• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.3. Karakteristik Informan

Pada penelitian ini pekerja perempuan penyapu jalan yang peneliti pelajari, disebut dengan informan. Mayoritas informan merupakan suku Jawa dan satu diantaranya suku Mandailing. Adapun latar belakang pendidikan informan hampir sama, yaitu tidak tamat SD (Sekolah Dasar) dan hanya tamat SD, sedangkan usia mereka bervariasi antara 33 tahun - 57 tahun, dengan masa kerja yang juga bervariasi antara 2- 20 Tahun.

Bila dilihat dari segi usia informan, yaitu antara 33- 57 tahun, merupakan usia yang sudah tidak muda lagi. Seiring dengan bertambahnya usia akan terlihat adanya perubahan pada kulit wajah. Pada kulit wajah sudah mulai timbul kerutan-kerutan halus dan mulai kusam. Apalagi pekerjaan informan sebagai pekerja perempuan penyapu jalan yang sudah berlangsung puluhan tahun, sedikit banyaknya sinar matahari memberikan pengaruh buruk pada kulit wajah informan. Kondisi ini membuat kebutuhan informan akan kosmetik yang dapat melindungi dan merawat kulitnya cukup tinggi, seperti yang dikatakan Puji,

“Saya sudah 3 tahun terakhir ini memakai produk “Quin Yen”. Dulu saya tidak memakai apa-apa. Tapi wajah saya kata teman- teman sangat kusam. Jadinya saya coba makai pelembab sekaligus pemutih yang ditawarin temen saya. Saya lihat wajahnya juga lumayan bersih, ya saya coba. Eh, ternyata serasi. Apalagi dengan pekerjaan saya sebagai tukang sapu tentu harus dirawat. Kalau tidak, wah.. gak kebayang muka saya kayak apa.he.. kena matahari, debu, polusi”.

Penghasilan mereka sebagai pekerja perempuan menyapu jalan sekarang 34.000 rupiah perhari, yang dibayarkan perbulan sebesar Rp 1.020.000,-, masih melebihi standar Upah Minimum Provinsi tahun 2009 (UMP = Rp 980.000/bulan) tapi masih kurang dibandingkan Upah Minimum Kota tahun 2009 (UMK = Rp 1.085.000) walaupun tidak selisih jauh. Dari segi jumlah, penghasilan mereka sekarang sangat jauh berbeda dengan gaji pertama ketika informan mulai bekerja pada tahun 80-an, yaitu sekitar 1000-1500 rupiah perhari, tapi dari segi nilai belum tentu.

Penghasilan suami informan pun tidak jauh berbeda dengan mereka yaitu sekitar 1 (satu) jutaan lebih, dengan pekerjaan yang bervariasi seperti tukang bangunan, tukang beca, pedagang sayur, penjual roti, dukun dan juga petugas kebersihan. Sehingga dapat diperkirakan penghasilan keluarga informan lebih kurang antara 2,5-3 juta rupiah perbulan. Dari jumlah penghasilan tersebut mereka harus menghidupi keluarganya, dengan jumlah tanggungan antara 2–5 orang anak dan tentunya juga membeli kosmetik pemutihnya yang berharga sekitar 5-40 ribu rupiah. Walaupun ada diantara mereka yang anaknya sudah berkeluarga, seperti Bu Molek, Bu Sun dan Bu Jum.

Pekerja perempuan penyapu jalan sebagian besar termasuk commuters7, karena umumnya mereka berasal/bertempat tinggal di Tanjung Morawa yang merupakan wilayah Kabupaten Deli Serdang, sebagaimana halnya dengan informan dalam penelitian ini, mayoritas informan berasal dari Tanjung Morawa, satu

7

 Orang yang setiap hari pergi pulang dan tempat tinggal dan tempat pekerjaannya di desa-desa atau kota-kota yang berjauhan lokasinya.

diantaranya bertempat tinggal di Simpang limun. Data dari Dinas kebersihan kota Medan menunjukkan, besarnya arus commuters menjadikan jumlah penduduk kota Medan pada siang hari diperkirakan bertambah 566.611 jiwa, sedang malam hari jumlah penduduk kota Medan diperkirakan 2.999.851 jiwa.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, faktor utama yang menyebabkan komutasi ke kota Medan adalah adanya pandangan bahwa: (1) bekerja di kota lebih bergengsi, (2) di kota lebih gampang mencari pekerjaan, (3) tidak ada lagi yang dapat diolah (dikerjakan) di daerah asalnya, dan (4) upaya mencari nafkah yang lebih baik (Pemko Medan, 2006). Seperti yang diakui oleh Bu Jum,

“Sangat lumayan gaji saya dari pekerjaan ini. Saya tamatan SD, tapi bisa dapat kira-kira 1 (satu) juta per bulan kan besyukur banget. Jadi bisa bantu suami saya yang cuma penjual roti”.

Sebagai commuters yang melakukam perjalanan pergi pulang dari Tanjung Morawa ke Medan selama puluhan tahun, sedikit banyaknya mengalami adanya interaksi antara informan dengan masyarakat kota Medan, seperti Bu Molek yang pernah bekerja di rumah kakak peneliti, sebagai pekerjaan sampingannya di waktu istirahat. Selain itu juga secara langsung mereka dapat melihat adanya perkembangan kota Medan dari tahun ke tahun, baik secara fisik maupun sosial, termasuk juga perkembangan mode, fashion dan tata rias, yang bisa jadi juga menjadi acuan mereka. Sebagai commuters, informan ketika mereka pergi ke Medan dan pulang ke rumahnya, sebagian dari mereka tidak mengenakan seragam penyapu jalan. Mereka berpenampilan seperti layaknya perempuan yang hendak pergi bekerja. Mereka mengenakan pakaian yang pantas dilihat, seperti memakai celana panjang yang terbuat dari bahan jeans dan keeper, memakai blouse katun atau kaos dan ada juga

yang memakai jilbab, serta tidak lupa memakai bedak dan lipstick. Bahkan peneliti juga pernah menjumpai pekerja perempuan penyapu jalan yang berpakaian dengan memakai celana short dengan atasan kaos merah bergaris-garis, yang sedang menyapu di sekitar jl.Dr Mansur. Hanya penutup kepala berwarna kuning sajalah yang menandakan dia seorang perempuan penyapu jalan.

Penampilan informan yang demikian, menjadikan mereka tidak ada bedanya dengan pekerja perempuan di tempat-tempat lain, tampil cantik, menarik dan wangi, ditambah lagi ada beberapa dari mereka yang berwajah cantik. Sehingga bagi orang yang tidak mengenal mereka, bisa tidak mengetahui bahwa pekerjaan mereka di kota Medan adalah sebagai pekerja perempuan penyapu jalan.

Keadaan ini membuat mereka merasa nyaman dan betah puluhan tahun bekerja sebagai penyapu jala, disamping memiliki gaji yang lumayan, juga bisa melihat-lihat kota Medan dan perkembangannya, seperti yang dikatakan oleh Jelita, Jum dan Bu Molek. Hal ini sesuai dengan gambaran yang diperoleh dari penelitian sebelumnya (Linda, 1990) bahwa 60 % pekerja penyapu jalan merasa gembira, mendapat banyak pengalaman, gaji lumayan dan hubungan dengan rekan sekerja maupun mandor terasa akrab.

Dokumen terkait