• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. DATA DAN PEMBAHASAN

4.2. Karakteristik Demografi

Karakteristik demografi responden antara lain meliputi: umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anak masih hidup, dan umur anak terakhir. Keseluruhan responden dalam penelitian ini berjumlah 90 orang, dengan komposisi jenis kelamin adalah 76 persen laki-laki dan sisanya 24 persen adalah perempuan. Tingginya proporsi pekerja laki-laki dibandingkan dengan pekerja perempuan erat kaitannya dengan peran laki-laki sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga, sementara perempuan lebih banyak berperan dalam kegiatan mengurus rumah tangga.

Selanjutnya berkaitan dengan distribusi umur responden, ditemukan bahwa rentangan umur responden sangat panjang, yaitu umur terendah 19 tahun dan umur tertinggi 78 tahun. Lebih jelasnya, distribusi umur responden dapat diikuti pada Tabel 4.1. Distribusi umur responden dikelompokkan menurut interval 10 tahunan, mulai dari kelompok umur 10-19 tahun, 20-29 tahun, 30-39 tahun, ...dan 70-79 tahun

Tabel 4.1

Distribusi Umur Responden Pada Kajian Setengah Pengangguran Dari Segi Jam Kerja dan Penghasilan di Kabupaten Badung

No. Kelompok Umur (tahun) Frekuensi (orang) Persentase (%)

1. 10-19 2 2,22 2. 20-29 12 13,34 3. 30-39 28 31,11 4. 40-49 18 20,00 5. 50-59 19 21,11 6. 60-69 8 8,89 7. 70-79 3 3,33 Jumlah: 90 100,00

Apabila penduduk yang berusia 60 tahun ke atas digolongkan sebagai penduduk lanjut usia (lansia), maka dalam penelitian ini ditemukan bahwa sekitar 12 persen penduduk lansia tergolong sebagai pekerja. Dengan demikian tidak mengherankan apabila penggolongan penduduk usia kerja di Indonesia adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Kondisi ini juga disebabkan oleh belum tersedianya jaminan (santunan) hari tua, khususnya bagi mereka yang tidak berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS) atau pegawai swasta. Dengan demikian untuk dapat mempertahankan kelansungan hidupnya, mereka terpaksa mesti tetap bekerja. Kondisi Indonesia tentunya berbeda dengan yang terjadi di negara barat, yang telah menerapkan jaminan hari tua bagi para lansianya, sehingga secara tegas pengelompokan penduduk usia kerja tersebut adalah kelompok umur 15-64 tahun.

Informasi penting berkaitan dengan distribusi umur responden adalah rata-rata umur dan median umur responden. Dalam penelitian ini terungkap bahwa rata-rata umur responden adalah 42,94 tahun, sedangkan median umurnya 41,17 tahun. Rata-rata umur dan median umur responden terletak pada kelompok umur 40-49 tahun. Kelompok umur 40-49 tahun sering juga disebut sebagai umur puncak (prime age), karena pada kelompok umur tersebut tingkat produktivitas penduduk umumnya paling tinggi atau mencapai puncaknya. Kondisi ini merupakan pola umum yang terjadi dalam masyarakat.

Memperhatikan distribusi umur responden yang digambarkan pada Tabel 4.1, maka dapat diduga bahwa sebagian besar responden berada dalam status kawin. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa distribusi responden menurut status perkawinan adalah sebagai berikut:sekitar 86 persen berstatus kawin, 3 persen memiliki status janda/duda/cerai, dan sisanya sebesar 11 persen belum kawin. Bagi mereka yang tergolong berstatus kawin dan status janda/duda/cerai, ditanyakan lebih lanjut tentang jumlah anak masih hidup. Distribusi responden menurut jumlah anak yang masih hidup dapat dilihat secara rinci pada Tabel 4.2.

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa proporsi yang paling menonjol adalah responden yang memiliki anak masih hidup dua orang, yaitu sekitar 47 persen dari responden yang berstatus kawin serta responden dengan status janda/duda/cerai. Sementara itu proporsi responden yang memiliki anak masih hidup satu orang sebanyak 24 persen, dan yang memiliki anak masih hidup tiga orang mencapai 20 persen. Sisanya, sebanyak 9 persen adalah responden yang memiliki anak masih hidup 4 orang atau lebih. Dari temuan di atas dapat

diperkuat dengan hasil perhitungan rata-rata anak masih hidup yang dimiliki oleh responden adalah sebesar 2,19 per wanita. Meskipun secara logika, rata-rata jumlah anak masih hidup yang dimiliki oleh seorang responden lebih kecil daripada rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup, namun selisihnya tidak besar. Kondisi ini disebabkan oleh angka kematian bayi (infant mortality rate) di Provinsi Bali sudah relatif rendah.

Tabel 4.2

Distribusi Responden Menurut Jumlah Anak yang Masih Hidup Pada Kajian Setengah Pengangguran Dari Segi Jam Kerja dan Penghasilan di Kabupaten Badung

No. Urut

Jumlah Anak Masih Hidup (orang) Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. 1 19 24,1 2. 2 37 46,8 3. 3 16 20,3 4. 4 4 5,1 5. 5 2 2,5 6. 6 1 1,3 Jumlah: 79 100,00

Sumber: Hasil Penelitian Data Primer.

Jumlah anak dua orang per wanita sesungguhnya erat kaitannya dengan slogan program keluarga berencana (KB) yaitu “2 anak”. Slogan 2 anak, sesungguhnya bukanlah hal baru dalam program KB, karena slogan tersebut telah dikembangkan dan dikenal luas pada tahun 1980-an, yaitu pada era Orde Baru. Namun pada era Reformasi, slogan tersebut nyaris tak terdengar seiring dengan mengendornya pelaksanaan program KB di Indonesia. Bahkan, pada waktu itu slogan program KB pernah bergeser menjadi “2 anak lebih baik”, dan slogan ini sering diplesetkan.

Meskipun slogan program KB mengalami perubahan dari masa ke masa, namun tampaknya masyarakat telah memahami makna dari jumlah 2 anak, terutama jika dikaitkan dengan kemampuan mereka dalam meningkatkan kualitas anak yang dilahirkan. Anak yang dilahirkan oleh seorang wanita tidak cukup hanya dirawat dan dibesarkan, namun yang lebih penting adalah memberikan pendidikan yang lebih baik agar anak-anaknya tumbuh menjadi generasi yang berkualitas. Hal ini berarti bahwa secara kuantitas, jumlah penduduk tersebut harus dikendalikan dan secara kualitas harus ditingkatkan.

Selain informasi tentang jumlah anak, dalam penelitian ini juga digali informasi yang terkait dengan “umur anak terakhir”. Informasi tentang umur anak terakhir tersebut penting, karena dapat mempengaruhi keterlibatan responden dalam pekerjaannya. Apabila sebagian besar responden memiliki umur anak terakhir di bawah lima tahun (balita), berarti akan mengganggu

kelancaran pekerjaan responden. Apalagi kalau sebagian besar responden memiliki anak di bawah satu tahun, tentu akan sangat mengganggu aktivitas responden dalam pekerjaannya. Lebih-lebih hal ini sangat terasa pada responden perempuan, karena perempuan tidak hanya melahirkan namun juga merawat, membesarkan, dan memberikan air susu ibu (ASI) bagi anak-anak yang dilahirkannya.

Umur anak terakhir yang diperoleh dari penelitian ini sangat variatif, mulai dari umur terendah satu tahun hingga tertinggi 45 tahun. Hal ini tampaknya sejalan dengan umur responden yang juga bervariasi dari umur responden terendah 19 tahun hingga umur tertinggi mencapai 78 tahun. Deskripsi lebih jelas tentang umur anak terakhir responden dapat diikuti pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Distribusi Responden Menurut Umur Anak Terakhir Pada Kajian Setengah Pengangguran Dari Segi Jam Kerja dan Penghasilan di Kabupaten Badung

No. Urut

Umur Anak Terakhir (tahun) Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. 0-4 19 24,0 2. 5-9 16 20,3 3. 10-14 10 12,7 4. 15-19 15 19,0 5. 20-24 2 2,5 6. 25-29 4 5,1 7 30-34 5 6,3 8 35-39 5 6,3 9 40+ 3 3,8 Jumlah: 79 100,0

Sumber: Hasil Penelitian Data Primer.

Berdasarkan rentangan umur anak terakhir yang digambarkan di atas, terungkap bahwa dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya responden dengan anak terakhir yang berumur kurang dari satu tahun. Hal ini mencerminkan bahwa dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya responden yang sibuk mengurusi bayi. Namun demikian bukan berarti responden terbebas dari urusan untuk kelompok-kelompok umur berikutnya, karena ternyata anak-anak yang berumur 1-4 tahun (balita) cukup besar yaitu mencakup hampir seperempat dari seluruh responden yang memiliki anak masih hidup. Usia balita adalah usia yang sangat menentukan perkembangan anak pada usia-usia berikutnya, sehingga usia balita sering pula disebut sebagai periode emas (golden period).

Selain memberikan informasi tentang banyaknya bayi dan balita yang wajib diurus oleh responden (orang tuanya), data pada Tabel 4.3 juga menggambarkan besarnya ketergantungan

berumur 0-14 tahun terhadap penduduk usia kerja 15-64 tahun. Namun demikian, dalam penelitian ini tidak dihitung angka ketergantungan anak secara makro, karena tidak tersedia data jumlah anggota rumah tangga atau anggota keluarga masing-masing responden. Persentase anak umur 0-14 tahun yang digambarkan oleh data pada Tabel 4.3 mencapai 57 persen dari keseluruhan data tentang umur anak terakhir. Kondisi ini mencerminkan bahwa beban responden cukup besar, tidak hanya memelihara dan membesarkan, tetapi juga memberikan pendidikan atau peningkatan kualitas anak-anak mereka.

Dokumen terkait