 Total 30 100,00 Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan responden paling banyak (70%) hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD), dan sebanyak 13,33% menamatkan SMP, serta 3,33% menamatkan perguruan tinggi, seperti yang disajikan pada Tabel 7. Tingkat pendidikan formal bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh positif terhadap kegiatan pengelolaan hutan rakyat, karena petani dapat menambah pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan non formal seperti pelatihan dan penyuluhan (Witantriasti 2010).

Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan N %

1. Sekolah Dasar (SD) 21 70,00

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 4 13,33

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) 4 13,33

4. Perguruan Tinggi 1 3,33

Total 30 100,00

Pekerjaan

Jenis pekerjaan utama responden paling banyak (63,33%) sebagai petani dan terdapat 23,33% buruh tani, sisanya pedagang, dan lain-lain (guru SD dan perangkat desa). Sebanyak 50% responden tidak memiliki pekerjaan sampingan. Sementara itu, jenis pekerjaan sampingan responden paling banyak (20%) adalah

buruh tani dan sisanya petani, buruh bangunan, pedagang, dan lain-lain (buruh pabrik, supir, dan pengurus PNPM), seperti yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan Pekerjaan N % Pekerjaan Utama 1. Petani 19 63,33 2. Buruh Tani 7 23,33 3. Pedagang 2 6,67

4. Lain-lain (Guru SD, Perangkat Desa) 2 6,67

Total 30 100,00

Pekerjaan Sampingan

1. Tidak Ada Pekerjaan Sampingan 15 50,00

2. Petani 3 10,00

3. Buruh Tani 6 20,00

4. Buruh Bangunan 2 6,67

5. Pedagang 1 3,33

6. Lain2 (Buruh Pabrik,Supir, Pengurus PNPM) 3 10,00

Total 30 100,00

Ukuran Keluarga

Menurut BKKBN (1998), pengelompokan besar rumah tangga keluarga dikelompokkan sebagai berikut: 1) keluarga kecil (≤ 4 orang); 2) keluarga sedang (5-7 orang); dan 3) keluarga besar (> 7 orang). Ukuran keluarga responden paling banyak (93,33%) tergolong keluarga kecil dan sisanya keluarga sedang, seperti yang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan ukuran keluarga

Ukuran Keluarga N %

1. Keluarga Kecil (≤ 4 orang) 28 93,33

2. Keluarga Sedang (5-7 orang) 2 6,67

3. Keluarga Besar (> 7 orang) 0 0,00

Total 30 100,00

Masa Keanggotaan

Salah satu bentuk pemeliharaan kelompok adalah adanya upaya mendapatkan anggota baru. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan masa keanggotaan kelompok. Masa keanggotaan responden didominasi (90%) oleh anggota yang baru bergabung ≤ 5 tahun, seperti yang disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan masa keanggotaan Masa Keanggotaan N % 1. ≤ 5 tahun 27 90,00 2. 6-10 tahun 1 3,33 3. > 10 tahun 2 6,67 Total 30 100,00 Pendapatan

Pendapatan adalah sejumlah dana yang dihasilkan responden per bulan yang dinilai dalam bentuk uang. Sebanyak 50% responden memiliki jumlah pendapatan per bulan sebesar >Rp 800.000,- sampai Rp 1.600.000,-. Namun ada 10% responden yang memiliki pendapatan di atas Rp 3.200.000,- seperti yang disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan pendapatan per bulan

Pendapatan (Rp) N % 1. ≤ 800.000 8 26,67 2. > 800.000 – 1.600.000 15 50,00 3. > 1.600.000 – 2.400.000 3 10,00 4. > 2.400.000 - 3.200.000 1 3,33 5. > 3.200.000 3 10,00 Total 30 100,00 Pengeluaran

Pengeluaran adalah sejumlah dana yang dikeluarkan responden per bulan yang dinilai dalam bentuk uang. Sebanyak 63,33% responden memiliki jumlah pengeluaran per bulan sebesar >Rp 500.000,- sampai Rp 1.000.000,-. Namun ada 6,67% responden yang memiliki pengeluaran di atas Rp 1.500.000,- seperti yang disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Distribusi responden berdasarkan pengeluaran per bulan

Pengeluaran (Rp) N % 1. ≤ 500.000 3 10,00 2. > 500.000 – 1.000.000 19 63,33 3. > 1.000.000 – 1.500.000 6 20,00 4. > 1.500.000 2 6,67 Total 30 100,00

Luas Kepemilikan Lahan

Luas kepemilikan lahan responden sebagian besar (63,33%) seluas (>0,10–0,50) hektar. Namun ada 3,33% responden yang memiliki luas

kepemilikan lahan lebih besar dari 1 hektar, seperti yang disajikan pada Tabel 13. Hal ini sejalan dengan penelitian Hardjanto (2003) yang menyatakan bahwa luasan hutan rakyat yang dimiliki oleh petani kecil, menengah, maupun besar, sebagian besar relatif sempit (kurang dari 1 hektar).

Tabel 13. Distribusi responden berdasarkan luas kepemilikan lahan

Luas Lahan (hektar) N %

1. ≤ 0,10 4 13,33 2. > 0,10 – 0,50 19 63,33 3. > 0,50 – 1,00 6 20,00 4. > 1,00 1 3,33 Total 30 100,00 5.2.3 Unsur dinamika KTH

Unsur-unsur dinamika kelompok yang diteliti terdiri dari: 1) tujuan kelompok; 2) struktur kelompok; 3) fungsi tugas kelompok; 4) pembinaan dan pemeliharaan kelompok; 5) kekompakan kelompok; 6) suasana kelompok; 7) tekanan kelompok; dan 8) efektivitas kelompok. Komponen-komponen ini memiliki hubungan dalam mencapai tujuan kelompok secara efektif. Skor dinamika KTH yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Skor dinamika kelompok

Dimensi Dinamika Kelompok Persentase

(%)* Kategori

1. Tujuan Kelompok 86,2 Tinggi

2. Struktur Kelompok 85,1 Tinggi

3. Fungsi Tugas Kelompok 86,3 Tinggi

4. Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok 81,6 Tinggi

5. Kekompakan Kelompok 88,4 Tinggi

6. Suasana Kelompok 84,0 Tinggi

7. Tekanan Kelompok 79,2 Tinggi

8. Efektivitas Kelompok 81,5 Tinggi

Total 84,0 Tinggi

Keterangan: * Persentase pencapaian skor rataan terhadap skor maksimum

Tujuan Kelompok

Tujuan kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti dapat dijelaskan sebagai berikut: Ada 2 sub indikator yang digunakan untuk melihat tujuan

kelompok, yaitu: 1) sifat dan kejelasan tujuan kelompok dan 2) kesesuaian rencana kerja dengan keinginan dan kebutuhan anggota kelompok.

Kelompok sudah merumuskan tujuan bersama secara tertulis. Sebagian besar responden menyatakan bahwa tujuan kelompok ditetapkan melalui musyawarah dan sudah dipahami oleh anggota. Tujuan umum dibentuknya KTH Girimukti adalah meningkatkan kerja sama petani dalam melakukan kegiatan pengelolaan hutan rakyat. Tujuan khususnya adalah: meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota dalam bertani, meningkatkan pendapatan keluarga anggota dan memupuk kerja sama anggota dalam pemenuhan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi. Dengan demikian, KTH Girimukti akan lebih dinamis. Hal ini sesuai dengan penelitian Yunasaf (2008) yang menyatakan bahwa, kelompok tani yang memiliki tujuan yang lebih spesifik akan mendorong kedinamisan kelompok tani tersebut.

Kelompok telah memiliki rencana kerja dan rencana kebutuhan yang sejalan dan sesuai dengan keinginan anggota. Sebagian besar responden menyatakan rencana kerja dan rencana kebutuhan merupakan keinginan para anggota. Program kelompok sebagaimana dijelaskan sebelumnya telah ada dan telah berjalan, salah satunya adalah kegiatan pemeliharaan tanaman yaitu membentuk usaha pembuatan pupuk organik/kompos setiap tiga bulan sekali. Kegiatan yang terjadwal telah diketahui oleh sebagian besar anggota, terbukti dari data penelitian hampir seluruh responden menyatakan bahwa penetapan waktu kegiatan telah ditetapkan bersama kelompok.

Kebutuhan kelompok dipenuhi berdasarkan skala prioritas yang diputuskan bersama di dalam musyawarah, terbukti dari data penelitian, sebagian besar responden menyatakan kelompok memiliki daftar kebutuhan yang ingin dipenuhi untuk menjamin kemajuan kelompok. Pada saat ini kelompok telah memenuhi kebutuhan anggota dalam hal penyediaan saung, alat pembuatan pupuk kompos, dan alat pengaduk semen yang disewakan kepada masyarakat yang membutuhkan dan menjadi uang masuk kas kelompok. Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil olah data, tujuan kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti termasuk ke dalam kategori tinggi (86,2%), seperti yang disajikan pada Tabel 14.

Struktur Kelompok

Struktur kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti dapat dijelaskan sebagai berikut: Ada 3 sub indikator yang digunakan untuk melihat struktur

kelompok, yaitu: 1) struktur pengambilan keputusan di dalam kelompok; 2) struktur tugas di dalam kelompok; dan 3) struktur komunikasi.

Kelompok memiliki struktur pengambilan keputusan yang jelas, terbukti dari data penelitian sebagian besar responden menyatakan semua anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama dalam proses pengambilan keputusan di dalam kelompok. Salah satunya yaitu pembuatan pupuk organik yang merupakan hasil kesepakatan bersama di dalam kelompok.

Pengurus sering berinteraksi dengan anggota pada kegiatan rutin maupun kegiatan insidental dalam hal pelaksanaan perannya di dalam kelompok, seperti pada kegiatan penerimaan bantuan bibit sengon pada tahun 2011 yang lalu. Hal ini dibuktikan dari temuan, hampir seluruh responden menyatakan sering berinteraksi dengan pengurus kelompok, mulai dari ketua, sekretaris, dan bendahara kelompok.

Kelompok sudah mengadakan pembagian tugas dengan jelas. Sebagai contoh, sekretaris kelompok memiliki tugas tertentu dan tidak mengurusi tugas ketua jika tidak dibutuhkan, demikian sebaliknya dengan ketua. Hal ini sejalan dengan temuan, sebagian besar responden menyatakan setiap anggota termasuk pengurus telah mendapatkan serta memahami peran/tugas masing-masing di dalam kelompok.

Salah satu peran ketua kelompok adalah menjalin komunikasi dengan pihak luar seperti pemerintah Kabupaten Ciamis terkait usaha pengelolaan hutan rakyat. Sehingga KTH Girimukti sering mengikuti kegiatan di luar kelompok maupun dikunjungi oleh pihak lain. Berdasarkan informasi dari pengurus kelompok, pada tahun 2004 KTH Girimukti dikunjungi oleh Pemda Provinsi Lampung terkait usaha pengelolaan hutan rakyat.

KTH Girimukti terus menjaga kekuatannya secara struktural dengan melakukan komunikasi yang efektif. Hal ini sejalan dengan temuan, sebagian besar responden menyatakan kelompok selalu mengadakan pertemuan rutin minimal sebulan sekali sehingga ada komunikasi di antara pengurus dan anggota.

Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil olah data, struktur kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti termasuk ke dalam kategori tinggi (85,1%), seperti yang disajikan pada Tabel 14.

Fungsi Tugas Kelompok

Fungsi tugas kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti dapat dijelaskan sebagai berikut: Ada 3 sub indikator yang digunakan untuk melihat fungsi tugas kelompok, yaitu: 1) pemberian kepuasaan/kemudahan dalam berkelompok; 2) proses mendapatkan dan penyebaran informasi di dalam kelompok; dan 3) pemberian penjelasan oleh kelompok.

Kelompok memberikan kemudahan dalam memperoleh bibit, kemudahan memperoleh informasi mengenai pemeliharaan tanaman, dan kemudahan dalam sub sistem pemasaran melalui mitra kelompok yaitu penggergajian kayu yang berada di sekitar Desa Sidamulih. Hal ini sejalan dengan temuan, sebagian besar responden menyatakan kelompok telah berhasil memberikan kemudahan dan manfaat kepada anggota-anggotanya dalam pengelolaan hutan rakyat.

Sebagian besar responden menyatakan, kelompok juga memotivasi anggota untuk melaksanakan tugas dan perannya sebagai anggota dan pengurus. Hal ini dilakukan misalnya dengan memberikan insentif kepada pengurus pada akhir tahun dan memberikan gambaran keuntungan yang besar bagi anggota jika mengelola hutan rakyatnya dengan baik, seperti menerapkan daur serta jarak tanam. Selain itu, hampir seluruh responden menyatakan, kelompok telah berusaha memberikan solusi terbaik terhadap masalah-masalah yang dialami dalam kelompok. Solusi tentang permasalahan tata batas lahan milik anggota diselesaikan dengan musyawarah dan solusi masalah penyaradan pohon yang melintasi lahan milik anggota lain diselesaikan dengan ganti rugi terhadap kerusakan yang terjadi pada lahan milik yang dilewati.

Kelompok telah menjalin komunikasi yang efektif dengan pemerintah daerah, misalnya dengan BP3K Kecamatan Pamarican, sehingga anggota mendapatkan banyak informasi tentang pengelolaan hutan rakyat. Selain itu, kelompok juga menggunakan sarana-sarana komunikasi kelompok, seperti undangan, papan pengumuman, pertemuan, rapat, dan lain-lain dalam penyebaran

informasi. Hal ini sejalan dengan data penelitian, sebagian besar responden menyatakan informasi baru hampir selalu tersosialisasi dengan cepat dan tepat kepada seluruh anggota kelompok.

Kelompok berusaha menjelaskan usaha-usaha yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan kelompok, misalnya menjelaskan perlunya kerjasama kelompok dalam usaha pemupukan dana (modal) kelompok, pengadaan sarana produksi, dan kegiatan pemasaran hasil secara bersama-sama. Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil pengolahan data, fungsi tugas kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti termasuk ke dalam kategori tinggi (86,3%), seperti yang disajikan pada Tabel 14.

KTH Girimukti harus tetap mempertahankan fungsi dan tugasnya bahkan kalau perlu ditingkatkan melalui pelatihan kepemimpinan bagi pengurus kelompok. Pelayanan yang baik kepada anggota kelompok akan meningkatkan kepuasan anggota, sehingga anggota akan merasa memiliki kelompok (Muhsinin 2000).

Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok

Pembinaan dan pemeliharaan kelompok yang dilakukan oleh KTH Girimukti dapat dijelaskan sebagai berikut: Ada 4 sub indikator yang digunakan untuk melihat pembinaan dan pemeliharaan kelompok, yaitu: 1) upaya kelompok dalam menumbuhkan aktivitas; 2) upaya kelompok dalam menyediakan fasilitas; 3) penciptaan norma kelompok; dan 4) upaya mendapatkan anggota baru.

Kegiatan yang dilaksanakan kelompok telah sesuai dengan kebutuhan anggota. Sebagaimana disampaikan pada bagian tujuan kelompok, anggota selalu dilibatkan dalam musyarawah yang menyangkut kepentingan bersama termasuk pelaksanaan kegiatan kelompok. Hal ini sejalan dengan temuan, sebagian besar responden merasa butuh dan selalu hadir dalam kegiatan kelompok. Hal ini dikarenakan penentuan kegiatan berdasarkan keinginan bersama. Anggota tidak hanya hadir ketika ada bantuan, namun ketika ada masalahpun anggota tetap peduli terhadap kelompok.

Kelompok telah berupaya dalam menyediakan fasilitas kelompok. Sebagian besar responden menyatakan, kelompok telah menyediakan berbagai kemudahan bagi anggota, seperti tempat penampungan sementara hasil usaha para

anggota, saung (tempat pertemuan), bantuan bibit dan pupuk, serta fasilitas lainnya yang bertujuan untuk membina dan memelihara fungsi kelompok. Selain itu, kelompok juga telah membuat ketentuan yang berfungsi untuk memelihara kehidupan berkelompok, misalnya membuat aturan tentang syarat-syarat keanggotaan dalam kelompok dan membuat ketentuan pertemuan rutin kelompok.

Kelompok terus berupaya melakukan regenerasi keanggotaan secara berkala. Sosialisasi kelompok ke masyarakat dilakukan melalui rapat desa dan ajakan langsung baik oleh pengurus maupun anggota kepada masyarakat Desa Sidamulih yang belum bergabung menjadi anggota KTH Girimukti. Upaya ini terbukti membuahkan hasil dilihat dari adanya peningkatan jumlah anggota kelompok pada beberapa periode belakangan ini, seperti dijelaskan pada bagian masa keanggotaan. Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil olah data, pembinaan dan pemeliharaan kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti termasuk ke dalam kategori tinggi (81,6%), seperti yang disajikan pada Tabel 14.

Upaya peningkatan peran kelompok dalam membuat ketentuan yang mengatur harga sarana produksi dan upaya kelompok membuat model kerjasama yang lebih baik dengan pihak lain masih perlu dilakukan dalam pembinaan dan pemeliharaan kelompok. Dengan demikian anggota akan semakin senang berada dalam kelompok (Santosa 2006).

Kekompakan Kelompok

Kekompakan kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti dapat dijelaskan sebagai berikut: Ada 3 Sub indikator yang digunakan untuk melihat kekompakan kelompok, yaitu: 1) kepemimpinan kelompok; 2) nilai tujuan kelompok; dan 3) kerukunan dan kerjasama kelompok.

Dalam hal kepemimpinan kelompok, hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh responden menyatakan pengurus mampu mengorganisir kelompok dengan baik. Pengurus bertanggung jawab karena terpilih melalui musyawarah dan mufakat. Hal ini menunjukkan telah terbentuk kekompakan kelompok dalam menjalankan peran/tugas masing-masing.

Dalam hal nilai tujuan kelompok, sebagian besar responden menyatakan, tujuan kelompok sangat bernilai bagi mereka dan akan diusahakan agar tujuan

tersebut dapat tercapai. Kemudian dalam hal kerukunan dan kerjasama kelompok, yaitu sebagian besar responden menyatakan sudah terjalin kerjasama yang bagus di antara anggota, di antara pengurus serta di antara pengurus dan anggota. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan fungsi dan efektivitas kelompok. Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil olah data, kekompakan kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti termasuk ke dalam kategori tinggi (88,4%), seperti yang disajikan pada Tabel 14.

Suasana Kelompok

Suasana kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti dapat dijelaskan sebagai berikut: Ada 2 sub indikator yang digunakan untuk melihat suasana kelompok, yaitu: 1) interaksi di dalam kelompok dan 2) lingkungan fisik kelompok.

Dalam hal interaksi di dalam kelompok, sebagian besar responden menyatakan suasana dalam setiap pertemuan berlangsung tertib dan lancar. Hal ini diperjelas dengan keterangan sekretaris kelompok yang menyatakan keseriusan anggota dan pengurus dalam mengikuti pertemuan, mulai dari pertemuan rutin kelompok sampai pada pelatihan pengelolaan hutan rakyat selalu dibuatkan daftar hadir dan dihadiri oleh sebagian besar anggota. Anggota KTH Girimukti merasakan kekeluargaan dalam kelompok. Hal ini berhubungan dengan kondisi sosial di Desa Sidamulih yang masih sangat menjaga tradisi kebersamaan dan gotong royong. Hal ini sejalan dengan penelitian Kusumawati (2006) yang menyatakan bahwa, suasana kelompok dapat berupa rasa kekeluargaan, setia kawan, saling mewaspadai, sikap saling menerima apa adanya, dan sebagainya.

Dalam hal lingkungan fisik kelompok, sebagian besar responden menyatakan bahwa wilayah pelayanan kelompok terletak tidak jauh dari rumah/tempat tinggal anggota. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan efektivitas kelompok. Saung dan lokasi persemain kelompok yang letaknya berada di tengah-tengah Desa Sidamulih (anggota KTH Girimukti) diharapkan dapat mempercepat akses pelayanan terhadap anggota kelompok. Sekretariat KTH Girimukti juga dekat dengan sarana umum seperti kantor Desa Sidamulih dan pasar Desa Sidamulih. Jalan raya yang menghubungkan Desa Sidamulih dengan

pusat kecamatan juga relatif bagus. Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil olah data, suasana kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti termasuk ke dalam kategori tinggi (84%), seperti yang disajikan pada Tabel 14.

Tekanan Kelompok

Tekanan kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti dapat dijelaskan sebagai berikut: Sebagian besar responden menyatakan adanya tekanan kelompok dari pihak luar kelompok, misalnya kelompok selalu mendapat pengawasan dari pemerintah daerah melalui BP3K Kecamatan Pamarican yang mengunjungi kelompok secara periodik dan insidental, baik itu memberikan pelatihan maupun mengawasi kegiatan proyek yang dilakukan kelompok. Kelompok juga pernah dikunjungi pihak lain sebagai acuan dalam pengelolaan hutan rakyat. Sebagaimana diinformasikan sebelumnya bahwa pada tahun 2004 Pemda Provinsi Lampung mengadakan studi banding tentang pengelolaan hutan rakyat ke Desa Sidamulih dan ke KTH Girimukti. Hal ini tentunya akan menjadi tekanan bagi kelompok untuk meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil olah data, tekanan kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti termasuk ke dalam kategori tinggi (79,2%), seperti yang disajikan pada Tabel 14.

Kelompok perlu melakukan beberapa kegiatan yang akan memberikan tekanan dari dalam kelompok. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, kelompok belum pernah memberikan penghargaan bagi anggota yang berdedikasi tinggi pada kelompok. Penerapan sanksi bagi anggota yang pasif atau lalai dalam mengerjakan peran/tugasnya juga sering tidak diterapkan karena merasa sungkan terhadap pelanggar.

Efektivitas Kelompok

Efektivitas kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti dapat dijelaskan sebagai berikut: Ada 3 sub indikator yang digunakan untuk melihat efektivitas kelompok, yaitu: 1) tingkat peran serta anggota dalam kegiatan kelompok; 2) tingkat keberhasilan kegiatan kelompok; dan 3) moral anggota kelompok.

Dalam hal tingkat peran serta anggota dalam kegiatan kelompok, sebagian besar responden menyatakan mereka selalu berperan serta dalam kegiatan rutin

kelompok, beberapa anggota juga diikut sertakan dalam kegiatan di luar kelompok sebagai perwakilan kelompok, misalnya pertemuan di tingkat kabupaten. Selain itu, sebagian besar responden menyatakan bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan pertemuan berkala maupun pertemuan lainnya yang diselenggarakan oleh kelompok.

Dalam hal tingkat keberhasilan kegiatan kelompok, sebagian besar responden menyatakan pertemuan yang diadakan kelompok baik rutin maupun insidental dapat dikatakan selalu berlangsung tertib dan lancar, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Kegiatan pertemuan anggota KTH Girimukti

Kemudian dalam hal moral anggota kelompok, sebagian besar responden menyatakan bahwa manfaat kelompok bagi mereka adalah sebagai tempat bergaul dan belajar bersama, khususnya dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat. Selain itu, sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka sangat peduli terhadap perkembangan kelompok dan merasa bangga atas keberhasilan dan prestasi kelompok yang dicapai selama ini. Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil olah data, efektivitas kelompok yang dimiliki oleh KTH Girimukti termasuk ke dalam kategori tinggi (81,5%), seperti yang disajikan pada Tabel 14.

Dokumen terkait