• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KELOMPOK

5.2 Deskripsi Karakteristik dan Kapasitas Kelompok

5.2.1 Karakteristik Kelompok

Karakteristik kelompok terdiri atas tujuan, aktivitas kelompok, pembagian tugas di dalam kelompok dan suasana kelompok. Tujuan kelompok tergolong tinggi. Hal ini berarti sebagian besar responden penelitian menyatakan bahwa tujuan kelompok sudah sesuai dengan tujuannya. Sebagian besar responden mengetahui tujuan kelompoknya dan tujuan kelompoknya sudah sesuai dengan tujuannya. Lalu responden menyatakan bahwa manfaat responden bergabung dengan kelompok cukup besar dan tujuan kelompoknya sudah tercapai.

Lalu aktivitas kelompok tergolong rendah yang dapat mengartikan bahwa sebaran responden menyatakan didalam kelompok mereka sangat sedikit aktivitas yang ada atau terdapat aktivitas tapi mereka tidak mengikuti aktivitas tersebut. Bagi responden yang menyatakan mengikuti aktivitas di dalam kelompok maupun yang tidak, baik yang didalamnya terdapat aktivitas kelompok maupun tidak. Aktivitas kelompok dilakukan jika unit produksi dikelola bersama, sehingga terdapat aktivitas di dalam kelompok. Namun hanya kelompok Sukamaju dan kelompok KWT Citapen Berkarya yang memiliki unit usaha bersama yang dikerjakan bersama kelompok, sedangkan dua kelompok lainnya yaitu kelompok Pondok Menteng dan kelompok Tani Jaya anggotanya mengelola usaha sendiri, sehingga aktivitas kelompoknya tergolong rendah. Namun terdapat beberapa anggota yang tidak merasakan hal tersebut, karena masih merasa tujuan kelompoknya belum sesuai dengan tujuannya.

Kemudian untuk pembagian tugas didalam kelompok tergolong rendah. Pembagian tugas akan akan terjadi jika kelompok memiliki usaha bersama di dalam kelompok. Namun hampir 40 persen responden menyatakan pembagian tugas di dalam kelompok tidak jelas, tidak adanya pembagian tugas di dalam kelompok sehingga membuat responden tidak melaksanakan tugas tersebut dan dengan adanya pembagian tugas di dalam kelompok yang diharapkan dapat mempererat kelompok, namun hal tersebut tidak terlaksana, sehingga pembagian tugas tergolong rendah.

Tanggapan responden terhadap suasana kelompok tergolong tinggi. Hal ini berarti sebagian besar anggota kelompok menyatakan bahwa kenyamanan di dalam kelompok dengan hubungan antar anggota yang terjalin intim, saling

membantu satu sama lain, seringnya berinteraksi antar anggota kelompok salah satunya dengan berdiskusi, dan saling terbuka terhadap kelompok. Hal tersebut membuat persentase suasana kelompok tergolong tinggi.

Tabel 10 Persentase Tanggapan Responden mengenai Karakteristik Kelompok, Tahun 2011 Karakteristik Kelompok Tanggapan Responden Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%) Total (%) Tujuan 31.4 25.7 42.8 100 Aktivitas 40.0 28.5 31.4 100 Pembagian Tugas 40.0 22.9 37.1 100 Suasana Kelompok 31.4 14.2 54.2 100

Berdasarkan Tabel 10 diatas, tanggapan responden terhadap karakteristik kelompok terbanyak tergolong pada kategori rendah. Hal ini dikarenakan responden belum merasakan karateristik kelompok mereka sesuai dengan karakteristik kelompok yang seharusnya terjadi di dalam kelompok.

5.2.3 Kapasitas Kelompok

Kapasitas kelompok terdiri atas empat variabel, yaitu unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar dan jaringan kerjasama. Sebanyak 48.6 persen tanggapan responden mengenai unit produksi tergolong dalam kategori sedang. Hal-hal yang membuat unit produksi tergolong dalam kategori sedang adalah dari empat kelompok yang menjadi sampel penelitian, hanya kelompok KWT Citapen Berkarya dan dan Kelompok Sukamaju yang mengelola usaha bersama, sehingga unit produksi kelompok tergolong sedang. Sebagian besar anggota di kelompok Pondok Menteng tidak mengelola usaha bersama kelompok, walaupun ada sebagian anggota yang memiliki usaha bersama dengan anggota lain. Lalu kelompok Tani Jaya tidak memiliki unit produksi yang dikelola bersama kelompok. Anggota kelompok tersebut mengelola usahataninya masing-

masing. Alasan-alasan tersebut yang membuat unit produksi tergolong dalam kategori sedang.

Kerjasama kelompok tergolong pada kategori sedang, yang berarti bahwa tanggapan responden terhadap kerjasama kelompok adalah sedang. Tidak semua responden/anggota kelompok yang namanya tercantum dalam kelompok sering berinteraksi dengan kelompok untuk melakukan kerjasama di dalam kelompok. Seperti yang telah disebutkan pada unit produksi, sebagian besar kerjasama akan terjadi jika kelompok memiliki unit produksi yang dikelola bersama. Namun hanya dua dari empat kelompok yang memiliki unit usaha bersama sehingga kerjasama kelompok tergolong sedang, karena dua kelompok lain yaitu kelompok Pondok Menteng dan kelompok Tani Jaya sebagian besar anggotanya mengelola usaha masing-masing.

Wahana belajar tergolong dalam kategori sedang sama seperti dua variabel sebelumnya. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden, wahana belajar dapat dipengaruhi oleh adanya aktivitas di dalam kelompok tersebut. Jika di dalam kelompok tersebut terdapat aktivitas seperti, pertemuan rutin, rapat, pelatihan. Hal tersebut merupakan wahana belajar bagi anggota kelompok, karena dengan adanya aktivitas tersebut dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam bersosialisi bagi anggota. Namun tidak semua kelompok melakukan aktivitas tersebut, sehingga wahana belajar hanya tergolong dalam kategori sedang.

Jaringan kerjasama tergolong sedang. Jaringan kerjasama dapat dibentuk oleh kelompok jika memang kelompok membutuhkan jaringan tersebut dan berusaha untuk menjalin kerjasama dengan lembaga tersebut. Lembaga-lembaga tersebut adalah lembaga penyedia saprodi, lembaga penyedia modal, lembaga pengolahan hasil, lembaga pemasaran dan lembaga penyuluhan. Tidak semua kelompok bekerjasama dengan semua jaringan tersebut. Hanya beberapa lembaga yang bekerjasama dengan kelompok tani di Gapoktan Rukun Tani, seperti kelompok Pondok Menteng bekerjasama dengan lembaga penyedia saprodi, lembaga pemasaran dan lembaga penyuluhan, lalu kelompok KWT Citapen Berkarya bekerjasama dengan lembaga pemasaran, kemudian kelompok Tani Jaya bekerjasama dengan lembaga penyedia saprodi dan kelompok Sukamaju

bekerjasama dengan lembaga pengolahan hasil. Kelompok Pondok Menteng yang merupakan petani bekerjasama dengan lembaga tersebut, namun sebagian besar anggota kelompok Pondok Menteng yang menjadi responden tidak bekerjasama dengan lembaga tersebut. Hal ini dapat diartikan dengan adanya Program PUAP, kelompok dapat membentuk jaringan kerjasama dengan pihak yang memang dapat memenuhi kepentingan kelompok, sehingga jaringan kerjasama tergolong sedang karena tidak semua lembaga dibutuhkan oleh kelompok.

Tabel 11 Persentase Tanggapan Responden mengenai Kapasitas Kelompok, Tahun 2011 Kapasitas Kelompok Tanggapan responden Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%) Total (%) Unit Produksi 31.4 48.6 20.0 100 Kerja sama 31.4 54.3 14.2 100 Wahana Belajar 25.7 42.8 35.0 100 JaringanKerjasama 25.7 62.8 8.5 100

Berdasarkan Tabel 11 yang tertera diatas, tanggapan responden terhadap kapasitas kelompok yang terdapat dalam kelompok mereka terbanyak ada pada kategori sedang.

5.3 Deskripsi Pelaksanaan PUAP

Pelaksanaan Program Usaha Agribisnis Perdesaan di Desa Citapen tergolong rendah pada tahap perencanan. Hal ini dikarenakan pada tahap perencanaan, sebagian besar responden dengan persentase sebanyak 54.4 persen responden baru menjadi anggota selama kurang dari 17 bulan, sedangkan PUAP berlangsung sejak tahun 2009 di Desa Citapen sehingga responden tersebut tidak terlibat dalam proses perencanaan dikarenakan responden belum menjadi anggota kelompok, maka responden tidak diundang dalam pertemuan PUAP yang berlangsung di Desa. Namun terdapat sebagaian responden yang pernah terlibat

dalam perencanaan PUAP, responden tersebut yang keanggotaannya sudah melebihi 16 bulan lamanya.

Alasan lain responden tidak hadir dalam proses perencanaan, karena ada kegiatan lain yang dilakukan responden dan terdapat responden yang tidak tahu mengenai pertemuan tersebut. Hal tersebut berarti informasi yang ada di Gapoktan belum berjalan dengan baik, sehingga perlu adanya perbaikan.

Tahap pelaksanaan PUAP tergolong sedang. Sebanyak 51.4 persen responden menyatakan keterlibatannya dalam pelaksanaan tergolong sedang. Sebagian besar responden menggunakan modal usahanya untuk usaha agribisnis, namun ada beberapa responden yang menggunakannya untuk usaha non agribisnis seperti usaha kreditan dan counter hape. Usaha tersebut bukan merupakan usaha agribisnis, sedangkan sasaran PUAP salah satunya adalah untuk mengembangkan usaha agribisnis di pedesaan, sehingga terjadi sedikit kesalahan dalam sasaran PUAP walaupun sebagian besar penerima mengelola usaha agribisnis.

Alasan lain yang menyebabkan pelaksanaan PUAP tergolong sedang adalah tidak terdapatnya pendampingan dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan ketua kelompok, hanya sebagian kelompok yang mendapat pendampingan dari ketua kelompok terutama bagi kelompok yang memngelola usaha bersama, namun selebihnya responden yang meminjam dana mencari tahu sendiri ke Gapoktan tentang dana PUAP. Kemudian PPL hanya mendampingi kelompok diawal-awal turunnya BLM PUAP, karena PPL yang ditugaskan mendampingi Gapoktan Rukun Tani mendapatkan kegiatan yang mengharuskan beliau masuk dalam proses karantina, sehingga tidak dapat mendampingi kelompok. Oleh sebab itu, hampir lebih kurang enam bulan tidak terdapat peran PPL dalam pelaksanaan Program PUAP, sehingga apa yang dibutuhkan oleh anggota terhadap PPL tidak dapat diwujudkan. Selain itu tidak sedikit responden yang memiliki usaha lain yang tidak berasal dari modal PUAP dan hal tersebut dapat mempengaruhi pelaksanaan PUAP yang tidak sepenuhnya dilakukan oleh responden.

Tahap evaluasi merupakan tahapan terakhir dalam proses pelaksaan Program PUAP. Kegiatan ini diwujudkan dengan pertemuan untuk membahas pelaksanaan PUAP yang telah dilakukan dengan pertukaran pendapat dan pembuatan laporan hasil pelaksanaan. Seharusnya anggota kelompok, terutama

penerima BLM PUAP terlibat dalam aktivitas ini, sehingga evaluasi benar-benar dilakukan oleh orang yang melakukan pelaksananaan program.

Evaluasi sebagian besar dilakukan oleh pengurus kelompok dan anggota- anggota terdekat. Hal ini salah satunya dikarenakan informasi yang kurang tersebar serta jarak tempat tinggal ke sekretariat yang jauh atau adanya kesibukan anggota kelompok pada saat berlangsung evaluasi, sehingga evaluasi Program PUAP tergolong sedang.

Tabel 12 Persentase Tanggapan Responden mengenai Pelaksanaan PUAP, Tahun 2011 Pelaksanaan Program PUAP Tanggapan Responden Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%) Total (%) Perencanaan 51.4 34.2 14.2 100 Pelaksanaan 25.7 51.4 22.8 100 Evaluasi 28.5 51.4 20.0 100

Berdasarkan tabel diatas, disimpulkan bahwa pelaksanaan PUAP di Desa Citapen cukup aktif. Terlihat dari tanggapan responden yang terbanyak ada pada kategori sedang. Namun tidak sedikit Program PUAP yang tidak berjalan lancar di Indonesia.Akibat PUAP yang bernuansa keproyekan, menyebabkan program PUAP macet di beberapa Gapoktan di Indonesia.

BAB VI

PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DAN HUBUNGANNYA DENGAN

KAPASITAS KELOMPOK TANI

6.1 Hubungan Pelaksanaan Program PUAP dengan Kapasitas Kelompok

Pelaksanaan Program PUAP di Desa Citapen diawali dengan adanya perencanaan yang diimplementasikan melalui pelaksanan PUAP dan terakhir adalah tahap evaluasi. Berikut hasil tabulasi silang antara pelaksanaan PUAP dengan kapasitas kelompok disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Persentase Responden menurut Pelaksanaan Program PUAP dan Kapasitas Kelompok pada Program PUAP di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, 2011

Pelaksanaan Program PUAP

Kapasitas Kelompok

Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

R S T R S T R S T Unit Produksi R 33.1 41.7 0 33.3 31.6 12.5 24.0 37.5 25.0 S 61.1 33.3 40.0 55.6 47.4 50.0 64.0 31.2 50.0 T 5.6 25.0 60.0 11.1 21.1 37.5 12.0 31.2 25.0 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Kerjasama Kelompok R 38.9 25.0 20.0 27.8 26.3 12.5 20.0 31.2 25.0 S 55.6 41.7 80.0 61.1 47.4 37.5 56.0 50.0 25.0 T 5.6 33.3 0 11.1 26.3 50.0 24.0 18.8 50.0 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Wahana Belajar R 44.4 8.3 0 72.2 36.8 0 56.0 37.5 0 S 44.4 50.0 20.0 16.7 31.6 12.5 24.0 25.0 0 T 11.1 41.7 80.0 11.1 31.6 87.5 20.0 37.5 100 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Jaringan Kerjasama R 27.8 33.3 0 33.3 26.3 12.5 24.0 31.0 25.0 S 66.7 58.3 80.0 61.1 68.4 75.0 72.0 56.2 75.0 T 5.6 8.3 20.0 5.6 5.3 12.5 4.0 12.5 0 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Keterangan : R= Rendah, S= Sedang, T= Tinggi

Berdasarkan hasil tabulasi silang, unit produksi terbesar berada pada perencanaan yang rendah yaitu sebesar 61.1 persen. Bahwasannya unit produksi

yang dikelola oleh responden tanpa perencanaan yang dilakukan sejak awal turunnya PUAP. Lalu kerjasama kelompok tertinggi berada ketika perencanaan tinggi, yaitu sebesar 80 persen. Namun kerjasama tersebut masih tergolong dalam kategori sedang. Lalu saat perencanaan tinggi, kerjasama yang terjalin tinggi sebesar 0 persen, artinya saat perencanaan program tinggi, tidak dapat menghasilkan kerjasama yang tinggi pula karena hanya beberapa kelompok yang memiliki unit produksi bersama. Kemudian perencanaan yang tinggi menjadikan wahana belajar yang tinggi pula bagi responden, yaitu sebesar 80 persen. Tahap perencanaan dapat menjadi wahana belajar bagi responden, karena pada tahap tersebut terjadi proses diskusi yang dapat disebut sebagai proses belajar bagi responden. Jaringan kerjasama tertinggi berada pada perencanaan yang tinggi yaitu sebesar 80 persen, namun masih tergolong pada kategori sedang. Pada saat berlangsungnya kerjasama responden hanya dapat merencanakan jaringan kerjasama yang bisa dilakukan, namun karena pelaksanaannya belum terlaksana, maka jaringan kerjasama belum dapat tergolong tinggi.

Unit produksi tertinggi berada pada pelaksanaan yang rendah yaitu sebesar 55.6 persen. Hal ini menunjukkan unit produksi yang dianalisis merupakan unit produksi kelompok, namun tidak sedikit responden yang mengelola usaha produksi secara individu seperti anggota petani Pondok Menteng yang sebagian besar adalah ibu-ibu pedagang sembako dan kreditan. Responden yang mengelola produksi secara mandiri mayoritas ibu-ibu anggota gapoktan yang menjadi anggota setelah mendapat tawaran untuk meminjam oleh ketua gapoktan atau berinisiatif untuk meminjam kepada gapoktan. Kemudian responden namanya tercantum dalam kelompok. Usaha yang dikelola berupa usaha warungan seperti jual sembako, gorengan, kredit, counter hape yang modalnya berasal dari uang PUAP. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden M, 43 tahun dan S, 43 tahun sebagai berikut:

…….saya menjadi anggota kelompok ketika saya butuh uang buat tambah modal usaha, usaha yang saya kelola memang usaha lama saya, jadi ketika kekurangan modal saya mengajukan pinjaman kepada gapoktan dan di acc, sehingga saya menjadi anggota kelompok………”

“……saya tidak turut serta usaha bersama kelompok, karena usahasaya sudah berjalan lama, yaitu usaha kredit, usaha kelompok yang ada di kelompok saya adalah bertani, maka saya tidak turut serta bersama kelompok…….”

Pernyataan responden diatas menyatakan bahwa responden tersebut mengelola usaha sendiri karena usaha sudah berjalan sejak lama, sehingga menjadi anggota kelompok ketika mereka kekurangan modal saja. Selain itu kelompok tersebut mengelola usaha di bidang pertanian, dan usaha itu tidak sesuai dengan responden tersebut. Oleh karena itu, ketika pelaksanaan tinggi dan unit produksi tinggi hanya menghasilkan persentase sebesar 37.5 persen, hasil persentase tersebut sebagian besar merupakan pernyataan responden yang memang memiliki unit produksi bersama di dalam kelompok.

Sebagian besar responden yang terlibat pada saat pelaksanaan program PUAP tinggi menyatakan bahwa kerjasama kelompok juga yang tinggi pula, yaitu sebesar 50 persen dibandingkan dengan keterlibatan saat pelaksanaan rendah, kerjasama kelompoknya berada pada kategori sedang yaitu 61.1 persen. Hal ini dikarenakan pada saat pelaksanaan memang dibutuhkan adanya kerjasama kelompok, hal tersebut membuat kerjasama kelompok tinggi pada saat pelaksanaan juga tinggi, terutama bagi responden yang memiliki unit produksi kelompok.

Keterlibatan responden saat pelaksanaan tinggi, menghasilkan pernyataan yang tinggi pula dalam wahana belajar kelompok yaitu sebesar 87,5 persen. Baik anggota yang mengelola usaha bersama kelompok maupun anggota yang mengelola usahanya secara mandiri merasakan hal yang sama jika keterlibatan anggota dalam pelaksanaan program juga tinggi, karena terdapat aktivitas di dalam kelompok sebagai wahana belajar, yaitu rapat kelompok, pertemuan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh kelompok atau pihak lain. Keterlibatan responden pada tahap pelaksanaan tinggi menghasilkan jaringan kerjasama yang sedang sebesar 75 persen. Hal tersebut dikarenakan pada saat pelaksanaan, anggota gapoktan memerlukan jalinan kerjasama dengan lembaga yang dapat membantu jalannya produksi usahatani, seperti lembaga pemasaran hasil dan lain-

lain. Namun dari lima jaringan yang ditanyakan dalam kuesioner, hanya sedikitnya satu jaringan yang dimiliki oleh masing-masing kelompok

Unit produksi tertinggi yang dihasilkan saat evaluasi program rendah sebesar 64 persen. Sedangkan, responden dengan keterlibatan yang rendah saat evaluasi menghasilkan unit produksi tertingginya sebesar 12 persen. Selain itu, responden dengan keterlibatan yang tinggi pada tahap evaluasi sebagian besar memiliki unit produksi yang sedang yaitu sebesar 50 persen.

Pada saat pelaksanaan evaluasi program PUAP, tidak banyak anggota gapoktan yang meminjam dana PUAP terlibat. Sebagian besar anggota gapoktan yang terlibat saat evaluasi program merupakan anggota gapoktan yang letak rumahnya dekat dengan sekretariat gapoktan, selain itu banyaknya responden yang terlibat saat evaluasi adalah responden yang memiliki peran banyak di sekretariat gapoktan, seperti ketua kelompok tani, ketua gapoktan, sekretaris. Sehingga pernyataan keterlibatan responden pada saat evaluasi tinggi dan kerjasama kelompoknya tinggi terdapat 50 persen, jawaban tersebut sebagian besar merupakan pernyataan dari ketua-ketua kelompok atau pengurus kelompok dan anggota yang lokasi rumahnya dekat dengan sekretariat gapoktan.

Responden yang terlibat dalam evaluasi program tinggi, menyatakan wahana belajar di dalam kelompoknya juga tinggi. Hal ini menunjukkan pentingnya keterlibatan anggota dalam evaluasi program, karena dapat menjadi wahana belajar bagi anggota. Oleh karena itu perlunya kesadaran bagi anggota bahwa evaluasi program itu sangat penting.

Hasil uji korelasi rank spearman antara pelaksanaan Program PUAP dengan kapasitas kelompok cukup beragam. Berikut hasil uji korelasi rank spearman dijelaskan pada Tabel 14 di bawah ini.

Tabel 14 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Pelaksanaan Program PUAP dengan Kapasitas Kelompok

Pelaksanaan PUAP Kapasitas Kelompok Unit Produksi Kerjasama Kelompok Wahana Belajar Jaringan Kerjasama Perencanaan 0.067 0.246 0.000 0.358 Pelaksanaan 0.022 0.004 0.025 0.126 Evaluasi 0.706 0.710 0.022 0.428

Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa, perencanaan Program PUAP berhubungan dengan unit produksi dan wahana belajar namun tidak berhubungan dengan kerjasama kelompok dan jaringan kerjasama. Tahap perencanaan melibatkan PPL, anggota Gapoktan, pengurus Gapoktan, dan aparat desa yang dilaksanakan di sebuah ruangan pesantren di Desa Citapen. Anggota kelompok yang diundang tidak semuanya hadir dengan alasan terdapat kegiatan lain saat pertemuan tersebut berlangsung. Lalu sebagian besar responden penelitian merupakan anggota baru yang banyak tidak menghadiri pertemuan PUAP. Oleh karena itu tahap perencanaan hanya dapat berhubungan dengan unit produksi dan wahana belajar, karena terjadi proses pembelajaran dalam kegiatan tersebut seperti saat dilakukannya diskusi, kemudian unit produksi juga berhubungan pada saat perencanaan karena pada saat itu unit produksi merupakan bahan diskusi.

Kerjasama dalam kelompok dan jaringan kerjasama tidak berhubungan pada saat perencanaan. Kerjasama kelompok tidak terwujud saat perencanaan karena saat proses diskusi berlangsung anggota melakukannya atas nama anggota gapoktan bukan melakukannya bersama kelompok mereka. Jaringan kerjasama juga tidak berhubungan pada tahap perencanaan, karena jaringan kerjasama baru akan terlihat jika pelaksanaan Program PUAP sudah berjalan.

Tahap kedua dalam pelaksanaan Program PUAP adalah pelaksanaan yang dilakukan oleh anggota kelompok tani dengan menggunakan modal PUAP. Pada tahap ini kapasitas kelompok yang berhubungan adalah unit produksi, kerjasama kelompok, dan wahana belajar, sedangkan jaringan kerjasama tidak berhubungan dengan pelaksanaan PUAP, hal ini disebabkan pada tahap pelaksanaan, sebagian besar kelompok belum memerlukan jaringan kerjasama yang banyak sehingga jaringan kerjasama tidak berhubungan saat pelaksanaan. Unit produksi meningkat dan bertambah saat Program PUAP sudah dilaksanakan, sehingga unit produksi berhubungan dengan pelaksanaan program. Kerjasama kelompok terjalin saat pelaksanaan program terutama bagi kelompok yang mengelola usaha bersama seperti kelompok Kelompok Wanita Tani Citapen Berkarya. Kelompok tersebut mengelola unit usaha bersama dengan usaha utamanya adalah keripik pisang.

Dalam pengolahan keripik pisang dibutuhkan kerjasama anggota, kegiatan tersebut menjadi wahana belajar bagi anggota.

Evaluasi merupakan tahapan terakhir dalam proses pelaksanaan Program PUAP di Desa Citapen. Kapasitas kelompok yang berhubungan dengan evaluasi program adalah wahana belajar. Pada saat evaluasi terdapat keterlibatan responden di dalamnya dalam mengemukakan pendapat dan pembuatan laporan evaluasi. Kegiatan tersebut menjadi wahana belajar bagi responden. Sedangkan pada tahap evaluasi, unit produksi, kerjasama kelompok dan jaringan kerjasama tidak berhubungan karena tahap ini merupakan proses diskusi yang tidak menghasilkan hubungan dengan ketiga variabel tersebut.

Dokumen terkait