• Tidak ada hasil yang ditemukan

II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Karakteristik Ayam Ras Petelur

Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas ini berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari seluruh wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan. Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul.

Menginjak awal tahun 1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab dengan pola kehidupan masyarakat dipedesaan. Memasuki periode 1940-an, orang mulai mengenal ayam lain selain ayam liar itu. Dari sini, orang mulai membedakan antara ayam orang Belanda (Bangsa Belanda saat itu menjajah Indonesia) dengan ayam liar di Indonesia. Ayam liar ini kemudian dinamakan ayam lokal yang kemudian disebut ayam kampung karena keberadaan ayam itu memang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda disebut dengan ayam luar negeri yang kemudian lebih akrab dengan sebutan ayam negeri (kala itu masih merupakan ayam negeri galur

14 murni). Ayam semacam ini masih bisa dijumpai di tahun 1950-an yang dipelihara oleh beberapa orang penggemar ayam. Hingga akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak mengenal klasifikasi ayam. Ketika itu, sifat ayam dianggap seperti ayam kampung saja, bila telurnya enak dimakan maka dagingnya juga enak dimakan. Namun, pendapat itu ternyata tidak benar, ayam negeri atau ayam ras ini ternyata bertelur banyak tetapi tidak enak dagingnya.

Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode ini adalah ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan umumnya cepat habis masa produktifnya. Antipati orang terhadap daging ayam ras cukup lama hingga menjelang akhir periode 1990-an. Ketika itu mulai merebak peternakan ayam broiler yang memang khusus untuk daging, sementara ayam petelur dwiguna atau ayam petelur cokelat mulai menjamur pula. Disinilah masyarakat mulai sadar bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai petelur handal dan pedaging yang enak. Mulai terjadi pula persaingan tajam antara telur dan daging ayam ras dengan telur dan daging ayam kampung. Sementara itu telur ayam ras cokelat mulai diatas angin, sedangkan telur ayam kampung mulai terpuruk pada penggunaan resep makanan tradisional saja. Persaingan inilah menandakan maraknya peternakan ayam petelur.

Ayam kampung memang bertelur dan dagingnya dapat dimakan, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayam dwiguna secara komersial unggul. Penyebabnya, dasar genetis antara ayam kampung dan ayam ras petelur dwiguna ini memang berbeda jauh. Ayam kampung dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa baiknya, sehingga ayam kampung dapat mengantisipasi perubahan iklim dengan baik dibandingkan ayam ras akan tetapi ayam kampung tidak dapat menghasilkan telur sebanyak ayam ras petelur. Hanya kemampuan genetisnya yang membedakan produksi kedua ayam ini. Walaupun ayam ras itu juga berasal dari ayam liar di Asia dan Afrika. Perbedaan antara ayam kampung (ayam buras) dengan ayam dwiguna petelur (ayam ras) dapat dilihat pada Tabel 5.

15 Tabel 5. Perbandingan Produktivitas Ayam Ras Petelur dengan Ayam Buras

Keterangan Ayam Ras Ayam Buras

- Produksi telur (butir/tahun) - Berat telur (gram) - Sifat mengeram - Kemampuan berproduksi

200 – 250 50 – 60 hampir tidak ada

tinggi

40 – 60 30 – 40 ada sangat terbatas

Sumber : PT. Japfa Comfeed, 2001

Dari Tabel 5 tampak bahwa ayam ras petelur yang merupakan hasil rekayasa genetis berdasarkan karakter-karakter dari ayam-ayam yang ada sebelumnya, mengalami perbaikan-perbaikan genetik yang diupayakan agar mencapai performance yang optimal, sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah yang banyak. Salah satu keuntungan dari telur ayam ras petelur adalah produksi telurnya yang lebih tinggi dibandingkan produksi telur ayam buras dan jenis unggas yang lain.

2.3 Klasifikasi

Klasifikasi adalah suatu sistem pengelompokan jenis-jenis ternak berdasarkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan karakteristik. Pada ternak ayam, klasifikasi dapat dilakukan dengan cara yaitu:

a. Taksonomi Zoologi

Ternak ayam di dalam dunia hewan memiliki taksonomi sebagai berikut: Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Aves Subkelas : Neornithes Ordo : Galliformes Genus : Gallus

Spesies : Gallus domesticus b. Klasifikasi Standar

16 1. Kelas adalah pengelompokan ayam berdasarkan daerah pembentukkannya

misalnya kelas inggris, kelas amerika, kelas asia dan kelas mediterania. 2. Bangsa adalah pengelompokkan ayam dalam satu kelas berdasarkan

perbedaan bentuk tubuh. Misalnya pada kelas inggris terdapat bangsa ayam sussex, orpington dan cornish.

3. Varietas adalah pengelompokkan ayam dalam satu bangsa berdasarkan perbedaan warna bulu dan jengger. Misalnya white lenghorn, brown lenghorn, white plymouthrock, dan barred plymouthrock.

4. Strain adalah sekelompok ayam yang dihasilkan oleh breederfarm melalui proses pemuliabiakan untuk tujuan ekonomis tertentu. Misalnya strain ayam petelur hyline dan arbor acres.

Tabel 6. Performan Beberapa Strain Ayam Petelur

Strain Umur Awal Produksi (minggu) Umur pada Produksi 50% (minggu) Puncak Produksi (%) FCR Kematian (%) Lohmann Brown MF 402 19-20 22 92-93 2,3-2,4 2-6 Hisex Brown 20-22 22 91-92 2,36 0,4-3 Bovans White 20-22 21-22 93-94 2,2 5-6

Hubbard Golden Comet 19-20 23-24 90-94 2,2-2,5 2-4

Dekalb Warren 20-21 22,5-24 90-95 2,2-2,4 2-4

Bovans Goldline 20-21 21,5-22 93-95 1,9 6-7

Brown Nick 19-20 21,5-23 92-94 2,2-2,3 4-7

Bovans Nera 21-22 21,5-22 92-94 2,3-2,45 2-5

Bovans Brown 21-22 21-23 93-95 2,25-2,35 2-7

Sumber : PT. Japfa Comfeed, 2001 c. Klasifikasi berdasarkan tipe

Berdasarkan tujuan pemeliharaan atau biasa disebut tipe ayam, ayam dapat dikelompokkan menjadi:

17 1. Tipe petelur

Ayam tipe petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga bewarna putih dan kerabang telur bewarna putih. Karakteridtik lainnya yaitu produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun), efisien dalam pengguanaan ransum untuk membentuk telur, dan tidak memiliki sifat mengeram.

2. Tipe pedaging

Karakteristik ayam tipe pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah.

3. Tipe Dwiguna

Ayam tipe dwiguna memiliki karakteristik sifat tenang, bentuk tubuh sedang, produksi telur sedang, pertumbuhan ssedang dan kulit bewarna coklat. d. Klasifikasi ayam di Indonesia

Berdasarkan kondisi perkembangan peternakan ayam di Indonesia, dapat dibuat klasifikasi yang khas untuk pengembangan perunggasan yaitu:

1. Ayam Ras

Ayam ras adalah jenis ayam dari luar negeri yang bersifat unggul sesuai dengan tujuan pemeliharaan karena telah mengalami perbaikan mutu genetis. Jenis ayam ini ada dua tipe yaitu tipe pedaging dan tipe petelur.

2. Ayam Lokal

Ayam lokal adalah jenis ayam asli Indonesia, masih alami dan belum banyak mengalami perbaikan mutu genetis. Ayam lokal disebut juga ayam bukan ras (buras), untuk membedakannya dengan ayam ras. Di beberapa daerah, dikembangkan masyarakat sehingga memiliki karakteristik yang relatif homogen, baik bentuk tubuh maupun warna bulu. Kemudian ayam tersebut diberi nama berdasarkan nama daerah atau nama tertentu. Misalnya ayam kedu, ayam sentul, dan ayam nunukan. Sementara karakteristik ayam lokal yang dipelihara oleh sebagian besar masyarakat di pedesaan masih alami.

18 Bentuk tubuh dan warna bulu sangat beragam yang biasanya disebut ayam kampung.

Dokumen terkait