• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

i

DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI,

KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

NOVIA PUTRI SETYA AYU I34070114

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

i

(PUAP) and Its Relation to the Capacity of Farmer Groups. Supervised by SITI AMANAH

Aims of the research were: (1) to analyse relationship between PUAP implementation with capacity of farmers groups, (2) to analyse correlation between characteristics of group with the capacity groups, (3) to analyse correlation between characteristics of personal group member characteristics with capacity of groups. The research used quantitative approach with survey method. Respondents were members of farmer groups in Gapoktan Rukun Tani, who participate in the program. The number of sample respondents were 35 farmers from 4 groups. Population of the research were members of farmer capacity groups who received PUAP. There were 187 farmers who were members of Gapoktan Rukun Tani. Sample respondents were 35 farmers from 4 groups. Respondents were chosen with disproportsional random sampling. Research result showed that were positive correlation between PUAP implementation with capacity of groups, between characteristics of group with capacity of groups. On the other hand, there were negative correlation between characteristics of personal group member with capacity of groups. Farmer groups need to increase the role in developing group member capacity.

(3)

iii

RINGKASAN

PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DAN HUBUNGANNYA DENGAN KAPASITAS KELOMPOK TANI DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT. Di bawah bimbingan Siti Amanah

Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian.

Sebagian besar masyarakat tani berada di wilayah pedesaan. Terdapat beberapa

program pemerintah untuk membantu masyarakat pedesaan. Program tersebut

salah satunya adalah Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP). Program PUAP ditujukan untuk masyarakat tani yang tergabung dalam

Gabungan kelompok tani (Gapoktan).

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui apakah PUAP

membantu anggota Gapoktan, (2) mengetahui hubungan Pelaksanaan Program

PUAP dengan kapasitas kelompok, (3) mengetahui hubungan karakteristik

kelompok dengan kapasitas kelompok, dan (4) mengetahui hubungan antara

ciri-ciri individu dengan kapasitas kelompok.

Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen,

Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Responden penelitian

sebanyak 35 orang anggota Gapoktan yang terdiri dari empat kelompok yang

merupakan penerima PUAP yang diambil secara acak disproportsional. Program PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota,

baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program PUAP cukup berhasil

dilakukan di Gapoktan Rukun Tani. Pada pelaksanaannya hanya beberapa

kelompok yang memiliki usaha bersama. Mayoritas usaha yang dijalankan adalah

usaha agribisnis, namun ada juga usaha non agribisnis yang diusahakan oleh

anggota, sehingga yang terjadi seperti ini dapat dikatakan salah sasaran. Tujuan

penelitian ini mengharapkan, bahwa pelaksanaan PUAP dapat mengelola usaha

bersama-sama dengan kelompok sehingga kapasitas kelompok dapat terlihat

karena adanya program PUAP. Namun tidak sedikit responden yang mengelola

(4)

iv

dalam kelompok. Tidak sedikit juga anggota yang mendaftar untuk menjadi

anggota gapoktan setelah bantuan PUAP turun di Gapoktan.

Berdasarkan hipotesis penelitian, pelaksanaan Program PUAP

berhubungan dengan kapasitas kelompok sehingga hipotesis penelitian dapat

diterima. Lalu karakteristik kelompok sebagian besar berhubungan dengan

kapasitas kelompok sehingga hipotesis dapat diterima. Namun ciri-ciri anggota

yang terdiri atas pendidikan non formal dan kekosmopolitan tidak berhubungan

(5)

v

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh:

Nama : Novia Putri Setya Ayu

NIM : I34070114

Judul : Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa

Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Barat

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia,

Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. SitiAmanah, M.Sc

NIP.19670903 199212 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS

NIP. 19550630 198103 1003

(6)

vi

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DAN HUBUNGANNYA DENGAN KAPASITAS KELOMPOK TANI DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN

UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA

JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL

KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN

YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN

KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2011

Novia Putri Setya Ayu

(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Novia Putri Setya Ayu dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 23

Desember 1988. Penulis merupakan anak ke-empat dari pasangan Bapak

Mudjiman dan Ibu Siti Farida. Penulis memulai sekolahnya di TK Negeri

Mexindo Bogor tahun 1994, SDN Malabar 1 Bogor tahun 1995, SMPN 3 Bogor

tahun 2001 dan SMAN 4 Bogor pada tahun 2004. Setamat SMA pada tahun 2007,

penulis diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti pelatihan dan seminar

yang mendukung kegiatan akademik dan pengembangan softskill. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti kegiatan non-akademik, seperti menjadi pengurus

Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat (HIMASIERA) periode tahun 2008-2010. Penulis juga pernah terlibat

dalam kegiatan kepanitiaan baik yang diadakan departemen maupun fakultas.

Penulis dipercaya sebagai anggota Divisi Humas di Kepanitiaan Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2008 sebagai anggota Divisi Humas di Kepanitiaan Olahraga ESPENT 2008 dan sebagai divisi publikasi dan dokumentasi pada

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas

rahmat, putunjuk, dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan

Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)”.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai

pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi

ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung, antara lain:

1. Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran memberikan dorongan, bimbingan, arahan, motivasi, dan

masukan sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

2. Papa, Mama, Mas Eko, Mas Opieh, Mas Iwin, Mba Anggi, Bowo, Koko, Inggit, Tegar dan Cecen atas kasih sayang, dorongan, serta doa yang selalu

dicurahkan kepada penulis. Kepada semua keluarga atas doanya.

3. Segenap keluarga Gapoktan Rukun Tani Bapak H. Misbah, Ibu Hj. Didoh, Bapak Jamil, Bapak Cecep, Teh Nia, Keluarga Bapak Adun, Bapak Dade,

Ibu Eneng dan Ibu Hj. Masripah.

4. Aparat Desa Citapen atas segala informasi yang diberikan baik lisan maupun tertulis.

5. BP4K Kabupaten Bogor dan BP3K Wilayah Ciawi yang telah memberikan informasi kepada penulis.

6. Beasiswa BUMN.

7. Arkaniyati, teman satu bimbingan yang selalu memberikan motivasi, informasi dan saran-saran terbaik kepada penulis.

8. Sahabat terbaik Dinda dan Karina yang selalu bersedia memberi bantuan serta dukungan kepada penulis.

(9)

ix

10. Rekan bisnis di deuisgeulis Ma, Wina dan Cicit atas dukungannya kepada penulis.

11. Teman-teman KPM 44 yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 12. Gusti Alit Nirmalasakti atas doa dan dukungannya kepada penulis.

13. Staf Dokis, Ibu Neny dan Staf Perpustakaan LSI yang telah banyak membantu penulis dalam mencari pustaka skripsi.

14. Staf Sekretariat KPM, Mba Dini, Mba Maria, Mba Icha dan Ibu Susi, terimakasih atas informasi akademik selama perkuliahan, kolokium,

sidang, hingga selesai masa kelulusan.

15. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan dan semoga kesuksesan saya dapat membawa kebanggaan dan

bermanfaat bagi semua keluarga, sahabat, teman-teman, bangsa, dan negara.

(10)

x 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian……… 17

3.2 Teknik Pengumpulan Data……… 17

3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data……….. 18

3.4 Uji Korelasi Rank Spearman………. 19

3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen………. 20

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Citapen……… 24

4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif……… 24

4.1.2 Kondisi Penduduk………. 24

4.2 Profil Gabungan Kelompok Tani Rukun Tani…………... 26

5 KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KELOMPOK 5.1 Karakteristik Responden………... 30

5.1.1 Jenis Kelamin……… 30

5.1.2 Usia………... 30

5.1.3 Tingkat Pendidikan………... 31

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga………... 32

5.1.5 Lamanya Keanggotaan……….. 33

5.2 Deskripsi Karakteristik dan Kapasitas Kelompok……… 33

(11)

xi

6 PELAKSANAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA

AGRIBISNIS PERDESAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KAPASITAS KELOMPOK TANI

6.1 Hubungan Pelaksanaan Program PUAP dengan Kapasitas

Kelompok……….……… 40

6.2 Hubungan Karakteristik Kelompok dengan Kapasitas Kelompok……….……… 45

6.3 Hubungan Ciri-ciri Anggota dengan Kapasitas Kelompok………... 51

7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan………... 54

7.2 Saran……….…... 55

DAFTAR PUSTAKA………. 56

(12)

xii

Nomor Hal

Tabel 1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian di Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor,

Tahun 2011……….……….. 18

Tabel 2 Sebaran Penduduk Desa Citapen Menurut Tingkat

Pendidikan, Tahun 2010………...……… 25

Tabel 3 Sebaran Penduduk Desa Citapen Menurut Jenis Mata

Pencaharian, Tahun 2010………. 26

Tabel 4 Sebaran Data Kelompok Tani pada Gapoktan Rukun Tani,

Tahun 2010………...……… 29

Tabel 5 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin, Tahun 2011………... 30

Tabel 6 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Umur,

Tahun 2011……….……….…. 31

Tabel 7 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan, Tahun 2011………... 31

Tabel 8 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jumlah

Tanggungan Keluarga, Tahun2011……….. 32

Tabel 9 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Lamanya

Keanggotaan, Tahun2011………. 33

Tabel 10 Persentase Tanggapan Responden mengenai Karakteristik

Kelompok……….……… 35

Tabel 11 Persentase Tanggapan Responden mengenai Kapasitas

Kelompok……….……… 37

Tabel 12 Persentase Tanggapan Responden mengenai Pelaksanaan

PUAP………..……….. 39

Tabel 13 Persentase Responden menurut Pelaksanaan Program PUAP dan Kapasitas Kelompok pada Program PUAP di Desa Citapen I, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, 2011……… 40 Tabel 14 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Pelaksanaan PUAP

dengan Kapasitas Kelompok……… 43

Tabel 15 Persentase Responden menurut Ciri-ciri Anggota dan Kapasitas Kelompok pada Program PUAP di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, 2011…...……….. 46 Tabel 16 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Karakteristik

Kelompok dengan Kapasitas

Kelompok……… 49

Tabel 17 Persentase Responden menurut Ciri-ciri Anggota dan Kapasitas Kelompok pada Program PUAP di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, 2011………. 51 Tabel 18 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Ciri-ciri Anggota

(13)

xiii

Nomor Hal

(14)

xiv

Nomor Hal

Lampiran 1 Denah Lokasi Penelitian………... 57 Lampiran 2 Hasil Uji Validitas………... 58

Lampiran 3 Hasil Uji Reliabilitas………... 61

Lampiran 4 Gambar Susunan Organisasi Gabungan Kelompok Tani

Rukun Tani………...……….. 66

Lampiran 5 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman……… 67

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan potensi sumberdaya

alam serta didukung dengan kondisi iklim yang baik untuk mengembangkan

potensi sektor pertanian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2010), diketahui

sebanyak 41,18 persen masyarakat Indonesia bergerak dalam bidang pertanian,

kehutanan, perburuan dan perikanan. Hal ini menandakan bahwa sektor pertanian

memiliki pengaruh yang besar terhadap kemajuan bangsa Indonesia dan juga

menopang perekonomian bangsa Indonesia (BPS, 2010).

Pada umumnya pekerjaan di bidang pertanian berada di wilayah pedesaan.

Potensi Desa tahun 2008 menunjukkan sebanyak 66.515 desa di Indonesia

sebagian besar penduduknya memiliki sumber penghasilan utama di bidang

pertanian dari jumlah total desa sebanyak 75.410 (BPS, 2008). Badan Pusat

Statistik juga melaporkan sebanyak 4503 desa di Jawa Barat sebagian besar

penduduknya bekerja di sektor pertanian. Berdasarkan data tersebut dapat terlihat

bahwa sektor pertanian memiliki peran penting bagi pemenuhan kebutuhan hidup

manusia.

Petani kecil masih berkutat dengan kemiskinan. Permasalahan mendasar

yang dihadapi petani adalah kurangnya akses terhadap sumber permodalan, pasar

dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Kemiskinan di perdesaan

merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda

dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan

sosial. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan

perdesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada

pengurangan penduduk miskin. Kementerian Pertanian sejak tahun 2008

menggulirkan suatu program bantuan permodalan bagi petani di bawah koordinasi

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Program tersebut adalah

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program PUAP

(16)

oleh pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan

kerja di perdesaan.

Program PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk

petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun

rumahtangga tani. Terdapat beberapa desa di Kabupaten Bogor yang menerima

PUAP. Salah satu desa penerima program tersebut adalah Desa Citapen,

Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Citapen memiliki

satu Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang bernama Rukun Tani. Gapoktan

tersebut merupakan salah satu Gapoktan penerima PUAP dan sebagai Gapoktan

yang pernah meraih juara 2 di Provinsi Jawa Barat pada salah satu kegiatan

PUAP, oleh karena itu dipilih desa Citapen sebagai lokasi penelitian. Adanya

PUAP diharapkan dapat terjadi perubahan yang lebih produktif bagi petani

maupun kelompoknya. Atas dasar itulah, penelitian ini berupaya menganalisis

hubungan antara Program PUAP dengan kapasitas kelompok tani.

1.2 Perumusan Masalah

Petani di Desa Citapen mayoritas adalah petani padi dan sayuran. Sebagian

besar petani di desa tersebut merupakan anggota kelompok tani, walaupun ada

yang sebagian memilih untuk tidak bergabung. Kelompok Tani (Poktan) adalah

kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan,

kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban

untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota (Pedoman Umum

PUAP, 2011). Gapoktan Rukun Tani merupakan salah satu Gapoktan penerima

PUAP. Program PUAP di Desa Citapen ditujukan untuk membantu kelompok tani

dengan memberikan pinjaman berupa modal usaha.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan umum yang dapat

dirumuskan pada penelitian ini adalah Apakah Program PUAP dapat membantu

anggota Gapoktan. Pertanyaan umum tersebut dibagi ke dalam sub pertanyaan

yang diantaranya adalah:

1. Bagaimana hubungan Pelaksanaan Program PUAP dengan kapasitas

(17)

2. Bagaimana karakteristik kelompok berhubungan dengan kapasitas

kelompok?

3. Bagaimana ciri-ciri individu petani berhubungan dengan kapasitas

kelompok?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini terdiri atas

tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian adalah untuk

mengetahui apakah PUAP membantu meningkatkan kapasitas anggota Gapoktan.

Dari tujuan umum tersebut dapat dirumuskan tujuan-tujuan khusus penelitian ini,

diantaranya:

1. Mengetahui hubungan pelaksanaan Program PUAP dengan kapasitas

kelompok

2. Mengetahui hubungan karakteristik kelompok dengan kapasitas kelompok

3. Mengetahui hubungan antara ciri-ciri individu dengan kapasitas kelompok

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui pelaksanaan PUAP

dilaksanakan dengan melibatkan Gapoktan Rukun Tani di Desa Citapen,

Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Bagi penulis, tulisan

ini berguna sebagai sarana untuk mempertajam kemampuan menganalisis

permasalahan sosial yang ada di kehidupan nyata sesuai dengan materi yang telah

didapatkan diperkuliahan. Bagi civitas akademik diharapkan tulisan ini menjadi

referensi dalam melakukan penelitian-penelitian mengenai Program Pemerintah

yang terdapat hubungannya dengan kelompok tani yang ada di pedesaan.

Sementara itu, bagi pemerintah dan masyarakat, khususnya masyarakat tani

diharapkan tulisan ini dapat menjadi alternatif untuk membuat suatu program

pembangunan yang dapat mengikutsertakan kelembagaan pertanian yang ada di

(18)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Program PUAP

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan

program yang dinisiasi oleh Kementrian Pertanian.Menteri Pertanian membentuk

Tim Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan melalui Keputusan Menteri

Pertanian (KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007. Program PUAP

adalah bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani

pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani.

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani

pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk

mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi

oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Program

PUAP diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan

dikelola petani.

Program PUAP memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah (1)

mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan

pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi

wilayah, (2) meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus

Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani, (3) memberdayakan kelembagaan

petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis, (4)

meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra

lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.

Sasaran PUAP yaitu (1) berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa

miskin/tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa, (2) berkembangnya

10.000 Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani, (3) meningkatnya

kesejahteraan rumahtangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau

penggarap) skala kecil, buruh tani; dan (4) berkembangnya usaha pelaku

(19)

Indikator Keberhasilan PUAP terdiri dari indikator keberhasilan output dan indikator keberhasilan outcome. Indikator keberhasilan output antara lain adalah tersalurkannya BLM – PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga

tani miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian dan terlaksananya

fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumberdaya manusia pengelola

Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Sedangkan indikator

keberhasilan outcome antara lain, yaitu (1) meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani angota baik

pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani, (2)

meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan

bantuan modal usaha, (3) meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya

dan hilir) di perdesaan, dan (4) meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau

penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan

potensi daerah. Indikator ketiga yaitu indikator benefit dan impact yang antara lain

adalah (1) berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani

di lokasi desa PUAP, (2) berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi yang

dimiliki dan dikelola oleh petani, dan (3) berkurangnya jumlah petani miskin dan

pengangguran di perdesaan (http://www.deptan.go.id/index1.php).

2.1.2 Konsep Kapasitas

Subagyo, dkk (2008) mengatakan bahwa kapasitas petani adalah

daya-daya yang dimiliki pada pribadi petani untuk dapat menetapkan tujuan usahatani

secara tepat dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yang tepat

pula. Dengan demikian kapasitas merupakan aspek-aspek yang terinternalisasi

dalam diri petani yang ditunjukkan oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan

untuk menjalankan kegiatan usahatani. Dalam kegiatan usahatani agar petani

dapat berhasil dalam melakukan usahatani diperlukan kapasitas petani yang tinggi

agar mampu dalam mengidentifikasi potensi dan memanfaatkan peluang yang

dimiliki agar usahatani yang dilakukan sesuai dengan tujuan usahatani yang telah

ditetapkan dan mencapai tujuan tersebut secara tepat.

Setiap individu (orang) secara alamiah selalu memiliki kapasitas yang

(20)

dengan potensi yang dimiliki merupakan suatu kapasitas petani yang tidak boleh

diabaikan apabila ingin keberhasilan usaha pertanian dapat berkelanjutan.

Menurut Amanah (2010) kapasitas kelompok tani dapat dilihat dari unit

produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar kelompok dan jaringan kerjasama

yang dapat dilakukan oleh kelompok.

Peran Gapoktan dalam pengembangan kapasitas memiliki kendala,

diantaranya adalah kurangnya sumberdaya pendamping, kurangnya modal untuk

pemberdayaan SDM anggota, kurangnya akses kerjasama yang dapat dibentuk

dengan pihak luar.

2.1.3 Konsep Kelompok

Menurut Stephen P. Robins dalam Fitri (2008) kelompok adalah dua

individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantungan untuk mencapai

sasaran-sasaran tertentu. Selanjutnya Johnson dan Johnson dalam Fitri (2008),

kelompok adalah dua atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face two face

interaction), yang masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga

anggota kelompok, masing-masing menyadari saling ketergantungan secara

positif dalam mencapai tujuan bersama.

Menurut Mardikanto (1993) pengertian kelompok tani adalah sekumpulan

orang-orang tani atau petani yang terdiri petani dewasa (pria/wanita) maupun

petani taruna yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas

dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan

dipimpin oleh seorang kontak tani.

Pemahaman mengenai kelompok merujuk pada Amanah dkk (2010)

merujuk Slamet (2002), bahwasannya kelompok merupakan himpunan dua orang

atau lebih yang bergabung karena adanya kesamaan, berinteraksi melalui pola

tertentu untuk tujuan bersama, dalam kurun waktu yang relatif panjang.

Karakteristik kelompok dapat diamati dengan melihat kejelasan tujuan,

(21)

Suatu kelompok dapat dinamakan kelompok sosial, apabila memiliki

ciri-ciri sebagai berikut : (1) memiliki motif yang sama antara individu satu dengan

yang lain yang menyebabkan interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang

sama, (2) terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu

dengan yang lain, akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan

individu yang terlibat, (3) adanya penugasan dan pembentukan struktur atau

organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan

masing-masing, (4) adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok

yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan

bersama.

2.1.3.1Kelompok Tani

Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 93/Kpts/OT.210/3/97. Tanggal

18 Maret 1997 kelompok tani adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan

keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan

sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usaha tani

dan kesejahteraan anggotanya. Pada Peraturan Menteri Pertanian No.

273/Kpts/OT.160/4/2007 13 April 2007 tentang pedoman penumbuhan dan

pengembangan kelompok tani dan gabungan kelompok tani dijabarkan bahwa

kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar

kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber

daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

2.2 Kerangka Berfikir

Rukun Tani merupakan salah satu gabungan kelompok tani penerima

PUAP di Kabupaten Bogor. Berdasarkan laporan perkembangan Bantuan

Langsung Masyarakat (BLM) PUAP tahun anggaran 2009 s/d Desember 2010

Kabupaten Bogor, Gapoktan Rukun Tani memiliki perkembangan BLM PUAP

tertinggi, yaitu sebesar 197 persen.

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan ini dilihat mulai dari

pelaksanaan program PUAP yang diawali dengan perencanaan, pelaksanaan dan

(22)

dilihat adalah tujuan kelompok, aktivitas kelompok, pembagian tugas dan suasana

kelompok. Variabel ketiga adalah mengenai ciri-ciri anggota kelompok yang

dilihat dari pendidikan non formal dan kekosmopolitan. Kemudian ketiga variabel

tersebut dilihat hubungannya dengan kapasitas kelompok tani yang diantaranya

adalah unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar dan jaringan

kerja/sosial. Berikut kerangka berfikir penelitian yang dapat dilihat pada Gambar

1 dibawah ini.

Keterangan : = hubungan

Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran Program PUAP dan Hubungannya dengan

Kapasitas Kelompok Petani Pelaksanaan Program PUAP (X.1)

(X1.1) Perencanaan

(X1. 2) Pelaksanaan

(X1. 3) Evaluasi

Kapasitas Kelompok (Y):

(Y1) Unit produksi

(Y2) Kerjasama kelompok

(Y3) Wadah belajar

(Y4) Jaringan kerjasama Karakteristik Kelompok (X2) :

(X2.1) Tujuan kelompok

(X2.2) Aktivitas kelompok

(X2.3) Pembagian tugas

(X2.4) Suasana kelompok

Ciri-ciri Anggota (X3) :

(X3.1) Pendidikan non formal

(23)

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran dapat disusun hipotesis penelitian:

1. Pelaksanaan Program PUAP (perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi)

berhubungan nyata dengan kapasitas kelompok (unit produksi, kerjasama

kelompok, wahana belajar, jaringan keerjasama).

2. Karakteristik kelompok (tujuan kelompok, aktivitas kelompok, pembagian

tugas dan suasana kelompok) berhubungan nyata dengan kapasitas

kelompok (unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar, jaringan

kerjasama).

3. Ciri – ciri anggota (pendidikan non formal dan kekosmopolitan)

berhubungan nyata dengan kapasitas kelompok (unit produksi, kerjasama

kelompok, wahana belajar, jaringan kerjasama).

2.4 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini berkaitan dengan kerangka

pemikiran yaitu pelaksanaan Program PUAP, karakteristik kelompok, ciri-ciri

anggota dan kapasitas kelompok yang diukur secara kuantitatif. Definisi

operasional tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Program PUAP

Pelaksanaan Program PUAP adalah keikutsertaan responden dalam

pelaksanaan program PUAP mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga

evaluasi program.

a. Perencanaan

Pengukuran mengenai perencanaan program PUAP dilihat dari

keikutsertaan responden pada tahap perencanaan program berlangsung

yang dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

2. Tidak = label 0

Jika dilihat dari keikutsertaan responden dalam (1) pertemuan yang

dilakukan oleh masyarakat dan aparat desa, (2) pertemuan yang dilakukan

(24)

dengan pihak BP4K Kabupaten Bogor di kantor desa sebagai perwakilan

dari masyarakat untuk merencanakan program, (4) keterlibatan responden

dalam memberikan pendapat pada saat perencanaan program berlangsung

dan (5) keikutsertaan responden dalam pembuatan proposal program.

Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan

menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 1, hal ini

menunjukkan perencanaan tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor

1-4, hal ini menunjukkan perencanaan tergolong sedang, (3) tinggi, jika

total skor > 4, hal ini menunjukkan perencanaan tergolong tinggi.

b. Pelaksanaan

Pengukuran mengenai pelaksanaan program PUAP dilihat dari jawaban

responden pada tahap pelaksanaan Program PUAP berlangsung yang

dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

2. Tidak = label 0

Jika responden menjawab pertanyaan yang diantaranya adalah (1) apakah

responden mengikuti program karena keinginan sendiri, (2) apakah

responden mengerti tata cara pelaksanaan program, (3) apakah responden

merasakan manfaat dari kegiatan PUAP, (4) apakah responden

menggunakan bantuan untuk usaha agribisnis, (5) apakah usaha yang

dikelola responden berkembang setelah mendapatkan pinjaman, (6)

apakah terdapat hambatan saat pelaksanaan program berlangsung, (7)

apakah terdapat pendampingan dari ketua kelompok, (8) apakah terdapat

pendampingan dari PPL, (9) apakah bantuan yang dipakai digunakan

untuk membuat usaha baru, (10) apakah bantuan dipakai untuk

meneruskan usaha yang sudah ada.

Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan

menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 5, hal ini

menunjukkan pelaksanaan tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor

5-7, hal ini menunjukkan pelaksanaan tergolong sedang, (3) tinggi, jika total

(25)

c. Evaluasi

Pengukuran mengenai evaluasi Program PUAP dilihat dari jawaban dari

responden tersebut yang dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

2. Tidak = label 0

Jika responden menjawab pertanyaan yang diantaranya adalah (1)

keikutsertaan responden dalam proses evaluasi Program PUAP, (2)

keikutsertaan responden dalam membuat laporan tertulis Program PUAP,

(3) keikutsertaan responden dalam membuat laporan secara lisan tentang

Program PUAP, dan (4) kesempatan responden untuk membuat evaluasi

Program PUAP.

Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan

menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 1, hal ini

menunjukkan evaluasi tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 1-2, hal

ini menunjukkan evaluasi tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 2,

hal ini menunjukkan evaluasi tergolong tinggi.

2 Karakteristik kelompok dilihat dari tujuan kelompok, aktivitas kelompok

pembagian tugas dan suasana kelompok.

a. Tujuan kelompok adalah hal yang ingin dicapai oleh kelompok secara

bersama-sama. Alat ukur tujuan kelompok ditentukan atas dasar jumlah

pendapat anggota kesesuaian tujuan kelompok, yaitu (1) adanya kesamaan

tujuan: anggota merasakan adanya kesamaan tujuan kelompok dengan

tujuan anggota kelompok, (2) adanya kejelasan tujuan: anggota

mengetahui tujuan bergabung dalam kelompok, (3) Formalisasi tujuan:

anggota mengetahui tujuan dibentuknya kelompok, (4) Pencapaian tujuan:

anggota mengetahui manfaat dan tujuan apa yang akan dicapai oleh

anggota baik untuk anggota maupun untuk kelompoknya.

Pengukuran mengenai tujuan kelompok dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

(26)

Jika responden merasakan atau tidak hal-hal tersebut di dalam

kelompoknya. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan

dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 4,

menunjukkan tujuan kelompok tergolong rendah, (2) sedang, jika total

skor = 4, menunjukkan tujuan kelompok tergolong sedang, (3) tinggi, jika

total skor > 4, menunjukkan aktivitas kelompok tergolong tinggi.

b. Aktivitas kelompok adalah kegiatan yang dilakukan oleh kelompok

dengan menggunakan dana PUAP. Alat ukur aktivitas kelompok

ditentukan atas dasar jumlah pendapat anggota kesesuaian dengan aktivitas

kelompok, diantaranya tentang pertemuan kelompok, keikutsertaan

responden dalam pertemuan kelompok, berjalannya pertemuan kelompok,

dan terdapat pelatihan di dalam kelompok.

Pengukuran mengenai aktivitas kelompok dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

2. Tidak = label 0

Jika responden merasakan atau tidak merasakan hal-hal tersebut dalam

kelompoknya. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan

dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 5, hal

ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong rendah, (2) sedang, jika

total skor 5-6, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong sedang,

(3) tinggi, jika total skor > 6, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok

tergolong tinggi.

c. Pembagian tugas adalah pembagian kewajiban pada setiap anggota

kelompok dalam kelompok. Indikator pembagian tugas meliputi (1)

keterdapatan pembagian tugas yang jelas di dalam kelompok, (2)

responden mendapatkan tugas di kelompok, (3) responden menjalankan

tugas yang diberikan, (4) tugas yang diberikan sesuai dengan kemapuan

dan kesepakatan anggota, (5) tugas yang diberikan dapat mempererat

kelompok.

Pengukuran mengenai pembagian tugas dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

(27)

Jika responden menyatakan terdapat atau tidak hal-hal tersebut di dalam

kelompoknya. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan

dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor <2, hal

ini menunjukkan pembagian tugas tergolong rendah, (2) sedang, jika total

skor 2-4, hal ini menunjukkan pembagian tugas tergolong sedang, (3)

tinggi, jika total skor > 4, hal ini menunjukkan pembagian tugas tergolong

tinggi.

d. Suasana kelompok adalah derajat untuk mencapai tingkat reaksi anggota

terhadap kelompoknya, anggota merasa hangat dan adanya

kesetiakawanan, saling diterima dan saling dihargai serta penuh

persahabatan, merasa puas dan bersungguh-sungguh untuk tinggal di

dalam kelompok.

Pengukuran mengenai suasana kelompok dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

2. Tidak = label 0

Jika responden merasakan atau tidak hal-hal tersebut diatas. Kemudian

jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan menggunakan tiga

skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 3, hal ini menunjukkan aktivitas

kelompok tergolong rendah, (3) sedang, jika total skor 3-4, hal ini

menunjukkan aktivitas kelompok tergolong sedang, (3) tinggi, jika total

skor > 4, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong tinggi.

3. Ciri-ciri anggota kelompok dapat dilihat dari pendidikan non formal dan

kekosmopolitan anggota.

a. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilaksanakan secara

terstruktur dan terprogram berdasarkan kebutuhan peserta didik seperti

kursus.

Pengukuran mengenai pendidikan non formal dikategorikan sebagai

berikut.

1. Rendah (skor = 1), jika responden belum pernah mengikuti pendidikan

(28)

2. Sedang (skor = 2), jika responden pernah satu kali mengikuti

pendidikan formal selama satu tahun terakhir.

3. Tinggi (skor = 3), jika responden pernah lebih dari satu kali mengikuti

pendidikan non formal selama satu tahun terakhir.

b. Kekosmopolitan anggota adalah keterbukaan anggota terhadap dunia luas

dan pembaharuan. Anggota kelompok mau menerima informasi dari luar,

atau teknologi baru yang datang. Kekosmopolitan pada penelitian ini

dilihat dari seberapa sering responden bepergian ke luar desa, seberapa

sering responden melakukan interaksi dengan orang lain yang berbeda

budaya, seberapa sering responden mencari tahu tentang berita agribisnis.

Pengukuran mengenai ciri-ciri dikategorikan sebagai berikut.

1. Tidak Pernah = Skor 0

2. Kadang-kadang = Skor 1

3. Sering = Skor 2

Kemudian jumlah skor yang diperoleh dikategorikan dengan

menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 4, hal ini

menunjukkan kosmopolitan anggota tergolong rendah, (2) sedang, jika

total skor = 4, hal ini menunjukkan kosmopolitan anggota tergolong

sedang, (3) tinggi, jika total skor > 4, hal ini menunjukkan kosmopolitan

anggota tinggi.

4. Kapasitas kelompok dapat dilihat melalui unit produksi, kerjasama kelompok,

wahana belajar dan jaringan kerja/sosial.

a. Unit produksi adalah suatu proses kegiatan usaha dalam bidang pertanian,

berorientai keuntungan dengan mengoptimalkan sumber daya, dalam

berbagai bentuk unit usaha sesuai dengan kemampuan yang dikelola

secara profesional. Unit produksi dilihat dari usaha yang dijalankan

dikelola bersama kelompok atau pribadi, apakah usaha tersebut

memberikan keuntungan, apakah terdapat sarana dan prasarana

pendudkung usaha tersebut, apakah usaha tersebut dapat memperbaiki

kehidupan ekonomi anggota kelompok (responden).

Pengukuran mengenai unit produksi dikategorikan sebagai berikut.

(29)

2. Tidak = label 0

Jika responden measarakan atau tidak merasakan hal-hal tersebut diatas.

Kemudian jumlah skor yang diperoleh dikategorikan dengan

menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 3,

menunjukkan unit produksi tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor

3-8, menunjukkan unit produksi tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor

> 8, menunjukkan unit produksi tergolong tinggi.

b. Kerjasama Kelompok adalah hubungan upaya yang terjalin secara timbal

balik antar anggota dalam kelompok tani untuk mencapai manfaat atau

keuntungan bagi kedua belah pihak. Indikator kerjasama kelompok adalah

ada kerjasama dalam kelompok tani, terjalin kerjasama antar anggotanya,

terjadi kerjasama antar anggota dalam kelompok tani dan antara kelompok

tani tersebut dengan pihak lain.

Pengukuran mengenai wahana kerjasama dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

2. Tidak = label 0

Jika responden merasakan atau tidak merasakan hal-hal tersebut diatas.

Kemudian jumlah skor yang diperoleh dikategorikan dengan

menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 4,

menunjukkan wahana kerjasama tergolong rendah, (2) sedang , jika total

skor 4-8, menunjukkan wahana kerjasama tergolong sedang, (3) tinggi,

jika total skor > 8, menunjukkan wahana kerjasama tergolong tinggi.

c. Wahana belajar adalah kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar

bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

(PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani

sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta

kehidupan yang lebih sejahtera

Pengukuran mengenai wahana belajar dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

2. Tidak = label 0

Jika responden merasakan atau tidak merasakan hal-hal tersebut diatas.

(30)

menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 2,

menunjukkan wahana belajar tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor

2-3, menunjukkan wahana belajar tergolong sedang, (3) tinggi, jika total

skor > 3, menunjukkan wahana belajar tergolong tinggi.

d. Jaringan kerjasama adalah bagaimana kelompok mempunyai dan

membentuk jaringan sosial atau jaringan kerja selama mereka berada

dalam kelompok. Jaringan tersebut adalah lembaga penyedia saprodi usaha

tani, lembaga penyedia modal, lembaga pengolahan hasil, lembaga

pemasaran, dan lembaga penyuluhan.

Pengukuran mengenai jaringan kerja/sosial dikategorikan sebagai berikut.

1. Ya = label 1

2. Tidak = label 0

Jika responden memiliki atau tidak memiliki kelima jaringan tersebut.

Kemudian jumlah skor yang diperoleh dikategorikan dengan

menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 1,

menunjukkan jaringan kerja tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor

1-3, menunjukkan jaringan kerja tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor

(31)

BAB III

PENDEKATAN LAPANG

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu desa penerima Program Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan di wilayah Gabungan

Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani. Lokasi dipilih karena Gapoktan Rukun

Tani merupakan salah satu Gapoktan sebagai penerima dana PUAP di Kabupaten

Bogor. Ada keberagaman kegiatan usaha on-farm dan off farm di Desa Citapen. Melalui pertimbangan tersebut Desa Citapen cukup representatif untuk dilakukan

penelitian mengenai hubungan Program PUAP dengan Kapasitas Petani.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik survei.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Data yang telah

dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh

melalui responden dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan

mengenai karakteristik individu, pelaksanaan program PUAP, karakteristik

kelompok, ciri-ciri individu dan kapasitas kelompok dengan bantuan kuesioner

yang diolah secara kuantitatif. Data sekunder diperoleh melalui kantor desa, PPL,

Kementerian Pertanian, BP3K wilayah Ciawi dan BP4K Kabupaten Bogor dengan

metode wawancara mendalam.

Penelitian ini memiliki dua subyek penelitian, yaitu informan dan

responden. Informan adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan

informasi mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungan. Informan

dipilih secara sengaja (purposive sampling) dengan jumlah yang tidak ditentukan

guna mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Informan penelitian adalah

PPL, kantor desa, Departemen Pertanian, BP3K Wilayah Ciawi, BP4K Kabupaten

Bogor. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota gapoktan Rukun Tani yang

(32)

dengan jumlah yang berbeda tiap kelompok dengan jumlah 20 persen dari jumlah

populasi tiap kelompok secara acak disproportsional. Hal ini disebabkan tidak semua anggota Gapoktan berada di tempat saat dilakukan penelitian. Dari tujuh

kelompok tani di Gapoktan Rukun Tani, dipilih empat kelompok sebagai populasi

penelitian, karena empat kelompok tersebut sudah cukup representatif dari

kelompok yang ada. Berikut jumlah populasi dan sampel penelitian yang disajikan

pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian di Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Tahun 2011

No

3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dengan bantuan kuesioner diolah secara

kuantitatif. Data diolah secara statistik dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows versi 16.0. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan Tabulasi Silang dan Uji Korelasi Rank Spearman untuk mengukur karakteristik individu, pelaksanaan Program PUAP, karakteristik kelompok,

ciri-ciri individu dan hubungannya dengan kapasitas kelompok. Data kualitatif bersifat

(33)

3.4 Uji Korelasi Rank Spearman

Uji ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yang

berskala ordinal dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal.

Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan terikat yang berskala ordinal (non parametrik). Korelasi

dapat menghasilkan angka positif (+) dan negatif (-). Korelasi yang menghasilkan

angka positif berarti hubungan kedua variabel bersifat searah, yang berarti jika

variabel bebas bebas besar maka variabel terikat juga besar. Korelasi yang

menghasilkan angka negatif berarti hubungan kedua variabel tidak searah, yang

berarti jika variabel bebas besar maka variabel terikat menjadi kecil. Rumus

korelasi Rank Spearman:

Keterangan :

rs = Nilai Koefisien Rank Spearman di = Disparitas (x1-x2)

n = Banyaknya Pengamatan

Kaidah pengambilan keputusan tentang hubungan antar variabel dalam Uji

Korelasi Rank Spearman adalah dengan signifikansi/probabilitas/α digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang diteliti.

Signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar α (0,1) maka

artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat

kepercayaan sebesar 95 persen dan tingkat kesalahan sebesar 10 persen.

Dasar pengambilan keputusan dirumuskan sebagai berikut:

a. Jika angka signifikansi hasil penelitian < 0,1 maka Ho ditolak. Jadi,

hubungan kedua variabel signifikan; dan

b. Jika angka signifikansi hasil penelitian > 0,1 maka Ho diterima. Jadi,

hubungan kedua variabel tidak signifikan. 6∑ di2

rs= 1 –

(34)

3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), validitas menunjukkan sejauh

mana alat pengukur mengukur sesuatu yang ingin diukur. Sedangkan reliabilitas

merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian validitas dilakukan dengan uji

validitas konstruk (construct) atau validitas kerangka dari suatu konsep dengan

program SPSS for Windows versi 16.0. Pengujian dilakukan kepada lima belas orang responden untuk mengetahui ketepatan dan kelayakan kuesioner sebagai

alat ukur penelitian. Dari 64 pernyataan maupun pertanyaan yang diajukan

mengenai ”Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan

Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani’, terdapat 15 pernyataan yang

dinyatakan valid pada bagian kegiatan penyuluhan terkait PUAP, yaitu pernyataan

saat penyaluran modal pada nomor (1) modal yang diberikan sesuai dengan

anggaran yang telah ditentukan, (2) modal disalurkan melalui kelompok tani dan

(3) penyaluran modal dilakukan tepat waktu. Pada variabel pendampingan

pernyataan yang valid adalah nomor (1) penyuluh melakukan sosialisasi awal

mengenai program, (2) penyuluh mengawasi para anggota dalam pelaksanaan

program PUAP, (3) penyuluh memberikan informasi-informasi yang berkenaan

dengan program, dan (4) anggota kelompok diperkenankan untuk berdiskusi

dengan penyuluh jika terjadi kendala. Pada metode pendekatan, pernyataan yang

valid yaitu nomor (1) saya memahami penyuluhan Program PUAP melalui

kunjungan rumah/usahatani, (2) penyuluh menyampaikan materi PUAP dengan

jelas ketika mengunjungi rumah/usahatani saya, (3) saat pertemuan umum saya

lebih memahami materi yang disampaikan, (4) materi yang disampaikan pada

pertemuan umum lebih beragam dan mudah dimengerti, (5) pertemuan diskusi

membuat saya lebih mudah memahami materi PUAP, dan (6) materi PUAP pada

pertemuan diskusi lebih beragam dan udah dipahami. Pada proses penentuan

usaha agribisnis pernyataan yang valid yaitu nomor (2) komoditi usaha agribisnis

yang akan dijalankan merupakan keputusan dari kelompok, (3) penentuan usaha

agribisnis dilakukan secara bersama-sama dengan kelompok, dan (4) komoditi

yang dijalankan merupakan hasil rumusan kelompok. Sedangkan pernyataan yang

(35)

penyaluran modal dan (5) kelompok tani yang melanggar aturan dikenakan sanksi,

pada pernyataan metode pendekatan yaitu nomor (7) siaran melalui radio lebih

mudah dipahami dan (8) materi pada siaran radio lebih banyak dan mudah

dimengerti. Pada pernyataan penentuan usaha agribisnis yaitu nomor (1) komoditi

yang akan dijadikan usaha agribisnis dipilih oleh saya sendiri.

Pernyataan untuk bagian karakteristik kelompok pada bagian indikator

tujuan kelompok, pernyataan yang valid meliputi pernyataan nomor (1) anggota

mengetahui tujuan kelompok, (2) anggota bergabung dalam kelompokk karena

memiliki tujuan yang sama dengan tujuan kelompok, (3) anggota mengetahui

tujuan bergabung dalam kelompok dan (5) anggota mengetahui manfaat yang

akan dicapai oleh kelompok, dan satu pernyataan yang tidak valid yang terdapat

pada nomor (4) anggota mengetahui manfaat yang akan dicapai jika bergabung

dalam kelompok. Lima pernyataan pada indikator pembagian tugas dan peranan

dinyatakan semua valid. Kelima pernyataan tersebut diantaranya, (1) terdapat

pembagian tugas yang jelas di dalam kelompok, (2) setiap anggota menjalankan

tugas yang diberikan, (3) tugas yang diberikan pada anggota sesuai dengan

kemampuan anggota, (4) setiap anggota memiliki peran masing-masing dalam

kelompok, (5) peran yang diberikan sesuai kemampuan anggota. Kemudian pada

indikator suasana kelompok terdapat dua pernyataan yang tidak valid dari delapan

pernyataan, yaitu pernyataan (7) anggota tidak berniat untuk keluar dari kelompok

dan (8) anggota menjalankan aturan kelompok tanpa paksaan, sedangkan enam

sisa pernyataan dinyatakan valid, diantaranya adalah (1) saling membantu antar

anggota kelompok, (2) hubungan antar anggota terjalin intim, (3) semua anggota

memiliki derajat yang sama, (4) semua anggota diberikan kesempatan yang sama

daam mengemukakan pendapat atau ide, (5) anggota merasakan kenyamanan

ketika berada dalam kelompok, (6) anggota merasakan peningkatan pengetahuan

setelah bergabung dengan kelompok. Lalu untuk bagian kepemimpinan pernyatan

yang valid terdapat pada nomor (3) pemimpin kelompok melibatkan anggota

dalam proses pengambilan keputusan dan (4) pemimpin kelompok melakuakn

transparansi terhadap anggaran keuangan, dan empat pernyataan tidak valid yaitu

(1) pemimpin dan anggota memiliki hubungan yang baik, (2) pemimpin kelompok

(36)

kelompok melibatkan anggota dalam proses pengambilan keputusan, (4)

pemimpin kelompok melakukan transparansi terhadap anggaran keuangan.

Variabel peubah ketiga yaitu mengenai ciri-ciri anggota yang diuji hanya

dengan tiga pernyataan dinyatakan bahwa ketiga pernyataan tersebut valid,

diantaranya adalah pernyataan (1) saya melakukan bepergian ke luar desa/kota,

(2) saya melakukan interaksi dengan orang lain yang berbeda budaya, (3) saya

mencari tahu berita tentang pertanian melalui media cetak dan elektronik.

Variabel yang terakhir adalah bagian kapasitas kelompok yang terdiri atas

15 pernyataan dengan 8 pernyataan yang valid yang terdapat pada nomor (1)

produksi yang dijalankan merupakan usaha agribisnis, (3) terdapat unit usaha di

kelompok tani, (6) anggota petani bekerja sendiri-sendiri tanpa melibatkan

anggota lain, (7) ada pembagian kerja dalam kelompok, (12) kelompok tani

membagi penghasilan dari usahatani menurut kesepakatan anggota, (13) beberapa

anggota merupakan bagian dari struktur kelompok, (14) kelompok memiliki

jaringan kerja untuk membantu bisnis usahatani, dan (15) kelompok tani memiliki

lebih dari dua jaringan kerja sedangkan pernyataan nomor (2) produksi yang

diusahakan merupakan bisnis yang dikelola secara profesional, (4) saya dapat

belajar banyak dalam kelompok tani, (5) kerjasama dilakukan antara anggota

keompok tani, (8) terjadi kerjasama antara anggota kelompok tani, (9) kelompok

tani yang satu dengan yang lain saling membutuhkan, (10) terjadi kerjasama

antara kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan, dan (11) kelompok tani

memiliki struktur kepanitiaan yang jelas dinyatakan tidak valid. Seluruh

pernyataan atau pertanyaan yang tidak valid diganti dengan pernyataan atau

pertanyaan yang lebih mudah dimengerti oleh responden.

Pengujian reliabilitas kuesioner juga dilakukan dengan menggunakan

SPSS for Windows versi 16.0. Pengujian dilakukan dengan jumlah item pernyataan kuesioner sebanyak 64 pernyataan. Langkah kerja yang digunakan

adalah teknik belah dua, yakni dengan membagi butir pernyataan ke dalam dua

belahan, yaitu belahan ganjil dan genap. Setelah dilakukan uji reliabilitas kepada

15 orang responden, nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s alpha) yang diperoleh

untuk indikator pendampingan diperoleh nilai 0,895, metode pendekatan

(37)

kelompok diperoleh nilai 0,947, pembagian tugas dan peranan diperoleh nilai

0,866, suasana kelompok diperoleh nilai 0,899, kepemimpinan diperoleh nilai

1,000 dan ciri-ciri anggota peroleh nilai 0,834. Hal ini berarti sesuai dengan

kriteria (lebih dari 0,06) artinya tingkat reliabilitasnya baik dan data hasil

kuesioner dapat dipercaya. Sedangkan untuk nilai koefisien reliabilitas

(Cronhbach’s alpha) dari penyaluran modal adalah sebesar -0,096 dan untuk

kapasitas kelompok sebesar 0,555. Hal ini berarti belum sesuai kriteria (kurang

dari 0,06), artinya tingkat reliabilitasya kurang baik dan hasil data kuesionernya

tidak dapat dipercaya. Pernyataan dan pertanyaan yang tidak reliabel tersebut akan

diganti dengan pernyataan dan pertanyaan yang lebih dapat dipercaya. Dapat

disimpulkan bahwa nilai reliabilitas kuesioner untuk pernyataan pendampingan,

metode pendekatan, penetuan usaha agribisnis, tujuan kelompok, pembagian tugas

dan peranan, suasana kelompok, kepemimpinan dan ciri-ciri anggota sudah

reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian. Sedangkan pertanyaan untuk

penyaluran modal dan kapasitas kelompok belum reliabel. Namun peneliti

mengganti variabel kegiatan penyuluhan terkait PUAP dengan variabel

Pelaksanaan Program PUAP dikarenakan variabel sebelumnya kurang tertuju

(38)

BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Desa Citapen 4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

Desa Citapen merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Ciawi.Secara geografis Desa Citapen memiliki luas wilayah sebesar 268.660 Ha

dengan kondisi desa persawahan/perkebunan. Desa Citapen memilki batas

wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Banjarsari

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cileungsi

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cibedug

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cideurum

Secara administratif Desa Citapen memiliki 24 Rukun Tetangga yang

terdistribusi dalam 7 Rukun Warga, semuanya tersebar di dua dusun. Desa

Citapen memiliki luas wilayah sebesar 268.660 Ha, sebagian besar diperuntukkan

sebagai lahan pemukiman yaitu sebesar 110.366 ha/m². Selain itu diantaranya

diperuntukkan sebagai lahan persawahan sebesar 140 ha/m², luas pekarangan

sebesar 10,54 ha/m², luas kuburan sebesar 4,5 ha/m², luas prasarana umum lainnya

sebesar 3,60 ha/m², dan luas lahan perkantoran sebesar 0,04 ha/m².

4.1.2 Kondisi Penduduk

Total penduduk di Desa Citapen pada tahun 2011 tercatat sebanyak 9.013

jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 4.669 jiwa dan perempuan sebanyak

4.344 jiwa serta jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2.145 jiwa dengan

kepadatan penduduk sebesar 6489 jiwa.

Tingkat pendidikan mayoritas warga yang belum sekolah, lulus

SD/sederajat, SLTP/sederajat dan SLTA/sederajat hampir setara yang berkisar

antara 20 persen-an. Namun hal ini tidak sebanding dengan jumlah penduduk

tidak bersekolah, tidak tamat SD, dan lulusan perguruan tinggi. Sehingga dapat

(39)

Penduduk Desa Citapen menurut tingkat pendidikan lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Penduduk Desa Citapen Menurut Tingkat Pendidikan, Tahun 2010 (dalam jumlah dan persen)

No Tingkat Pendidikan

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

1 Belum Sekolah 967 23.06

2 Tidak pernah sekolah 0 0

3 Tidak tamat SD 125 2.98

4 Lulus SD/Sederajat 1.066 25.42

5 Lulus SLTP/Sederajat 951 22.68

6 Lulus SLTA/Sederajat 944 22.51

7 Lulus D-1/D-2/D-3 130 3.10

8 Lulus S-1/S-2/S-3 10 0.25

Jumlah 4193 100.00

Sumber : Podes, Tahun 2010

Tingkat pendidikan penduduk Desa Citapen cukup beragam. Mayoritas

penduduk berada di tingkatan lulus SD/sederajat. Hal ini sesuai dengan banyaknya

responden penelitian yang mayoritas pendidikan terakhirnya adalah lulus

SD/sederajat. Hanya sedikit sekali responden penelitian yang mengenyam

pendidikan tinggi.

Jenis kegiatan ekonomi di desa Citapen mayoritas berada di sektor

pertanian. Terlihat pada mata pencaharian penduduk Desa Citapen yang terbanyak

adalah buruh tani sebesar 1950 orang, petani sebesar 710 orang. Urutan ketiga

adalah buruh industri kerajinan sebesar 320 orang. Untuk lebih jelasnya dapat

(40)

Tabel 3 Penduduk Desa Citapen Menurut Jenis Mata Pencaharian, Tahun 2010

6 Pengrajin/Penjahit/Jasa 7 0.18

7 Pedagang 76 2.00

13 Buruh Industri Kerajinan 320 8.43

Jumlah 3792 100.0

Sumber : Potensi Desa, Tahun 2010

Penduduk Desa Citapen seperti terlihat pada Tabel 3 mayoritas adalah

buruh tani. Hampir setengah dari warga desa memiliki mata pencaharian sebagai

buruh tani. Kondisi wilayah di desa Citapen memang sangat mendukung mereka

untuk mencari nafkah di bidang pertanian, karena melihat areal pertanian yang

luas di desa tersebut. Namun hanya segelintir orang yang menjadi petani di

tanahnya sendiri.

4.2 Profil Gabungan Kelompok Tani Rukun Tani

Gabungan kelompok tani (Gapoktan) ’Rukun Tani’ terbentuk pada tahun

2001. Berawal dari adanya persamaan kepentingan diantara petani-petani yang

ada di wilayah Desa Citapen, Kecamatan Ciawi dalam hal komoditi hortikultura

(41)

panen. Saat itu, atas prakarsa petugas lapangan dari PT. TANINDO, dibentuklah

satu kelompok tani yang bernama kelompok tani Pondok Menteng yang

beranggotakan 25 orang.

Dalam rangka menyatukan kepentingan yang sama ke arah usaha

Agribisnis terpadu terutama dalam mengakses pasar dan permodalan,

petani-petani lainnya yang tergabung dalam kelompok tani tanaman pangan, kelompok

tani ternak dan kelompok tani pengrajin olahan hasil pertanian, bergabung

menjadi satu membentuk satu himpunan kelompok tani yang bernama ’Himpunan

Rukun Tani’.

Pada tanggal 29 Juni 2007 melalui bimbingan Petugas Penyuluh Pertanian,

’Himpunan Rukun Tani’ dikukuhkan melalui rapat pengukuhan Gapoktan yang

disahkan oleh Kepala desa dan Camat menjadi Gapoktan Rukun Tani dengan

anggota 236 orang. Sebagai legalitas Gapoktan, tanggal 26 November 2008,

Gapoktan Rukun Tani telah dikukuhkan dihadapan NOTARIS (Akta Notaris

Miranti Tresnaning Timur, SH No.14 tanggal 26 November 2008).

Gapoktan Rukun Tani mempunyai visi dan misi. Visi Gapokan Rukun tani

adalah Terwujudnya Masyarakat Tani yang Maju dan Sejahtera. Misi dari

Gapoktan Rukun Tani adalah (1). Meningkatkan peran kelompok tani dan

Gapoktan dalam peningkatan produksi dan produktivitas usaha tani, (2).

Memfasilitasi anggota dalam penyediaan sarana produksi pertanian (saprodi),

permodalan dan pemasaran hasil usaha tani, (3). Meningkatkan posisi tawar petani

dalam pemasaran hasil usaha tani, (4). Meningkatkan fungsi kelompoktani sebagai

wahana belajar, wahana kerjasama dan unit produksi. Gapoktan Rukun Tani juga

memiliki moto yaitu Dari Petani, Oleh petani, Untuk Petani. Untuk mengetahui

susunan organisasi Gapoktan Rukun Tani, lebih jelasnya dapat dilihat pada

Lampiran 4.

Gapoktan Rukun Tani terdiri atas tujuh kelompok tani. Kelompok tersebut

berbeda-beda dari segi usahatani yang dikelola. Kelompok tersebut diantaranya

dalah Poktan Pondok Menteng, Poktan Sukamaju, Poktan Tani Jaya, Poktan

Kelompok Wanita Tani (KWT) Citapen Berkarya, Poktan Bina Mandiri, Poktan

Sawah Lega, dan Poktan Silih Asih. Ketujuh Poktan tersebut mengelola usaha

(42)

Kelompok tani Pondok Menteng mengelola beberapa usaha. Usaha

tersebut ada yang dikelola oleh kelompok maupun individu anggotanya. Usaha

yang dikelola kelompok adalah bertani sayuran dan hortikultura, sedangkan usaha

individu anggota adalah sembako, kredit, berdagang sayuran dan counter hape.

Kelompok tani lainnya yaitu Poktan Sukamaju yang mengelola usahatani

peternakan sapi dan kambing. Anggota poktan ini terdiri atas 20 orang anggota

namun terdapat 12 anggota pasif didalamnya.

Poktan ketiga adalah Poktan Tani Jaya. Poktan Tani Jaya merupakan

Poktan yang seluruh anggotanya adalah petani. Anggota Poktan Tani Jaya

mayoritas merupakan petani sayuran.

Kelompok ini cukup berbeda dengan kelompok tani yang lain. Kelompok

ini seluruh anggotanya adalah perempuan. Kelompok tersebut adalah kelompok

tani KWT Citapen Berkarya. Poktan tersebut terdiri atas anggota tani wanita yang

mengelola usaha keripik pisang dan pangsit. Jumlah anggota dari Poktan ini

adalah sebanyak 43 orang, namun hanya 8 orang anggota yang aktif, sisanya aktif

jika terdapat produksi dalam jumlah besar yang membutuhkan banyak pekerja dan

bersifat musiman, seperti melonjaknya pesanan saat lebaran, maka anggota pasif

tersebut diberdayakan.

Selanjutnya adalah Poktan Silih Asih. Poktan ini mengelola usahatani sale

pisang. Anggota kelompok ini tidak banyak, hanya terdiri dari 5 orang, namun

usaha sale pisang di kelompok ini cukup berkembang. Tidak hanya Poktan

Sukamaju yang usahanya bergerak di bidang peternakan. Namun ada juga Poktan

Bina Mandiri yang mengelola usaha di bidang peternakan kelinci. Lalu Poktan

yang terakhir adalah Poktan Sawah Lega, Poktan ini mengelola usaha di bidang

pertanian seperti usaha sayuran dan hortikultura.

Berdasarkan dengan Peraturan Menteri Pertanian No.

273/Kpts/OT.160/4/2007 13 April 2007 tentang pedoman penumbuhan dan

pengembangan kelompok tani dan gabungan kelompok tani, kelompok tani di

Gapotan Rukun Tani sudah sesuai dengan pengertian kelompok tani yang

disebutkan oleh Permentan tersebut. Kelompok tani di Desa Citapen berdiri

berdasarkan kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,

(43)

usaha anggota. Berikut data kelompok tani pada Gapoktan Rukun Tani di Desa

Citapen tahun 2010 yang dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4 Data Kelompok Tani pada Gapoktan Rukun Tani, Tahun 2010

No Nama Kelompok

Tani Ketua

Anggota

terdaftar

Anggota

aktif

Anggota

pasif

1 Pondok Menteng H. Misbah 104 103 1

2 Sukamaju Sarno 20 8 12

3 Bina Mandiri Yudi S 20 7 13

4 Silih Asih H.Agus 5 5 0

5 Tani Jaya Dade 20 20 0

6 Citapen Berkarya

Neng 43 8 35

Jumlah 212 151 61

Sumber : Data Gapoktan Rukun Tani, Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 4 diatas, anggota kelompok tani terbanyak terdapat

pada Poktan Pondok Menteng. Sedangkan Poktan yang lain memiliki anggota

tidak sebanyak Poktan tersebut. Berdasarakan wawancara peneliti kepada Ketua

Kelompok Tani Pondok Menteng. Hal tersebut dikarenakan Poktan Pondok

Menteng tidak membatasi anggota untuk bergabung kedalam Poktan ini. Selain itu

Pondok Menteng memiliki anggota yang letak rumahnya dekat dengan sekretariat

Poktan, hal tersebut memudahkan warga terdekat untuk dapat masuk kedalam

kelompok tersebut, ini merupakan salah satu alasan mengapa Poktan Pondok

Menteng memiliki banyak anggota. Kemudian anggota Pondok Menteng yang

awalnya hanya terdiri dari petani, lalu melebar karakteristiknya menjadi anggota

Gambar

Gambar Susunan Organisasi Gabungan Kelompok Tani
Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran Program PUAP dan Hubungannya dengan
Tabel 2 Penduduk Desa Citapen Menurut Tingkat Pendidikan, Tahun 2010
Tabel 3   Penduduk Desa Citapen Menurut Jenis Mata Pencaharian, Tahun 2010 (dalam jumlah dan persen)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah perhitungan luas seperti di atas, selanjutnya diurutkan dari ukuran terkecil sampai ukuran yang terbesar ( ascending ). Sebagai contoh studi kasus, diambil

 Bumi,bulan &amp; matahari berada dalam satu garis lurus.  Bulan menghalang cahaya matahari sampai ke bumi.  Sebahagian bumi mengalami gerhana penuh manakala. yang lain

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 Nopember 2013, peneliti melakukan wawancara dengan 10 remaja putri yang sudah menstruasi dan

Kerja sama antar karyawan dalam perusahaan terjalin dengan solid dan teratur sehingga mampu mengerjakan pekerjaan sesuai dengan job description .Budaya organisasi yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan rata-rata nilai hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran

Penggambaran karakter guru pada cerpen-cerpen mereka sangat menarik dan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh guru ini juga merupakan permasalahan yang sering

Pada periode sebelum krisis (1970-1996), pemerintah telah mengimplementasikan kebijakan harga dasar gabah (HDG), kebijakan subsidi benih, kebijakan subsidi

Langkah-langkah yang digunakan untuk mengembangan instrumen tes formatif adalah analisis kebutuhan, menyusun spesifikasi tes, penulisan soal, analisis secara kualitatif,