• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK DALAM PPK

Proaktif/sukarela Masyarakat terlibat secara aktif dalam musyawarah untuk menentukan kebutuhan mereka yang kemudian menjadi dasar penentuan jenis kegiatan yang akan dibiayai. Keterlibatan masyarakat dalam setiap proses dilakukan secara sukarela dan bukan karena paksaan Adanya kesepakatan yang diambil bersama oleh

semua pihak yang terlibat dan terkena akibat

Kesepakatan bersama diambil dalam proses musyawarah dalam menentukan usulan kegiatan di tingkat kelompok/dusun dan musyawarah untuk menetapkan usulan di tingkat desa dan antar desa Adanya tindakan mengisi kesepakatan tersebut Implementasi atas hasil kesepakatan berupa

pelaksanaan kegiatan, dalam konteks program PPK di Desa Jotangan ini berupa pelaksanaan kegiatan fisik (perbaikan jalan desa & pembangunan saluran irigasi) dan kegiatan ekonomi produktif (simpan pinjam). Adanya pembagian kewenangan dan tanggung jawab

dalam kedudukan yang setara antar pihak

Perencanaan dan pelaksanaan program dilakukan bersama oleh masyarakat dengan didampingi fasilitator kecamatan dan pendamping lokal yang berperan sebagai fasilitator yang menjelaskan, memotivasi, memberi arahan dan memandu proses baik perencanaan maupun implementasi program. Hasil implementasi program dipertanggungjawabkan dalam musdes, sementara pelaporan dan pemeriksaan dilakukan oleh tim PPK sendiri.

Selain itu, untuk melihat sejauh mana pendekatan partisipatif diterapkan dalam program PPK juga dapat dilihat dari tahapan kegiatannya. Berikut merupakan perbandingan antara tahapan kegiatan dalam program PPK dengan karakteristik tahapan perencanaan partisipatif menurut Fred Fisher :

Tabel IV.4

Perbandingan Antara Karakteristik Tahapan Program PPK dan Karekteristik Tahapan Perencanaan Partisipatif Karakteristik Tahapan

dalam

Perencanaan Partisipatif

Muatan dalam Setiap Tahapan Menurut Fisher

Karakteristik Tahapan dalam PPK

Tahap inisiasi proses perenc. Partisipatif :

Dilakukan motivasi kepada kelompok, individu, organisasi untuk terlibat dalam proses perencanaan partisipasi agar mau mengungkapkan masalah, kegagalan dan berbagi pandangan mengenai apa yang mungkin dilakukan

Tahapan inisiasi dilakukan dengan penggalian gagasan kelompok/dusun dan musyawarah khusus perempuan untuk membahas usulan kegiatan dan musyawarah desa untuk menetapkan usulan

Membangun Hubungan yang Produktif

Adanya kerjasama antar berbagai pihak yaitu pemerintah daerah, LSM lokal, pihak swasta dan masyarakat setempat serta bila diperlukan adanya fasilitator maka fasilitator tsb bisa dari pihak inisiator perencanaan maupun dari pihak yang berpartisipasi dalam perencanaan tersebut

Kerjasama dalam program ini terjalin antara pihak masyarakat sebagai penerima program dengan pihak pemerintah sebagai pemberi program, dalam hal ini diwakili oleh tim PPK (konsultan dan Fasilitator Kecamatan serta pendamping lokal). Dalam konteks program PPK ini, fasilitator adalah tim dari pihak inisiator perencanaan/pemerintah yaitu konsultan pemerintah yang diberi hak dan tanggung jawab sebagai fasilitator kecamatan dan pendamping lokal. LSM lokal dan pihak swasta sepertinya tidak ikut terlibat sehingga tidak tampak peranannya dalam program ini. Menjangkau keluar atau fokus

kedalam

Menentukan apakah perencanaan terkait dengan penyelesaian masalahnya bersifat strategis untuk jangka waktu lama, ataukah untuk segera mencari penyelesaian masalah dalam bentuk rencana aksi (jangka pendek).

Program PPK ini desainnya telah dirancang oleh pemerintah dalam bentuk petunjuk teknis operasional, dan ditetapkan jangka waktu pelaksanaannya adalah satu tahun, sehingga tidak ada keleluasaan masyarakat untuk memilih jangka waktu pelaksanaan. Bentuk desain yang kaku ini sering dikritik dan dianggap sebagai bentuk partisipasi yang tidak sempurna (bahkan secara ekstrim dikatakan sebagai partisipasi manipulatif) karena banyak batasan yang tidak memberi keleluasaan dalam menentukan bentuk

penyelesaian masalah Pencarian fakta dan

menganalisanya

Dilakukan pengumpulan data, informasi, gagasan, mengorganisasi dan menganalisanya untuk

mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai permasalahan dan peluangnya; menentukan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai; dan memperkirakan kemungkinan pencapaian tujuan dan sasaran. Bisa menggunakan berbagai alat seperti analisa SWOT , analisa medan gaya dan alat analisa yang lainnya

Proses penggalian masalah

dilakukan dalam musyawarah untuk menentukan kebutuhan masyarakat yang nantinya akan diwujudkan dalam suatu jenis kegiatan tertentu yang disepakati bersama. Proses penggalian masalah juga tidak sepenuhnya bisa leluasa untuk menggali permasalahan masyarakat desa setempat karena dibatasi oleh desain proyek dan dengan alokasi dana tertentu yang telah diberikan. Analisa hanya dilakukan secera sederhana dengan metode curah pendapat (brainstorming) Rencana sebagai rangkaian

aksi

Mempersempit sasaran menjadi lebih realistik dan menentukan pilihan-pilihan terbaik, termasuk memutuskan siapa mengerjakan apa dengan siapa dan dengan parameter tertentu, termasuk kerangka waktu. Diukur juga dampak potensial dari implementasi dan menentukan monitoring dan skema evaluasi/penilaian dampak.

Rencana kegiatan sebagai bentuk implementasi ditetapkan dalam musyawarah desa dan musyawarah antar desa yang menghasilkan bentuk kegiatan terpilih dari beberapa usulan kegiatan yang telah diusulkan. Dalam proses

implementasi program PPK ini mengharuskan adanya swadaya dari masyarakat, yaitu berupa sebagian upah tenaga kerja yang disisihkan Pelaksanaan aksi, pengukuran

dampak dan bergerak

Merupakan tahap implementasi dan walaupun tahap ini diluar

tanggungjawab langsung tim perencana partisipatif, tetapi hendaknya tim dapat melibatkan koalisi pemerintah daerah dan perwakilan komunitas yang terlibat langsung dengan implementasi

Implementasi kegiatan sesuai dengan hasil kesepakatan dalam musyawarah desa dan musyawarah antar desa, di dalamnya terdapat aspek swadaya masyarakat berupa upah tenaga kerja dari masyarakat yang terlibat yang disisihkan untuk dana pembangunan. Hasil kegiatan dipertanggungjawabkan dalam musyawarah desa, sementara pelaporan dan pemeriksaan dilakukan oleh tim PPK sendiri secara internal.

Dengan melihat analisa diatas dapat dilihat bahwa program PPK ini menggunakan gabungan antara pendekatan perencanaan Top-Down dan Bottom-Up yaitu dalam bentuk pendekatan perencanaan partisipatif. Program PPK Di Desa Jotangan ini memiliki kekurangan dan kelebihan dalam prosesnya yaitu yang diuraikan pada tabel berikut:

TABEL IV.5

Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Perencanaan Top-Down dan Bottom-Up/Partisipatif Dalam Program PPK Di Desa Jotangan

KELEBIHAN KEKURANGAN

Telah menerapkan prinsip partisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaannya, terutama dalam proses musyawarah penggalian gagasan,

musyawarah penentuan kegiatan dan dalam pelaksanaan progran yang dilakukan dengan keikutsertaan masyarakat secara aktif.

Dari aspek teori/pendekatan perencanaan, tidak sepenuhnya murni bottom up planning (partisipatif planning), karena inisiatif program masih dari pemerintah, termasuk penentuan lokasi dan desain kegiatan (diatur dalam petunjuk teknis operasional) Walaupun terdapat banyak kekurangan dalam bentuk

partisipasinya, tetapi setidaknya telah keluar dari model pembangunan pemerintah selama ini yang kebanyakan dilakukan dengan pendekatan top down dan menempatkan masyarakat sebagai pihak yang pasif dan hanya sebagai penerima kegiatan saja.

Terdapat kelemahan dalam proses partisipasinya, terutama karena bentuk desain program yang telah ditentukan dan dengan jangka waktu tertentu (satu tahun) menyebabkan masyarakat tidak bisa sepenuhnya bisa leluasa mengeksplorasi dan memilih bentuk penyelesaian atas permasalahan mereka.

Karena proses pelibatan masyarakat secara aktif dalam setiap proses, pemahaman masyarakat tentang program menjadi lebih baik, hal ini terutama terjadi dalam proses penentuan kebutuhan masyarakat jenis kegiatan yang diserahkan sepenuhnya kepada hasil musyawarah (open menu)

Partisipasi dengan jumlah yang masih terbatas, yaitu hanya terbatas mengikutsertakan sebagian penduduk saja (hanya yang mau menyumbang tenaga, hanya yang telah terdaftar sebagai anggota)  belum bisa meningkatkan kapasitas seluruh/sebagian besar penduduk untuk mau dan bisa terlibat secara aktif Penghargaan yang lebih tinggi kepada masyarakat,

karena suara dan pendapatnya didengar dan diperhatikan, merupakan proses memanusiakan sebagai subyek pembangunan, bukan sekedar obyek pembangunan.

Masyarakat tidak sepenuhnya tahu/mengerti Program secara global, mengapa program tersebut jatuh di wilayah mereka, apa tujuannya, siapa sasarannya.yang sudah berhasil dipahami : mereka harus menentukan kebutuhan sendiri (masyarakat setempat) untuk menentukan jenis kegiatan pembangunan yang akan dibiayai oleh program tersebut.

Meminimalisir penolakan program dari msayarakat karena merupakan hasil musyawarah masyarakat sendiri, sehingga tingkat keberhasilan program diharapkan lebih tinggi.

Ada kecenderungan jenis kegiatan bersifak kegiatan pembangunan fisik, seakan hanya meniru kegiatan pembangunan pemerintah yang telah ada  perspektif masyarakat tentang kegiatan pembangunan yang bermanfaat belum luas

Rasa kepemilikan masyarakat terhadap program diharapkan lebih tinggi karena merupakan hasil kesepakatan mereka sendiri

Masyarakat belum sepenuhnya memahami maksud “kebutuhan” mereka sendiri. Jika desa Jotangan sebagian besar penduduknya masih miskin, apakah pembangunan fisik yang diusulkan adalah kebutuhan utama mereka ? mengapa bukan kegiatan sektor ekonomi

Tingkat keberhasilan program diharapkan lebih tinggi karena masyarakat lebih meahami program, lebih merasa memiliki dan tidak ada penolakan terhadap program

 Tidak terukurnya hasil dari program PPK ini, dikaitkan dengan tujuan program. Apakah jenis kegiatan yang telah dilakukan telah mampu

menjawab permasalahan mendasar dari program ini, yaitu mengentaskan kemiskinan ? Seberapa besar pengaruh dari implementasi kegiatan terhadap pengurangan taraf kemiskinan masyarakat

 Terdapat banyak kritik terhadap program PPK ini, terutama untuk kegiatan ekonomi produktif yang dianggap hanya menunda kemiskinan, dan justru menambah beban masyarakat dengan adanya hutang dari kegiatan simpan pinjam (Dahniar & Lasimpo, 2008)

Kemungkinan efek ketidak puasan terhadap keseluruhan program bagi kelompok/dusun maupun desa yang usulan programnya tidak lolos ditetapkan sebagai kegiatan terpilih.

Kemungkinan penyalahgunaan program oleh beberapa pihak yang berkepentingan dan berusaha mengambil keuntungan dan kemungkinan adanya intervensi dari kelompok elitis desa untuk mempengaruhi dan mengarahkan program sesuai dengan

keinginan/kepentingan mereka.

BAB V

Dokumen terkait