• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PROSES DAN BELAJAR MENGAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PROSES DAN BELAJAR MENGAJAR"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PROSES BELAJAR DAN PEMBELAJARAN YANG

EFEKTIF

Di Ajukan Untuk Mendapatkan Nilai Ujian Tengah Semester Pada Mata

Kuliah “ Belajar dan Pembelajaran ”

Disusun Oleh : Siti Khodijah NPM : 10.TI.3479

Semester : VI ( Enam)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYAMSUL ’ULUM

GUNUNG PUYUH SUKABUMI

Jl. Bhyangkara No 33 Tel ( 0266) 231605 Sukabumi

2014

(2)

Alhamdulillahirabbil‘alamin, tiada kata lain yang patut untuk penulis ungkapkan selain ucapan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kemampuan kepada penulis sehingga tugas makalah ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada baginda Muhammad SAW, para sahabat dan seluruh keluarga beliau serta para pengikut beliau hingga akhir zaman.

Selama penyusunan makalah ini, penulis telah mendapat bantuan dari

berbagai pihak, terutama dari Drs.H. Syafei Firdaus, M.M.Pd selaku dosen pengasuh mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Serta ucapan terima kasih juga penulis persembahkan kepada semua pihak yang baik secara langsung ataupun tidak langsung ikut terlibat dalam penyelesaian makalah ini.

Akhirnya, mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekhilafan. Penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun guna lebih menyempurnakan makalah-makalah penulis selanjutnya.

Sukabumi, Maret 2014 Wassalam

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i Daftar Isi... ii

BAB I PENDAHULUAN

(3)

B. Rumusan Masalah... 2

C. Pembatasan Masalah... 3

D. Manfaat/ Tujuan... 4

BAB II PEMBAHASAN A. Hakikat Pembelajaran Efektif ... 3

B. Karakteristik Belajar Yang Efektif ... 5

C. Kondisi yang Efektif Dalam Proses Pembelajaran ... 6

D. Bagaimanakah Suasana Pembelajaran Efektif ... 9

E. Memelihara Kondisi Dan Suasana Belajar Yang Efektif 11 F. Strategi Pembelajaran Efektif ... 14

G. Manajemen Pengajaran Efektif ... 15

H. Mengajar Yang Efektif ... 17

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan... 18

B. Saran... 19

DAFTAR PUSTAKA... 20

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(4)

pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan aktif untuk memahami dan mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapat dibimbing oleh Guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan pemikiran mereka (Kognitif) dengan menggunakan teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal Tanpa menyiapkan sejumlah perangkat pembelajaran yang tepat.

Makalah ini membahas bagaimana menerapkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari hakikat sebenarnya, sehingga dengan demikian akan terwujud suatu pembelajaran yang menghasilkan pembelajaran yang optimal sesuai tujuan yang akan dicapai.

A. Rumusan Masalah

Untuk memudahakan pembahasan masalah tentang Belajar dan Pembelajaran. Maka, perlu adanya Perumusan Masalah diantaranya:

1) Bagaimana Hakikat Pembelajaran Efektif ?

2) Bagaimana Karakteristik Belajar Yang Efektif ?

3) Bagaimanakah Kondisi Efektif Dalam Proses Pembelajaran ?

(5)

5) Apa Saja Upaya Memelihara Kondisi Dan Suasana Belajar Yang

Efektif ?

6) Apa Saja Strategi Pembelajaran Efektif ?

7) Bagaimanakah Manajemen Pengajaran Efektif ?

8) Bagaimanakah Mengajar Yang Efektif itu ?

B. Pembatasan Masalah

Setiap makhluk di dunia mempunyai keterbatasan baik itu pendengaran, penglihatan, penciuman dan lain-lain. Begitu juga dengan saya selaku penyusun yang mempunyai kelemahan dan keterbatasan waktu, biaya, pengetahuan dan lain-lain. Maka dari itu, Penyusun membahas makalah ini sampai Bagaimanakah Mengajar Yang Efektif itu.

C. Manfaat / Tujuan

Adapun manfaat/tujuan yang dapatdiambil dari isi makalah ini adalah

1. menambah wawasan pengetahuan tentang mata kuliah Belajar

dan Pembelajaran.

2. sebagai sumber bacaan dan pengetahuan bagi yang

membutuhkan.

3. sebagai bahan diskusi/pembahasan mahasiswa fakultas

tarbiyah sebagai penambah khazanah ilmu pengetahuan.

BAB II PEMBAHASAN

A. HAKIKAT PEMBELAJARAN EFEKTIF

(6)

serta apa juga yang dimaksud dengan efektif. Berkenaan dengan hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Pengertian Belajar Dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian sebagai suatu pola baru yang berupa kecakapan sikap kebiasaan, atau suatu pengertian. Belajar pada hakikatnya merupakan suatu usaha, suatu proses perubahan yang terjadi pada individu sebagai hasil dari pengalaman atau hasil dari pengalaman interaksi dengan lingkungannya.

Soemanto mengemukakan defnisi belajar menurut para ahli bahwa belajar dapat didefnisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. ”Learning may be defned as the process by which behavior originates or is altered through training or experience.” Dengan demikian, perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fsik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar.

Dapat disimpulkan bahwa secara umum pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa menjadi bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya.

2. Pengertian Efektif

(7)

pengetahuan tentang apa yang dikerjakan, tetapi lebih menekankan pada internalisasi, tentang apa yang dikerjakan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan hayati serta dipraktekkan dalam kehidupan oleh siswa.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif merupakan sebuah proses perubahan seseorang dalam tingkah laku dari hasil pembelajaran yang ia dapatkan dari pengalaman dirinya dan dari lingkungannya yang membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu.

3. Hakikat Pembelajaran Efektif

Dari defenisi belajar dan pembelajaran serta efektif, maka hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.

Peran utama dalam pengajaran adalah menciptakan model aktivitas pengajaran kuat dan tangguh. Intinya adalah aktivitas pengajaran sebagai penataan lingkungan, pengaturan ruang kelas, yang didalamnya para pelajar dapat berinterkasi dan belajar mengetahui bagaimana caranya belajar. Berkaitan dengan efektivitas pengajaran, untuk mencapai pembelajaran aktif, satu aspek penting adalah masalah metode yang digunakan guru dalam menciptakan suasana aktif. Proses pembelajaran dengan metode ceramah, guru mendominasi pembicaraan sementara siswa terpaksa atau bahkan dipaksa untuk duduk, mendengar dan mencatat hal ini sangat tidak dianjurkan. Metode ceramah harus dikurangi bahkan ditinggalkan.

(8)

Aspek kognitif meliputi perubahan-perubahan dalam segi

penguasaan pengetahuan dan perkembangan

eterampilan/kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut.

Aspek efektif meliputi perubahan-perubahan dalam segi sikap

mental, perasaan dan kesadaran.

Aspek psikomotor meliputi perubahan-perubahan dalam segi

bentuk-bentuk tindakan motorik. (Daradjat, 1995: 197) Prestasi belajar siswa yang diperoleh dalam proses belajar-mengajar disekolah dapat dilihat dan diketahui dari nilai hasil ujian semester, yang kemudian dituangkan dalam daftar nilai raport.

B. KARAKTERISTIK BELAJAR YANG EFEKTIF

Pembelajaran dapat efektif apabila mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkansesuai dengan indikator pencapaian. Untuk mengetahui bagaimana memperoleh hasil yang efektif dalam proses pembelajaran, maka sangat penting untuk mengetahui cirri-cirinya. Adapun Pembelajaran yang efektif dapat diketahui dengan cirri:

1) Belajar secara aktif baik mental maupun fsik. Aktif secara

mental ditunjukkan dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berfkir kritis. Dan secara fsik, misalnya menyusun intisari pelajaran, membuat peta dan lain-lain.

2) Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian

siswa dan kelas menjadi hidup.

3) Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi

motivasi seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar.

4) Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan

(9)

5) Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan

nyata.

6) Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan

kebebasan untuk mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada diri orang lain.

7) Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang

muncul, mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan, jika diperlukan

Selain mengetahui karakteristik belajar yang efektif perlu diketahui juga bagaimana Karakteristik Guru Efektif, hal ini berguna untuk mengetahui keahlian dan keprofesionalan seorang pendidik dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif. Adapun karakteristknya yaitu:

1) Memiliki minat terhadap mata pelajaran

2) Memiliki kecakapan untuk menafsirkan suasana/iklim

psikologis siswa

3) Menumbuhkan semangat belajar

4) Memiliki imajinasi dalam menjelaskan

5) Menguasai metode/strategi pembelajaran

6) Memiliki sikap terbuka terhadap siswa.

C. KONDISI EFEKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN

(10)

keadaan lingkungan fsik yang lain. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fsik yang baik dan teratur, misalnya ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang dapat mengganggu konsentrasi belajar, ruangan cukup terang, tidak gelap dan tidak mengganggu mata, sarana yang diperlukan dalam belajar yang cukup atau lengkap. Dalam mewujudkan kondisi pembelajaran yang efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini:

1. Melibakan Sisiwa Secara Aktif

Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. Dengan demikian aktiftas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal, antara lain :

a. Aktivitas visual, seperti membaca, menulis, melakukan

eksprimen dsb.

b. Aktivitas lisan, seperti bercerita, tanya jawab, dsb.

c. Aktivitasme mendengarkan, seperti mendengarkan penjelasan

guru, mendengarkan pengarahan guru dsb.

d. Aktivitas gerak, seperti melakukan praktek di tempat praktek.

e. Aktivitas menulis, seperti mengarang, membuat surat,

membuat karya tulis dsb.

aktivitas kegiatan pembelajaran siswa di kelas hendaknya lebih banyak melibatkan siswa, atau lebih memperhatikan aktivitas siswa. Berikut ini cara meningkatkan keterlibatan siswa :

1. Tingkatkan partisifasi siswa dalam kegiatan pembelajaran

(11)

2. Berikanlah materi pelajaran yang jelas dan tepat sesuai

dengan tujuan pembelajaran.

3. Usahakan agar pembelajaran lebih menarik minat siswa. Untuk

itu guru harus mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan pembelajaran.

2. Menarik Minat Dan Perhatian Siswa

Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran erat kaitannya dengan sifat, bakat dan kecerdasan siswa. Pembelajaran yang dapat menyesuaikan sifat, bakat dan kecerdasan siswa merupakan pembelajaran yang diminati.

3. Membangkitkan Motivasi Siswa

Motif adalah semacam daya yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedang motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Tugas guru adalah bagaimana membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar. Berikut ini beberapa cara bagaimana membangkitkan motivasi siswa :

Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya

untuk meningkatkan prestasi belajarnya;

Pada awal kegiatan pembelajaran, guru hendaknya terlebih

(12)

Guru berusaha mendorong siswa dalam belajar untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada

siswa untuk meraih sukses dengan usahanya sendiri;

Guru selalu berusaha menarik minat belajar siswa.

Sering-seringlah memberikan tugas dan memberikan nilai

seobyektif mungkin.

4. Memberikan Pelayanan Individu Siswa

Memberikan pelayanan individual siswa bukanlah semata-mata ditujuan kepada siswa secara perorangan saja, melainkan dapat juga ditujukan kepada sekelompok siswa dalam satu kelas tertentu. Sistem pembelajaran individual atau pembelajaran privat, belakangan ini memang cukup marak dilakukan melalui les-les privat dan atau melalui lembagalembaga pendidikan yang memang khusus memberikan pelayanan yang bersifat individual. Dalam sistem pembelajaran tuntas, pelayanan individu merupakan kegiatan yang mesti dilakukan. Setiap sub materi pelajaran yang disajikan harus dapat dimengerti oleh semua siswa, tanpa terkecuali. Oleh karena itu dalam pembelajaran tuntas, materi pelajaran tidak boleh diteruskan sebelum materi yang sedang diajarkan dapat diserap oleh seluruh siswa.

5. Menyiapkan Dan Menggunakan Berbagai Media Dalam Pembelajaran

(13)

Di dalam menyiapkan dan menggunakan media atau alat peraga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :

Alat peraga yang digunakan hendaknya dapat memperbesar

perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diasjikan.

Alat peraga yang dipilih hendaknya sesuai dengan kematangan

dan pengalaman siswa serta perbedaan individual dalam kelompok.

Alat yang dipilih hendaknya tepat, memadai dan mudah

digunakan.

D. SUASANA PEMBELAJARAN EFEKTIF

Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar hendaknya guru dapat mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta suatu interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.

Untuk mewujudkan suasana kelas yang mendukung proses belajar mengajar yang dapat membantu efektivitas proses belajar mengajar yaitu :

1) Memanggil setiap murid dengan namanya

2) Selalu bersikap sopan kepada murid,

3) Memastikan bahwa anda tidak menunjukkan sikap pilih kasih

terhadap murid tertentu.

4) Merencanakan dengan jelas apa yang anda lakukan dalam

setiap pelajaran

5) Mengungkapkan kepada murid-murid tentang apa yang ingin

anda capai dalam pelajaran ini

6) Dengan cara tertentu melibatkan setiap murid selama

pelajaran.

7) Memberikan kesempatan bagi murid untuk saling berbicara

(14)

Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, maka diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai. dalam hal ini akan diuraikan beberapa suasana yang efektif dalam pelaksanaan proses pembelajaran:

1. Suasana Belajar Yang Menyenangkan

Suasana belajar yang menyenangkan membuat pembelajaran akan berjalan efektif, apabila suasana pembelajaran tersebut menyenangkan, peserta didik akan lebih Rileks, Bebas dari tekanan, Aman, Menarik, Bangkitnya minat belajar, Adanya keterlibatan penuh, Perhatian peserta didik tercurah, Lingkungan belajar yang menarik (misalnya keadaan kelas terang, pengaturan tempat duduk leluasa untuk peserta didik bergerak), Bersemangat, Perasaan gembira, Konsentrasi tinggi.

2. Suasana Bebas

Suasana bebas atau terbuka (permisif) merupakan kebebasan bagi siswa dalam berbicara dan atau berpendapat sesuai dengan tujuan dari proses pembelajaran, sehingga dengan hal tersebut siswa tidak akan merasakan tekananan, adanya rasa takut, malu dan lainnya terhadap guru maupun sesame peserta didik.

3. Pemilihan Media Pengajaran Dan Metode Yang Sesuai

(15)

E. UPAYA MEMELIHARA KONDISI DAN SUASANA BELAJAR YANG EFEKTIF

Strategi pengelolaan kelas adalah pola/siasat, yang menggambarkan langkah-langkah yang digunakan guru dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas agar tetap kondusif, sehingga siswa dapat belajar optimal, aktif, dan menyenangkan dengan efektif dan efsien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keberhasilan Untuk mencegah timbulnya tingkah laku-tingkah laku siswa yang mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar, guru berusaha mendayagunakan potensi kelas, memfokuskan perhatian kepada peserta didik, memahami mereka secara individu dan memberi pelayanan-pelayanan tertentu yang merupakan wujud dukungan dari warga sekolah.

1. Tanggung Jawab Pendidik

Dalam memelihara kondisi dan suasana belajar yang efektif maka guru sebagai pembimbing mempunyai tanggung jawab yang besar dalam melaksanakannya. Adapun yang harus dilakukan seorang guru adalah:

Guru sebagai perancang pengajaran dituntut memiliki

kemampuan untuk merencanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif, yang berarti harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang profesional serta kesiapan pada proses belajar mengajar.

Guru sebagai pengelolah pengajaran, dituntut untuk memiliki

kemampuan mengelolah seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan suasana belajar yang menguntungkan bagi siswa sehingga siswa benar-benar belajar secara efektif .

Guru sebagai evaluator of learning, dituntut untuk secara terus

(16)

balik terhadap proses kegiatan belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang optimal.

Guru sebagai pembimbing, dituntut untuk mengadakan

pendekatan secara instruksional yang bersifat pribadi dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung. Pendekatan pribadi dimaksudkan untuk lebih mengenal dan memahami murid-murid secara mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruan belajar mengajar.

Guru harus menjadi pembimbing dan penyuluh yang tegas yang

memelihara dan mengarahkan perkembangan pribadi dan keseimbanggan mental murid-muridnya. Guru juga menjadi orang tua murid didalam mempelajari dan membangun system nilai yang dibutuhkan dalam masyarakat dalam dewasa ini.

2. Penataan Lingkungan Belajar

Dalam memelihara kondisi dan suasana yang efektif perlu adanya penataan lingkungan belajar. Aktivitas guru dalam menata lingkungan belajar lebih terkonsentrasi pada pengelolaan lingkungan belajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dalam melakukan penataan lingkungan belajar dikelas tiada lain melakukan aktivitas pengelolaan kelas atau manajemen kelas (classroom management). Menurut Milan Rianto, pengelolaan kelas merupakan upaya pendidik untuk menciptakan dan mengendalikan kondisi belajar serta memulihkannya apabila terjadi gangguan dan/atau penyimpangan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.

3. Cara Pegajaran Pendidik

(17)

strategi dan perspektif serta dapat mengaplikasikannya secara pleksibel.

Dalam hal ini guru harus mempunyai pengetahuan dan keahlian yang profesional dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus mampu menguasai materi pelajaran, strategi pengajaran, mempunyai keahlian manajemen kelas, keahlian motivasional, keahlian komunikasi dan dapat bekerja secara efektif dengan murid dari latar belakang kultural yang beragam. Dalam hal ini Pentingnya Guru Memotivasi Siswa merupakan salah satu yang urgen dalam meningkatkan minat belajar siswa. Untuk itu guru harus:

1) Siswa senantiasa memerlukan dorongan dari guru

2) Siswa perlu bekerja dan berusaha sesuai tuntutan belajar

3) Motivasi perlu dimiliki oleh siswa agar mereka memiliki

ketangguhan dalam belajar

Motivasi merupakan proses yang kompleks, hal ini terlihat bahwa motivasi merupakan upaya untuk mengubah sesuatu hal yang bersifat positif dalam pembelajaran. Hal ini karena:

a. Motif merupakan sebab terjadinya tindakan

b. Individu memiliki kebutuhan dan harapan yang senantiasa berubah

c. Manusia ingin memiliki kepuasan atas tercapainya kebutuhan d. Perilaku yang mengarah pada tujuan tidak selalu mencapai kepuasan

Guru harus mampu dan tahu bagaimana memotivasi siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dengan ini ada beberapa prinsip-prinsip dalam mengembangkan memotivasi siswa yaitu:

a. Prinsip Kompetisi b. Prinsip Pemacu

(18)

e. Pemahaman hasil f. Pengembangan minat

g. Lingkungan yang kondusif h. Keteladanan

Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam memelihara kondisi dan suasana belajar yang efektif maka harus terwujud seorang guru yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pembelajaran, adanya penataan lingkungan belajar yang baik, serta cara atau strategi pengajaran seorang guru yang profesional.

F. STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF

Cara belajar yang efektif dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif diperlukan strategi yang tepat agar pembelajaran dapat berjalan dengan optimal dan seefektif mungkin. Dalam melaksanakan strategi tersebut, diperlukan beberapa hal yaitu:

1. Prinsip-Prinsip Belajar

Prinsip belajar merupakan cara untuk mencapai pembelajaran yang efektif. Dengan adanya prinsip belajar ini, akan terjadi sebuah perubahan bagi peserta didik yang signifkan diantaranya:

a. Perubahan yang disadari

b. Perubahan yang berkesinambungan c. Perubahan fungsional

d. Perubahan bersifat positif aktif e. Perubahan secara permanen f. Perubuhan yang terarah 2. Esensi Belajar

(19)

c. Terjadi karena ada dorongan/kebutuhan yang ingin dicapai d. Bentuk pengalaman yang sistematis, dan terarah

3. Rangkaian Aktivitas Belajar

a. Adanya kebutuhan dan tujuan : merasakan adanya kekurangan

b. Kesiapan untuk memenuhi kebutuhan

c. Pemahaman situasi : melihat aspek yang terkait dengan belajar

d. Menafsirkan situasi : hubungan berbagai aspek e. Respons : aktivitas belajar

4. Hasil Pembelajaran a. Informasi verbal

b. Kecakapan intelektual : diskriminasi, konsep konkret, aturan c. Strategi kognitif

d. Sikap

e. Kecakapan motorik 5. Kualitas Belajar

a. Belajar untuk menjadi diri sendiri b. Belajar untuk belajar

c. Belajar untuk berbuat

d. Belajar untuk hidup bersama secara damai G. MANAJEMEN PENGAJARAN EFEKTIF

Pengelolaan atau manajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.

(20)

sebagai aktivitas profesional dalam menggunakan dan memelihara kurikulum (satuan program pengajaran) yang dilaksanakan, Ketiga, secara organisasional pembelajaran atau kegiatan aktivitas pengajaran guru dituntut memiliki kesiapan mengajar dan murid disiapkan untuk belajar, Keempat, dalam menjalankan fungsi manajemen pembelajaran guru harus memanfaatkan sumber daya pengajaran (learning resources) yang ada di dalam kelas maupun di luar kelas.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan berkaitan dengan manajemen dalam suatu model pembelajaran , yaitu :

Manajemen efektif adalah hasil dari sejumlah faktor, tidak ada

cetak biru/pedoman yang sederhana bagi manajemen kelas yang efektif. Guru harus menentukan kebutuhan murid-murid dengan mengembangkan suatu sistem manajemen untuk keseharian kepada kebutuhan kepribadian anak yang diharapkan berinteraksi terhadap prestasi tertentu.

Manajemen efektif mendorong keberhasilan murid. Fungsi

manajemen yang baik adalah sebagai alat penghubung kekuatan yang dimiliki murid ke dalam suatu pengalaman pembelajaran produktif jika murid belajar secara efsien, maka guru akan lebih berusaha mencapai prestasi dalam pengelolaan kelas yang lemah.

Keberhasilan meningkatkan penghargaan kepada murid jika

murid-murid berprestasi, ada hasil perasaan puas, maka harga diri dan dorongan untuk berprestasi semakin tinggi.

Manajemen efektif bebas dan tidak terbatas. Banyak guru

(21)

Manajemen efektif melibatkan perhatian dan pengembangan

inovasi. Hal itu seharusnya muncul untuk murid bahwa manajemen dilaksanakan oleh guru untuk memelihara pembelajaran murid dan mengembangkan inovasi aktivitas pengajaran.

Problem manajemen mungkin saja tidak menghargai kualitas

sistem pengajaran.

Manajemen efektif mencakup pengaruh ulang terhadap perilaku

diinginkan dan penguatan dari perilaku yang diinginkan.

Guru-guru adalah model dari perilaku yang diterima.

Pembelajaran yang terobsesi seharusnya dijadikan model oleh para guru.

Manajemen efektif menuntut teamworks, kepala sekolah,

guru-guru, orang tua, masyarakat, dan profesional pendidikan lainnya. Bekerja secara konsisten menuju tujuan yang sama. Untuk keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran, menurut Urlich dkk ada tiga perlakuan yang harus dilakukan guru yaitu : Pertama, They are well organized in their planing, Kedua, they communikate efectively with their students, and, Ketiga, they have high expectations of their student.

H. MENGAJAR YANG EFEKTIF

(22)

Mursel dalam hal ini mengemukakan enam prinsip mengajar,

yang apabila ke-enam prinsip mengajar itu

digunakan/ditempatkan dengan sebaik-baiknya maka'-iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi bagi terjadinya proses belajar akan dicapai. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

a. Konteks

b. Fokus

1) Memobilisasi tujuan

2) Belajar yang efektif mempunyai ciri antara lain uniformitas (keseragaman)

3) Mengorganisasi belajar sebagai suatu proses eksplorasi dan penemuan

c. sosialisasi d. individualisasi e. urutan

f. evaluasi

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran.

(23)

yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.

Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari kondisi dan suasana serta upaya pemeliharaannya, maka guru selaku pembimbing harus mampu melaksanakan proses pembelajaran tersebut secara maksimal. Selain itu untuk menciptakan suasana dan kondisi yang efektif dalam pembelajaran harus adanya factor factor pendukung tertentu seperti lingkungan belajar, keahlian guru dalam mengajar, fasilitas dan sarana yang memadai serta kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik.

Upaya-upaya yang tersebut merupakan usaha dalam menciptakan sekaligus memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal dan menyenangkan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan pembelajaran prestasi dapat dicapai dengan maksimal.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat saya sampaikan adalah

1) Agar para pembaca dapat mempelajari makalah yang kami buat

dan mengerti isi serta ruang lingkupnya sehingga dapat diambil pelajaran dan diterapkan dalam kehidupan, Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya.

2) semoga para pembaca dapat mengkaji dengan baik dan bias

melengkapi kekurangan makalah yang kami buat

3) kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata

(24)

kesalahan dalam hal sisitematika makalah maupun isinya. Maka dari itu, kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman dan dosen mata kuliah

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN demi perbaikan dalam

penyusunan makalah yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Grasindo, 2002)

Mulyasa, E., Menjadi kepala sekolah profesional: dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003)

(25)

Purwanto, Ngalim, Psikologi pendidikan remaja (Bandung: Remaja Rosda Karya,1996)

Prayitno, Dasar teori dan praksis Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 2009)

Rianto, Milan, Pengelolaan Kelas Model Pakem (Jakarta: Dirjen PMPTK, 2007)

Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis: sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2004)

Santrock, John W., educational Psychology, Terj.Tri wibowo B.S, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Group, 2008)

Semiawan, Cony, Pendekatan Keterampilan Proses (Jakarta: Gramedia, 1990)

Slameto, Belajar dan Faktor - Faktor Belajar yang Mempengaruhi (Jakarta: rineka cipta, 1995)

W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Grasindo, TT)

Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Edisi Baru). Jakarta : PT Rineka Cipta Sudjana, Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung : Falah Production ; 2004)

Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta : Penerbit Quantum Teaching,2005

KATA PENGANTAR

(26)

Sholawat serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan kita nabi besar

Muhammad SAW. Karena dengan perjuangan dan jihad dari dakwah beliau sekarang kita bisa merasakan nikmatnya iman dan islam dari agama yang beliau sebarkan. Dan semoga kelak kita menjadi umat yang beliau syafaati di padang tandus yang tidak kita temui syafaat selain dari beliau.

Makalah ini dibuat dengan judul “Guru dan proses belajar mengajar” sebagaimana kita sebgai calon guru seyogyanya mengetahui bagaimanakah proses belajar mengajar yang menyenangkan bagi peserta didik dan bagaimanakah fungsi guru didalamnya serta karakteristik guru yang bagaimanakah yang digolongkan sebagai guru yang profesional.

Makalah ini masih sangat sederhana dan masih banyak sekali ditemukan kekurangan baik isi, atau kata yang kurang tepat dalam penyajiannya dan kami sangat mengharap kritik dan saran untuk mrnyempurnakan makalah ini. Walaupun demikian makalah ini juga sangat bermanfaat bagi kita karena dengan membaca makalah ini kita mengetahui tentang karakteristik kepribadian guru, kompetensi profesionalisme guru, hubungan guru dalam proses belajar mengajar dan skiil pengajaran. Demikian sebagai pengantar makalah ini.

Malang, 5 Oktober 2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

(27)

media pembelajaran, tapi tidak ada murid maka sampai kapanpun tidak akan berjalan suatu proses belajar mengajar tersebut begitu juga

proses jual-beli. Sebagaimana yang dikatakan oleh William H. Burton, mengajar merupakan upaya memberikan stimulus, bimbingan,

pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar mengajar berarti mengorganisasi aktiftas siswa dan memberi fasilitas belajar, sehingga mereka bisa belajar dengan baik.

Untuk menjadi guru yang profesional, memang tidak cukup hanya mengandalkan penguasaan atas materi atau ilmu yang akan diajarkan. Sebab dalam proses belajar mengajar penguasaan materi hanya merupakan perangsang tindakan guru dalam memberikan dorongan belajar yang diarahkan pada pencapaian tujuan belajar. karena itu seorang guru harus membekali diri dengan sejumlah

pengetahuan dan keterampilan lain yang sangat diperlukan, ketika guru memilik skill mengajar yang baik dan bisa menjadi guru yang

profesional maka suasana belajar mengajar akan terasa sangat

menyengkan. Disamping itu guru juga harus memiliki kepribadian yang baik sehingga menjadi cerminan bagi peserta didiknya, Berhasil atau tidaknya seorang guru bisa dinilai dari perkembangan dan prilaku siswa yang diajarnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah karakteristik kepribadian guru?

2. Bagaimanakah guru yang profesional itu?

3. Apakah hubungan guru dengan proses belajar mengajar?

4. Apakah skill pengajaran itu?

1.3 Tujuan

(28)

2. Untuk mengetahui bagaimanakah guru yang profesional itu

3. Untuk mengetahui hubungan guru dengan proses belajar mengajar.

4. Untuk mengetahui skill pengajaran.

1.4 Deskripsi Kasus

Dalam dunia pendidikan saat ini banyak banyak didapati tenaga pengajar yang kurang professional. Namun, pemerintah telah

meminimalisir dengan adanya program-program peningkatan mutu seorang guru. Akan tetapi dalam kenyataannya masih ada saja oknum guru yang kurang professional. Meskipun guru tersebut memiliki

kecakapan dalam bidang kognitif namun tidak memiliki kecakapan dalam penyampaian materi atau pesan terhadap siswanya.

Dalam suatu kasus, seorang guru yang otoriter menggunakan metode pengajaran yang tidak disukai dan tidak sesuai dengan

karakter-karakter siswanya. Guru tersebut memaksakan kehendaknya dan menyuruh agar siswanya patuh terhadap peraturan yang telah dibuat. Meskipun siswa yang diajarnya merasa tidak nyaman sehingga terganggu dalam proses penerimaan ilmu yang diberikan.

Keadaan tersebut menjadikan suasana dalam kelas menjadi tidak kondusif lagi untuk kegiatan belajar mengajar. Karena siswa cenderung enggan mendengarkan penjelasan guru yang tidak disukainya. Apalagi dengan metode pengajaran yang tidak sesuai. Misalnya guru

menggunakan metode ceramah secara terus menerus tanpa

memperhatikan siswanya yang sedang lelah dan bosan mendengarkan ceramah tersebut. Dalam makalah ini akan mencoba mengulas tentang kasus tersebut.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kajian Pustaka

(29)

Guru memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Karena guru memegang kunci dalam pendidikan dan pengajaran disekolah. Guru adalah pihak yang paling dekat dengan siswa dalam pelaksanaan pendidikan sehari-hari, dan guru merupakan pihak yang paling besar peranannya dalam menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.

Kepribadian berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda dengan individu yang lainnya, sehingga dari sifat hakiki inilah kita bisa menilai

kepribadian seseorang. Menurut McLeod (1989) Kepribadian

(personalitity) adalah sifat khas yang dimiliki seseorang.[1] Dalam hal ini, kata khas yang sangat dekat artinya dengan kepribadian adalah karakter dan identitas.

Menurut Reber (1988) dari tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan aspek prilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan aspek prilaku behavioral (perbuatan nyata).[2] Aspek-aspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri

seorang individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap. Dari prilaku psiko-fsik (rohani-jasmani) yang khas dan menetap tersebut muncul julukan-julukan yang bermaksud

menggambarkan kepribadian seseorang seperti: Aminah anak yang rajin, Handoko anak yang malas dan sebagainya.

Karakteristik kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, dan mampu menjadi teladan bagi peserta didik denagn akhlak mulianya.

Sebagai seorang guru kepribadian merupakan hal yang sangat penting karena merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia, guru juga berperan sebagai peembimbing, pembantu dan anutan.

(30)

pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didik, terutama bagi anak didik yang masih kecil (yang masih berada di tingkat sekolah dasar) atau bagi mereka yang berada di tingkat menengah.[3] Ketika seorang guru mempunyai kepribadian yang baik maka dalam proses pembinaan peserta didik pasti akan berjalan dengan baik pula begitu juga

sebaliknya. Misalnya ketika peserta didik masih duduk ditingkat sekolah dasar mereka masih sangat polos dan lugu sehingga terkadang apa yang mereka lihat, dengar dan yang diperintahkan kepada mereka langsung mereka kerjakan tanpa memilah-milah apakah itu perbuatan baik atau tidak.

Setiap guru yang profesional ataupun bagi setiap calon guru harus memahami karakteristik (ciri khas) kepribadian dirinya yang diperlukan sebagai panutan para siswanya. Secara konstitusional, guru/ pendidik pada setiap jenjang pendidikan formal wajib memiliki satuan kualifkasi (keahlian yang diperlukan).

Secara rinci karakteristik kepribadian yang harus dimiliki oleh guru yaitu:

a) Guru harus memiliki kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator berupa: bertindak sesuai dengan norma hukum bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. b) Guru harus memiliki kompetensi kepribadian yang dewasa dimana guru harus menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

c) Guru harus memiliki kompetensi arif, dimana sikap guru menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan untuk peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

d) Guru harus memiliki kepribadian yang berwibawa, dimana guru harus

berperilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

(31)

Hendaknya guru bersikap adil di antara para peserta didiknya: tidak cenderung kepada salah satu golongan di antara mereka, dan tidak melebihkan seseorang atas yang lain, dan segala kebijaksanaan dan tindakannya ditempuh dengan jalan yang benar dan dengan memperhatikan setiap pelajar, sesuai dengan perbuatan serta kemampuannya. Dalam mendidik anak didik guru haruslah bersifat adil.

g) Sifat guru harus sesuai dengan perkataan dan perbuatan.

Guru adalah suatu sosok yang harus bisa ditiru oleh anak didik. Sebelum guru mengajarkan suatu kebaikan guru harus terlebih dahulu memulainya dari diri sendiri. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk mengajarkan kebaikan tetapi juga harus bisa mengaplikasikan apa yang dia ajarkan dalam kehidupan sehari-hari.

h) Guru harus bisa menjadi contoh

Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan Agama, norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara.

i) Guru harus demokratis dan bersifat terbuka kepada anak didik

Dalam menciptakan kondisi belajar yang efektif dan sesuai bagi anak didik guru harus menerima saran dan kririk dari anak didik.

j) Memberi nasihat dan bimbingan kepada anak didik

Guru haruslah senantiasa memberikan nasehat dan bimbingan kepada anak didik karena hal ini sangat dibutuhkan oleh para anak didik terutama ketika menghadapi suatu persoalan ataupun permasalahan.

k) Menolong murid-murid yang sedang menghadapi masalah

Dalam artian ketika murid tersebut mengalami sebuah kesulitan, maka guru harus menanyai apa masalah yang dihadapi muridnya. Ketika dirasa guru bisa membantu masalah tersebut maka guru harus membantu menyelesaikannya.

l) Guru harus menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindari diri dari tindak kekerasan. Meskipun peserta didik kurang begitu bisa dikontrol ataupun tergolong murid yang nakal, maka jangan sekali-kali guru

melakukan tindakan kekerasan terhadap mereka.

(32)

maka seorang guru harus menjaga kepercayaan tersebut, sehingga murid tidak merasa sakit hati dan menaruh rasa kepercayaan yang kuat pada pribadi seorang guru, hal ini

berpengaruh baik terhadap proses belajar-mengajar, ketika seorang murid mempercayai seorang guru, maka seorang murid tadi tidak pernah meremehkan penjelasan maupun perkataan guru.

Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi:[4]

1). Fleksibilitas kognitif. 2). Keterbukaan Psikologi. 1). Fleksibilitas Kognitif Guru.

Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan

kemampuan berpikir yang dikuti dengan tindakan yang memadai dalam situasi tertentu. Guru yang feksibel pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu guru juga harus memiliki resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur (terlampau dini) dalam pengamatan dan pengenalan. Menurut Heger dan Kaye, 1990 berpikir kritis (critical thinking) ialah berpikir dengan penuh pertimbangan akal sehat yang dipusatkan pada pengambilan keputusan untuk mempercayai atau mengingkari sesuatu, dan melakukan atau menghindari sesuatu.

Ciri prilaku kognitif guru yang luwees:

1. Menunjukkan keterbukaan dalam perencanaan kegiatan

belajar-mengajar

2. Menjadikan materi pelajaran berguna bagi kehidupan nyata.

3. Mampu merencanakan sesuatu dalam keadaan mendesak.

2). Keterbukaan Psikologi Pribadi Guru.

(33)

menentukan keberhasilan tugas seorang guru. Menurut (Reber, 1988)

[5]. Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediaannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain: siswa, teman, dan lingkungan pendidikan tempatnya kerja. Ia mau menerima kritik dengan ikhlas, disamping itu ia juga memiliki respons terhadap pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain.

Ada beberapa signifkansi yang terkandung dalam keterbukaan psikologis guru:

1. Keterbukaan psikologis merupakan prakondisi atau prasyarat penting

yang perlu dimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain.

2. Keterbukaan psikologis diperlukan untuk menciptakan suasana

hubungan yang harmonis antara pribadi pendidik dan peserta didik. Pengalaman seorang guru ditentukan oleh kemampuannya dalam menggunakan pengalamannya sendiri dalam hal berkeinginan, berperasaan dan berfantasi untuk menyesuaikan diri dengan peserta didiknya. Jika seorang guru lebih cakap menyesuaikan diri, maka ia akan lebih memiliki keterbukaan diri.

Ditinjau dari sudut fungsi dan signifkansinya, keterbukaan psikologis merupakan karakteristik kepribadian yang penting bagi guru sebagai direktur belajar dan panutan bagi siswanya. Oleh karena itu, hanya guru yang memiliki keterbukaan psikologis yang diharapkan berhasil dalam mengelola proses belajar-mengajar. Optimisme muncul karena guru yang terbuka dapat lebih terbuka dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan kebutuhan para siswanya, dan bukan hanya kebutuhan guru itu sendiri.[6]

B. Kompetensi Profesionalisme Guru.

(34)

Istilah “profesional” (professional) adalah kata sifat dari kata profession (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Maka pengertian guru professional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinnggi (profisiensi) sebagai sumber kehidupan. Dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki keanekaragaman kecakapan (competencies) psikologis, yang meliputi:

1. Kompetensi Kognitif Guru

Kompotensi ranah cipta menurut hemat penyusun merupakan kompotensi utama yang wajib dimiliki oleh setiap calon guru dan guru professional. Pengetahuan deklaratif

(declarative knowledge) sebagai mana penyusun uraikan sebelum ini merupakan

pengetahuan yang relative statisnormatifndengan tatanan yang jelas dan dapat dijngkapkan dengan lisan. Pengentahuan procedural (procedural knowledge) yang juga bersemayam dalam otak itu pada dasarnya adalah pengentahuan praktis dan dinamis yang mendasari keterampilan melakukan sesuatu (Best, 1989; Anderson;1990).

Pengetahuan dan keterampilan ranah cipta dapat dikelompokkan kedalam dua kategori, yaitu: 1) kategori pengetahuan kependidikan/keguruan. 2) kategori pengetahuan bidang studi yang akan menjadi vak atau mata pelajaran yang akan di ajarkan guru. a) Ilmu Pengetahuan Kependidikan

Menurut sifat dan kegunaan, displin ilmu kependidikan ini terdiri atas dua macam, yaitu: pengentahuan kependidikan umum dan pengentahuan kependidikkan khusus. Pengetahuan kependidikan umum meliputi: ilmu pendidikan, psikologi pendidikan, administrasi pendidikan, dan seterusnya. Pengetahuan pendidikan khusus meliputi: metode mengajar, metodik khusus pengajaran materi tertentu, teknik evaluasi, praktik keguruan dan sebangainya.

b) Ilmu Pengetahuan materi bidang studi

ilmu pengetahuan materi bidang setudi meliputti semua bidang setudi yang akan menjadi keahlian atau pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Dalam hal ini, penguasaan atas pokok-pokok bahasa materi belajar yang terdapat dalam bidang setudi yang menjadi bidang tugas guru, mutlak diperlukan.

(35)

2. Kompotensi Afektif Guru

Kompotensi ranah akfektif guru bersifat tertutup dan abstrak, sehingga amat sukar untuk diidintifikasi. Kompotensi ranah ini sebenarnya meliputi seluruh fenomina perasaan dan emosi seperti: cinta, benci, senang, sedih, dan sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain.

Sikap dan perasaan diri itu meliputi: 1) Self-concept dan self esteem;

2) Self-efficacy dan contextual effcacay;

3) Attitude of self-acceptance and others acceptance.

A. Konsep-diri dan Harga-diri guru

Self-concept atau koncep-diri guru adalah totalitas sikap dan persepsi seorang guru terhadap dirinya sendiri. Sementara itu self-esteem (harga diri) guru dapat diartikan

sebagai tingkat pandangan dan penilian seorang guru mengenai dirinya sendiri berdasarkan prestasinya.

B. Efikasi-diri dan Efikasi Kontekstual Guru

Self-efficacy guru (efikasi guru), lazim juga disebut personal teather efficacy,

adalah keyakinan guru terhadap keefektifan kemampuannya sendiri dalam membangkitkan gairah dan kegiatan para siswa. Lainnya yang disebut teaching efficacy atau contextual efficacy yang berarti kemampuan guru dalam berurusan dangan keterbatasan factor di luar dirinya ketika ia mengajar.

C. Sikap Penerimaan Terhadap Diri Sendiri dan Orang Lain.

self-acceptance attitude adalah gejala ranah rasa seorang guru dalam

berkecenderungan positif atau negative terhadap dirinya sendiri berdasarkan penilian yang lugas atas bakat dan kemampuan. Sikap seperti ini kurang lebih sama dangan sikap

qana’ah dalam pendidikan akhlak. Sikap qana’ah terhadap kemampuan yang ada pada umumnya berpengaruh secara psikologis terhadap sikap penerimaan pada orang lain (others acceptane attitude).

3. Kompotensi Psikomotor Guru

(36)

1) kecakapan fisik umum. 2) kecakapan fisik khusus.

Kecakapan fisik yang umum, direfreksikan (diwujudkan dalam gerak) dalam bentuk gerakan dan tindakan umum jasmani guru seperti duduk, berdiri, berjalan, berjabat tangan, dan sebagainya yang tidak langsung berhubungan dengan aktivitas mengajar. Adapan kecakapan ranah karsa guru yang khusus, meliputi keterampilan-keterampilan ekspresi verbal (pernyataan lisan) dan nonverbal (pernyataan tindakkan) tertentu yang direfreksikan guru terutama ketika mengelola sangat diharapkan terampil dalam arti fasik dan lancar berbicara baik ketika menyampaikan uraian materi pelajaran maupun ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan para siswa atau mengomentari sanggahan mereka. Kompetensi professional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencangkup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya. Kompetensi professional memiliki subkompetensi berupa:

a) Menguasi substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi dengan memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang sesuai dengan materi yang diajarkan, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

b) Menguasai struktur dan metode keilmuan dimana seorang guru dituntut untuk menguasai langkah-langkah penelitian kajian kritis untuk memperdalam

pengetahuan/materi bidang studi secara professional dalam konteks global.

C. Hubungan Guru Dan Proses Belajar Mengajar

Berikut ini akan dibahas beberapa hal pokok mengenai hubungan antara guru dengan proses belajar mengaja. Hal-hal pokok tersebut meliputi:

1. Fungsi Guru dalam Proses Belajar Mengajar

(37)

proses belajar mengajar. Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa peranan guru dalam dunia pendidikan modern seperti sekarang ini semakin meningkat dari sekedar pengajar menjadi direktur belajar. Konsekuensinya, tugas dan tanggung jawab guru pun menjadi lebih kompleks dan berat pula.

Dari konsekuensi tersebut maka timbullah fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian yang menyatu dalam kompetensi profesionalisme guru. Menurut Gagne, setiap guru berfungsi sebagai:

a. Designer of instruction (perancang pengajaran)

b. Manager of instruction (pengelola pengajaran)

c. Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa)

Dari pendapat ahli diatas maka dapat dijelaskan bahwa fungsi guru sebagi berikut:

1. Guru sebagai designer of instruction

Guru sebagai designer oof instruction (perancang pengajaran). Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mampu dan siap

merancang kegiatan belajar mengajar yang berhasil guna dan berdaya guna.

Untuk merealisasikan fungsi tersebut, maka setiap guru memerlukan pengetahuan yang memadahi mengenai prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam menyusun rancangan kegiatan belajar mengajar. Rancangan tersebut sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:

i) Memilih dan menentukan bahan pelajaran

ii) Merumuskan tujuan penyajian bahan pelajaran

iii) Memilih metode penyajian bahan pelajaran yang tepat

iv) Penyelenggaraan kegiatan evaluasi prestasi belajar.

2. Guru sebagai manager of instruction

Guru sebagai manager of instruction, artinya sebagai pengelola pengajaran. Fungsi ini menghendaki kemampuan guru dalam

(38)

proses belajar mengajar, yang terpenting ialah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdayaguna dan berhasil guna.

Selain itu, kondisi dan situasi tersebut perlu diciptakan sedemikian rupa agar proses komunikasi baik dan arah maupun multiarah antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar dapat berjalan secara demokratis. Alhasil, baik guru sebagai pengajar maupun siswa sebagai pembelajar dapat memainkan peranan masing-masing secara integral dalam konteks komunikasi instruksional yang kondusif (yang membuahkan hasil).

3. Guru sebagai evaluator of student learning

Asi Guru sebagai evaluator of student learning, yakni guru sebagai penilai hasil belajar siswa. Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran.

Pada asasnya, kegiatan evaluasi prestasi belajar itu seperti

kegiatan belajar itu sendiri, yakni kegiatan akademik yang memerlukan kesinambungan. Evaluasi, idealnya berlangsung sepanjang waktu dan fase kegiatan belajar. Artinya, apabila hasil evaluasi tertentu

menunjukkan kekurangan, maka siswa yang bersangkutan diharapkan merasa terdorong untuk melakukan kegiatan belajar perbaikan.

Sebaliknya apabila evaluasi tertentu menunjukkan hasil yang

memuaskan, maka siswa yang bersangkutan diharapkan termotivasi untuk meningkatkan volume kegiatan belajarnya agar materi pelajaran lain yang lebih kompleks dapat pula dikuasai.

Hasil kegiatan evaluasi juga seyogyanya dijadikan pangkal tolak dan bahan pertimbangan dalam memperbaiki atau meningkatkan

penyelenggaraan proses belajar mengajar pada masa yang akan dating. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar tidak akan statis, tetapi terus meningkat hingga mencapai puncak kinerja akademik yang sangat memuaskan.

(39)

Dalam proses belajar mengajar setiap materi pelajaran, posisi para guru sangat penting dan strategis, meskipun gaya dan penampilan mereka bermacam-macam. Diantara mereka ada yang terlalu keras dan ada pula yang terlalu lemah bahkan “ogah-ogahan”.

a). Posisi guru dalam proses belajar mengajar

Dikutip dari Darajat (1982), menurut Claife (1976), guru adalah:…

an authority in the disciplines relevant to education, yakni pemegang hak otoritas atas cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan. Walaupun begitu, tugas guru tentu tidak hanya menuangkan ilmu pengetahuan kedalam otak para siswa, tetapi juga melatih ketrampilan dan menanamkan sikap serta nilai kepada mereka (Muhibbin, 2011).

Sehubungan dengan hal itu, rangkaian tujuan dan hasil yang harus dicapai oleh guru, terutama belajar, membangkitkan kegiatan belajar siswa. Dengan kegiatan siswa diharapkan berhasil mengubah tingkah lakunya sendiri kearah yang lebih maju dan positif. b). Ragam guru dalam proses belajar mengajar

Berdasarkan hasil risett mengenai gaya penampilan dan

kepemimpinan para guru dalam mengelola proses belajar mengajar, ditemukan tiga raga guru, yakni: otoriter, laissez-faire, dan demokratis. Penjelasan mengenai ragam-ragam guru ini adalah sebagai berikut.

(40)

pria, bukan saja karena wataknya yang agresif tetapi juga karena mersa kreativitasnya terhambat.

Kedua, guru laissez-faire, padanannya adalah individualism. Guru yang berwatak seperti ini biasanya gemar mengubah arah dan cara pengelolaan proses belajar mengajar secara seenaknya, sehinga

menyulitkan siswa dalam mempersiapkan diri. Sesungguhnya, ia tidak menyenangi profesinya sebagai tenaga pendidik meskipun mungkin memiliki kemampuan yang memadahi. Keburukan lain yang biasa disandang adalah kebiasaannya yang semaunya yang menimbulkan pertengkaran-pertengkaran.

Ketiga, guru demokratis. Arti demokratis adalah bersifat demokrasi yang pada intinya mengandung makna memperhatikan persamaan hakdan kewajiban semua orang. Guru yang memiliki sifat ini umumnya dipandang sebagai guru yang paling baik dan ideal.

Alasannya, disbanding dengan guru-guru lainnya guru ragam

demokratis lebih suka bekerja sama dengan rekan-rekan seprofesinya, namun tetap menyelesaikan tugasnyya secara mandiri. Ditinjau dari sudut hasil pembelajarannya, guru yang demokratis dan otoriter tidak jauh berbeda. Akan tetapi, dari sudut moral, guru yang demokratis ternyata lebih baik dan karenanya ia lebih disenangi baik oleh rekan-rekan sejawatnya maupun oleh para siswanya sendiri[7].

D. Skill Pengajaran (Teaching Skill)

(41)

Pengembangan kecakapan pembelajaran selain berupa penguasaan siswa terhadap kompetensi, kemampuan dasar, dan materi pembelajaran tertentu, juga beberapa kecakapan lain yang secara implisit diperoleh melalui pengalaman belajar. Jenis-jenis kecakapan yang perlu di kembangkan melalui pengembangan belajar antara lain, meliputi: 1. Kecakapan diri (personal skill)

 Penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan YME

 Mandiri

 Motivasi berprestasi

 Komitmen

 Percaya diri

2. Kecakapan berpikir rasional (thinking skill)  Berpikir kritis dan logis

 Berpikir sistematis

 Cakap menyusun rencana secara sistematis

 Cakap memecahkan masalah secara sistematis

3. Kecakapan sosial (social skill)  Kecakapan berkomunikasi

 Kecakapan bekerjasama, kolaborasi, lobi

 Kecakapan berpartisipasi

 Kecakapan mengelola konflik

 Kecakapan mempengaruhi orang

4. Kecakapan akademik (Academic skill)

 Kecakapan merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil pembelajaran

 Kecakapan membuat kisi-kisi pembelajaran di kelas

(42)

2.2 Analisis Kasus.

Dalam proses pembelajaran seharusnya guru atau pendidik mampu menciptakan suasana kelas atau iklim kelas yang kondusif untuk mendukung terciptanya kualitas proses pembelajaran. Namun sayangnya proses pembelajaran yang terjadi selama ini masih

cenderung satu arah, kurang memperhatikan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang bermakna bagi siswa atau peserta didik, sehingga para peserta didik belum mampu mengembangkan kompetensi dan potensi kemampuan siswa secara lebih optimal. Suatu proses pembelajaran di sekolah yang penting bukan saja materi yang diajarkan atau pun siapa yang mengajarkan, melainkan

bagaimana materi tersebut diajarkan. Bagaimana guru menciptakan iklim kelas (Classroom Climate) dalam proses pembelajaran tersebut. Guru seharusnya tidak menggunakan system otoriter kepada siswanya. Guru juga harus mendengarkan inspirasi dari siswa-siswanya dan

menggunakan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar.

Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan iklim kelas yang berkualitas dan kondusif guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun beberapa faktor yang perlu diperhatikan tersebut antara lain, yaitu:

Pertama, pendekatan pembelajaran hendaknya berorientasi pada bagaimana siswa belajar (student centered). Pendidik harus memperhatikan bagimanakah perkembangan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Apakah siswa atau peserta didik sudah sudah benar-benar belajar atau belum.

Kedua, adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa dalam setiap konteks pembelajaran. Sebagai pendidik

(43)

karena hal itu memacu semangat peserta didik untuk terus aktif dalam proses belajar mengajar.

Ketiga, guru hendaknya bersikap demokratis dalam mengatur kegiatan pembelajaran. Guru tidak boleh memihak hanya kepada

seorang siswa saja, seorang guru harus terbuka kepada murid-muridnya.

Keempat, setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran sebaiknya dibahas secara dialogis. Dengan adanya keterbukaan antara seorang guru dengan murid-muridnya maka akan muncullah hubungan yang harmonis antara murid dan guru.

Kelima, lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga memotivasi belajar siswa dan mendorong terjadinya proses pembelajaran. Lingkungan juga sangat mempengaruhi semangat belajar peserta didik, jika kelas tersebut kumuh, kotor, maka secara otomatis peserta didik merasa tidak nyaman ketika belajar dan hal tersebut sangat mengganggu kekonsentrasian peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Keenam, menyediakan berbagai jenis sumber belajar atau informasi yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat diakses atau dipelajari siswa dengan cepat. Seperti adanya buku

(44)

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan.

1. Seorang guru harus memiliki karakteristik kepridian yang baik karena

seorang guru akan menjadi pembimbing, pembina dan sebagai panutan bagi peserta didiknya. Ketika seorang guru berkepribadian baik,

berakhlak mulia maka guru tersebuat juga akan mengajarkan sifat-sifat mulia tersebut kepada peserta didiknya, begitu pula sebaliknya ketika ada seorang guru yang berkepribadian kurang baik maka ketika

mengajarpun dia akan mencerminkan sifat tersebut.

2. Bagi peserta didik yang masih berada di tingkat sekolah dasar, mereka

masih tergolong anak yang sifat emosionalnya masih sangat labil dan mereka masih belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, secara otomatis ketika ada seorang guru yang

berkepribadian buruk ketika mengajar mereka juga akan menirukan sifat sifat guru tersebut meskipun hal itu tidak baik bagi mereka.

3. Dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki keanekaragaman

kecakapan (competencies) psikologis, yang meliputi: 1. Kompetensi Kognitif Guru.

2. Kompotensi Afektif Guru 3. Kompotensi Psikomotor Guru

4. Fungsi guru dalam proses belajar mengajar:

1. Guru sebagai designer of instruction.

2. Guru sebagai manager of instruction.

3. Guru sebagai evaluator of student learning.

3.2 Saran

(45)

perkuliahan psikologi pendidikan, sehingga mereka menguasai dan mengetahui tentang materi-materi tersebut. Ketika menguasai makalah ini sebagai calon guru mereka sudah mengetahui bagaimanakah cara menjadi seorang guru yang profesional, bagaimana menanamkan kepribadian yang baik bagi para peserta didik ketika mengajar dan bagaimana pula menciptakan suasan kelas yang kondusif.

Makalah ini merupakan resume dari berbagai sumber, untuk lebih mendalami isi makalah kiranya dapat merujuk pada sumber aslinya yang tercantum dalam daftar pustaka. Kritik dan saran yang membangun tentunya sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Dengan mengetahui karakteristik kepribadian yang baik bagi

seorang guru maka kita para calon guru akan lebih muda untuk

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Dede Rosyada. (2004). Paradigma pendidikan demokratis: sebuah model pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Jakarta: Prenada Media Depdiknas. 2009. Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas: Jakarta, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Drs. Moh. Uzer Usman. 2011. Tugas Guru. Diakses dari

http://www.scribd.com/doc/24413957/TUGAS-GURU tanggal 4 Desember 2011 pukul 16:22.

Drs. Nur Kholiq. Tt. Peran Dan Teladan Wali Kelas dalam Mendidik Karakter Siswa Kelas Binaan. Diakses dari

http://www.scribd.com/doc/49790720/Peran-wali- kelas-dlm-membentuk-karakter-siswa tanggal 4 Desember 2011 pukul 16:41. Ensiklopedi Bebas Wikipedia. 2011. Guru. Diakses dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Guru tanggal 4 Desember 2011 pukul 14:01.

Ensiklopedi Bebas Wikipedia. 2011. Konselor Pendidikan. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Konselor_pendidikan tanggal 4 Desember 2011 pukul 16:47.

Harahap, Baharuddin. (1983). Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Damai Jaya.

Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan dengan pendidikan baru: Bandung, PT Remaja Rosdakarya.

http://karakteristik guru.com http:// skiil pengajaran.com

BAB I

PENDAHULUAN

Referensi

Dokumen terkait

sebagai demonstrator, minat, hasil belajar matematika dan pengaruh peran guru. sebagai demonstrator terhadap minat dan hasil

Alihkode mempunyai fungsi komunikatif yang penting dalam PBM di kelas, dalam hal ini kelas bahasa asing. Alihkode tidak hanya terjadi di tengah masyarakat umum tetapi juga dalam

Strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif yang digunakan guru dalam PBM ditemukan sebanyak 45 tuturan. Penggunaan strategi bertutur terus

tugas dan peran guru dalam PBM, rancangan pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi.. pembelajaran, metode pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan

Moh Uzer Usman(1988:8) menggambarkan secara singkat tugas seorang guru. Guru hendaknya senantiasa mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ini ilmu yang

Dengan memperhatikan tugas perkembangan anak usia SD dalam menguasai keterampilan fsik untuk bermain dan aktivitas fsik guru hendaknya menciptakan budaya lingkungan teman sebaya

lajar Mengajar (Efektivi- tas PBM adalah penca- paian tenaga, waktu, biaya, pikiran, peralatan dll, dalam PBM).. mengajar sebesar 3,16 sedangkan taraf

Peran guru dalam memberikan motivasi anak adalah “Mengenal setiap siswa yang diajarkannya secara pribadi, memperlihatkan interaksi yang menyenangkan, menguasai berbagai metode dan