• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Kimia Perairan

Dalam dokumen PRODUKTIVITAS PRIMER DI SUNGAI CIKAMAL (Halaman 42-49)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Primer

3.3.3 Karakteristik Kimia Perairan

Air normal yang memenuhi syarat suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5-7,5. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air. Bakteri, ikan, dan plankton dipengaruhi oleh perubahan pH. Bakteri hidup subur di air yang sedikit asam. Umumnya air yang tidak tercemar memiliki pH antara 6-7. Air dari pabrik kertas, pabrik baja mungkin memiliki pH ±3. Bila air melewati batu kapur atau batu berkarbonat, pH mungkin mencapai 10-11. Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH naik) maupun ke arah asam (pH turun) akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan hewan air di

30 sekitarnya. Selain itu, air buangan yang mempunyai pH rendah bersifat sangat korosif terhadap baja dan menyebabkan pengkaratan pipa-pipa besi (Michael,1984).

b. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen)

Disolved Oxygen (DO) merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Oksigen terlarut merupakan faktor yang sangat penting di dalam ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme-organisme air. Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi terutama oleh faktor suhu. Kelarutan maksimum oksigen di dalam air terdapat di dalam air terdapat pada suhu 0oC, yaitu sebesar 14,16 mg/l O2. Dengan terjadinya peningkatan suhu akan menyebabkan konsentrasi oksigen akan menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah akan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut (Barus, 2004).

Menurut Campbell (2004), oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan air laut, tekanan atmosfer semakin rendah. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan musiman, tergantung pada percampuran dan pergerakan massa air, aktifitas fotosintesis, respirasi, dan limbah yang masuk ke badan air. Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktifitas fotosintesis oleh tumbuhan air

31 dan fitoplankton. Difusi oksigen kedalam air dapat terjadi secara langsung pada kondisi air diam atau stagnan.

c. BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Nilai BOD menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa organik, yang diukur pada temperatur 200C. Dari hasil penelitian misalnya diketahui bahwa untuk menguraikan senyawa organik yang terdapat dalam limbah rumah tangga secara sempurna, mikroorganisme membutuhkan waktu sekitar 20 hari lamanya. Mengingat bahwa waktu selama 20 hari dianggap terlalu lama dalam proses pengukuran ini, sementara dari hasil penelitian diketahui bahwa setelah pengukuran dilakukan selama 5 hari, jumlah senyawa organik yang diuraikan sudah mencapai kurang lebih 70%, maka pengukuran yang umum dilakukan adalah pengukuran selama 5 (lima) hari yang disebut BOD5 (Barus, 2004).

BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh organisma dalam lingkungan air untuk menguraikan senyawa organik. Proses penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam lingkungan air merupakan proses alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup (Campbell, 2004).

32 d. COD (Chemical Oxygen Demand)

Nilai COD menyatakan oksigen total yang dibutuhkan dalam proses oksidasi kimia yang dinyatakan dalam mg O2/l. Dengan mengukur nilai COD maka akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi terhadap total senyawa organik baik yang mudah diuraikan secara biologis (Barus, 2004).

33 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat

Berikut alat-alat yang digunakan dalam penelitian produktivitas primer sungai Cikamal Cagar Alam Pananjung Pangandaran

Tabel 4.1 Alat untuk pengukuran produktivitas primer

No. Alat Keterangan Fungsi

1. Alat tulis Mencatat data pengamatan

2. Alumunium foil Membungkus botol winkler

3. Beaker glass Menampung sampel air dan larutan kimia

4. Botol film Menyimpan sampel air dan plankton

5. Botol semprot Menampung akuades atau air pembersih

6. Botol Winkler Menampung sampel air

7. Buret Alat titrasi larutan

8. DO meter Mengukur oksigen terlarut

34

10. Gayung Mengambil sampel air

11. Gelas ukur Mengukur volume sampel air

12. Klem Menjepit buret pada statif

13. Kotak alat Menyimpan peralatan gelas dan reagen

14. Lempeng secchi Mengetahui tingkat kecerahan suatu perairan

15. Lux meter Mengetahui jumlah intensitas cahaya

16. Meteran Mengukur lebar dan panjang area yang diamati

17. Mikroskop Mengamati sampel plankton

18. pH meter Mengukur derajat keasaman pH

19. Pipet tetes Mengambil zat cair

20. Pipet volume Mengukur zat cair yang akan dipindahkan

21. Plankton net Menyaring sampel plankton di perairan

22. SCT meter Mengukur salinitas, konduktivitas, dan suhu

23. Sedgewick rafter Menghitung plankton di bawah mikroskop

24. Statif Menyangga buret pada saat titrasi

25. Stopwatch Mengukur waktu

26. Styrofoam Mengukur debit atau arus

27. Tali Mengikat botol

28. Termometer Mengukur suhu

35 4.1.2 Bahan

Berikut bahan yang digunakan dalam penelitian produktivitas primer sungai Cikamal Cagar Alam Pananjung Pangandaran.

Tabel 4.2 Bahan untuk pengukuran produktivitas primer

No. Bahan Keterangan Fungsi

1. Aquades Mengencerkan larutan

2. Formalin 4% Mengawetkan plankton pada sampel air

3. Larutan H2SO4 pekat Melarutkan endapan sampel air pada penentuan DO

4. Larutan HCL 0,1 N Mentitrasi pada penentuan kadar HCO3

-5. Larutan indikator amilum 1%

Larutan indikator pada penentuan kadar DO

6. Larutan indikator

fenolftalein

Larutan indikator pada pengukuran CO2

7. Larutan indikator methyl orange 0,25%

Larutan indikator pada penentuan kadar HCO3

-8. Larutan MnSO4 50% Penentuan kadar DO

9. Larutan NaOH 0,1 N Penentuan kadar CO2

10. Larutan Na-Thiodulfat 0,01 N

36

11. Larutan O2 reagen Melarutkan reagen yang ditambahkan pada

sampel untuk mengukur kadar CO2

12. Sampel air Objek penelitian

Dalam dokumen PRODUKTIVITAS PRIMER DI SUNGAI CIKAMAL (Halaman 42-49)

Dokumen terkait