BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Primer
3.3.3 Karakteristik Kimia Perairan
Air normal yang memenuhi syarat suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5-7,5. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air. Bakteri, ikan, dan plankton dipengaruhi oleh perubahan pH. Bakteri hidup subur di air yang sedikit asam. Umumnya air yang tidak tercemar memiliki pH antara 6-7. Air dari pabrik kertas, pabrik baja mungkin memiliki pH ±3. Bila air melewati batu kapur atau batu berkarbonat, pH mungkin mencapai 10-11. Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH naik) maupun ke arah asam (pH turun) akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan hewan air di
30 sekitarnya. Selain itu, air buangan yang mempunyai pH rendah bersifat sangat korosif terhadap baja dan menyebabkan pengkaratan pipa-pipa besi (Michael,1984).
b. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen)
Disolved Oxygen (DO) merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Oksigen terlarut merupakan faktor yang sangat penting di dalam ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme-organisme air. Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi terutama oleh faktor suhu. Kelarutan maksimum oksigen di dalam air terdapat di dalam air terdapat pada suhu 0oC, yaitu sebesar 14,16 mg/l O2. Dengan terjadinya peningkatan suhu akan menyebabkan konsentrasi oksigen akan menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah akan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut (Barus, 2004).
Menurut Campbell (2004), oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan air laut, tekanan atmosfer semakin rendah. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan musiman, tergantung pada percampuran dan pergerakan massa air, aktifitas fotosintesis, respirasi, dan limbah yang masuk ke badan air. Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktifitas fotosintesis oleh tumbuhan air
31 dan fitoplankton. Difusi oksigen kedalam air dapat terjadi secara langsung pada kondisi air diam atau stagnan.
c. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Nilai BOD menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa organik, yang diukur pada temperatur 200C. Dari hasil penelitian misalnya diketahui bahwa untuk menguraikan senyawa organik yang terdapat dalam limbah rumah tangga secara sempurna, mikroorganisme membutuhkan waktu sekitar 20 hari lamanya. Mengingat bahwa waktu selama 20 hari dianggap terlalu lama dalam proses pengukuran ini, sementara dari hasil penelitian diketahui bahwa setelah pengukuran dilakukan selama 5 hari, jumlah senyawa organik yang diuraikan sudah mencapai kurang lebih 70%, maka pengukuran yang umum dilakukan adalah pengukuran selama 5 (lima) hari yang disebut BOD5 (Barus, 2004).
BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh organisma dalam lingkungan air untuk menguraikan senyawa organik. Proses penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam lingkungan air merupakan proses alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup (Campbell, 2004).
32 d. COD (Chemical Oxygen Demand)
Nilai COD menyatakan oksigen total yang dibutuhkan dalam proses oksidasi kimia yang dinyatakan dalam mg O2/l. Dengan mengukur nilai COD maka akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi terhadap total senyawa organik baik yang mudah diuraikan secara biologis (Barus, 2004).
33 BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat
Berikut alat-alat yang digunakan dalam penelitian produktivitas primer sungai Cikamal Cagar Alam Pananjung Pangandaran
Tabel 4.1 Alat untuk pengukuran produktivitas primer
No. Alat Keterangan Fungsi
1. Alat tulis Mencatat data pengamatan
2. Alumunium foil Membungkus botol winkler
3. Beaker glass Menampung sampel air dan larutan kimia
4. Botol film Menyimpan sampel air dan plankton
5. Botol semprot Menampung akuades atau air pembersih
6. Botol Winkler Menampung sampel air
7. Buret Alat titrasi larutan
8. DO meter Mengukur oksigen terlarut
34
10. Gayung Mengambil sampel air
11. Gelas ukur Mengukur volume sampel air
12. Klem Menjepit buret pada statif
13. Kotak alat Menyimpan peralatan gelas dan reagen
14. Lempeng secchi Mengetahui tingkat kecerahan suatu perairan
15. Lux meter Mengetahui jumlah intensitas cahaya
16. Meteran Mengukur lebar dan panjang area yang diamati
17. Mikroskop Mengamati sampel plankton
18. pH meter Mengukur derajat keasaman pH
19. Pipet tetes Mengambil zat cair
20. Pipet volume Mengukur zat cair yang akan dipindahkan
21. Plankton net Menyaring sampel plankton di perairan
22. SCT meter Mengukur salinitas, konduktivitas, dan suhu
23. Sedgewick rafter Menghitung plankton di bawah mikroskop
24. Statif Menyangga buret pada saat titrasi
25. Stopwatch Mengukur waktu
26. Styrofoam Mengukur debit atau arus
27. Tali Mengikat botol
28. Termometer Mengukur suhu
35 4.1.2 Bahan
Berikut bahan yang digunakan dalam penelitian produktivitas primer sungai Cikamal Cagar Alam Pananjung Pangandaran.
Tabel 4.2 Bahan untuk pengukuran produktivitas primer
No. Bahan Keterangan Fungsi
1. Aquades Mengencerkan larutan
2. Formalin 4% Mengawetkan plankton pada sampel air
3. Larutan H2SO4 pekat Melarutkan endapan sampel air pada penentuan DO
4. Larutan HCL 0,1 N Mentitrasi pada penentuan kadar HCO3
-5. Larutan indikator amilum 1%
Larutan indikator pada penentuan kadar DO
6. Larutan indikator
fenolftalein
Larutan indikator pada pengukuran CO2
7. Larutan indikator methyl orange 0,25%
Larutan indikator pada penentuan kadar HCO3
-8. Larutan MnSO4 50% Penentuan kadar DO
9. Larutan NaOH 0,1 N Penentuan kadar CO2
10. Larutan Na-Thiodulfat 0,01 N
36
11. Larutan O2 reagen Melarutkan reagen yang ditambahkan pada
sampel untuk mengukur kadar CO2
12. Sampel air Objek penelitian