• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Kepribadian Guru

Dalam dokumen MAKALAH PROSES DAN BELAJAR MENGAJAR (Halaman 28-33)

KATA PENGANTAR

A. Karakteristik Kepribadian Guru

Guru memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Karena guru memegang kunci dalam pendidikan dan pengajaran disekolah. Guru adalah pihak yang paling dekat dengan siswa dalam pelaksanaan pendidikan sehari-hari, dan guru merupakan pihak yang paling besar peranannya dalam menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.

Kepribadian berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda dengan individu yang lainnya, sehingga dari sifat hakiki inilah kita bisa menilai

kepribadian seseorang. Menurut McLeod (1989) Kepribadian

(personalitity) adalah sifat khas yang dimiliki seseorang.[1] Dalam hal ini, kata khas yang sangat dekat artinya dengan kepribadian adalah karakter dan identitas.

Menurut Reber (1988) dari tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan aspek prilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan aspek prilaku behavioral (perbuatan nyata).[2] Aspek-aspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri

seorang individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap. Dari prilaku psiko-fsik (rohani-jasmani) yang khas dan menetap tersebut muncul julukan-julukan yang bermaksud

menggambarkan kepribadian seseorang seperti: Aminah anak yang rajin, Handoko anak yang malas dan sebagainya.

Karakteristik kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, dan mampu menjadi teladan bagi peserta didik denagn akhlak mulianya.

Sebagai seorang guru kepribadian merupakan hal yang sangat penting karena merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia, guru juga berperan sebagai peembimbing, pembantu dan anutan.

Mengenai pentingnya kepribadian guru, seorang psikolog terkemuka, Profesor Doktor Zakiah Daradjat (1982) menegaskan : Kepribadian itulah yang menentukan apakah ia menjadi pendidik dan

pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didik, terutama bagi anak didik yang masih kecil (yang masih berada di tingkat sekolah dasar) atau bagi mereka yang berada di tingkat menengah.[3] Ketika seorang guru mempunyai kepribadian yang baik maka dalam proses pembinaan peserta didik pasti akan berjalan dengan baik pula begitu juga

sebaliknya. Misalnya ketika peserta didik masih duduk ditingkat sekolah dasar mereka masih sangat polos dan lugu sehingga terkadang apa yang mereka lihat, dengar dan yang diperintahkan kepada mereka langsung mereka kerjakan tanpa memilah-milah apakah itu perbuatan baik atau tidak.

Setiap guru yang profesional ataupun bagi setiap calon guru harus memahami karakteristik (ciri khas) kepribadian dirinya yang diperlukan sebagai panutan para siswanya. Secara konstitusional, guru/ pendidik pada setiap jenjang pendidikan formal wajib memiliki satuan kualifkasi (keahlian yang diperlukan).

Secara rinci karakteristik kepribadian yang harus dimiliki oleh guru yaitu:

a) Guru harus memiliki kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator berupa: bertindak sesuai dengan norma hukum bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. b) Guru harus memiliki kompetensi kepribadian yang dewasa dimana guru harus menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

c) Guru harus memiliki kompetensi arif, dimana sikap guru menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan untuk peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

d) Guru harus memiliki kepribadian yang berwibawa, dimana guru harus

berperilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

e) Guru harus memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki tindakan yang sesuai dengan norma religius dan perilaku yang bisa diteladani oleh peserta didiknya. f) Guru harus adil kepada anak didik.

Hendaknya guru bersikap adil di antara para peserta didiknya: tidak cenderung kepada salah satu golongan di antara mereka, dan tidak melebihkan seseorang atas yang lain, dan segala kebijaksanaan dan tindakannya ditempuh dengan jalan yang benar dan dengan memperhatikan setiap pelajar, sesuai dengan perbuatan serta kemampuannya. Dalam mendidik anak didik guru haruslah bersifat adil.

g) Sifat guru harus sesuai dengan perkataan dan perbuatan.

Guru adalah suatu sosok yang harus bisa ditiru oleh anak didik. Sebelum guru mengajarkan suatu kebaikan guru harus terlebih dahulu memulainya dari diri sendiri. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk mengajarkan kebaikan tetapi juga harus bisa mengaplikasikan apa yang dia ajarkan dalam kehidupan sehari-hari.

h) Guru harus bisa menjadi contoh

Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan Agama, norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara.

i) Guru harus demokratis dan bersifat terbuka kepada anak didik

Dalam menciptakan kondisi belajar yang efektif dan sesuai bagi anak didik guru harus menerima saran dan kririk dari anak didik.

j) Memberi nasihat dan bimbingan kepada anak didik

Guru haruslah senantiasa memberikan nasehat dan bimbingan kepada anak didik karena hal ini sangat dibutuhkan oleh para anak didik terutama ketika menghadapi suatu persoalan ataupun permasalahan.

k) Menolong murid-murid yang sedang menghadapi masalah

Dalam artian ketika murid tersebut mengalami sebuah kesulitan, maka guru harus menanyai apa masalah yang dihadapi muridnya. Ketika dirasa guru bisa membantu masalah tersebut maka guru harus membantu menyelesaikannya.

l) Guru harus menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindari diri dari tindak kekerasan. Meskipun peserta didik kurang begitu bisa dikontrol ataupun tergolong murid yang nakal, maka jangan sekali-kali guru

melakukan tindakan kekerasan terhadap mereka.

m) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi anak didik kecuali dengan alasan tertentu. Ketika guru sudah dipercaya oleh murid dalam hal menjaga rahasia pribadinya

maka seorang guru harus menjaga kepercayaan tersebut, sehingga murid tidak merasa sakit hati dan menaruh rasa kepercayaan yang kuat pada pribadi seorang guru, hal ini

berpengaruh baik terhadap proses belajar-mengajar, ketika seorang murid mempercayai seorang guru, maka seorang murid tadi tidak pernah meremehkan penjelasan maupun perkataan guru.

Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi:[4]

1). Fleksibilitas kognitif. 2). Keterbukaan Psikologi. 1). Fleksibilitas Kognitif Guru.

Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan

kemampuan berpikir yang dikuti dengan tindakan yang memadai dalam situasi tertentu. Guru yang feksibel pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu guru juga harus memiliki resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur (terlampau dini) dalam pengamatan dan pengenalan. Menurut Heger dan Kaye, 1990 berpikir kritis (critical thinking) ialah berpikir dengan penuh pertimbangan akal sehat yang dipusatkan pada pengambilan keputusan untuk mempercayai atau mengingkari sesuatu, dan melakukan atau menghindari sesuatu.

Ciri prilaku kognitif guru yang luwees:

1. Menunjukkan keterbukaan dalam perencanaan kegiatan belajar-mengajar

2. Menjadikan materi pelajaran berguna bagi kehidupan nyata. 3. Mampu merencanakan sesuatu dalam keadaan mendesak.

2). Keterbukaan Psikologi Pribadi Guru.

Keterbukaan ini merupakan dasar kompetensi profesional (kemampuan dan kewenangan melaksanakan tugas) keguruan yang harus dimiliki oleh setiap guru. Hal ini juga menjadi faktor yang turut

menentukan keberhasilan tugas seorang guru. Menurut (Reber, 1988)

[5]. Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediaannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain: siswa, teman, dan lingkungan pendidikan tempatnya kerja. Ia mau menerima kritik dengan ikhlas, disamping itu ia juga memiliki respons terhadap pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain.

Ada beberapa signifkansi yang terkandung dalam keterbukaan psikologis guru:

1. Keterbukaan psikologis merupakan prakondisi atau prasyarat penting yang perlu dimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain.

2. Keterbukaan psikologis diperlukan untuk menciptakan suasana hubungan yang harmonis antara pribadi pendidik dan peserta didik. Pengalaman seorang guru ditentukan oleh kemampuannya dalam menggunakan pengalamannya sendiri dalam hal berkeinginan, berperasaan dan berfantasi untuk menyesuaikan diri dengan peserta didiknya. Jika seorang guru lebih cakap menyesuaikan diri, maka ia akan lebih memiliki keterbukaan diri.

Ditinjau dari sudut fungsi dan signifkansinya, keterbukaan psikologis merupakan karakteristik kepribadian yang penting bagi guru sebagai direktur belajar dan panutan bagi siswanya. Oleh karena itu, hanya guru yang memiliki keterbukaan psikologis yang diharapkan berhasil dalam mengelola proses belajar-mengajar. Optimisme muncul karena guru yang terbuka dapat lebih terbuka dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan kebutuhan para siswanya, dan bukan hanya kebutuhan guru itu sendiri.[6]

Dalam dokumen MAKALAH PROSES DAN BELAJAR MENGAJAR (Halaman 28-33)

Dokumen terkait