• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan

Setiap alat tangkap ikan memiliki desain dan konstruksi, yang sama atau mirip dan adapula yang berbeda. Alat tangkap yang memiliki fungsi yang sama, namun memiliki desain dan konstruksi berbeda. Adapun ukurannya sangat bervariasi yang tergantung pada kemampuan nelayan dalam mengoperasikannya.

Ukuran alat tangkap cantrang sangat bervariasi dimulai dari ukuran kecil dengan perahu 10 GT hingga ukuran besar yang dioperasikan dengan kapal berukuran lebih dari 30 GT. Umumnya alat tangkap ini dioperasikan di sekitar pesisir pantai, terutama alat yang mempunyai ukuran kecil sedangkan yang memiliki bentuk yang lebih besar lebih jauh dari pantai. Kondisi sebenarnya dilapangan banyak alat cantrang dapat dijumpai dibeberapa daerah, akan tetapi memiliki bentuk yang berbeda dari sebenarnya dan hal ini berlaku sebaliknya. Menurut Soewito dalam Nurfitasari (2005), beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, cantrang disebut sebagai dogol, payang atau potol, yaitu sejenis pukat tarik yang digunakan untuk menangkap ikan dasar (demersal) dengan jalan melingkarkan pukat pada perairan yang diduga banyak ikannya, kemudian menariknya.

Pada awalnya, usaha penangkapan cantrang dilakukan menggunakan perahu berukuran panjang (p) antara 6 - 7 m, lebar (l) antara 1,5 - 2 m, dalam (d) antara 0,5 - 1 m, panjang jaring dari ujung kantong sampai ujung kaki/sayap sekitar 8 - 12 m. Pada saat ini untuk mengoperasikan cantrang digunakan kapal berukuran panjang 18 m, lebar 7 m, dan dalam 2,75 m dengan kekuatan mesin 200 PS. Menurut Sudirman dan Achmar (2004), operasi penangkapan dengan jaring cantrang di Pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur dahulu masih menggunakan perahu layar jenis kememting, jakung, compreng, ataupun cantrangan. Perahu tersebut berukuran panjang 8 - 9 m dan lebar 1,5 m dengan jumlah nelayan sebanyak 3 orang, dimana 2 orang bekerja untuk menarik dan menurunkan jaring dan 1 orang sebagai juru mudi.

Cantrang merupakan alat tangkap ikan yang memiliki sayap, badan dan kantong, serta termasuk pada keompok alat tangkap berkantong (KKP 2009). Ukuran cantrang yang dioperasikan tergantung kapal yang digunakan dan daerah operasi penangkapannya. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi antara lain ukuran kapal, kemampuan mesin dan teknis operasi penangkapan. Ikan demersal merupakan ikan target tangkapan nelayan cantrang, antara lain Pepetek (Leiognathus sp.), Kurisi (Nimipterus hexodon) dan Biji Nangka (Upenus moluccensis) (Riyanto et al. 2011; Sudirman et al. 2008).

Menurut Luong (2001), alat tangkap bentuk trawl yang bervariasi umumnya sulit dibandingkan, dikarenakan banyaknya variabel dan adanya fluktuasi selama penangkapan berlangsung. Dimensi bukaan mulut jaring tidak dapat di hitung

secara akurat melalui gambar dan grafik. Pada trawl dengan ukuran yang sama dapat mempunyai bukaan mulut yang berbeda, sehingga demikian pula pada ukuran trawl yang berbeda. Penentuan prototipe bentuk yang efektif dilakukan dengan metode membandingkan setiap bagian alat tangkap trawl. Pembandingan dilakukan antara dimensi struktur relatif dengan dimensi absolut berdasarkan Fridman (1986), dimana dimensi struktur relatif berdasarkan rasio.

N/L, A/L, B/L, C/L, D/L dengan :

A : Panjang jaring sayap bawah (meter) B : Panjang jaring belly (meter)

C : Panjang jaring codend (meter) D : Lebar jaring setelah square (meter) L : Panjang tali ris atas (meter)

N : Panjang jaring keseluruhan (meter)

Kecepatan tarik dari alat tangkap cantrang merupakan kecepatan yang memungkinkan kapal berupaya menarik alat tangkap dengan simbol V2,45. Nilai dari kecepatan tarik dapat dilihat melalui Tabel 1:

Tabel 1 Besaran koversi kecepatan dengan kecepatan tarik Kecepatan tarik

V2,45

knot meter / detik

0,50 0,25 0,033

1,00 0,50 0,183

1,50 0,75 0,494

2,00 1,00 1,000

Keterangan : V = Kecepatan

Pada konstruksi alat tangkap ikan terdiri dari bagian-bagian yang membentuk alat tersebut. Setiap bagian akan mempunyai bentuk tertentu dengan bahan yang ditentukan oleh nelayan. Bagian-bagian pada jaring cantrang sebagian besar disusun dengan jaring dan tali temali. Jaring cantrang mempunyai bagian-bagian berbeda, dimana setiap bagian memiliki ukuran benang, ukuran mata, jumlah mata jaring, serta ukuran dan panjang tali. Tali selambar sebagai tali penarik jaring mempunyai ukuran dan panjang yang disesuaikan dengan kebutuhan dan target tangkapannya. Perbedaan yang ada di bagian-bagian tersebut menjadi pembeda karakteristik dari sebuah alat tangkap.

Nelayan membuat alat tangkap bertujuan untuk menangkap target tangkapan tertentu dengan hasil tangkapan dalam jumlah banyak. Alat tangkap dibentuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi perairan, serta melakukan modifikasi berdasarkan pengalamannya. salah satu alat tangkap yang banyak digunakan nelayan pantai utara Jawa, yaitu cantrang.

Cantrang yang dioperasikan nelayan di pantai Utara Jawa sangat sulit teridentifikasi desain dan konstruksinya. Umumnya disetiap daerah di pantai

utara Jawa, dapat ditemukan jaring cantrang yang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda–beda. Disamping itu, perbedaan cantrang nelayan, diperlihatkan pula pada jenis bahan, ukuran benang serta mata jaring. Perbedaan yang ada, umumnya berdasarkan pengalaman dan kebiasaan selama lama.

Cantrang yang termasuk pukat tarik memiliki kantong, dioperasikan dengan tali selambar yang pengoperasiannya di dasar perairan dengan cara melingkari gerombolan ikan, penarikan dan pengangkatan pukat (hauling) dari atas kapal tanpa alat pembuka mulut jaring. Standar bentuk baku konstruksi pukat tarik cantrang pada SNI 01-7236-2006, menetapkan batasan ukuran dan sketsa dari bentuk baku konstruksi cantrang, serta metode pengoperasiannya.

Kondisi saat ini terdapat nelayan menggunakan cantrang berukuran sama yang dioperasikan dengan kapal berukuran berbeda, dan cenderung lebih besar. Pada sisi lainnya, dimungkinkan terdapat ukuran cantrang yang berbeda dioperasikan pada kapal yang sama. Adapula nelayan yang merubah fungsi kapal purse seine untuk dapat mengoperasikan jaring cantrang, sehingga nelayan akan berupaya merubah bentuk dan konstruksi jaring menjadi lebih besar.

Kapal berukuran besar digunakan nelayan untuk dapat mengoperasikan jaring cantrang pada perairan yang lebih jauh. Umumnya ukuran kapal yang banyak digunakan nelayan yaitu kurang dari (<) 30 GT atau ukuran kapal yang diperbolehkan mneggunakan jaring cantrang. Namun kenyataannya terdapat kapal berukuran besar dioperasikan pada daerah yang tidak diperbolehkan.

Untuk operasi penangkapan dengan jarak jauh dan waktu yang lama nelayan biasanya menggunakan kapal berukuran besar. Kapal yang berukuran besar akan memiliki alat tangkap yang besar atau jumlahnya banyak. Sehubungan ukuran alat yang cukup besar, maka daerah penangkapan ikan untuk alat tersebut berbeda dengan nelayan dengan alat tangkap kecil.

Pengoperasian cantrang dilakukan pada daerah pasir atau lumpur pasir, dimana pengaruh arah arus dan kekuatan arus mempengaruhi terbukanya mulut jaring. Akan tetapi berapa kekuatan kecepatan aliran arus yang harus dipenuhi, agar mulut jaring dapat mengembang dengan optimal dan hal ini masih menjadi pertanyaan.

Kecepatan dan arah arus perlu diperhatikan dan membutuhkan peralatan yang memadai dalam mengamatinya. Perubahan pada arah dan kecepatan yang dialami nelayan, seringkali membuat nelayan mengalami kegagalan dalam operasi penangkapan. Cantrang dioperasikan melawan arus, sehingga nelayan memiliki pola penurunan jaring agar mendapatkan posisi yang baik untuk menurunkan jaring. Penurunan jaring yang keliru menyebabkan jaring akan terpuntal dan operasi penangkapan menjadi gagal. Perubahan arus banyak terjadi ketika musim pancaroba dan pada kedalaman perairan yang berbeda di Laut Jawa.

Berdasarkan di atas, diperlukan pengkajian cantrang agar diketahui adanya keterkaitan antara ukuran cantrang dengan ukuran kapalnya. Karakteristik dari cantrang pun perlu diketahui nelayan sejak awal, sehingga dapat memberikan efisiensi serta menghindari kerugian bagi nelayan.

Tujuan

Penelitian ini mempunyai tujuan:

1) Menentukan desain dan konstruksi cantrang pada kapal kurang dari 20 GT, yang dioperasikan oleh nelayan Kabupaten Rembang dan Kabupaten Lamongan Jawa Timur.

2) Melakukan perbandingan dimensi setiap bagian bentuk konstruksi cantrang nelayan dengan nilai standar bentuk baku cantrang.

3) Mengetahui performa jaring yang digunakan nelayan saat operasi penangkapan cantrang.

Manfaat

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1) Data dan informasi karakter alat tangkap cantrang yang dioperasikan nelayan Pantura, khususnya di lokasi penelitian.

2) Bahan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam mengambil kebijakan dan penentuan pengaturan pengoperasian alat tangkap.

Metodologi

Waktu dan lokasi

Lokasi pengamatan yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai Tanjungsari, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah dan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Kabupaten Lamongan Jawa Timur.

Kajian dilakukan dengan mengumpulkan data-data primer hasil pengukuran lapangan pada bulan Pebruari hingga Juni tahun 2012. Data sekunder berupa hasil pengamatan data alat tangkap pada Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan tahun 2009.

Bahan dan alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain: 1) Alat ukur panjang (meteran, penggaris, jangka sorong/stigmat), 2) Alat ukur berat (timbangan digital),

3) Kamera digital, 4) Flume tank,

5) Global Positioning system (GPS), 6) Stopwatch,

7) Echo sounder, 8) Flowmeter,

Pengambilan data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur alat tangkap cantrang sebanyak 4 (empat) unit yang beroperasi di pantai utara Jawa. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non-probability sampling, yaitu purposif (purposive sampling) menggunakan teknik judgment sampling dari populasi nelayan yang memiliki kriteria sebagai pengguna cantrang. Sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan dalam penelitian. Pengukuran dilakukan pada setiap bagian dari alat tangkap cantrang, seperti tali ris, sayap, badan dan kantong. Sentra perikanan cantrang ditentukan berdasarkan informasi instansi setempat. Selanjutnya pada populasi tersebut dikelompokkan ukuran kapal yang berukuran 20 GT atau sesuai dengan kriteria panjang kapalnya. Dengan selesainya pemilihan tersebut, dilakukan pengukuran cantrang dan luasan dek pada kapal. Pengumpulan data jaring dilakukan dengan mengumpulkan dokumen (perekaman dan foto) selama pengamatan berlangsung.

Analisis data

Berdasarkan SNI 01-7236-2006 (BSN 2006), cantrang memiliki karakteristik yang dilihat dari ratio dari perbandingan bagian-bagian jaring sesuai dengan teori Fridman (1986). Gambaran sketsa jaring cantrang dapat dilihat pada Gambar 4.

Analisis dilakukan menggunakan metode deskriptif komparasi dari penghitungan karakteristik desain dan konstruksi hasil pengukuran lapangan dengan Standar pukat tarik cantrang (SNI 01-7236-2006). Pada analisis ini akan menjelaskan setiap bagian-bagian alat tangkap cantrang nelayan Rembang dan Brondong.

Batasan pada SNI 01-7236-2006 menjadi acuan untuk mengamati karakteristik desain dan konstruksi cantrang.

1) Batasan bentuk jaring ke arah memanjang merupakan nilai ratio perbandingan bagian-bagian jaring:

l/m; l/b; m/b; a/b; c/b; d/b; Sqr/b; e/b dan f/b ... (1) dengan:

l = panjang tali ris atas; m = panjang tali ris bawah; a = keliling mulut jaring; b = panjang total jaring;

c = panjang bagian sayap atas; d = panjang bagian sayap bawah; Sqr (d-c) = panjang bagian square; e = panjang bagian badan jaring; f = panjang bagian kantong;

Nilai batasan bentuk konstruksi cantrang arah memanjang berdasarkan SNI 01-7236-2006 sebagai berikut: l/m = 0,890 - 1,035 l/b = 0,935 - 1,090 m/b = 0,970 - 1,130 a/b = 1,095 - 1,275 c/b = 0,535 - 0,625 d/b = 0,535 - 0,625 Sqr/b = - e/b = 0,340 - 0,395 f/b = 0,050 - 0,060 Keterangan:

1) Panjang bagian-bagian kearah memanjang: 2) Panjang bagian-bagian kearah melintang:

Panjang tali ris atas : l Keliling mulut jaring : a Panjang tali ris bawah : m Setengah keliling mulut jaring : h Panjang total jaring : b Lebar ujung depan sayap atas : g2 Panjang bagian sayap atas : c Lebar ujung belakang sayap atas : g1 Panjang bagian sayap bawah : d Lebar ujung depan sayap bawah : h1 Panjang bagian badan jaring : e Lebar ujung belakang sayap bawah : h2 Panjang bagian kantong jaring : f Lebar ujung depan badan : i

Lebar ujung belakang badan : i1 Lebar ujung depan kantong : j Lebar ujung belakang kantong : j1 Gambar 4 Bagian-bagian jaring cantrang (BSN 2006)

2) Batasan bentuk jaring kearah melintang merupakan nilai ratio perbandingan antara lebar bagian-bagian jaring dengan lebar setengah keliling mulut jaring, dengan perbandingan:

g2 /h; g1 /h; h2 /h; h1 /h; i/h; i1 /h; j/h; j1 /h ... (2)

dengan :

h = setengah keliling mulut jaring; g2 = lebar ujung depan sayap atas

g1 = lebar ujung belakang sayap atas; h2 = lebar ujung depan sayap bawah

h1 = lebar ujung belakang sayap bawah; i = lebar ujung depan badan jaring

i1 = lebar ujung belakang badan jaring; j = lebar ujung depan kantong;

j1 = lebar ujung belakang kantong

Nilai batasan bentuk konstruksi cantrang secara melintang berdasarkan SNI 01-7236-2006 : g2/h = 0,535 - 0,625 g1/h = 0,935 - 0,840 h2/h = 0,535 - 0,625 h1/h = 0,725 - 0,840 i/h = 1,000 i1/h = 0,160 - 0,185 j/h = 0,070 - 0,080 j1/h = 0,070 - 0,080

3) Bagian jaring dan jumlah kisi – kisi jaring yang dimiliki nelayan akan berbeda-beda atau setiap kapal. Jumlah kisi pada cantrang tertera pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Jumlah kisi-kisi pada jaring cantrang

No. Bagian – bagian jaring Jumlah kisi jaring*)

1. Bagian sayap atas 4 ~ 6

2. Bagian sayap bawah 4 ~ 6

3. Bagian medan jaring atas ---

4. Bagian badan 5 ~ 7

5. Bagian kantong 1 ~ 2

*) Identifikasi BBPPI

4) Pengamatan bahan material dan ukuran mata jaring pada setiap bagian jaring yang diamati mengacu pada Tabel 3.

Tabel 3 Material dan ukuran mata jaring cantrang

No Bagian - bagian jaring Material jaring*) Ukuran mata jaring*) 1. Bagian sayap atas PE.380 d/6 ~ d/9 atau R.

280 ~ 420 tex Ø = 0,64 ~ 0,83 mm

101,6 ~ 203,3 mm (4 ~ 8 inch) 2. Bagian sayap bawah

3. Bagian square - -

4. Bagian badan PA 210 d/9 ~ 12 atau R. 230 ~ 390 tex Ø = 0,50 ~ 0,65 mm 25,4 ~ 101,6 mm ( 1 ~ 4 inch) 5. Bagian kantong 19,1 ~ 25,4 mm ( ¾ ~ 1 inch) *) Identifikasi BBPPI

Sumber : Fachrudin et al. (2009)

5) Material dan ukuran diameter tali temali untuk alat tangkap cantrang berukuran sesuai dengan kebutuhan nelayan dengan mengacu pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Material dan ukuran tali temali pada jaring cantrang

No Tali temali Material tali temali Tegangan*) 1. Tali ris atas Polyethyline (PE) St. hr = (5 ~ 8) Rn

2. Tali ris bawah St. gr = (7 ~ 10) Rn

3. Tali kekang Polyamide (PA) St. br = (6 ~ 9) Rn

4. Tali selambar St. wr = (12 ~ 18) Rn

Catatan:

Pemberat cantrang = 3,50 ~ 6,50 kg

Daya apung cantrang (B) = 110 ~ 125 kgf/m Daya tenggelam cantrang (S) = 125 ~ 150 kgf/m *) Identifikasi BBPPI

Sumber : Fachrudin et al. (2009)

6) Karakteristik bentuk baku konstruksi cantrang memiliki nilai perbandingan diameter benang dengan ukuran mata jaring pada setiap bagian jaringnya. Nilai perbandingan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5 Perbandingan antara diameter benang dengan ukuran mata jaring No Bagian - bagian jaring Perbandingan Dt / mo*) Material jaring PE

1. Bagian sayap atas 0,0030 ~ 0,0085

2. Bagian medan jaring atas -

3. Bagian badan 0,0060 ~ 0,0330

4. Bagian kantong 0,0250 ~ 0,0425

Tabel 5 (lanjutan)

No Bagian - bagian jaring Perbandingan Dt / mo*) Materal jaring PA

1. Bagian sayap atas 0,0025 ~ 0,0065

2. Bagian medan jaring atas ---

3. Bagian badan 0,0045 ~ 0,0260

4. Bagian kantong 0,0195 ~ 0,0340

Pukat tarik cantrang rata – rata 0,0085 ~ 0,0225 *) Identifikasi BBPPI

Sumber : Fachrudin et al. (2009)

7) Hanging ratio (E) merupakan nilai perbandingan dari daya apung dan daya tenggelam pada setiap bagian jaring. Nilai E mengacu pada Tabel 6 berikut. Tabel 6 Nilai hanging ratio pada jaring cantrang

No Bagian – bagian jaring Hanging ratio (E)*)

1. Bagian sayap atas 0,85 ~ 0,90

2. Bagian mulut 0,50

3. Bagian badan 0,95 ~ 1,00

*) Identifikasi BBPPI

Sumber : Fachrudin et al. (2009)

8) Ukuran panjang tali temali untuk tali ris atas dan bawah, tali kekang dan tali selambar. Ukuran panjang yang sesuai dengan ukuran jaring dapat mengikuti Tabel 7 dan formula berikut.

Tabel 7 Panjang tali temali pada jaring cantrang

No Tali temali Panjang*)

1. Tali ris atas : l ( 0,860 ~ 1,050 ) x b 2. Tali ris bawah : m ( 0,890 ~ 1,090 ) x b

3. Tali kekang : br ( 0,032 ~ 0,036 ) x b

4. Tali selambar : wr ( 15,0 ~ 25,0 ) x b

Keterangan: b = panjang total jaring *) Identifikasi BBPPI

Sumber : Fachrudin et al. (2009)

9) Keliling mulut jaring (circumference at net mouth) dalam keadaan teregang, dapat ditentukan dengan menggunakan rumus atau formula teoritis (Y. Shu). Keliling mulut jaring merupakan perbandingan daya motor penarik pukat/kapstan gardan (dalam HP) sebesar 85% dari maksimum daya dengan perbandingan antara diameter benang jaring dengan ukuran mata jaring rata – rata, kecepatan tarik (1 hingga 2 knot). Nilai hasil persamaan akan dapat menentukan panjang total (b).

Keliling mulut jaring (circumference at net mouth) dalam keadaan teregang, dapat ditentukan dengan menggunakan rumus atau formula teoritis (Y.Shu dalam Nomura 1981), sebagai berikut:

45 . 2 2 / 5 , 2 xdl xV BHP a  ... (3) dengan:

a = keliling mulut jaring (dalam m) dimana a/b = 1,065 – 1,305

BHP = daya motor penarik pukat/kapstan gardan (dalam HP), sebesar 85% x Maximum Continuous Rating (Break Horse Power = BHP)

Dt = diameter benang kisi – kisi jaring (dalam mm) mo = ukuran mata jaring kisi – kisi jaring (dalam mm)

d/l = perbandingan antara diameter benang jaring dengan ukuran mata jaring rata – rata (Dt / mo)

V = kecepatan tarik (1 ~ 2 knot atau 0,5 ~ 1,0 m/detik) b = panjang total jaring = ( 0,765 ~ 0,940 ) x a

10)Tahanan jaring (net resistance), dapat ditentukan dengan menggunakan rumus atau formula teoritis (Koyama T 1977). Tahanan jaring dipengaruhi oleh keliling mulut jaring, panjang total jaring perbandingan antara diameter benang jaring dengan ukuran mata jaring rata–rata, dan kecepata tarik. Jumlah tahanan jaring cantrang (Rn) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus atau formula teoritis (Koyama dalam Nomura 1981), sebagai berikut:

atau Rn = 16 x a x b x Dt / mo x V ² ... (4) dengan :

Rn = Tahanan jaring (Kgf )

a = Keliling mulut jaring dalam keadaan teregang

b = Panjang total jaring dalam keadaan teregang (dalam m)

= Perbandingan diameter benang jaring dengan ukuran mata jaring rata – rata (Dt/mo)

V = Kecepatan penarikan dan pengangkatan jaring (1 ~ 2 knot atau 0,5 ~ 1,0 m/detik)

Pada jaring cantrang memiliki kemampuan mengapung atau daya apung dan daya tenggelam. Komponen pukat tarik cantrang mempunyai massa jenis lebih kecil dari 1,00 gr/cm3 (massa jenis air tawar) atau lebih kecil dari 1,025 gr/cm3 (massa jenis air laut), maka komponen pukat tarik mempunyai daya apung. Sebaliknya bila memiliki nilai lebih besar dari 1,025 gr/cm3 akan memiliki daya tenggelam.

Bahan jaring dan bahan tali temali PE serta pelampung memiliki daya apung. Untuk bahan jaring/tali terbuat dari PA dengan berat jenis 1,14 mempunyai daya tenggelam. Daya apung dan tenggelam komponen mulut cantrang dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan persamaan berikut:

a. ℓ

B = Wk ( ——— - 1 ) ... (7) k

dengan:

B = Daya apung komponen

Wk = Berat komponen cantrang ( grf / kgf)

a. ℓ = Massa jenis air laut ( 1,025 gr/cm3 atau kg/dm3)  k = Massa jenis komponen cantrang (gr/kg)

Menurut Fridman (1969) karakteristik penting gerakan trawl di dalam air dipengaruhi oleh kedalaman trawl, jarak antara trawl dan kapal saat hauling sepanjang haluan yang ditempuh, dan panjang warp. Tahanan tali selambar (warp rope resistance), dapat ditentukan dengan menggunakan rumus atau formula teoritis dari Nomura (1975), yang disimbolkan sebagai Rwr dengan satuan

kilogram force (kgf). Nilai tahanan tali selambar dipengaruhi oleh sudut tali selambar terhadap arah aliran air (0,022 ~ 0,036), densitas/kerapatan massa air, panjang dan diameter tali selambar, dan kecepatan tarik (1 hingga 2 knot).

Kedudukan cantrang di dalam perairan tergantung dari sudut kemiringan tali selambar, panjang tali selambar dan kedalaman perairan. Sudut kemiringan tali selambar dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :

dengan:

β = Sudut kemiringan tali selambar terhadap garis tengah kapal (derajat) L = Panjang tali selambar (m)

H = Kedalaman perairan (m)

 = Sudut kemiringan tali selambar terhadap dasar perairan = 90° –β

Kecepatan kapal dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:

3 3 / 2 2 s s V BHP x Ca atau BHP x Ca V    ... (8) dengan:

Vs = Kecepatan kapal (m/det)  = Displacement Kapal (ton)

Ca = Koefisien admirality (Kapal kayu 55 – 70) BHP = Daya motor penggerak kapal

11)Bukaan mulut jaring dapat diduga dengan menggunakan formula (Prado 1990), sebagai berikut:

- Bukaan mulut jaring vertikal

dengan:

VO = Dugaan bukaan mulut jaring secara vertikal (m) n = Jumlah mata jaring pada mulut jaring

a = Ukuran mata jaring (m) 0,25 (to) 0,3 = Hanging ratio

- Bukaan mulut jaring horizontal

... (10) dengan:

S = Dugaan jarak antar sayap pada mulut jaring (m) HR = Panjang tali ris atas (m)

0,5 (to) 0,6 = Hanging ratio

Hasil dan Pembahasan

Konstruksi jaring cantrang

Kajian desain dan konstruksi jaring cantrang dari data lapangan yang diperoleh sebagai berikut:

1) Keliling mulut jaring (a)

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan keliling mulut jaring dari nelayan Rembang dan Brondong sebesar masing-masing 68,57 dan 37,72 m. Jaring nelayan rembang memiliki bukaan mulut yang lebih besar dibandingkan dengan jaring nelayan Brondong.

2) Komparasi karakteristik bentuk cantrang berdasarkan standar dan realisasi pembuatannya.

Berdasarkan hasil pengukuran dilapangan, cantrang yang dipergunakan nelayan memiliki beberapa kisi yang hampir sama (Tabel 8). Pada bagian sayap jaring memiliki 5 kisi, dimana dari seluruh sampel yang diukur mempunyai jumlah yang sama. Untuk bagian badan jaring cantrang terdiri dari 12 hingga 13 kisi, sedangkan kisi bagian kantong berjumlah 1 kisi. Tabel 8 Kisi-kisi pada bagian jaring

No. Bagian-bagian jaring Pengukuran

Rembang1 Rembang 2 Rembang 3 Brondong 4 1. Bagian sayap atas 5 kisi 5 kisi 5 kisi 5 kisi 2. Bagian sayap bawah 5 kisi 5 kisi 5 kisi 5 kisi

3. Bagian square - - - -

4. Bagian badan jaring 13 kisi 13 kisi 12 kisi 13 kisi 5. Bagian kantong 1 kisi 1 kisi 1 kisi 1 kisi

Bagian jaring dengan kisi terbanyak terdapat pada bagian badan jaring berjumlah 13. Jumlah kisi pada bagian badan lebih banyak dibanding standar konstruksi cantrang dengan tujuan membentuk kantong jaring lebih panjang.

Berdasarkan hasil komparasi jaring memanjang pada bagian-bagian jaring (Tabel 9) terdapat beberapa bagian karakteristik khusus cantrang nelayan, dimana menunjukkan bahwa bagian sayap jaring cantrang lebih pendek dari panjang jaring keseluruhan. Untuk bagian kantong, cantrang nelayan Rembang berukuran lebih panjang. Hal ini ditunjukkan dengan perbandingan panjang kantongnya dengan panjang total jaring.

Berdasarkan data diperoleh bentuk jaring cantrang secara melintang (Tabel 10), dimana secara umum terlihat cantrang memiliki bagian sayap yang lebar. Bagian sayap yang lebar dapat menghadang dan menggiring arah renang ikan ketika dioperasikan. Bagian badan dan kantong cantrang nelayan Brondong memiliki bentuk jaring yang cenderung ramping di bagian tengah dan menyempit dibagian kantong, sedangkan cantrang nelayan Rembang dibagian badan lebih lebar atau menggembung dengan bagian kantong yang kecil.

Pada bagian kantong cantrang yang digunakan memiliki kecenderungan perbedaan dari kedua lokasi (Rembang dan Brondong). Berdasarkan nilai perbandingan melintang (Tabel 10) antara lebar bagian kantong dengan keliling jaring menunjukkan, bahwa kantong cantrang Rembang cenderung mendekati nilai standard sedangkan cantrang Brondong memiliki nilai yang rendah. Hal tersebut menggambarkan kantong yang sangat sempit pada cantrang Brondong dan kantong yang ramping memanjang terdapat pada cantrang Rembang.

Tabel 9 Batasan bentuk jaring kearah memanjang Komponen

penilaian

Nilai Standar*) Brondong Keterangan Rembang 1 Rembang 2 Rembang 3 Keterangan

l/m 0,890 - 1,035 1.0 0,900 0,859 0,887

l/b 0,935 - 1,090 1,030 0,887 1,264 0,923

m/b 0,970 - 1,130 1,030 0,986 1,470 1,041

a/b 1,095 - 1,275 1,057 1,127 1,070 0,892

c/b 0,535 - 0,625 0,500 sayap pendek 0,417 0,467 0,447 sayap pendek

d/b 0,535 - 0,625 0,500 sayap pendek 0,417 0,467 0,447 sayap pendek

d-c/b - - -

e/b 0,340 - 0,395 0,472 badan panjang 0,482 0,454 0,441 badan panjang

f/b 0,050 - 0,060 0,058 0,100 0,079 0,112

Keterangan *) SNI 01-7236-2006

Tabel 10 Batasan bentuk jaring kearah melintang Komponen

penilaian

Nilai Standar*) Brondong Keterangan Rembang 1 Rembang 2 Rembang 3 Keterangan

g2/h 0,535 - 0,625 0,264 sayap lebar 0,385 0,567 0,447 sayap lebar

g1/h 0,935 - 0,840 0,920 0,519 0,742 0,671

h2/h 0,535 - 0,625 0,464 0,385 0,567 0,447

h1/h 0,725 - 0,840 0,746 0,519 0,742 0,671

i/h 1.0 1,0 1,185 2,139 1,454 badan lebar

i1/h 0,160 - 0,185 0,133 bawah badan menyempit 0,162 0,083 0,126 bawah badan menyempit j/h 0,070 - 0,080 0,033 kecil/sempit 0,111 0,111 0,094 j1/h 0,070 - 0,080 0,033 kecil/sempit 0,111 0,111 0,094 Keterangan *) SNI 01-7236-2006

Material mata jaring yang digunakan pada cantrang yaitu polyethylene (PE) dan polyamide (PA). Berdasarkan pengukuran bahan dan ukuran material yang umum digunakan pada alat tangkap cantrang dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Material dan ukuran mata jaring No. Bagian

jaring

Material jaring Ukuran mata jaring Standar Pengukuran Standar Pengukuran 1. Sayap atas PE 380 d/6-9 atau R 280 - 420 Tex Ø = 0,64 ~ 0,83 mm PE 380 d/18 dan d/24; PA d/66 101,6 ~ 203,3 mm (4 ~ 8 in) 6 dan 8 in 2. Sayap bawah 3. Square - - - - 4. Badan PE 380 d/9 – 12 PE 380 d/12 dan d/21; PA d/66 25,4 – 101,6 mm (1 ~ 4 in) 1 dan 5 in 5. Kantong PE 380 d/30 19,1 ~ 25,4 mm ( ¾ ~ 1 in) 0,5 dan 1,2 in

Tabel 12 Material dan ukuran tali No. Bagian-bagian

Dokumen terkait