i
DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI,
KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT
NOVIA PUTRI SETYA AYU I34070114
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
i
(PUAP) and Its Relation to the Capacity of Farmer Groups. Supervised by SITI AMANAH
Aims of the research were: (1) to analyse relationship between PUAP implementation with capacity of farmers groups, (2) to analyse correlation between characteristics of group with the capacity groups, (3) to analyse correlation between characteristics of personal group member characteristics with capacity of groups. The research used quantitative approach with survey method. Respondents were members of farmer groups in Gapoktan Rukun Tani, who participate in the program. The number of sample respondents were 35 farmers from 4 groups. Population of the research were members of farmer capacity groups who received PUAP. There were 187 farmers who were members of Gapoktan Rukun Tani. Sample respondents were 35 farmers from 4 groups. Respondents were chosen with disproportsional random sampling. Research result showed that were positive correlation between PUAP implementation with capacity of groups, between characteristics of group with capacity of groups. On the other hand, there were negative correlation between characteristics of personal group member with capacity of groups. Farmer groups need to increase the role in developing group member capacity.
iii
RINGKASAN
PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DAN HUBUNGANNYA DENGAN KAPASITAS KELOMPOK TANI DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT. Di bawah bimbingan Siti Amanah
Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian.
Sebagian besar masyarakat tani berada di wilayah pedesaan. Terdapat beberapa
program pemerintah untuk membantu masyarakat pedesaan. Program tersebut
salah satunya adalah Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP). Program PUAP ditujukan untuk masyarakat tani yang tergabung dalam
Gabungan kelompok tani (Gapoktan).
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui apakah PUAP
membantu anggota Gapoktan, (2) mengetahui hubungan Pelaksanaan Program
PUAP dengan kapasitas kelompok, (3) mengetahui hubungan karakteristik
kelompok dengan kapasitas kelompok, dan (4) mengetahui hubungan antara
ciri-ciri individu dengan kapasitas kelompok.
Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen,
Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Responden penelitian
sebanyak 35 orang anggota Gapoktan yang terdiri dari empat kelompok yang
merupakan penerima PUAP yang diambil secara acak disproportsional. Program PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota,
baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program PUAP cukup berhasil
dilakukan di Gapoktan Rukun Tani. Pada pelaksanaannya hanya beberapa
kelompok yang memiliki usaha bersama. Mayoritas usaha yang dijalankan adalah
usaha agribisnis, namun ada juga usaha non agribisnis yang diusahakan oleh
anggota, sehingga yang terjadi seperti ini dapat dikatakan salah sasaran. Tujuan
penelitian ini mengharapkan, bahwa pelaksanaan PUAP dapat mengelola usaha
bersama-sama dengan kelompok sehingga kapasitas kelompok dapat terlihat
karena adanya program PUAP. Namun tidak sedikit responden yang mengelola
iv
dalam kelompok. Tidak sedikit juga anggota yang mendaftar untuk menjadi
anggota gapoktan setelah bantuan PUAP turun di Gapoktan.
Berdasarkan hipotesis penelitian, pelaksanaan Program PUAP
berhubungan dengan kapasitas kelompok sehingga hipotesis penelitian dapat
diterima. Lalu karakteristik kelompok sebagian besar berhubungan dengan
kapasitas kelompok sehingga hipotesis dapat diterima. Namun ciri-ciri anggota
yang terdiri atas pendidikan non formal dan kekosmopolitan tidak berhubungan
v
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh:
Nama : Novia Putri Setya Ayu
NIM : I34070114
Judul : Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa
Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. SitiAmanah, M.Sc
NIP.19670903 199212 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS
NIP. 19550630 198103 1003
vi
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DAN HUBUNGANNYA DENGAN KAPASITAS KELOMPOK TANI DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN
UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA
JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL
KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN
YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN
KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Agustus 2011
Novia Putri Setya Ayu
vii
RIWAYAT HIDUP
Novia Putri Setya Ayu dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 23
Desember 1988. Penulis merupakan anak ke-empat dari pasangan Bapak
Mudjiman dan Ibu Siti Farida. Penulis memulai sekolahnya di TK Negeri
Mexindo Bogor tahun 1994, SDN Malabar 1 Bogor tahun 1995, SMPN 3 Bogor
tahun 2001 dan SMAN 4 Bogor pada tahun 2004. Setamat SMA pada tahun 2007,
penulis diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti pelatihan dan seminar
yang mendukung kegiatan akademik dan pengembangan softskill. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti kegiatan non-akademik, seperti menjadi pengurus
Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat (HIMASIERA) periode tahun 2008-2010. Penulis juga pernah terlibat
dalam kegiatan kepanitiaan baik yang diadakan departemen maupun fakultas.
Penulis dipercaya sebagai anggota Divisi Humas di Kepanitiaan Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2008 sebagai anggota Divisi Humas di Kepanitiaan Olahraga ESPENT 2008 dan sebagai divisi publikasi dan dokumentasi pada
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas
rahmat, putunjuk, dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan
Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)”.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai
pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi
ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung, antara lain:
1. Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran memberikan dorongan, bimbingan, arahan, motivasi, dan
masukan sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
2. Papa, Mama, Mas Eko, Mas Opieh, Mas Iwin, Mba Anggi, Bowo, Koko, Inggit, Tegar dan Cecen atas kasih sayang, dorongan, serta doa yang selalu
dicurahkan kepada penulis. Kepada semua keluarga atas doanya.
3. Segenap keluarga Gapoktan Rukun Tani Bapak H. Misbah, Ibu Hj. Didoh, Bapak Jamil, Bapak Cecep, Teh Nia, Keluarga Bapak Adun, Bapak Dade,
Ibu Eneng dan Ibu Hj. Masripah.
4. Aparat Desa Citapen atas segala informasi yang diberikan baik lisan maupun tertulis.
5. BP4K Kabupaten Bogor dan BP3K Wilayah Ciawi yang telah memberikan informasi kepada penulis.
6. Beasiswa BUMN.
7. Arkaniyati, teman satu bimbingan yang selalu memberikan motivasi, informasi dan saran-saran terbaik kepada penulis.
8. Sahabat terbaik Dinda dan Karina yang selalu bersedia memberi bantuan serta dukungan kepada penulis.
ix
10. Rekan bisnis di deuisgeulis Ma, Wina dan Cicit atas dukungannya kepada penulis.
11. Teman-teman KPM 44 yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 12. Gusti Alit Nirmalasakti atas doa dan dukungannya kepada penulis.
13. Staf Dokis, Ibu Neny dan Staf Perpustakaan LSI yang telah banyak membantu penulis dalam mencari pustaka skripsi.
14. Staf Sekretariat KPM, Mba Dini, Mba Maria, Mba Icha dan Ibu Susi, terimakasih atas informasi akademik selama perkuliahan, kolokium,
sidang, hingga selesai masa kelulusan.
15. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan dan semoga kesuksesan saya dapat membawa kebanggaan dan
bermanfaat bagi semua keluarga, sahabat, teman-teman, bangsa, dan negara.
x 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian……… 17
3.2 Teknik Pengumpulan Data……… 17
3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data……….. 18
3.4 Uji Korelasi Rank Spearman………. 19
3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen………. 20
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Citapen……… 24
4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif……… 24
4.1.2 Kondisi Penduduk………. 24
4.2 Profil Gabungan Kelompok Tani Rukun Tani…………... 26
5 KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KELOMPOK 5.1 Karakteristik Responden………... 30
5.1.1 Jenis Kelamin……… 30
5.1.2 Usia………... 30
5.1.3 Tingkat Pendidikan………... 31
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga………... 32
5.1.5 Lamanya Keanggotaan……….. 33
5.2 Deskripsi Karakteristik dan Kapasitas Kelompok……… 33
xi
6 PELAKSANAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA
AGRIBISNIS PERDESAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KAPASITAS KELOMPOK TANI
6.1 Hubungan Pelaksanaan Program PUAP dengan Kapasitas
Kelompok……….……… 40
6.2 Hubungan Karakteristik Kelompok dengan Kapasitas Kelompok……….……… 45
6.3 Hubungan Ciri-ciri Anggota dengan Kapasitas Kelompok………... 51
7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan………... 54
7.2 Saran……….…... 55
DAFTAR PUSTAKA………. 56
xii
Nomor Hal
Tabel 1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian di Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor,
Tahun 2011……….……….. 18
Tabel 2 Sebaran Penduduk Desa Citapen Menurut Tingkat
Pendidikan, Tahun 2010………...……… 25
Tabel 3 Sebaran Penduduk Desa Citapen Menurut Jenis Mata
Pencaharian, Tahun 2010………. 26
Tabel 4 Sebaran Data Kelompok Tani pada Gapoktan Rukun Tani,
Tahun 2010………...……… 29
Tabel 5 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin, Tahun 2011………... 30
Tabel 6 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Umur,
Tahun 2011……….……….…. 31
Tabel 7 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan, Tahun 2011………... 31
Tabel 8 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jumlah
Tanggungan Keluarga, Tahun2011……….. 32
Tabel 9 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Lamanya
Keanggotaan, Tahun2011………. 33
Tabel 10 Persentase Tanggapan Responden mengenai Karakteristik
Kelompok……….……… 35
Tabel 11 Persentase Tanggapan Responden mengenai Kapasitas
Kelompok……….……… 37
Tabel 12 Persentase Tanggapan Responden mengenai Pelaksanaan
PUAP………..……….. 39
Tabel 13 Persentase Responden menurut Pelaksanaan Program PUAP dan Kapasitas Kelompok pada Program PUAP di Desa Citapen I, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, 2011……… 40 Tabel 14 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Pelaksanaan PUAP
dengan Kapasitas Kelompok……… 43
Tabel 15 Persentase Responden menurut Ciri-ciri Anggota dan Kapasitas Kelompok pada Program PUAP di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, 2011…...……….. 46 Tabel 16 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Karakteristik
Kelompok dengan Kapasitas
Kelompok……… 49
Tabel 17 Persentase Responden menurut Ciri-ciri Anggota dan Kapasitas Kelompok pada Program PUAP di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, 2011………. 51 Tabel 18 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Ciri-ciri Anggota
xiii
Nomor Hal
xiv
Nomor Hal
Lampiran 1 Denah Lokasi Penelitian………... 57 Lampiran 2 Hasil Uji Validitas………... 58
Lampiran 3 Hasil Uji Reliabilitas………... 61
Lampiran 4 Gambar Susunan Organisasi Gabungan Kelompok Tani
Rukun Tani………...……….. 66
Lampiran 5 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman……… 67
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan potensi sumberdaya
alam serta didukung dengan kondisi iklim yang baik untuk mengembangkan
potensi sektor pertanian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2010), diketahui
sebanyak 41,18 persen masyarakat Indonesia bergerak dalam bidang pertanian,
kehutanan, perburuan dan perikanan. Hal ini menandakan bahwa sektor pertanian
memiliki pengaruh yang besar terhadap kemajuan bangsa Indonesia dan juga
menopang perekonomian bangsa Indonesia (BPS, 2010).
Pada umumnya pekerjaan di bidang pertanian berada di wilayah pedesaan.
Potensi Desa tahun 2008 menunjukkan sebanyak 66.515 desa di Indonesia
sebagian besar penduduknya memiliki sumber penghasilan utama di bidang
pertanian dari jumlah total desa sebanyak 75.410 (BPS, 2008). Badan Pusat
Statistik juga melaporkan sebanyak 4503 desa di Jawa Barat sebagian besar
penduduknya bekerja di sektor pertanian. Berdasarkan data tersebut dapat terlihat
bahwa sektor pertanian memiliki peran penting bagi pemenuhan kebutuhan hidup
manusia.
Petani kecil masih berkutat dengan kemiskinan. Permasalahan mendasar
yang dihadapi petani adalah kurangnya akses terhadap sumber permodalan, pasar
dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Kemiskinan di perdesaan
merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda
dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan
sosial. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan
perdesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada
pengurangan penduduk miskin. Kementerian Pertanian sejak tahun 2008
menggulirkan suatu program bantuan permodalan bagi petani di bawah koordinasi
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Program tersebut adalah
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program PUAP
oleh pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan
kerja di perdesaan.
Program PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk
petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun
rumahtangga tani. Terdapat beberapa desa di Kabupaten Bogor yang menerima
PUAP. Salah satu desa penerima program tersebut adalah Desa Citapen,
Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Citapen memiliki
satu Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang bernama Rukun Tani. Gapoktan
tersebut merupakan salah satu Gapoktan penerima PUAP dan sebagai Gapoktan
yang pernah meraih juara 2 di Provinsi Jawa Barat pada salah satu kegiatan
PUAP, oleh karena itu dipilih desa Citapen sebagai lokasi penelitian. Adanya
PUAP diharapkan dapat terjadi perubahan yang lebih produktif bagi petani
maupun kelompoknya. Atas dasar itulah, penelitian ini berupaya menganalisis
hubungan antara Program PUAP dengan kapasitas kelompok tani.
1.2 Perumusan Masalah
Petani di Desa Citapen mayoritas adalah petani padi dan sayuran. Sebagian
besar petani di desa tersebut merupakan anggota kelompok tani, walaupun ada
yang sebagian memilih untuk tidak bergabung. Kelompok Tani (Poktan) adalah
kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan,
kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban
untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota (Pedoman Umum
PUAP, 2011). Gapoktan Rukun Tani merupakan salah satu Gapoktan penerima
PUAP. Program PUAP di Desa Citapen ditujukan untuk membantu kelompok tani
dengan memberikan pinjaman berupa modal usaha.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan umum yang dapat
dirumuskan pada penelitian ini adalah Apakah Program PUAP dapat membantu
anggota Gapoktan. Pertanyaan umum tersebut dibagi ke dalam sub pertanyaan
yang diantaranya adalah:
1. Bagaimana hubungan Pelaksanaan Program PUAP dengan kapasitas
2. Bagaimana karakteristik kelompok berhubungan dengan kapasitas
kelompok?
3. Bagaimana ciri-ciri individu petani berhubungan dengan kapasitas
kelompok?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini terdiri atas
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian adalah untuk
mengetahui apakah PUAP membantu meningkatkan kapasitas anggota Gapoktan.
Dari tujuan umum tersebut dapat dirumuskan tujuan-tujuan khusus penelitian ini,
diantaranya:
1. Mengetahui hubungan pelaksanaan Program PUAP dengan kapasitas
kelompok
2. Mengetahui hubungan karakteristik kelompok dengan kapasitas kelompok
3. Mengetahui hubungan antara ciri-ciri individu dengan kapasitas kelompok
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui pelaksanaan PUAP
dilaksanakan dengan melibatkan Gapoktan Rukun Tani di Desa Citapen,
Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Bagi penulis, tulisan
ini berguna sebagai sarana untuk mempertajam kemampuan menganalisis
permasalahan sosial yang ada di kehidupan nyata sesuai dengan materi yang telah
didapatkan diperkuliahan. Bagi civitas akademik diharapkan tulisan ini menjadi
referensi dalam melakukan penelitian-penelitian mengenai Program Pemerintah
yang terdapat hubungannya dengan kelompok tani yang ada di pedesaan.
Sementara itu, bagi pemerintah dan masyarakat, khususnya masyarakat tani
diharapkan tulisan ini dapat menjadi alternatif untuk membuat suatu program
pembangunan yang dapat mengikutsertakan kelembagaan pertanian yang ada di
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Program PUAP
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan
program yang dinisiasi oleh Kementrian Pertanian.Menteri Pertanian membentuk
Tim Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan melalui Keputusan Menteri
Pertanian (KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007. Program PUAP
adalah bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani
pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani
pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk
mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi
oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Program
PUAP diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan
dikelola petani.
Program PUAP memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah (1)
mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan
pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi
wilayah, (2) meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus
Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani, (3) memberdayakan kelembagaan
petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis, (4)
meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra
lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.
Sasaran PUAP yaitu (1) berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa
miskin/tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa, (2) berkembangnya
10.000 Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani, (3) meningkatnya
kesejahteraan rumahtangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau
penggarap) skala kecil, buruh tani; dan (4) berkembangnya usaha pelaku
Indikator Keberhasilan PUAP terdiri dari indikator keberhasilan output dan indikator keberhasilan outcome. Indikator keberhasilan output antara lain adalah tersalurkannya BLM – PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga
tani miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian dan terlaksananya
fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumberdaya manusia pengelola
Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Sedangkan indikator
keberhasilan outcome antara lain, yaitu (1) meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani angota baik
pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani, (2)
meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan
bantuan modal usaha, (3) meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya
dan hilir) di perdesaan, dan (4) meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau
penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan
potensi daerah. Indikator ketiga yaitu indikator benefit dan impact yang antara lain
adalah (1) berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani
di lokasi desa PUAP, (2) berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi yang
dimiliki dan dikelola oleh petani, dan (3) berkurangnya jumlah petani miskin dan
pengangguran di perdesaan (http://www.deptan.go.id/index1.php).
2.1.2 Konsep Kapasitas
Subagyo, dkk (2008) mengatakan bahwa kapasitas petani adalah
daya-daya yang dimiliki pada pribadi petani untuk dapat menetapkan tujuan usahatani
secara tepat dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yang tepat
pula. Dengan demikian kapasitas merupakan aspek-aspek yang terinternalisasi
dalam diri petani yang ditunjukkan oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan
untuk menjalankan kegiatan usahatani. Dalam kegiatan usahatani agar petani
dapat berhasil dalam melakukan usahatani diperlukan kapasitas petani yang tinggi
agar mampu dalam mengidentifikasi potensi dan memanfaatkan peluang yang
dimiliki agar usahatani yang dilakukan sesuai dengan tujuan usahatani yang telah
ditetapkan dan mencapai tujuan tersebut secara tepat.
Setiap individu (orang) secara alamiah selalu memiliki kapasitas yang
dengan potensi yang dimiliki merupakan suatu kapasitas petani yang tidak boleh
diabaikan apabila ingin keberhasilan usaha pertanian dapat berkelanjutan.
Menurut Amanah (2010) kapasitas kelompok tani dapat dilihat dari unit
produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar kelompok dan jaringan kerjasama
yang dapat dilakukan oleh kelompok.
Peran Gapoktan dalam pengembangan kapasitas memiliki kendala,
diantaranya adalah kurangnya sumberdaya pendamping, kurangnya modal untuk
pemberdayaan SDM anggota, kurangnya akses kerjasama yang dapat dibentuk
dengan pihak luar.
2.1.3 Konsep Kelompok
Menurut Stephen P. Robins dalam Fitri (2008) kelompok adalah dua
individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantungan untuk mencapai
sasaran-sasaran tertentu. Selanjutnya Johnson dan Johnson dalam Fitri (2008),
kelompok adalah dua atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face two face
interaction), yang masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga
anggota kelompok, masing-masing menyadari saling ketergantungan secara
positif dalam mencapai tujuan bersama.
Menurut Mardikanto (1993) pengertian kelompok tani adalah sekumpulan
orang-orang tani atau petani yang terdiri petani dewasa (pria/wanita) maupun
petani taruna yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas
dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan
dipimpin oleh seorang kontak tani.
Pemahaman mengenai kelompok merujuk pada Amanah dkk (2010)
merujuk Slamet (2002), bahwasannya kelompok merupakan himpunan dua orang
atau lebih yang bergabung karena adanya kesamaan, berinteraksi melalui pola
tertentu untuk tujuan bersama, dalam kurun waktu yang relatif panjang.
Karakteristik kelompok dapat diamati dengan melihat kejelasan tujuan,
Suatu kelompok dapat dinamakan kelompok sosial, apabila memiliki
ciri-ciri sebagai berikut : (1) memiliki motif yang sama antara individu satu dengan
yang lain yang menyebabkan interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang
sama, (2) terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu
dengan yang lain, akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan
individu yang terlibat, (3) adanya penugasan dan pembentukan struktur atau
organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan
masing-masing, (4) adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok
yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan
bersama.
2.1.3.1Kelompok Tani
Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 93/Kpts/OT.210/3/97. Tanggal
18 Maret 1997 kelompok tani adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan
keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan
sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usaha tani
dan kesejahteraan anggotanya. Pada Peraturan Menteri Pertanian No.
273/Kpts/OT.160/4/2007 13 April 2007 tentang pedoman penumbuhan dan
pengembangan kelompok tani dan gabungan kelompok tani dijabarkan bahwa
kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber
daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
2.2 Kerangka Berfikir
Rukun Tani merupakan salah satu gabungan kelompok tani penerima
PUAP di Kabupaten Bogor. Berdasarkan laporan perkembangan Bantuan
Langsung Masyarakat (BLM) PUAP tahun anggaran 2009 s/d Desember 2010
Kabupaten Bogor, Gapoktan Rukun Tani memiliki perkembangan BLM PUAP
tertinggi, yaitu sebesar 197 persen.
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan ini dilihat mulai dari
pelaksanaan program PUAP yang diawali dengan perencanaan, pelaksanaan dan
dilihat adalah tujuan kelompok, aktivitas kelompok, pembagian tugas dan suasana
kelompok. Variabel ketiga adalah mengenai ciri-ciri anggota kelompok yang
dilihat dari pendidikan non formal dan kekosmopolitan. Kemudian ketiga variabel
tersebut dilihat hubungannya dengan kapasitas kelompok tani yang diantaranya
adalah unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar dan jaringan
kerja/sosial. Berikut kerangka berfikir penelitian yang dapat dilihat pada Gambar
1 dibawah ini.
Keterangan : = hubungan
Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran Program PUAP dan Hubungannya dengan
Kapasitas Kelompok Petani Pelaksanaan Program PUAP (X.1)
(X1.1) Perencanaan
(X1. 2) Pelaksanaan
(X1. 3) Evaluasi
Kapasitas Kelompok (Y):
(Y1) Unit produksi
(Y2) Kerjasama kelompok
(Y3) Wadah belajar
(Y4) Jaringan kerjasama Karakteristik Kelompok (X2) :
(X2.1) Tujuan kelompok
(X2.2) Aktivitas kelompok
(X2.3) Pembagian tugas
(X2.4) Suasana kelompok
Ciri-ciri Anggota (X3) :
(X3.1) Pendidikan non formal
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran dapat disusun hipotesis penelitian:
1. Pelaksanaan Program PUAP (perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi)
berhubungan nyata dengan kapasitas kelompok (unit produksi, kerjasama
kelompok, wahana belajar, jaringan keerjasama).
2. Karakteristik kelompok (tujuan kelompok, aktivitas kelompok, pembagian
tugas dan suasana kelompok) berhubungan nyata dengan kapasitas
kelompok (unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar, jaringan
kerjasama).
3. Ciri – ciri anggota (pendidikan non formal dan kekosmopolitan)
berhubungan nyata dengan kapasitas kelompok (unit produksi, kerjasama
kelompok, wahana belajar, jaringan kerjasama).
2.4 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini berkaitan dengan kerangka
pemikiran yaitu pelaksanaan Program PUAP, karakteristik kelompok, ciri-ciri
anggota dan kapasitas kelompok yang diukur secara kuantitatif. Definisi
operasional tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Program PUAP
Pelaksanaan Program PUAP adalah keikutsertaan responden dalam
pelaksanaan program PUAP mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
evaluasi program.
a. Perencanaan
Pengukuran mengenai perencanaan program PUAP dilihat dari
keikutsertaan responden pada tahap perencanaan program berlangsung
yang dikategorikan sebagai berikut.
1. Ya = label 1
2. Tidak = label 0
Jika dilihat dari keikutsertaan responden dalam (1) pertemuan yang
dilakukan oleh masyarakat dan aparat desa, (2) pertemuan yang dilakukan
dengan pihak BP4K Kabupaten Bogor di kantor desa sebagai perwakilan
dari masyarakat untuk merencanakan program, (4) keterlibatan responden
dalam memberikan pendapat pada saat perencanaan program berlangsung
dan (5) keikutsertaan responden dalam pembuatan proposal program.
Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan
menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 1, hal ini
menunjukkan perencanaan tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor
1-4, hal ini menunjukkan perencanaan tergolong sedang, (3) tinggi, jika
total skor > 4, hal ini menunjukkan perencanaan tergolong tinggi.
b. Pelaksanaan
Pengukuran mengenai pelaksanaan program PUAP dilihat dari jawaban
responden pada tahap pelaksanaan Program PUAP berlangsung yang
dikategorikan sebagai berikut.
1. Ya = label 1
2. Tidak = label 0
Jika responden menjawab pertanyaan yang diantaranya adalah (1) apakah
responden mengikuti program karena keinginan sendiri, (2) apakah
responden mengerti tata cara pelaksanaan program, (3) apakah responden
merasakan manfaat dari kegiatan PUAP, (4) apakah responden
menggunakan bantuan untuk usaha agribisnis, (5) apakah usaha yang
dikelola responden berkembang setelah mendapatkan pinjaman, (6)
apakah terdapat hambatan saat pelaksanaan program berlangsung, (7)
apakah terdapat pendampingan dari ketua kelompok, (8) apakah terdapat
pendampingan dari PPL, (9) apakah bantuan yang dipakai digunakan
untuk membuat usaha baru, (10) apakah bantuan dipakai untuk
meneruskan usaha yang sudah ada.
Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan
menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 5, hal ini
menunjukkan pelaksanaan tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor
5-7, hal ini menunjukkan pelaksanaan tergolong sedang, (3) tinggi, jika total
c. Evaluasi
Pengukuran mengenai evaluasi Program PUAP dilihat dari jawaban dari
responden tersebut yang dikategorikan sebagai berikut.
1. Ya = label 1
2. Tidak = label 0
Jika responden menjawab pertanyaan yang diantaranya adalah (1)
keikutsertaan responden dalam proses evaluasi Program PUAP, (2)
keikutsertaan responden dalam membuat laporan tertulis Program PUAP,
(3) keikutsertaan responden dalam membuat laporan secara lisan tentang
Program PUAP, dan (4) kesempatan responden untuk membuat evaluasi
Program PUAP.
Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan
menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 1, hal ini
menunjukkan evaluasi tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 1-2, hal
ini menunjukkan evaluasi tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 2,
hal ini menunjukkan evaluasi tergolong tinggi.
2 Karakteristik kelompok dilihat dari tujuan kelompok, aktivitas kelompok
pembagian tugas dan suasana kelompok.
a. Tujuan kelompok adalah hal yang ingin dicapai oleh kelompok secara
bersama-sama. Alat ukur tujuan kelompok ditentukan atas dasar jumlah
pendapat anggota kesesuaian tujuan kelompok, yaitu (1) adanya kesamaan
tujuan: anggota merasakan adanya kesamaan tujuan kelompok dengan
tujuan anggota kelompok, (2) adanya kejelasan tujuan: anggota
mengetahui tujuan bergabung dalam kelompok, (3) Formalisasi tujuan:
anggota mengetahui tujuan dibentuknya kelompok, (4) Pencapaian tujuan:
anggota mengetahui manfaat dan tujuan apa yang akan dicapai oleh
anggota baik untuk anggota maupun untuk kelompoknya.
Pengukuran mengenai tujuan kelompok dikategorikan sebagai berikut.
1. Ya = label 1
Jika responden merasakan atau tidak hal-hal tersebut di dalam
kelompoknya. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan
dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 4,
menunjukkan tujuan kelompok tergolong rendah, (2) sedang, jika total
skor = 4, menunjukkan tujuan kelompok tergolong sedang, (3) tinggi, jika
total skor > 4, menunjukkan aktivitas kelompok tergolong tinggi.
b. Aktivitas kelompok adalah kegiatan yang dilakukan oleh kelompok
dengan menggunakan dana PUAP. Alat ukur aktivitas kelompok
ditentukan atas dasar jumlah pendapat anggota kesesuaian dengan aktivitas
kelompok, diantaranya tentang pertemuan kelompok, keikutsertaan
responden dalam pertemuan kelompok, berjalannya pertemuan kelompok,
dan terdapat pelatihan di dalam kelompok.
Pengukuran mengenai aktivitas kelompok dikategorikan sebagai berikut.
1. Ya = label 1
2. Tidak = label 0
Jika responden merasakan atau tidak merasakan hal-hal tersebut dalam
kelompoknya. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan
dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 5, hal
ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong rendah, (2) sedang, jika
total skor 5-6, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong sedang,
(3) tinggi, jika total skor > 6, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok
tergolong tinggi.
c. Pembagian tugas adalah pembagian kewajiban pada setiap anggota
kelompok dalam kelompok. Indikator pembagian tugas meliputi (1)
keterdapatan pembagian tugas yang jelas di dalam kelompok, (2)
responden mendapatkan tugas di kelompok, (3) responden menjalankan
tugas yang diberikan, (4) tugas yang diberikan sesuai dengan kemapuan
dan kesepakatan anggota, (5) tugas yang diberikan dapat mempererat
kelompok.
Pengukuran mengenai pembagian tugas dikategorikan sebagai berikut.
1. Ya = label 1
Jika responden menyatakan terdapat atau tidak hal-hal tersebut di dalam
kelompoknya. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan
dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor <2, hal
ini menunjukkan pembagian tugas tergolong rendah, (2) sedang, jika total
skor 2-4, hal ini menunjukkan pembagian tugas tergolong sedang, (3)
tinggi, jika total skor > 4, hal ini menunjukkan pembagian tugas tergolong
tinggi.
d. Suasana kelompok adalah derajat untuk mencapai tingkat reaksi anggota
terhadap kelompoknya, anggota merasa hangat dan adanya
kesetiakawanan, saling diterima dan saling dihargai serta penuh
persahabatan, merasa puas dan bersungguh-sungguh untuk tinggal di
dalam kelompok.
Pengukuran mengenai suasana kelompok dikategorikan sebagai berikut.
1. Ya = label 1
2. Tidak = label 0
Jika responden merasakan atau tidak hal-hal tersebut diatas. Kemudian
jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan menggunakan tiga
skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 3, hal ini menunjukkan aktivitas
kelompok tergolong rendah, (3) sedang, jika total skor 3-4, hal ini
menunjukkan aktivitas kelompok tergolong sedang, (3) tinggi, jika total
skor > 4, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong tinggi.
3. Ciri-ciri anggota kelompok dapat dilihat dari pendidikan non formal dan
kekosmopolitan anggota.
a. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilaksanakan secara
terstruktur dan terprogram berdasarkan kebutuhan peserta didik seperti
kursus.
Pengukuran mengenai pendidikan non formal dikategorikan sebagai
berikut.
1. Rendah (skor = 1), jika responden belum pernah mengikuti pendidikan
2. Sedang (skor = 2), jika responden pernah satu kali mengikuti
pendidikan formal selama satu tahun terakhir.
3. Tinggi (skor = 3), jika responden pernah lebih dari satu kali mengikuti
pendidikan non formal selama satu tahun terakhir.
b. Kekosmopolitan anggota adalah keterbukaan anggota terhadap dunia luas
dan pembaharuan. Anggota kelompok mau menerima informasi dari luar,
atau teknologi baru yang datang. Kekosmopolitan pada penelitian ini
dilihat dari seberapa sering responden bepergian ke luar desa, seberapa
sering responden melakukan interaksi dengan orang lain yang berbeda
budaya, seberapa sering responden mencari tahu tentang berita agribisnis.
Pengukuran mengenai ciri-ciri dikategorikan sebagai berikut.
1. Tidak Pernah = Skor 0
2. Kadang-kadang = Skor 1
3. Sering = Skor 2
Kemudian jumlah skor yang diperoleh dikategorikan dengan
menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 4, hal ini
menunjukkan kosmopolitan anggota tergolong rendah, (2) sedang, jika
total skor = 4, hal ini menunjukkan kosmopolitan anggota tergolong
sedang, (3) tinggi, jika total skor > 4, hal ini menunjukkan kosmopolitan
anggota tinggi.
4. Kapasitas kelompok dapat dilihat melalui unit produksi, kerjasama kelompok,
wahana belajar dan jaringan kerja/sosial.
a. Unit produksi adalah suatu proses kegiatan usaha dalam bidang pertanian,
berorientai keuntungan dengan mengoptimalkan sumber daya, dalam
berbagai bentuk unit usaha sesuai dengan kemampuan yang dikelola
secara profesional. Unit produksi dilihat dari usaha yang dijalankan
dikelola bersama kelompok atau pribadi, apakah usaha tersebut
memberikan keuntungan, apakah terdapat sarana dan prasarana
pendudkung usaha tersebut, apakah usaha tersebut dapat memperbaiki
kehidupan ekonomi anggota kelompok (responden).
Pengukuran mengenai unit produksi dikategorikan sebagai berikut.
2. Tidak = label 0
Jika responden measarakan atau tidak merasakan hal-hal tersebut diatas.
Kemudian jumlah skor yang diperoleh dikategorikan dengan
menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 3,
menunjukkan unit produksi tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor
3-8, menunjukkan unit produksi tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor
> 8, menunjukkan unit produksi tergolong tinggi.
b. Kerjasama Kelompok adalah hubungan upaya yang terjalin secara timbal
balik antar anggota dalam kelompok tani untuk mencapai manfaat atau
keuntungan bagi kedua belah pihak. Indikator kerjasama kelompok adalah
ada kerjasama dalam kelompok tani, terjalin kerjasama antar anggotanya,
terjadi kerjasama antar anggota dalam kelompok tani dan antara kelompok
tani tersebut dengan pihak lain.
Pengukuran mengenai wahana kerjasama dikategorikan sebagai berikut.
1. Ya = label 1
2. Tidak = label 0
Jika responden merasakan atau tidak merasakan hal-hal tersebut diatas.
Kemudian jumlah skor yang diperoleh dikategorikan dengan
menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 4,
menunjukkan wahana kerjasama tergolong rendah, (2) sedang , jika total
skor 4-8, menunjukkan wahana kerjasama tergolong sedang, (3) tinggi,
jika total skor > 8, menunjukkan wahana kerjasama tergolong tinggi.
c. Wahana belajar adalah kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar
bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
(PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani
sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta
kehidupan yang lebih sejahtera
Pengukuran mengenai wahana belajar dikategorikan sebagai berikut.
1. Ya = label 1
2. Tidak = label 0
Jika responden merasakan atau tidak merasakan hal-hal tersebut diatas.
menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 2,
menunjukkan wahana belajar tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor
2-3, menunjukkan wahana belajar tergolong sedang, (3) tinggi, jika total
skor > 3, menunjukkan wahana belajar tergolong tinggi.
d. Jaringan kerjasama adalah bagaimana kelompok mempunyai dan
membentuk jaringan sosial atau jaringan kerja selama mereka berada
dalam kelompok. Jaringan tersebut adalah lembaga penyedia saprodi usaha
tani, lembaga penyedia modal, lembaga pengolahan hasil, lembaga
pemasaran, dan lembaga penyuluhan.
Pengukuran mengenai jaringan kerja/sosial dikategorikan sebagai berikut.
1. Ya = label 1
2. Tidak = label 0
Jika responden memiliki atau tidak memiliki kelima jaringan tersebut.
Kemudian jumlah skor yang diperoleh dikategorikan dengan
menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 1,
menunjukkan jaringan kerja tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor
1-3, menunjukkan jaringan kerja tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor
BAB III
PENDEKATAN LAPANG
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di salah satu desa penerima Program Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan di wilayah Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani. Lokasi dipilih karena Gapoktan Rukun
Tani merupakan salah satu Gapoktan sebagai penerima dana PUAP di Kabupaten
Bogor. Ada keberagaman kegiatan usaha on-farm dan off farm di Desa Citapen. Melalui pertimbangan tersebut Desa Citapen cukup representatif untuk dilakukan
penelitian mengenai hubungan Program PUAP dengan Kapasitas Petani.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik survei.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Data yang telah
dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
melalui responden dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan
mengenai karakteristik individu, pelaksanaan program PUAP, karakteristik
kelompok, ciri-ciri individu dan kapasitas kelompok dengan bantuan kuesioner
yang diolah secara kuantitatif. Data sekunder diperoleh melalui kantor desa, PPL,
Kementerian Pertanian, BP3K wilayah Ciawi dan BP4K Kabupaten Bogor dengan
metode wawancara mendalam.
Penelitian ini memiliki dua subyek penelitian, yaitu informan dan
responden. Informan adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan
informasi mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungan. Informan
dipilih secara sengaja (purposive sampling) dengan jumlah yang tidak ditentukan
guna mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Informan penelitian adalah
PPL, kantor desa, Departemen Pertanian, BP3K Wilayah Ciawi, BP4K Kabupaten
Bogor. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota gapoktan Rukun Tani yang
dengan jumlah yang berbeda tiap kelompok dengan jumlah 20 persen dari jumlah
populasi tiap kelompok secara acak disproportsional. Hal ini disebabkan tidak semua anggota Gapoktan berada di tempat saat dilakukan penelitian. Dari tujuh
kelompok tani di Gapoktan Rukun Tani, dipilih empat kelompok sebagai populasi
penelitian, karena empat kelompok tersebut sudah cukup representatif dari
kelompok yang ada. Berikut jumlah populasi dan sampel penelitian yang disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian di Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Tahun 2011
No
3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dengan bantuan kuesioner diolah secara
kuantitatif. Data diolah secara statistik dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows versi 16.0. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan Tabulasi Silang dan Uji Korelasi Rank Spearman untuk mengukur karakteristik individu, pelaksanaan Program PUAP, karakteristik kelompok,
ciri-ciri individu dan hubungannya dengan kapasitas kelompok. Data kualitatif bersifat
3.4 Uji Korelasi Rank Spearman
Uji ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yang
berskala ordinal dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal.
Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan terikat yang berskala ordinal (non parametrik). Korelasi
dapat menghasilkan angka positif (+) dan negatif (-). Korelasi yang menghasilkan
angka positif berarti hubungan kedua variabel bersifat searah, yang berarti jika
variabel bebas bebas besar maka variabel terikat juga besar. Korelasi yang
menghasilkan angka negatif berarti hubungan kedua variabel tidak searah, yang
berarti jika variabel bebas besar maka variabel terikat menjadi kecil. Rumus
korelasi Rank Spearman:
Keterangan :
rs = Nilai Koefisien Rank Spearman di = Disparitas (x1-x2)
n = Banyaknya Pengamatan
Kaidah pengambilan keputusan tentang hubungan antar variabel dalam Uji
Korelasi Rank Spearman adalah dengan signifikansi/probabilitas/α digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang diteliti.
Signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar α (0,1) maka
artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat
kepercayaan sebesar 95 persen dan tingkat kesalahan sebesar 10 persen.
Dasar pengambilan keputusan dirumuskan sebagai berikut:
a. Jika angka signifikansi hasil penelitian < 0,1 maka Ho ditolak. Jadi,
hubungan kedua variabel signifikan; dan
b. Jika angka signifikansi hasil penelitian > 0,1 maka Ho diterima. Jadi,
hubungan kedua variabel tidak signifikan. 6∑ di2
rs= 1 –
3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), validitas menunjukkan sejauh
mana alat pengukur mengukur sesuatu yang ingin diukur. Sedangkan reliabilitas
merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian validitas dilakukan dengan uji
validitas konstruk (construct) atau validitas kerangka dari suatu konsep dengan
program SPSS for Windows versi 16.0. Pengujian dilakukan kepada lima belas orang responden untuk mengetahui ketepatan dan kelayakan kuesioner sebagai
alat ukur penelitian. Dari 64 pernyataan maupun pertanyaan yang diajukan
mengenai ”Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan
Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani’, terdapat 15 pernyataan yang
dinyatakan valid pada bagian kegiatan penyuluhan terkait PUAP, yaitu pernyataan
saat penyaluran modal pada nomor (1) modal yang diberikan sesuai dengan
anggaran yang telah ditentukan, (2) modal disalurkan melalui kelompok tani dan
(3) penyaluran modal dilakukan tepat waktu. Pada variabel pendampingan
pernyataan yang valid adalah nomor (1) penyuluh melakukan sosialisasi awal
mengenai program, (2) penyuluh mengawasi para anggota dalam pelaksanaan
program PUAP, (3) penyuluh memberikan informasi-informasi yang berkenaan
dengan program, dan (4) anggota kelompok diperkenankan untuk berdiskusi
dengan penyuluh jika terjadi kendala. Pada metode pendekatan, pernyataan yang
valid yaitu nomor (1) saya memahami penyuluhan Program PUAP melalui
kunjungan rumah/usahatani, (2) penyuluh menyampaikan materi PUAP dengan
jelas ketika mengunjungi rumah/usahatani saya, (3) saat pertemuan umum saya
lebih memahami materi yang disampaikan, (4) materi yang disampaikan pada
pertemuan umum lebih beragam dan mudah dimengerti, (5) pertemuan diskusi
membuat saya lebih mudah memahami materi PUAP, dan (6) materi PUAP pada
pertemuan diskusi lebih beragam dan udah dipahami. Pada proses penentuan
usaha agribisnis pernyataan yang valid yaitu nomor (2) komoditi usaha agribisnis
yang akan dijalankan merupakan keputusan dari kelompok, (3) penentuan usaha
agribisnis dilakukan secara bersama-sama dengan kelompok, dan (4) komoditi
yang dijalankan merupakan hasil rumusan kelompok. Sedangkan pernyataan yang
penyaluran modal dan (5) kelompok tani yang melanggar aturan dikenakan sanksi,
pada pernyataan metode pendekatan yaitu nomor (7) siaran melalui radio lebih
mudah dipahami dan (8) materi pada siaran radio lebih banyak dan mudah
dimengerti. Pada pernyataan penentuan usaha agribisnis yaitu nomor (1) komoditi
yang akan dijadikan usaha agribisnis dipilih oleh saya sendiri.
Pernyataan untuk bagian karakteristik kelompok pada bagian indikator
tujuan kelompok, pernyataan yang valid meliputi pernyataan nomor (1) anggota
mengetahui tujuan kelompok, (2) anggota bergabung dalam kelompokk karena
memiliki tujuan yang sama dengan tujuan kelompok, (3) anggota mengetahui
tujuan bergabung dalam kelompok dan (5) anggota mengetahui manfaat yang
akan dicapai oleh kelompok, dan satu pernyataan yang tidak valid yang terdapat
pada nomor (4) anggota mengetahui manfaat yang akan dicapai jika bergabung
dalam kelompok. Lima pernyataan pada indikator pembagian tugas dan peranan
dinyatakan semua valid. Kelima pernyataan tersebut diantaranya, (1) terdapat
pembagian tugas yang jelas di dalam kelompok, (2) setiap anggota menjalankan
tugas yang diberikan, (3) tugas yang diberikan pada anggota sesuai dengan
kemampuan anggota, (4) setiap anggota memiliki peran masing-masing dalam
kelompok, (5) peran yang diberikan sesuai kemampuan anggota. Kemudian pada
indikator suasana kelompok terdapat dua pernyataan yang tidak valid dari delapan
pernyataan, yaitu pernyataan (7) anggota tidak berniat untuk keluar dari kelompok
dan (8) anggota menjalankan aturan kelompok tanpa paksaan, sedangkan enam
sisa pernyataan dinyatakan valid, diantaranya adalah (1) saling membantu antar
anggota kelompok, (2) hubungan antar anggota terjalin intim, (3) semua anggota
memiliki derajat yang sama, (4) semua anggota diberikan kesempatan yang sama
daam mengemukakan pendapat atau ide, (5) anggota merasakan kenyamanan
ketika berada dalam kelompok, (6) anggota merasakan peningkatan pengetahuan
setelah bergabung dengan kelompok. Lalu untuk bagian kepemimpinan pernyatan
yang valid terdapat pada nomor (3) pemimpin kelompok melibatkan anggota
dalam proses pengambilan keputusan dan (4) pemimpin kelompok melakuakn
transparansi terhadap anggaran keuangan, dan empat pernyataan tidak valid yaitu
(1) pemimpin dan anggota memiliki hubungan yang baik, (2) pemimpin kelompok
kelompok melibatkan anggota dalam proses pengambilan keputusan, (4)
pemimpin kelompok melakukan transparansi terhadap anggaran keuangan.
Variabel peubah ketiga yaitu mengenai ciri-ciri anggota yang diuji hanya
dengan tiga pernyataan dinyatakan bahwa ketiga pernyataan tersebut valid,
diantaranya adalah pernyataan (1) saya melakukan bepergian ke luar desa/kota,
(2) saya melakukan interaksi dengan orang lain yang berbeda budaya, (3) saya
mencari tahu berita tentang pertanian melalui media cetak dan elektronik.
Variabel yang terakhir adalah bagian kapasitas kelompok yang terdiri atas
15 pernyataan dengan 8 pernyataan yang valid yang terdapat pada nomor (1)
produksi yang dijalankan merupakan usaha agribisnis, (3) terdapat unit usaha di
kelompok tani, (6) anggota petani bekerja sendiri-sendiri tanpa melibatkan
anggota lain, (7) ada pembagian kerja dalam kelompok, (12) kelompok tani
membagi penghasilan dari usahatani menurut kesepakatan anggota, (13) beberapa
anggota merupakan bagian dari struktur kelompok, (14) kelompok memiliki
jaringan kerja untuk membantu bisnis usahatani, dan (15) kelompok tani memiliki
lebih dari dua jaringan kerja sedangkan pernyataan nomor (2) produksi yang
diusahakan merupakan bisnis yang dikelola secara profesional, (4) saya dapat
belajar banyak dalam kelompok tani, (5) kerjasama dilakukan antara anggota
keompok tani, (8) terjadi kerjasama antara anggota kelompok tani, (9) kelompok
tani yang satu dengan yang lain saling membutuhkan, (10) terjadi kerjasama
antara kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan, dan (11) kelompok tani
memiliki struktur kepanitiaan yang jelas dinyatakan tidak valid. Seluruh
pernyataan atau pertanyaan yang tidak valid diganti dengan pernyataan atau
pertanyaan yang lebih mudah dimengerti oleh responden.
Pengujian reliabilitas kuesioner juga dilakukan dengan menggunakan
SPSS for Windows versi 16.0. Pengujian dilakukan dengan jumlah item pernyataan kuesioner sebanyak 64 pernyataan. Langkah kerja yang digunakan
adalah teknik belah dua, yakni dengan membagi butir pernyataan ke dalam dua
belahan, yaitu belahan ganjil dan genap. Setelah dilakukan uji reliabilitas kepada
15 orang responden, nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s alpha) yang diperoleh
untuk indikator pendampingan diperoleh nilai 0,895, metode pendekatan
kelompok diperoleh nilai 0,947, pembagian tugas dan peranan diperoleh nilai
0,866, suasana kelompok diperoleh nilai 0,899, kepemimpinan diperoleh nilai
1,000 dan ciri-ciri anggota peroleh nilai 0,834. Hal ini berarti sesuai dengan
kriteria (lebih dari 0,06) artinya tingkat reliabilitasnya baik dan data hasil
kuesioner dapat dipercaya. Sedangkan untuk nilai koefisien reliabilitas
(Cronhbach’s alpha) dari penyaluran modal adalah sebesar -0,096 dan untuk
kapasitas kelompok sebesar 0,555. Hal ini berarti belum sesuai kriteria (kurang
dari 0,06), artinya tingkat reliabilitasya kurang baik dan hasil data kuesionernya
tidak dapat dipercaya. Pernyataan dan pertanyaan yang tidak reliabel tersebut akan
diganti dengan pernyataan dan pertanyaan yang lebih dapat dipercaya. Dapat
disimpulkan bahwa nilai reliabilitas kuesioner untuk pernyataan pendampingan,
metode pendekatan, penetuan usaha agribisnis, tujuan kelompok, pembagian tugas
dan peranan, suasana kelompok, kepemimpinan dan ciri-ciri anggota sudah
reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian. Sedangkan pertanyaan untuk
penyaluran modal dan kapasitas kelompok belum reliabel. Namun peneliti
mengganti variabel kegiatan penyuluhan terkait PUAP dengan variabel
Pelaksanaan Program PUAP dikarenakan variabel sebelumnya kurang tertuju
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Desa Citapen 4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif
Desa Citapen merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Ciawi.Secara geografis Desa Citapen memiliki luas wilayah sebesar 268.660 Ha
dengan kondisi desa persawahan/perkebunan. Desa Citapen memilki batas
wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Banjarsari
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cileungsi
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cibedug
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cideurum
Secara administratif Desa Citapen memiliki 24 Rukun Tetangga yang
terdistribusi dalam 7 Rukun Warga, semuanya tersebar di dua dusun. Desa
Citapen memiliki luas wilayah sebesar 268.660 Ha, sebagian besar diperuntukkan
sebagai lahan pemukiman yaitu sebesar 110.366 ha/m². Selain itu diantaranya
diperuntukkan sebagai lahan persawahan sebesar 140 ha/m², luas pekarangan
sebesar 10,54 ha/m², luas kuburan sebesar 4,5 ha/m², luas prasarana umum lainnya
sebesar 3,60 ha/m², dan luas lahan perkantoran sebesar 0,04 ha/m².
4.1.2 Kondisi Penduduk
Total penduduk di Desa Citapen pada tahun 2011 tercatat sebanyak 9.013
jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 4.669 jiwa dan perempuan sebanyak
4.344 jiwa serta jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2.145 jiwa dengan
kepadatan penduduk sebesar 6489 jiwa.
Tingkat pendidikan mayoritas warga yang belum sekolah, lulus
SD/sederajat, SLTP/sederajat dan SLTA/sederajat hampir setara yang berkisar
antara 20 persen-an. Namun hal ini tidak sebanding dengan jumlah penduduk
tidak bersekolah, tidak tamat SD, dan lulusan perguruan tinggi. Sehingga dapat
Penduduk Desa Citapen menurut tingkat pendidikan lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Penduduk Desa Citapen Menurut Tingkat Pendidikan, Tahun 2010 (dalam jumlah dan persen)
No Tingkat Pendidikan
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 Belum Sekolah 967 23.06
2 Tidak pernah sekolah 0 0
3 Tidak tamat SD 125 2.98
4 Lulus SD/Sederajat 1.066 25.42
5 Lulus SLTP/Sederajat 951 22.68
6 Lulus SLTA/Sederajat 944 22.51
7 Lulus D-1/D-2/D-3 130 3.10
8 Lulus S-1/S-2/S-3 10 0.25
Jumlah 4193 100.00
Sumber : Podes, Tahun 2010
Tingkat pendidikan penduduk Desa Citapen cukup beragam. Mayoritas
penduduk berada di tingkatan lulus SD/sederajat. Hal ini sesuai dengan banyaknya
responden penelitian yang mayoritas pendidikan terakhirnya adalah lulus
SD/sederajat. Hanya sedikit sekali responden penelitian yang mengenyam
pendidikan tinggi.
Jenis kegiatan ekonomi di desa Citapen mayoritas berada di sektor
pertanian. Terlihat pada mata pencaharian penduduk Desa Citapen yang terbanyak
adalah buruh tani sebesar 1950 orang, petani sebesar 710 orang. Urutan ketiga
adalah buruh industri kerajinan sebesar 320 orang. Untuk lebih jelasnya dapat
Tabel 3 Penduduk Desa Citapen Menurut Jenis Mata Pencaharian, Tahun 2010
6 Pengrajin/Penjahit/Jasa 7 0.18
7 Pedagang 76 2.00
13 Buruh Industri Kerajinan 320 8.43
Jumlah 3792 100.0
Sumber : Potensi Desa, Tahun 2010
Penduduk Desa Citapen seperti terlihat pada Tabel 3 mayoritas adalah
buruh tani. Hampir setengah dari warga desa memiliki mata pencaharian sebagai
buruh tani. Kondisi wilayah di desa Citapen memang sangat mendukung mereka
untuk mencari nafkah di bidang pertanian, karena melihat areal pertanian yang
luas di desa tersebut. Namun hanya segelintir orang yang menjadi petani di
tanahnya sendiri.
4.2 Profil Gabungan Kelompok Tani Rukun Tani
Gabungan kelompok tani (Gapoktan) ’Rukun Tani’ terbentuk pada tahun
2001. Berawal dari adanya persamaan kepentingan diantara petani-petani yang
ada di wilayah Desa Citapen, Kecamatan Ciawi dalam hal komoditi hortikultura
panen. Saat itu, atas prakarsa petugas lapangan dari PT. TANINDO, dibentuklah
satu kelompok tani yang bernama kelompok tani Pondok Menteng yang
beranggotakan 25 orang.
Dalam rangka menyatukan kepentingan yang sama ke arah usaha
Agribisnis terpadu terutama dalam mengakses pasar dan permodalan,
petani-petani lainnya yang tergabung dalam kelompok tani tanaman pangan, kelompok
tani ternak dan kelompok tani pengrajin olahan hasil pertanian, bergabung
menjadi satu membentuk satu himpunan kelompok tani yang bernama ’Himpunan
Rukun Tani’.
Pada tanggal 29 Juni 2007 melalui bimbingan Petugas Penyuluh Pertanian,
’Himpunan Rukun Tani’ dikukuhkan melalui rapat pengukuhan Gapoktan yang
disahkan oleh Kepala desa dan Camat menjadi Gapoktan Rukun Tani dengan
anggota 236 orang. Sebagai legalitas Gapoktan, tanggal 26 November 2008,
Gapoktan Rukun Tani telah dikukuhkan dihadapan NOTARIS (Akta Notaris
Miranti Tresnaning Timur, SH No.14 tanggal 26 November 2008).
Gapoktan Rukun Tani mempunyai visi dan misi. Visi Gapokan Rukun tani
adalah Terwujudnya Masyarakat Tani yang Maju dan Sejahtera. Misi dari
Gapoktan Rukun Tani adalah (1). Meningkatkan peran kelompok tani dan
Gapoktan dalam peningkatan produksi dan produktivitas usaha tani, (2).
Memfasilitasi anggota dalam penyediaan sarana produksi pertanian (saprodi),
permodalan dan pemasaran hasil usaha tani, (3). Meningkatkan posisi tawar petani
dalam pemasaran hasil usaha tani, (4). Meningkatkan fungsi kelompoktani sebagai
wahana belajar, wahana kerjasama dan unit produksi. Gapoktan Rukun Tani juga
memiliki moto yaitu Dari Petani, Oleh petani, Untuk Petani. Untuk mengetahui
susunan organisasi Gapoktan Rukun Tani, lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran 4.
Gapoktan Rukun Tani terdiri atas tujuh kelompok tani. Kelompok tersebut
berbeda-beda dari segi usahatani yang dikelola. Kelompok tersebut diantaranya
dalah Poktan Pondok Menteng, Poktan Sukamaju, Poktan Tani Jaya, Poktan
Kelompok Wanita Tani (KWT) Citapen Berkarya, Poktan Bina Mandiri, Poktan
Sawah Lega, dan Poktan Silih Asih. Ketujuh Poktan tersebut mengelola usaha
Kelompok tani Pondok Menteng mengelola beberapa usaha. Usaha
tersebut ada yang dikelola oleh kelompok maupun individu anggotanya. Usaha
yang dikelola kelompok adalah bertani sayuran dan hortikultura, sedangkan usaha
individu anggota adalah sembako, kredit, berdagang sayuran dan counter hape.
Kelompok tani lainnya yaitu Poktan Sukamaju yang mengelola usahatani
peternakan sapi dan kambing. Anggota poktan ini terdiri atas 20 orang anggota
namun terdapat 12 anggota pasif didalamnya.
Poktan ketiga adalah Poktan Tani Jaya. Poktan Tani Jaya merupakan
Poktan yang seluruh anggotanya adalah petani. Anggota Poktan Tani Jaya
mayoritas merupakan petani sayuran.
Kelompok ini cukup berbeda dengan kelompok tani yang lain. Kelompok
ini seluruh anggotanya adalah perempuan. Kelompok tersebut adalah kelompok
tani KWT Citapen Berkarya. Poktan tersebut terdiri atas anggota tani wanita yang
mengelola usaha keripik pisang dan pangsit. Jumlah anggota dari Poktan ini
adalah sebanyak 43 orang, namun hanya 8 orang anggota yang aktif, sisanya aktif
jika terdapat produksi dalam jumlah besar yang membutuhkan banyak pekerja dan
bersifat musiman, seperti melonjaknya pesanan saat lebaran, maka anggota pasif
tersebut diberdayakan.
Selanjutnya adalah Poktan Silih Asih. Poktan ini mengelola usahatani sale
pisang. Anggota kelompok ini tidak banyak, hanya terdiri dari 5 orang, namun
usaha sale pisang di kelompok ini cukup berkembang. Tidak hanya Poktan
Sukamaju yang usahanya bergerak di bidang peternakan. Namun ada juga Poktan
Bina Mandiri yang mengelola usaha di bidang peternakan kelinci. Lalu Poktan
yang terakhir adalah Poktan Sawah Lega, Poktan ini mengelola usaha di bidang
pertanian seperti usaha sayuran dan hortikultura.
Berdasarkan dengan Peraturan Menteri Pertanian No.
273/Kpts/OT.160/4/2007 13 April 2007 tentang pedoman penumbuhan dan
pengembangan kelompok tani dan gabungan kelompok tani, kelompok tani di
Gapotan Rukun Tani sudah sesuai dengan pengertian kelompok tani yang
disebutkan oleh Permentan tersebut. Kelompok tani di Desa Citapen berdiri
berdasarkan kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,
usaha anggota. Berikut data kelompok tani pada Gapoktan Rukun Tani di Desa
Citapen tahun 2010 yang dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4 Data Kelompok Tani pada Gapoktan Rukun Tani, Tahun 2010
No Nama Kelompok
Tani Ketua
Anggota
terdaftar
Anggota
aktif
Anggota
pasif
1 Pondok Menteng H. Misbah 104 103 1
2 Sukamaju Sarno 20 8 12
3 Bina Mandiri Yudi S 20 7 13
4 Silih Asih H.Agus 5 5 0
5 Tani Jaya Dade 20 20 0
6 Citapen Berkarya
Neng 43 8 35
Jumlah 212 151 61
Sumber : Data Gapoktan Rukun Tani, Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4 diatas, anggota kelompok tani terbanyak terdapat
pada Poktan Pondok Menteng. Sedangkan Poktan yang lain memiliki anggota
tidak sebanyak Poktan tersebut. Berdasarakan wawancara peneliti kepada Ketua
Kelompok Tani Pondok Menteng. Hal tersebut dikarenakan Poktan Pondok
Menteng tidak membatasi anggota untuk bergabung kedalam Poktan ini. Selain itu
Pondok Menteng memiliki anggota yang letak rumahnya dekat dengan sekretariat
Poktan, hal tersebut memudahkan warga terdekat untuk dapat masuk kedalam
kelompok tersebut, ini merupakan salah satu alasan mengapa Poktan Pondok
Menteng memiliki banyak anggota. Kemudian anggota Pondok Menteng yang
awalnya hanya terdiri dari petani, lalu melebar karakteristiknya menjadi anggota