• Tidak ada hasil yang ditemukan

I II III Hutan Koridor Jalan Umum

E. Karakteristik Kupu-Kupu berdasarkan Tipe Sisik Sayap

Tipe sisik sayap yang dominan setiap spesies kupu-kupu tertera dalam Tabel 8. Hasil penelitian menunjukkan ada dua bentuk sisik sayap kupu-kupu yaitu berbentuk segi empat (rectangular) dan segitiga (triangular). Berdasarkan jumlah gerigi di ujung sisik, sisik sayap kupu-kupu bentuk rectangular terdiri dari sisik tipe satu sampai sepuluh, sedangkan bentuk triangular terdiri dari tipe sisik satu sampai lima (Gambar 19-20). Bentuk sisik rectangular tipe sisik tiga, empat, dan lima umumnya dimiliki oleh semua spesies kupu-kupu yang diamati.

Anggota famili Amathusidae memiliki sisik rectangular tipe tiga sampai enam dan triangular tipe tiga sampai lima dan tipe rectangular tipe satu ditemukan dominan. Hesperiidae memiliki sisik rectangular tipe satu, tiga sampai tujuh, sembilan, dan sepuluh, bentuk triangular tipe dua sampai empat.

Rectangular tipe empat dominan pada famili ini. Lycaenidae hanya memiliki bentuk rectangular tipe satu sampai tujuh dengan rectangular tipe satu dominan. Nymphalidae memiliki sisik rectangular tipe satu sampai sepuluh dan triangular

tipe satu sampai lima. Tipe rectangular tipe empat dominan pada famili ini. Papilionidae memiliki sisik rectangular tipe satu sampai tujuh dan bentuk

triangular tipe satu sampai lima. Famili ini mempunyai sisik rectangular tipe satu, tiga, empat, dan lima dominan. Pieriidae memiliki sisik rectangular tipe satu sampai enam, delapan, dan bentuk triangular tipe dua sampai tiga. bentuk

rectangular tipe tiga dominan pada famili ini. Riodinidae memiliki sisik

rectangular tipe tiga sampai enam, sisik triangular tipe dua dan tiga. Sisik

Tabel 8 Tipe sisik sayap kupu-kupu

Bentuk dan Tipe Sisik Famili/Spesies

Rectangular (R) Triangular (T)

Tipe Sisik Dominan

Amathusidae

Thaumantis klugius Zinken 1, 3, 4, 5, 6 3, 4, 5 R1

Hesperiidae

Erionota thrax Linn. 1, 4, 5, 6, 7, 6 2, 3 R4

Parnara guttata 1, 3, 4, 5, 6 - R4

Potanthus sp. 1, 3, 4, 5 2, 4 R4

Tagiades gana gana 3, 4, 5, 6, 9, 10 2, 3 R4

Lycaenidae Arhopala pseudocentaurus 1, 3, 4, 5, 6, 7 - R1 Arhopala sp. 1, 3, 4, 5, 6 - R1 Heliophorus kiana 1, 3, 4 - R1 Jamides celeno 1, 2, 3, 4, 5 - R4 Catochrysops Strabo - - -

Zeltus amasa Hewitson - - -

Nymphalidae Cethosia sp. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9 5 R3 Cirrochroa clagia 1, 2, 3, 4, 5, 6 - R4 Cynitia iapis 3, 4, 5, 6, 7 4 R4 Danaus chrysippus - - - Doleschallia bisaltide 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 - R4 Euploea diocletianus 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 - R3 E. mulciber 3, 4, 5, 6 1, 2, 3 T3 E. Eunice 1, 2, 3, 4, 5, 6 - R3 Euthalia adonia 1, 4, 5, 6, 7, 8 - R5 Faunis canens 2, 3, 4 1,`2, 3 T1 Hypolimnas bolina 1, 4, 6, 7 3 R4 H. misippus Linn. - - - Ideopsis juventa 3, 4, 5 1, 2 T2 Junonia atlites 1, 2, 3, 4, 5, 6 - R4 J. hedonia 1, 3, 4, 5, 6, 7 - R4 J. orithya 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8 - R1 J. almanac 1, 3, 4, 5, 6 - R4

Lethe confusa Fruhstorfer 1, 3, 4, 5, 6 2, 3 R4

Melanitis idea 1, 2, 3, 4, 5 - R3

Moduza procris 1, 2, 4, 5 4, 5 R4

Mycalesis janardana 2, 3, 4, 5 - R3

Neptis hylas 1, 3, 4, 5, 6 2, 3 R4

Bentuk dan Tipe Sisik Sayap Kupu-Kupu Famili/Spesies Rectangular (R) Triangular (T) Tipe Sisik Dominan P. athama - - - Paranthica agleoides 1, 2, 3, 4, 5 2 R1 Symbrenthia Hypatia - - - S. hippalus - - - Vagran sinha - - - Vindura dejone 2, 3, 4, 5, 6, 2, 3 T3 Ypthima sp. 3, 4, 5, 6, 7 1, 2, 3, 4 T3 Papilionidae Anotia genutia 1, 2, 3, 4, 5 1, 2 R1 Graphium Agamemnon 2, 3, 4, 5, 2 R1 G. sarpedon 1, 3, 4, 5, 6 2, 4 R4 G. epaminondas Hamputi 1, 3, 4, 5, 6 2, 3, 4, 5 R5 Losaria coon - 1, 2, 3, 4, 5 R3 Papilio demolion 1, 2, 3, 4, 5, 6 1, 2, 3 R5 P. helenus 2, 3, 4, 5 1, 2, 3, 4 T3 P. memnon 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 3, 4 R4 P. paris - - - P. demoleus - - - Pieridae Catopsilia Scylla 1, 2, 3, 4, 5 - R3 C. Pomona - - - Cepora iudith 3, 4, 5, 6 2, 3 R3 Chrysippus cratippus - - - Delias hyparete 1, 2, 3, 4, 5 2 R2 D. belisama 1, 2, 3, 4, 5, 6 2 R3 Eurema sp. 1, 2, 3, 4, 5, 8 2 R1 Riodinidae

Abisara savitri Felder & Felder 3, 4, 5, 6 2, 3 R4

Keterangan: (-) spesimen tidak terkoleksi atau telah rusak. Lanjutan Tabel 2

Gambar 19 Tipe sisik sayap kupu-kupu bentuk rectangular.

Gambar 20 Tipe sisik sayap kupu-kupu bentuk triangular. Bar= 1 µm

1 2 3 4 5 6 7

V. PEMBAHASAN

A. Keragaman Kupu-Kupu

Pada penelitian ini diperoleh tujuh famili kupu-kupu dan famili Nymphalidae merupakan famili dengan jumlah individu yang paling banyak (Tabel 2 Gambar 11a-b). Famili Nymphalidae juga dilaporkan dominan di beberapa lokasi, seperti di Taman Nasional Ujung Kulon (New et al. 1987), di Cagar Alam Ton Nga-Chang, Provinsi Songkhla, Thailand Selatan (Boonvanno et al. 2000); di Cagar Alam Sanctuary Aralam, India Selatan (Sreekumar & Balakhrisnani 2001); di TNGH-S (Amir et al. 2003), Hutan Gunung Slamet, Jawa Tengah (Widhiono 2004), Taman Nasional Itapua, Brasil (Marchiori & Romanowski 2006), di hutan lindung Himalaya Barat, India (Joshi & Arya 2007), di Minyambou, Cagar Alam Pegunungan Arfak, Manokwari, Papua Barat (Panjaitan 2008), dan di Kawasan Telaga Warna, Cisarua, Bogor (Sari 2008). Nymphalidae merupakan famili kupu-kupu yang mempunyai anggota yang paling besar dan penyebaran luas dibandingkan dengan lainnya (Rizal 2007). Nymphalidae ditemukan dalam jumlah besar dikarenakan pada lokasi penelitian terdapat tumbuhan yang mendukung kehidupannya, baik sebagai sumber pakan maupun tempat berlindung. Sumber pakan Nymphalidae adalah Annonaceae, Leguminoceae, dan Compositae (Peggy & Amir 2006). Perbedaan famili yang dominan yang ditemukan di beberapa daerah karena penyebaran kupu-kupu dipengaruhi oleh sebaran tumbuhan inang dan ekologi (Amir et al. 2003; Panjaitan 2008). Sedangkan di Hutan Ireng-Ireng Taman Nasional Bromo Tengger, Semeru didominasi oleh famili Papilionidae (Suharto et al. 2005).

Spesies kupu-kupu yang ditemukan di hutan koridor, lahan pertanian, dan perkebunan teh sebanyak 61 spesies (Tabel 2). Jumlah spesies yang ditemukan di lokasi penelitian ini lebih tinggi dibandingkan di tempat lain, seperti hutan primer Danum, Sabah (30 spesies) (Tangah et al. 2004), di Taman Itapua, Brasil (41 spesies) (Marchiori & Romanowski 2006), di Gunung Tangkuban Parahu dan di Situ Lembang, Jawa Barat (23 Spesies) (Tati-Subahar et al. 2007), di Taman

Nasional Rajaji, India (40 spesies) (Joshi 2007), dan di kawasan wisata Lubuk Minturun, Sumatera Barat (27 Spesies) (Rizal 2007). Jumlah spesies yang ditemukan dalam penelitian ini lebih rendah dibandingkan hasil penelitian di cagar alam Ton Nga-Chang, India (147 spesies) (Boonvanno et al. 2000), di Borneo Utara (66 spesies) (Hammer et al. 2003); di Gunung Slamet, Jawa Tengah (105 spesies) (Widhiono 2004), dan di Himalaya Barat, India (75 spesies) (Uniyal 2007).

Spesies Yphtima sp. (Nymphalidae), Eurema sp. (Pieridae) dan Delias belisama ditemukan dominan di hutan koridor, lahan pertanian, dan perkebunan the (Gambar 13). Sreekumar dan Balakrishnani (2001) menyatakan di Kerala India, bahwa Eurema hecabe mendominasi pada ketinggian yang berbeda, karena spesies tersebut bersifat polifag. Sifat polifag Eurema hecabe menyebabkan spesies tersebut dapat berkembang pada habitat terganggu (Sreekumar & Balakrishnan 2001; Joshi 2007). Tumbuhan pakan Yphtima sp. adalah Arecaceae, Cyperaceae, dan Poaceae. Tumbuhan pakan Eurema sp. adalah Caesalpiniaceae, Fabaceae, Euphorbiaceae, Mimosaceae (Braby 2000), sedangkan tumbuhan pakan kupu-kupu Delias belisama adalah Poaceae (Peggy & Amir 2006). Spesies kupu- kupu polifag dapat berkembangbiak pada berbagai spesies tumbuhan. Larva kupu- kupu polifag lebih bertahan hidup pada kondisi keragaman tumbuhan inang yang rendah (Helmann et al. 2002). Kehadiran spesies kupu-kupu yang tinggi didukung oleh tersedianya tumbuhan sebagai sumber pakan (Yamamoto et al. 2007).

Beberapa spesies kupu-kupu ditemukan dengan frekuensi yang rendah dan hanya ditemukan pada salah satu tipe habitat (Gambar 13d-i). Spesies kupu-kupu dengan frekuensi rendah dan distribusi terbatas bersifat sensitif terhadap gangguan habitat (Sunduvu & Dumbuya 2008). Kerusakan habitat menyebabkan fragmentasi dan kepunahan tumbuhan sebagai sumber nektar dan inang kupu- kupu spesialis (Hardy et al. 2007).

Spesialisasi kupu-kupu terhadap tumbuhan inang berhubungan dengan faktor evolusi (fisiologis, enzim detoksifikasi kimia) (Scriber et al. 2008). Senyawa kimia sekunder yang dihasilkan tumbuhan mempengaruhi evolusi kupu- kupu fitofag (Ehrlich & Raven 1964). Senyawa kimia tumbuhan angiospermae

berperan dalam keanekaragaman kupu-kupu famili Papilionidae. Kupu Papilio aegeus mempunyai kemampuan detoksifikasi senyawa sekunder yang dihasilkan oleh tumbuhan angiospermae (Scriber et al. 2007).

Konversi habitat alami merupakan penyebab menurunnya keragaman hayati (Sodhi et al. 2004). Kocher dan Williams (2000) menyatakan kekayaan spesies kupu-kupu secara signifikan menurun di habitat yang terganggu. Kelimpahan spesies kupu-kupu menurun pada hutan yang mengalami penebangan (Hill et al. 2003). Penurunan keragaman spesies kupu-kupu menurun akibat penebangan hutan dilaporkan terjadi di Kalimantan (Hill et al. 1995; Schulze & Fielder 1998); di Sulawesi (Fermont et al. 2005); di Ivory Cost (Fermont et al.

2000). Penyusutan dan perubahan habitat karena eksploitasi yang sangat cepat merupakan ancaman bagi keberadaan spesies spesifik kupu-kupu di Indonesia. Terdapat hubungan keragaman kupu-kupu dengan habitatnya. Larva dan kupu- kupu dewasa tergantung pada keragaman tanaman inang. Walaupun kupu-kupu dapat bermigrasi ke daerah yang baru, namun jika sumber tumbuhan pakan larva kupu-kupu musnah, maka kupu-kupu tidak dapat melanjutkan keturunannya.

Setiap spesies kupu-kupu memilih tumbuhan inang tertentu sebagai tempat meletakkan telur (Peggie & Amir 2006). Kupu-kupu Yphytima sp. meletakkan telur pada tumbuhan Poaceae (Braby 2000), Erionota thrax Linn. pada tumbuhan

Musaceae (Amir et al. 2003); Junonia hedonia (Nymphalidae) pada tumbuhan Acanthaceae dan Malvaceae, dan kupu-kupu Zizina otis pada tumbuhan Mimosaceae dan Papilionaceae (Peggie & Amir 2006).

Pada umumnya, hutan koridor mempunyai keragaman lebih besar dibandingkan di lahan pertanian dan perkebunan teh (Tabel 2). Tetapi berdasarkan jumlah individu, di lahan pertanian (2793 individu) lebih tinggi dibandingkan di hutan koridor (2664 individu), dan perkebunan teh (1575 individu). Sedangkan berdasarkan jumlah famili dan spesies kupu-kupu, di hutan koridor (tujuh famili, 53 spesies) lebih banyak daripada di lahan pertanian (enam famili, 51 spesies), dan perkebunan teh (lima famili, 39 spesies).

Keragaman kupu-kupu di lahan pertanian (H’=2.79) dan di hutan koridor (H’=2.76) lebih tinggi dibandingkan di perkebunan teh (H’=2.31) (Tabel 2). Keragaman kupu-kupu di hutan koridor, lahan pertanian, dan perkebunan teh termasuk dalam kategori sedang (1<H’<3). Indeks keragaman Shannon (H’) dipengaruhi oleh kemerataan spesies dalam komunitas (Magurran 1987). Komponen yang mempengaruhi besar kecilnya indeks keragaman adalah jumlah spesies (species richness), kelimpahan individu (abundance), dan jumlah total individu. Dengan jumlah spesies relatif sama, tetapi jumlah individu lebih banyak, maka keragamannya akan menjadi kecil. Menurut Odum (1971) keragaman spesies tergolong tinggi apabila nilai indeks keragaman spesies mencapai sekitar 0.8.

Di lahan pertanian yang menggunakan sistem tumpangsari dapat meningkatkan keragaman suatu spesies (Risch et al. 1983). Sistem tumpangsari memberikan relung lebih banyak dibandingkan sistem monokultur (Russel 1989). Selain itu, keragaman spesies di lahan pertanian tinggi karena di sekitar lahan pertanian Gunung Halimun merupakan habitat alami (Rizali et al. 2002). Rendahnya keragaman di perkebunan teh disebabkan karena penggunaan herbisida dan pestisida dalam penanggulangan hama. Sparks dan Parish (1995) menyatakan keragaman kupu-kupu menurun pada daerah dengan aplikasi herbisida. Pestisida berpengaruh negatif terhadap keragaman populasi kupu-kupu (Saarinen 2002). Pestisida dan herbisida dapat membunuh polinator dan tumbuhan (Steffan-Dewenter & Westphal 2008). Rendahnya keragaman kupu-kupu di perkebunan teh juga disebabkan karena perkebunan teh merupakan agrikultur modern yang bersifat monokultur. Stefanescu et al. (2004) menyatakan bahwa agrikultur modern dengan sistem monokultur menyebabkan penurunan keragaman kupu-kupu. Agrikultur modern menerapkan sistem manajemen yang intensif. Sistem manajemen yang intensif berpengaruh negatif terhadap keragaman kupu- kupu yang ditandai dengan keragaman yang rendah dan adanya spesies kupu-kupu yang dominan (Saarinen 2002). Atlieri dan Nicholls (2003) menyatakan bahwa sistem pertanian monokultur dapat mempengaruhi keragaman organism karena perluasan pertanian monokultur akan menghilangkan habitat alami. Konversi

habitat alami akan menurunkan kualitas habitat, hilangnya spesies, akibat penggunaan bahan kimia, dan terjadi erosi sumber daya genetik.

Kemerataan (evenness) spesies kupu-kupu di hutan koridor, lahan pertanian, dan perkebunan teh tinggi (E=0.69, E=0.71, dan E=0.63) (Tabel 2). Nilai kemerataan yang tinggi untuk tiap habitat menunjukkan tidak ada spesies kupu-kupu yang dominan. Semakin kecil nilai kemerataan spesies, maka penyebaran spesies tidak merata dan terjadi dominasi oleh spesies kupu-kupu tertentu (Magurran 1988).

Kesamaan spesies kupu-kupu antara hutan koridor-lahan pertanian, hutan koridor-perkebunan teh dan lahan pertanian-perkebunan teh cukup tinggi, yaitu berturut-turut sebesar Cj=0.76 (Cs=0.85), Cj=0.61 (Cs=0.80), dan Cj=0.64 (Cs=0.78) (Tabel 3). Hal ini disebabkan karena beberapa spesies tumbuhan inang ditemukan di ketiga habitat tersebut. Selain itu, ketiga tipe habitat letaknya berdekatan, sehingga spesies kupu-kupu dapat melakukan aktivitas di ketiga habitat tersebut. Beberapa spesies kupu-kupu memiliki sebaran yang luas dan dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berbeda (Amir et al. 2003). Kesamaan spesies antar habitat, antara lain dapat diukur dari indeks kesamaan atau koefisien kesamaan spesies. Indeks kesamaan juga digunakan sebagai dasar dalam analisis kelompok (cluster analysis) (Magurran 1988).

Nilai estimasi kupu-kupu yang dikoleksi dari hutan koridor, lahan pertanian, dan perkebunan teh mencapai 95.69% (Tabel 4). Hasil ini mengindikasikan pengamatan keragaman kupu-kupu dengan metode scan sampling dengan alat jaring adalah efektif. Hal ini berarti pengambilan contoh kupu-kupu yang dilakukan dapat menggambarkan 95.69% spesies kupu-kupu yang ada di ketiga lokasi.

Dokumen terkait