• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP PROSES BELAJAR MENGAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP PROSES BELAJAR MENGAJAR SISWA SEKOLAH DASAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP PROSES BELAJAR MENGAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Endah Istiqomah

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negri Yogyakarta e-mail: endah1591fip2016@student.uny.ac.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi guru Sekolah Dasar (SD) dalam proses pembelajaran di dalam kelas pada siswa Sekolah Dasar. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Data penelitian diperoleh dari hasil observasi study pustaka Sekolah Dasar yang berada di sekitar Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi guru dalam proses belajar-mengajar sangat berpengaruh pada minat dan motivasi belajar siswa. Siswa akan lebih termotivasi saat guru dapat menempatkan pembelajaran sesuai dengan porsi serta minat siswa dalam pembelajaran. Hal ini berketerbalikan apabila guru belum dapat memaksimalkan kompetensinya dalam mengajar, siswa akan lebih mudah bosan saat pembelajaran berlangsung. Maka dari itu saat seorang guru dapat memaksimalkan kompetensinya, baik kompetensi professional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial, maka ia dapat menguasai kelas dengan baik sehingga motivasi dan semangat belajar siswa dapat terbangun.

Kata Kunci: Kompetensi Guru, Minat, Motivasi

THE EFFECT TEACHER COMPETENCE AND LEARNING PROCESS OF ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS

Abstract: This study aims to determine the influence of elementary school teachers competence in the process of learning in the classroom in elementary school students. The type of research used is qualitative descriptive. The research data is obtained from the observation literature review of Elementary School located in Sleman district and district of Yogyakarta special Region. The results showed that the competence of teachers in teaching and learning process is very influential on student interest and motivation. Students will be more motivated when the teacher can place the learning in accordance with the portion and interest of students in learning. This is the opposite when the teacher has not been able to maximize his competence in teaching, the students will be more easily bored when the learning takes place. Therefore, when a teacher can maximize competence, both professional competence, pedagogic competence, personality competence, and social competence, then he can master the class well so that the motivation and spirit of student learning can be awakened.

Keywords: Teacher Competence, Interest, Motivation

PENDAHULUAN

Era globalisasi adalah era dimana semua aspek bersaing untuk menjadi yang terbaik. Mulai dari bidang teknologi sampai bidang pendidikan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah dalam

menghadapi tantangan global ini. Terlebih lagi dalam bidang pendidikan. Pendidikan adalah proses memberdayakan peserta didik menjadi manusia yang cerdas, manusia berilmu dan berpengetahuan, serta manusia yang terdidik. Pendidikan

(2)

menjadi salah satu titik acuan dalam menghasilkan individu yang dapat menghadapi tantangan global tersebut.

Komponen-komponen pendidikan terus menerus diubah sesuai dengan perkembangan jaman dengan harapan dapat menjadikan pendidikan lebih baik lagi.

Irianto. (2011, p.5) menyatakan bahwa hendaknya pendidikan mampu melahirkan lapisan masyarakat terdidik dan menjadi kekuatan yang merekatkan unit-unit sosial di dalam masyarakat.

Upaya-upaya peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan terus berlangsung hingga saat ini. Guru adalah salah satu komponen utama dalam peningkatan tersebut. Pelatihan dan pengembangan terhadap guru dalam meningkatkan kompetensi-kompetensi terus dilakukan.

Selain itu segala pemberdayaan peserta didik terus dilakukan, misalnya dilakukan melalui proses belajar, proses latihan, proses memperoleh pengalaman atau kegiatan lainnya. Melalui proses belajar mereka diharapkan memperoleh pengalaman untuk memecahkan masalah, pengalaman etis kerja, dan ketuntasan bekerja dengan hasil yang baik. Melalui proses belajar, mereka juga diharapkan

memperoleh pengalaman

mengembangkan potensi mereka serta melakukan pekerjaan dengan baik, dan mampu bekerja sama dalam kemandirian.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa seorang guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat. Sedangkan kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi professional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial yang diperolah melalui pendidikan profesi.

Menjadikan guru yang ideal adalah syarat pendidikan akan berhasil.

Kompetensi-kompetensi guru terus dikembangkan mulai dari kompetensi professional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi itu saling terikat satu sama lain. Syarat-syarat tersebut harus dipenuhi untuk menunjukkan bahwa seorang guru dapat membentuk seorang anak untuk menjadi pribadi yang baik dari segi agama maupun sosial. Inilah yang disebut guru sebagai teladan bagi siswa. Hal ini guru mengembangkan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.

Guru harus dapat berperan di depan kelas, seperti seorang artis berperan

(3)

di atas panggung. Bedanya seorang guru harus menumpahkan seluruh kebiasaan hidupnya sebagai guru, yang harus bisa ditiru dan tida memiliki cela di lingkungan masyarakat. Apabila seorang guru berasal dari kalangan tokoh masyarakat seperti tokoh politik, seorang militer ataupun seorang mantan penjabat, maka dia harus bisa memerankan lakon guru tidak lagi sebagaimana profesi sebelumnya.

Sebuah laporan dari UNESCO tentang Teaching and Learning, menyebutkan bahwa: “There are the common complaints (reported from many countries by student) objections to poor teaching, routine, boring, ill-prepared and ill-delivered lectures, to the impersonality of large classes and the lack real contact between faculty and students. There are criticism about outmoded or irrelevent elements in the curriculum, about the emphasis placed upon formal instruction and traditional examination procedures, about the failure to pay sufficient attention to the ways in which the student learn and to new techniques for assessing their performance, and about stress laid on teaching as opposed to learning (halaman 36)”. Masalah tersebut sering kita dengar dimana pembelajaran yang terasa membosankan dan metode yang diberikan hanya seputar itu saja. Maka dari itu

kurikulum sering mengalami perombakan.

Adanya perombakan ini diharapkan guru dapat menentukan metode yang seharusnya dilakukan sesuai dengan kompetensi yang telah ia dapatkan.

Pendidikan di Indonesia dewasa ini secara kuantitatif dapat dikatakan telah mengalami peningkatan. Indikator keberhasilan pendidikan ini dapat dilihat pada kemampuan baca tulis masyarakat yang mencapai 67,24%. Hal ini akibat dari program pemerataan pendidikan, terutama melalui IMPRES SD yang dibangun pada masa Orde Baru. Namun dalam segi kualitatif pendidikan di Indonesia masih belum berhasil membangun karakter bangsa yang cerdas dan kreatif, apalagi unggul. Dalam hal ini peran guru sangat dibutuhkan, dimana guru dengan kompetensi pedagogik dapat mengembangkan potensi peserta didik.

Menurut Dwi Siswoyo yang dirumuskan dalam PP RI No. 19 Tahun 2005

“pedagogy or paedagogy adalah the art and science of teaching and educating”, yang artinya pedagogik adalah seni dan ilmu mengajar dan mendidik.

Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar adalah kunci utama dalam mengembangkan minat dan bakat siswa.

Tekadang guru hanya melihat dari datu sudut pandang, dimana anak akan

(4)

dianggap pintar apabila dia mendapat nilai matematika tertinggi sementara anak akan merasa berkecil hati dengan apa yang ia dapat. Hal ini mengakibatkan motivasi siswa dalam belajar menurun.

Akibatnya hasil belajarnya tidak akan meningkat. Dalam tahap ini guru harus bisa berperan aktif untuk memberikan dorongan secara erus menerus.

Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar (Kariman, 2002). Pada umumnya di sekolah yang mempunyai guru dengan kompetensi professional akan menerapkan “pembelajaran dengan melakukan” untuk menggantikan cara belajar di mana guru hanya berbicara dan peserta didik hanya mendengarkan. Oleh karena itu kompetensi professional guru sangat dibutuhkan untuk menguasai kelas sekaligus materi yang membuat peserta didik tertarik dengan metode yang dia berikan.

Berdasarkan uraian diatas, maka pertanyaan penelitiannya adalah (a) Bagaimana kesiapan guru dalam mengembangkan kompetensi yang telah ia kuasai? dan (b) Bagaimana pengaruh serta penerapan kompetensi guru dalam proses belajar mengajarnya?

METODE

Jenis penulisan yang digunakan adalah penulisan deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kompetensi guru terhadap proses belajar mengajar baik itu berupa hasilnya maupun prosesnya. Menurut penjelasan dari Hadari (2005) metode deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah dengan pernggambaran keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta yang nampak sebagaimana adanya.

Penelitian deskriptif kualitatif ini mengacu pada langkah-langkah penelitian kualitatif yang dikemukakan Matthew B.

Miles dan A. Michael Huberman yang diterjemkan oleh Tjetjep Rehendi R. yang berjudul Analisi Data Kualitatif (1992) sebagai berikut: (1) Membangun Kerangka Konseptual, (2) Merumuskan Permasalahan Penelitian, (3) Pemilihan Sampel dan Pembatasan Penelitian, (4) Instrumentasi, (5) Pengumpulan Data, (6) Analisis Data, (7) Matriks dan Pengujian Kesimpulan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah metode studi kepustakaan dan observasi. Pada metode ini, penulis menggunakan sumber pustaka seperti jurnal, laporan hasil penelitian, surat kabar, buku yang relevan mengenai kompetensi guru, juga melakukan

(5)

observasi langsung ke sekolah yang ada disekitar Sleman-Kota.

Analisis data dilakukan dengan metode reduksi data. Reduksi data ini dilakukan dengan cara menyeleksi, menyederhanakan, dan mengambil intisari dari data tersebut. Hal ini dimaksudkan agar lebih fokus pada bahasan yang diharapkan dan membuang hal-hal yang tidak penting.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil penelitian menunujukan bahwa kesiapan guru dalam mendalami kompetensi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada proses belajar mengajar yang sedang ia lakukan.

Profesionalisme seorang guru harus bisa dicapai sesuai target supaya pembelajaran bisa berjalanan sesuai dengan keinginannya. Penguasaan materi yang mendalam serta wawasan yang luas harus dimiliki dalam mengajar. Keterampilan- keterampilan yang vital bagi dirinya untuk memilih dan menggunakan strategi yang tepat dalam proses pembelajaran, seorang guru harus bisa menguasainya. Guru akan melahirkan siswa yang teladan apabila ia dapat memaksimalkan kompetensi kepribadiannya supaya menjadi teladan bagi siswanya. Kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, kedewasaan dan kearifan, serta keteladanan dan kewibawaan, guru

harus bisa memiliki semua hal itu.

Komunikasi dan interaksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesame guru, orang tua/ wali peserta didik dan masyarakat sekitar harus bisa berjalan baik. Hal ini harus didukung dengan cara ia dalam pengelolaan kelas yang baik.

Pemahaman terhadap karakteristik masing- masing peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, serta sistem evaluasi pembelajaran juga harus dikuasai.

Apabila semua hal itu telah dikuasai maka pendidikan akan berjalan sesuai dengan keinginan.

Pembahasan

Seseorang pendidik harus memiliki criteria yang diinginkan dalm dunia pendidikan. Tidak semua orang bisa menjadi pendidik apabila yang bersangkutan tidak bisa mneunjukan bukti dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Menurut Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto, dan Dwi Siswoyo (1995) syarat seorang pendidik adalah: (1) mempunyai perasaan terpanggil sebagai tugas suci, (2) mencintai dan mengasih-sayangi peserta didik, (3) mempunyai rasa tanggung jawab yang didasari penuh akan tugasnya. Ketiga persayaratan tersebut merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Orang yang merasa terpanggil untuk mendidik maka ia mencintai peserta didiknya dan memiliki perasaan wajib

(6)

dalam melaksanakan tugasnya disertai dengan dedikasi yang tinggi atau bertanggung jawab.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.

Menurut Charles E. Johnson dalam Usman (2009: 14), kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Usman (2009:

14) menyatakan kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.

Broke dan Stone dalam Mulyasa (2009:

25) menyatakan kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru, bahwa standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Jadi kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu. Kompetensi merupakan bagian yang mendalam dan melekat pada kepribadian seseorang dan dapat memprediksi berbagai situasi dan jenis pekerjaan, kemudian kompetensi benar- benar mampu memprediksi siapa-siapa saja yang kinerjanya baik atau buruk, berdasarkan kriteria atau standar tertentu.

Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar (Kariman, 2002).

Kompetensi professional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. Guru professional dituntut memiliki kode etik, yaitu norma tertentu sebgai pegangan yang diakui serta diharagai oleh masyarakat. Kode etik merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku yang dijunjung tinggi oleh

(7)

setiap anggotanya. Guru memiliki otonomi khusus, dapat mengatur diri sendiri, memiliki sikap mandiri dalam melaksanakan tugas. Guru membuat keputusan dan dapat mempertanggung jawabkan keputusan tersebut.

Profesionalisme bukan sekedar menguasai teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi, bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku sesuai dengan yang dipersyaratkan.

Suryadi menyatakan bahwa untuk menjadi professional seorang guru dituntut memiliki lima hal: (1) guru mempunyai komitmen pada siswa dan PBM, (2) guru menguasai secara mendalam mata pelajaran yang diajarkannya, (3) guru bertanggung jawab memantau hasil belajar melalui berbagai cara evaluasi, (4) guru mampu berpikir sistematis, dan (5) guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

Guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya bidangnya, (Uzer Usman, 1995: 15).

Maksud dari terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga harus menguasai landasan- landasan kependidikan.

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kemampuan ini berupa kemampuan melakukan rancangan pembelajaran yang selaras dengan mata pelajaran SD/MI selanjutnya guru dituntut pula mampu melakukan tindakan nyata di kelas dalam memberikan informasi secara empatik, santun dan efektif. Kemampuan seorang guru dapat mengembangakan potensi peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, serta sistem evaluasi pembelajaran juga harus menguasai ilmu pendidikan.

Kompetensi pedagogik yang harus dikuasai seorang guru adalah sebagai berikut: (1) Menguasai karakteristik peserta didik, (2) Pengembangan kurikulum, (3) Kegiatan pembelajaran yang mendidik, (4) Pengembangan potensi peserta didik, (5) Komunikasi dengan peserta didik, dan (6) Penilaian dan evaluasi. Menindak lanjuti kompetensi pedagogic masih banyak guru yang hanya melihat dari aspek kognitif saja. Sehingga kompetensi ini tidak dilakukan secara maksimal.

Menurut Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru yaitu: (1) mantap, (2) stabil, (3) dewasa, (4) arif dan bijaksana, (5) berwibawa, (6) berakhlak mulia, (7) menjadi teladan bagi peserta didik dan

(8)

masyarakat, (8) mengevaluasi kinerja sendiri, dan (9) mengembangkan diri secara berkelanjutan. Sementara itu, Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru menjelaskan kompetensi kepribadian untuk guru kelas dan guru mata pelajaran, pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebagai berikut: (1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, (2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, mencakup, (4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan (5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Kompetensi kepribadian guru berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa, jadi semakin tinggi kompetensi kepribadian guru maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, jadi semakin tinggi motivasi belajar siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Kompetensi kepribadian guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa melalui motivasi belajar siswa, sehingga dapat disimpulkan semakin tinggi

kompetensi kepribadian guru melalui motivasi belajar siswa maka semakin tinggi prestasi belajar siswa.

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah (Wibowo dan Hamrin, 2012:124). Seorang guru harus berusaha mengembangkan komunikasi dengan peserta didik dan orang tua/ wali peserta didik sehingga terjalin komunikasi dua arah yang berkelanjutan. Dengan adanya komunikasi dua arah, peserta didik dapat dipantau secara lebih baik dan dapat mengembangkan karakternya secara lebih efektif pula.

Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Sedangkan kompetensi sosial guru dianggap sebagai salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan siswa menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik dan membimbing masyarakat dalam menghadapi masa yang akan datang. Selain itu, guru dapat menciptakan kondisi belajar yang nyaman.

Dapat disimpulkan bahwa berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran, guru di tuntut untuk memiliki kompetensi sosial. Dalam melakukan pendekatan dengan siswa guru harus memperhatikan bagaimana berkomunikasi dan berinteraksi

(9)

dengan siswa. Dengan demikian, guru akan diteladani oleh siswa.

PENUTUP

Kompetensi adalah kewenangan dan kecakapan atau kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan jabatan yang disandangnya.

Dalam pendidikan guru harus memiliki empat kompetensi yaitu: kompetensi professional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Dimana masing-masing kompetensi mempunyai ikatan dalam pembentukan pembelajaran yang ideal. Maka dari itu seorang guru dituntut untuk memaksimalkan kompetensi-kompetens tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B., Mulyadi, H., Razati, G., Nuryati, L. 2008. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung:

Alfabeta.

Hamzah. 2012. Profesi Kependidikan:

Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Helmawati. 2016. Pendidik sebagai Model. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kompri. 2015. Motivasi Pembelajaran:

Persepektif Guru dan Siswa.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Siswoyo, Dwi. 2013. Ilmu Pendidikan.

Yogyakarta: UNY Press.

Ashsiddiqi, Hasbi. 2012. Kompetensi Sosial Guru dalam Pembelajaran dan Pengembangannya. Retrieved from

http://download.portalgaruda.org/ar ticle.php?article=318108&val=761 5&title=KOMPETENSI%20SOSI AL%20GURU%20DALAM%20P EMBELAJARAN%20DAN%20P ENGEMBANGANNYA.

Balqis, P. Usman, N. Ibrahim, S. 2015.

Kompetensi Pedagogik Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada SMPN 3 Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.

Retrieved from

http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JA P/article/view/2497Wangid, M., Mustadi, A., Erviana, V., & Arifin, S. (2014). KESIAPAN GURU SD

DALAM PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN TEMATIK-

INTEGRATIF PADA

KURIKULUM 2013 DI DIY.

Jurnal Prima Edukasia, 2(2), 175- 182.

doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpe.

v2i2.2717

Nur, A, A. 2014. Meningkatkan

Kompetensi Pedagogik Guru Di Sd Yayasan Mutiara Gambut.

Retrieved from:

(10)

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/

bahana/article/viewFile/3735/2970.

Sodikin, Makruf. 2017. Evaluasi Terhadap Upaya Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Kompetensi Guru di Sekolah Dasar Negeri Maduretno Kecamatan Kaliangkri Kabupaten Magelang. Retrived from http://www.e-

jurnalmitrapendidikan.com/index.p hp/e-jmp/article/view/81

Sumiarsi, Ninik. 2015. Analisis Kompetensi Pedagogik dan Pengembangan Pembelajaran Guru SD Negeri 041 Taraka. Retrieved from http://ejournal.umm.ac.id/index.ph p/jmkpp/article/view/2206

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang perlu diperhatikan dari hasil pemasukan intersep Delay Geometrik rata -rata Simpang atau merupakan tundaan geometrik normal yang terganggu sebagai intersep

Perencanaan sistem mekanikal elektrikal plumbing (MEP) gedung Kantor X telah menggambarkan bahwa banyak faktor yang harus diperhitungkan dalam perencanaan sistem MEP

- Jika terdapat kredit pajak PPh Pasal 24, maka jumlah yang diisi adalah maksimum yang dapat dikreditkan sesuai lampiran tersendiri (lihat petunjuk pengisian tentang Lampiran

Pembentukan istilah yang terdapat pada TNI AD ini hampir keseluruhan merupakan kata yang terbentuk dari proses abreviasi, misalnya singkatan TNI itu sendiri yang

20 Anak saya mempunyai kontrol diri yang baik sehingga tidak bersikap agresif. 21 Anak saya selalu mengalah dengan

Saya bisa mempunyai relasi yang lebih banyak lagi, mendapat tambahan pendapat terutama dalam interpretasi dan diskusi, mendapat tambahan contoh-contoh

Cadangan kerugian piutang à tidak semua piutang dagang dapat ditagih 100%, maka dari itu perusahaan harus membuat perkiraan berapa banyak kira-kira piutang itu tidak dapat

Barometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara. Kata tersebut diturunkan dari istilah Yunani báros yang berarti ' berat , bobot ' dan métron