• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

D. PERSIAPAN PENGUJIAN DAYA REKAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Lateks DPNR

Lateks kebun merupakan bahan baku utama dalam pembuatan lateks DPNR yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan baku untuk membuat karet siklo. Lateks kebun yang digunakan diambil dari kebun percobaan Ciomas Bogor. Jumlah lateks kebun sebagai bahan baku yang digunakan sebanyak 8 liter (8000 ml). Sebelum diolah lebih lanjut, dilakukan uji Kadar Karet Kering (KKK) terhadap lateks kebun tersebut. Selain untuk mengetahui jumlah karet kering dalam lateks, pengujian ini perlu dilakukan untuk menentukan jumlah penambahan bahan kimia berdasarkan bobot karet kering. Hasil pengujian KKK lateks kebun disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil uji kadar karet kering (KKK) lateks kebun

1 2 3

Awal (g) 10 10 10

Akhir (g) 3,695 3,695 3,700 KKK (%) 36,95 36,95 37,00

KKK = 36,95 %

Lateks kebun yang digunakan merupakan lateks kebun poliklonal (klon campuran) dan berwarna putih susu. Dari hasil pengamatan tersebut, lateks kebun yang digunakan sesuai dengan syarat mutu lateks. Menurut Subramaniam (1987), lateks yang baru disadap umumnya memiliki kadar karet kering (KKK) berkisar antara 30 – 45 % dari total berat. Artinya lateks yang digunakan sebagai bahan percobaan sudah memenuhi syarat mutu lateks kebun yang baik.

Penyimpanan lateks sebelum digunakan akan menyebabkan lateks kebun menggumpal jika tidak dilakukan perlakuan pendahuluan. Untuk menghindari penggumpalan lateks kebun maka perlu dilakukan perlakuan pendahuluan yaitu dengan penambahan surfaktan dan pemekatan lateks.

29 Surfaktan yang digunakan dalam penelitian ini adalah surfaktan non-ionik yaitu emulgen. Surfaktan yang ditambahkan ke dalam lateks kebun sebanyak 2 bsk atau setara dengan 197,06 ml. Penambahan enzim papain sebanyak 0,06 bsk ke dalam lateks akan menghidrolisis protein sehingga dihasilkan lateks dengan kadar protein rendah. Enzim papain termasuk ke dalam jenis enzim proteolisis yang dapat menghidrolisis ikatan peptida dari protein yang merupakan lapisan pelindung partikel karet menjadi asam amino dan gugus karboksil.

Tabel 7. Jumlah penambahan emulgen dan papain pada lateks kebun

Bahan Kadar Jumlah

Lateks Kebun KKK = 36,95 % 8.000 ml

Emulgen 2 bsk 197,06 ml

Papain 0,06 bsk 1,77 gram

Lateks kebun yang telah ditambahkan emulgen dan enzim papain diencerkan menjadi 10 % agar pemecahan protein berlangsung optimum. Volume total setelah pengenceran menjadi 10 % adalah 29.560 ml. Selanjutnya lateks yang telah diencerkan diinkubasi selama 24 jam dalam kondisi suhu ruang agar enzim papain dapat bekerja maksimal untuk menghidrolisis protein dalam lateks. Pada saat pemeraman lateks tersebut juga ditambahkan amonia sebanyak 0.2 % dari volume total setelah pengenceran atau sejumlah 59,12 ml. Hal ini ditujukan untuk mencegah penggumpalan pada saat proses sentrifugasi dan sebagai langkah pengawetan jangka pendek. Penambahan amonia dapat yang bersifat basa dapat menghambat aktivitas mikroorganisme sehingga dapat meningkatkan kestabilan lateks. Lateks yang telah diturunkan kadar proteinnya ini selanjutnya disebut lateks berprotein rendah atau DPNR (Deproteinised Protein Rubber).

Lateks DPNR yang telah dipekatkan diuji kadar karet kering (KKK), kadar jumlah padatan (KJP), bilangan asam lemak eteris (ALE), kadar nitrogen, dan waktu kemantapan mekanik (WKM). Pengurangan sebagian bahan bukan karet selama proses pemekatan menyebabkan lateks pekat DPNR mempunyai mutu yang lebih baik dibandingkan dengan

lateks kebun. Hasil pengujian terhadap lateks pekat DPNR disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Karakterisasi lateks pekat DPNR

Parameter Uji Hasil Pengujian

Kadar Karet Kering (%) 62

Kadar Jumlah Padatan (%) 62,52

Kadar Nitrogen (%) 0,03

Bilangan Asam Lemak Eteris 0,123 Waktu Kemantapan Mekanik (detik) < 30

Warna Putih

Hasil pengujian lateks pekat DPNR diperoleh nilai KKK 62 % dan KJP 62,52 %. Nilai KKK dapat menunjukkan tingkat keketalan lateks, karena semakin tinggi nilai KKK maka lateks akan semakin pekat dan sebaliknya semakin rendah KKK maka lateks semakin encer. KKK lateks pekat merupakan sifat yang penting karena pada proses pembuatan barang jadi dari lateks penambahan bahan-bahan kimia kompon didasarkan atas berat per-seratus karet. Kadar jumlah padatan (KJP) di dalam lateks pekat didominasi oleh karet dan bagian lainnya diantaranya terdiri dari partikel Frey Wyssling, lutoid, bahan lain yang terlarut dalam serum, termasuk bahan yang ditambahkan, misalnya bahan pemantap, bahan pengawet dan lain-lain.

Berdasarkan uji KKK dan uji KJP, lateks pekat DPNR yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan mutu. Menurut SNI 06 – 1447 – 1989, lateks pekat mempunyai kadar karet kering minimum 57 % dan kadar jumlah padatan berkisar antara 58,5 %. Selisih nilai KKK dan KJP maksimum adalah 2 persen. Kadar bahan bukan karet tidak melebihi batas maksimum karena hasil perhitungan menunjukkan bahwa kadar bahan bukan karet kurang dari 2 %. Dengan demikian lateks DPNR tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan karet siklo.

Hasil analisis waktu kemantapan mekanik lateks pekat hasil percobaan ternyata masih rendah yaitu kurang dari 30 detik dan belum mencapai batas persyaratan minimum waktu kemantapan mekanik lateks pekat konvensional, SNI 06-1447-1989, yakni 400 detik. Nilai ini

31 diperkirakan masih dapat meningkat selama penyimpanan. Untuk menghindari penggumpalan maka lateks segera diproses. Nilai WKM dipengaruhi oleh waktu, suhu penyimpanan, dan kondisi cuaca. Pada saat pengambilan sampel, kondisi cuaca yang sering hujan mengakibatkan lateks banyak mengandung padatan sehingga dapat mengurangi nilai WKM.

Senyawa karbohidrat yang terdapat di dalam lateks akan terurai menjadi asam lemak eteris seperti asam format, asam asetat dan asam propionat. Asam-asam ini mengakibatkan lateks menjadi tidak stabil dan dapat menggumpalkan lateks. Asam lemak eteris terbentuk akibat kerja dari mikroorganisme yang terdapat di dalam lateks yang berasal dari luar karena pemakaian peralatan panen yang kurang bersih. Bilangan asam lemak eteris (ALE) mengindikasikan umur lateks pekat dan mutu dari lateks pekat tersebut, semakin besar nilai yang ditunjukkan maka semakin rendah mutu dari lateks pekat tersebut. Hasil bilangan ALE yang diperoleh dari pengujian yaitu 0,123 gram KOH per 100 gram total padatan. Hal ini dipengaruhi oleh penambahan amonia yang dapat menghambat aktivitas mikroorganisme sehingga tidak menghasilkan kandungan asam lemak yang tinggi.

Kandungan protein dalam lateks dapat ditentukan dengan menghitung kadar nitrogennya. Hasil pengolahan lateks pekat DPNR dari lateks kebun dengan kombinasi penambahan enzim papain 0,06 bsk dan pemekatan menghasilkan kadar nitrogen 0,03 %. Nilai kadar nitrogen ini sudah sesuai dengan standar karet alam berprotein rendah menurut SNI 06-1447-1989, yang menetapkan kadar nitrogennya lateks pekat maksimal 0,03 persen.

Dokumen terkait