• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

B. Penelitian Utama 1 Pengomponan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Karet siklo merupakan turunan karet alam yang diperoleh dari pemanasan karet alam dengan katalis asam serta memiliki sifat rekat (adhesive) yang baik terhadap logam dan permukaan licin lainnya. Karet siklo memiliki keunggulan dalam hal daya rekat dibanding karet alam, ketahanan panas, serta beberapa sifat fisika seperti kekerasan, modulus, dan ketahanan kikis yang tinggi. Hal ini membuka peluang untuk memanfaatkan karet siklo sebagai perekat yang selama ini masih didominasi oleh produk impor.

Pengujian viskositas Brookfield menunjukkan bahwa nilai viskositas perekat yang dihasilkan berkisar antara 1750 – 3710 cP dengan viskositas perekat MS-10 adalah yang tertinggi, sedangkan nilai viskositas perekat MS- 30 adalah yang terendah. Berdasarkan uji viskositas Brookfield tersebut, nilai viskositas perekat yang dihasilkan masih lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai viskositas perekat komersial (kontrol). Hasil pengujian bobot jenis kompon perekat menunjukkan nilai yang bervariasi yaitu berkisar antara 0,992 – 1,025 g/cm3. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin rendah konsentrasi siklo di dalam masterbat maka nilai bobot jenisnya semakin rendah. Nilai bobot jenis perekat yang dihasilkan masih lebih rendah dibandingkan dengan bobot jenis perekat komersial yang mungkin disebabkan perbedaan jumlah komponen penyusunnya.

Pengujian shear strength menunjukkan bahwa nilai yang bervariasi yaitu antara 0,91-3,64 kg/cm2. Jenis perekat MS-30 mempunyai daya rekat yang paling baik yaitu 3,64 kg/cm2. Kekuatan daya rekat perekat MS-30 ini juga lebih tinggi daya rekat perekat kontrol yang nilainya 3,12 kg/cm2. Berdasarkan analisis sidik ragam diketahui bahwa daya rekat perekat yang ditambahkan karet siklo tidak berbeda nyata dibandingkan daya rekat kontrol, untuk pengujian shear strength. Hal ini menunjukkan bahwa karet siklo dapat digunakan sebagai senyawa yang dapat meningkatkan daya rekat.

Pada pengujian tensile strength kelima formula juga menghasilkan daya rekat yang bervariasi, yaitu antara 2,37 sampai 5,65 kg/cm2. Hasil

perekatan terbaik didapat dari formula MS-30 yaitu 5,65 kg/cm2. Jika dibandingkan dengan kontrol, daya rekat formula MS-30 tersebut lebih tinggi dari daya rekat perekat komersial yang hanya 4,12 kg/cm2. Berdasarkan analisis sidik ragam diketahui bahwa daya rekat perekat yang ditambahkan karet siklo tidak berbeda nyata dibandingkan daya rekat kontrol, untuk pengujian tensile strength.

Dalam penelitian ini dihasilkan formula terbaik pada perekat MS-30 dengan karakteristik yaitu nilai viskositas Brookfield 1750 cP, bobot jenis 1,021 g/cm3, shear strength 3,54 kg/cm2, tensile strength 5,65 kg/cm2. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa campuran karet siklo dan karet alam pada perekat MS-30 terformulasi dengan baik sebagai bahan baku untuk perekat karet pada logam. Hal ini ditunjukkan oleh nilai daya rekatnya yang lebih baik jika dibandingkan dengan perekat komersial. Namun nilai viskositas Brookfield yang masih terlalu kental bila dibandingkan dengan perekat komersial.

B. Saran

Waktu mastikasi perlu disamakan pada setiap perlakuan dan perlu ditingkatkan agar pemutusan rantai molekul lebih sempurna sehingga dihasilkan perekat dengan nilai viskositas lebih rendah agar perekat dapat lebih terpenetrasi dengan baik ke dalam pori-pori logam. Penggunaan karet siklo yang dibuat dari fase lateks sebagai primer dapat dicoba diaplikasikan karena diduga mempunyai daya rekat yang lebih baik daripada resipren. Penelitian umur simpan (shelf life) perekat juga penting dilakukan karena pelarut dalam perekat mudah menguap.

49

DAFTAR PUSTAKA

Abednego, J. G. 1990. Pembuatan Kompon Karet. di dalam Kursus Teknologi Barang Jadi Karet. Pusat Penelitian Teknologi, Bogor.

Alfa, A. A. 2002. Pengembangan Pengolahan Karet Siklo dan Masterbat Siklo dari Lateks Karet Alam. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor. Bogor.

Alfa, A. A. 2002. Bahan Kimia untuk Kompon Karet. di dalam Kursus Teknologi Barang Jadi Karet Padat. BPTK. Bogor.

Alfa, A. A., B. Handoko, dan Y. Syamsu. 2002. Pengaruh Mutu Lateks dan Atmosfir Lingkungan Reaksi Terhadap Siklisasi Lateks Karet Alam. di dalam Prosiding Seminar Nasional Kimia, Auditorium FPMIPA UPI Bandung, 28-29 Mei 2002, pp. 217-223.

Alfa, A. A., E. G. Said, T. T. Irawadi, I. Sailah, Z. A. Mas’ud, dan S. Honggokusumo. 2003. Perkembangan dan Prospek Produksi Karet Alam Siklik. di dalam Prosiding Konferensi Agribisnis Karet Menunjang Industri Lateks dan Kayu, Medan, 10-11 Desember 2003, pp.277-289. Alfa, A. A. dan Y. Syamsu. 2004. Sifat dan Kegunaan Karet Alam Siklik Dari

Larutan Karet dan Dari Lateks. di dalam Prosiding Seminar Nasional VII Kimia Dalam Pembangunan, Hotel Santika Yogyakarta, 25-26 Mei 2004, pp. 540-547.

Amir, E. J. 1990. Teori Mastikasi Karet. di dalam Kursus Teknologi Barang Jadi Karet. Balai Penelitian Teknologi Karet, Bogor.

Arizal, R. 1989. Bahan Elastomer untuk Industri Barang Jadi Karet (Karet Alam dan Karet Sintetis) : Latihan Teknologi Barang Jadi Karet. BPP. Bogor. ASTM. 1997. Methods of Test for Adhesion of Vulcanised Rubber to Metal.

ASTM D429-64.

ASTM. 1997. Methods of Test for Strength Properties of Adhesives in Shear by by Tension Loading. ASTM D1002-64

ASTM. 1997. Standard Spesification for Rubber Concentrated, Ammonia Preserved, Creamed, and Centrifuged Natural Latex.ASTM. D 1076-97.

Barron, H., 1948, Modern rubber chemistry, D. Van Nostrand Company, Inc., New York,

BPS. 2006. Statistika Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Garvey, B. S., Jr. 1959. Accelerators of Vulcanization. In Morton, M. Introduction To Rubber Technology. Reinhold Publishing Corporation.

Gelling, I. R. 1991. Epoxidised natural rubber, J. Nat Rubb. Res., 6, 184.

Houwink, R. and G. Salomon. 1965. Adhesion and Adhesive. Elsevier Applied Science Publisher, London.

John, C. K. and S. W. Sin. 1974. Coagulation of Hevea latex using steam. J. Rubb. Res. Inst. Malaya. 24(1): 257

Mattjik, Ahmad Ansori dan I Made Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Percetakan Jurusan Statistika FMIPA IPB. Bogor.

Morton, M. 1963. Introduction to Rubber Technology. Reinhold Publ. Corp. New York.

Nakade, S., A. Kuga. M. Hayashi, dan Y. Tanaka. 1997. Highly purified natural rubber IV : preparation dan characteristic og gloves and condoms. The New Rubber Material Research Concorcium, Tokyo, Japan.

Naunton, W.J.S. 1961. The Applied Science of Rubber. Edward Arnold (Publisher) Ltd. London.

Polhamus, L. G. 1962. Rubber : Botany, Production, and Utilization. Interscience Publishers, Inc. New York.

Shields, J. 1970. Adhesives Handbook. British. Illife Book.

SNI 06-1447-1989. 1989. Standar Nasional Indonesia. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

SNI 06-4890-1998. 1998. Standar Nasional Indonesia. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Subramaniam, A. 1987. Natural Rubber. In Morton, M.. Rubber Technology. Van Nostrand Reinhold, New York.

Stern, H.J. 1967. Rubber. Natural and Synthetic, 2nd ed.Maclaren and Sons ltd, London

51 Tanaka, Y. and S. Kawahara. 1996. Preparations and properties of highly purified

natural rubber. Proceedings of the International Workshop on Green Polymers, pp 91-101. The International Workshop on Green Polymers : Revolution of Natural Polymers, 4-8 November 1996, Bandung-Bogor, Indonesia.

Wake, W.C. 1976. Adhesion and The Formulation of Adhesives. Applied Science Publisher, London.

Van Verseen, G. J. 1951. The Structure of Siclised Rubber. Rubb. Chem & Tech. 24: 957-969.

Yapa, P. A. J. and W. A. Lionel. 1980. Some studies on cyclization of bromelain treated rubber. J. Rubb. Ins. Sri Lanka, 57: 7-12.

53 Lampiran 1. Prosedur Pengujian Kadar Karet Kering (ASTM D 1076-97)

Kadar karet kering adalah persen bobot karet dari lateks yang telah digumpalkan dan ditipiskan serta dikeringkan. Prosedur yang harus dilakukan untuk pengujian ini adalah sebagai berikut :

1. Botol timbang yang telah berisi contoh lateks ditimbang (W1), selanjutnya lateks dituangkan ke dalam cawan proselin dan botol timbang ditimbang kembali (W2). Selisih antara W1 dan W2 adalah bobot contoh (W).

2. Air suling ditambahkan hingga KJP ± 25 % dan aduk hingga homogen.

3. Asam asetat 2 % ditambahkan sambil diaduk sampai terbentuk gumpalan sempurna yang ditandai dengan terbentuknya serum yang jernih. Untuk mempercepat penggumpalan, cawan yang berisi lateks dipanaskan pada penangas air selama 15 – 30 menit.

4. Jika serum masih keruh, maka pengerjaan harus diulangi dari awal. Gumpalan digiling 5 kali hingga terbentuk krep. Penggilingan dilakukan agar ketebalan krep meksimum 2 mm.

5. Krep dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 70 ± 2 ºC. Jika terjadi oksidasi maka pengeringan dilakukan pada suhu 55 ± 2 ºC.

6. Krep yang telah kering kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Pengeringan dan penimbangan sampai bobot tetap (Wk) diulangi dengan perbedaan bobot tidak lebih dari 1 mg. Penetapan ini dikerjakan dua kali dengan perbedaan hasil tidak boleh lebih dari 0,2 %. Hasil kadar karet kering adalah rata-rata dari dua kali pengerjaan (ASTM, 1997).

Wk x 100 Perhitungan KKK (%) = _______________

Lampiran 2. Pengujian Kadar Jumlah Padatan (ASTM D 1076-97)

Kadar jumlah padatan adalah persen bobot zat karet dan bukan karet dari lateks yang dikeringkan. Lateks mengandung partikel bukan karet dan bahan- bahan terlarut dalam fase cairan serum disamping partikel karet. Perbedaan kadar jumlah padatan dengan kadar karet kering lateks pekat maksimum 2 %. Prosedur pengujian yang dilakukan adalah :

1. Sejumlah lateks dimasukkan ke dalam botol timbang kemudian ditimbang dengan ketelitian 1 mg (W1).

2. Lateks sebanyak 2,5 ± 0,5 gram dituangkan dari botol timbang ke dalam cawan aluminium yang telah diketahui bobotnya (W2), kemudian diratakan dengan goyangan.

3. Botol timbang berisi sisa lateks ditimbang kembali (W3). Perbedaan bobot kedua penimbangan adalah bobot contoh.

4. Air suling sebanyak 1 ml ditambahkan lalu cawan aluminium dipanaskan hingga terbentuk film. Cawan berisi film kering ditimbang hingga bobot tetap dengan perbedaan bobot tidak lebih dari 1 mg (W4). Penetapan ini dilakukan dua kali dengan perbedaan hasil tidak lebih dari 0,15 %.

5. KJP adalah rata-rata hasil dua kali pengerjaan (ASTM, 1997). W4 – W2

KJP (%) = _____________ X 100 W3 – W1

55 Lampiran 3. Penetapan Kadar Nitrogen (SNI 06 1903-1990)

Prosedur pengujian kadar nitrogen adalah sebagai berikut :

1. Contoh uji ditimbang sebanyak 0,1 gram (A) dengan ketelitian 0,1 mg yang telah diseragamkan kemudian dimasukkan ke dalam labu mikrokjeldahl. 2. Contoh uji ditambahkan ± 0,65 gram katalis selenium dan 2,5 ml H2SO4 pekat. 3. Contoh didekstruksi sekitar satu jam sampai timbul warna hijau atau tidak

berwarna, setelah itu didinginkan dan diencerkan dengan 10 ml aquades. 4. Larutan dipindahkan ke dalam alat destilasi dan dibilas dua atau tiga kali

dengan 3 ml air suling, kemudian ditambahkan 5 ml NaOH 67%.

5. Uap air dialirkan melewati alat destilasi dan destilat ditampung ke dalam erlenmeyer berisi 10 ml asam borat dua persen dan dua tetes indikator. Waktu destilasi sekitar 5 menit.

6. Destilat dititrasi dengan larutan H2SO4 0,01 N menggunakan buret 10 ml. Titik akhir titrasi ditandai dengang perubahan warna dari hijau menjadi ungu muda (Vc). Hal serupa dilakukan terhadap blanko (Vb). Kadar nitrogen dihitung menggunakan rumus berikut :

(Vc-Vb) x 0,01 x 14 x 100 % Kadar nitrogen (%) = _____________________________________

Lampiran 4. Pengujian Bilangan Asam Lemak Eteris (ASTM D 1076-97)

Pengujian bilangan asam lemak eteris dilakukan mengikuti prosedur berikut :

1. Contoh uji (lateks) ditimbang sebanyak 50±0,2 gram di dalam gelas piala 250 ml.

2. Contoh tersebut ditambahkan 50 ml larutan ammonium sulfat dan diaduk. 3. Contoh uji dipanaskan pada penangas air 70 ºC selama 3-5 menit hingga

terbentuk gumpalan sempurna.

4. Serum dipisahkan dan disaring ke dalam labu Erlenmeyer 50 ml.

5. Sebanyak 25 ml serum dipipet ke dalam labu Erlenmeyer yang telah berisi 5 ml asam sulfat (2+5), lalu diaduk.

6. Sebanyak 10 ml campuran serum dan asam sulfat dipipet ke dalam tabung penyuling Markham, kemudian ditambahkan 1 tetes silikon anti busa.

7. Tabung penyuling Markham ditutup kemudian dialirakan uap air 100 ºC dari pembangkit uap air ke dalam tabung penyuling Markham.

8. Hasil sulingan ditampung di dalam labu Erlenmeyer berskala (kecepatan aliran sulingan diatur 3-6 ml/menit).

9. Penyulingan dihentikan setelah didapat 100 ml sulingan dan kemudian dialirkan udara bebas CO2 ke dalam sulingan selama 3 menit.

10.Ditambahkan 1 tetes brom timol blue ke dalam sulingan, lalu dititrasi dengan larutan Ba(OH)2 hingga warna berubah menjadi biru muda dan tidak berubah selama 10-20 detik (V).

11.Blanko dikerjakan dengan mensubstitusi 20 ml air suling ke dalam semua pereaksi yang digunakan.

561 x V x N (50 x 25) Bilangan ALE = ________________ W = _______________ KJP x W (50+S) x 3 100 - KKK S = ________________ 1,02 x 2

57 Lampiran 5. Pengujian Waktu Kemantapan Mekanis (ASTM D 1076-97)

Pengujian waktu kemantapan mekanis (WKM) dilakukan tidak lebih dari 24 jam setelah tutup kemasan dibuka. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut :

1. Sebanyak 100 gram lateks yang telah dihomogenkan ditimbang ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml.

2. Nilai KJP diturunkan menjadi 55±0,2 % dengan penambahan larutan amonia 1,6 % (untuk lateks tipe 1 dan tipe 2) atau larutan amonia 0,6 % (untuk lateks tipe 3), lalu dipanaskan pada penangas hingga suhu 36-37 ºC.

3. Lateks disaring dengan penyaring 180 µm ke dalam kontainer hingga didapat 80 gram saringan.

4. Kontainer berisi lateks ditempatkan pada alat Klaxon yang bersuhu 35 ºC. 5. Lateks diaduk dengan kecepatan 14.000±200 rpm (stop watch dinyalakan). 6. Sambil tetap diaduk, tiap 15 menit sampel diambil dengan cara menyentuhkan

ujung kaca pengaduk pada lateks dan diteteskan pada pingan petri yang telah berisi air. Keadaan lateks diamati dan pengamatan diakhiri jika flokulat telah terbentuk (berupa bintik-binitk putih yang tidak pecah oleh goyangan).

7. Pengujian dikerjakan secara duplo dengan perbedaan hasil tidak lebih dari 5 %.

8. Hasil pengujian WKM adalah rata-rata dua pengujian. 100 x KJP

Volume amonia yang ditambahkan = ________________ - 100 55

WKM : sesuai dengan waktu yang ditunjukkan stopwatch pada saat akhir pengamatan dan dinyatakan dalam detik.

Lampiran 6. Uji shear strength dan uji tensile strength

a. Uji shear strength (ASTM D 1002-64)

Pengujian daya rekat ini menggunakan dua lempeng atau plat besi. Salah satu bagian plat besi diletakkan pada bagian yang lebih dalam. Selanjutnya perekat primer dioleskan pada bagian perekatan sampai ketebalan yang dibutukan.. Setelah perekat primer kering, perekat sekunder dioleskan di bagian atasnya. Hal yang sama dilakukan terhadap perekat tersier. Setelah semua perekat kering, kedua lempeng besi itu dirapatkan dan diberi tekanan. Kemudian kedua lempeng besi itu ditarik untuk menguji daya rekatnya. Kekuatan maksimum yang dibutuhkan untuk memisahkan dua lempeng besi itu dicatat sebagai adhesion value (daya rekat) dan dinyatakan dalam kg/cm2 lebar.

b. Uji tensile strength (ASTM D 429)

Prinsip uji kelupas hampir sama dengan pengujian daya rekat. Namun uji rekatan ini menggunakan dua buah baut yang direkatkan pada kompon karet alam. Pengolesan masing-masing perekat sama dengan prosedur pada uji daya rekat. Setelah dirapatkan dan diberi tekanan, ujung-ujung kompon yang tidak merekat dikelupas. Kekuatan maksimum yang dibutuhkan untuk memisahkan dua lempeng besi itu dicatat sebagai adhesion value (daya rekat) dan dinyatakan dalam kg/cm2 lebar.

59 Lampiran 7. Bobot jenis perekat dan viskositas Brookfield

a. Bobot Jenis Perekat (SNI 06-4890-1998)

Bobot contoh uji minimum 2,5 gram, permukaannya halus dan bebas debu atau kotoran. Penentuan bobot jenis dimulai dengan penimbangan contoh uji di udara, kemudia menimbang pemegang di dalam air. Selanjutnya contoh uji ditusuk dengan pemegang dan kemudian ditimbang di dalam air. Sebelum ditimbang di dalam air, contoh uji dicelupkan ke dalam alkohol absolut. Hal ini bertujuan untuk menghindari pembentukan gelembung pada contoh uji.

b. Viskositas Brookfield

Pengukuran viskositas dilakukan menggunakan viskometer Brookfield dengan satuan cP. Viskositas perekat berpengaruh pada kemampuan penyebaran dan penetrasi perekat pada logam. Semakin kental perekat maka akan semakin besar nilai viskositas yang terbaca pada alat. Hal ini berarti kemampuan penyebaran dan penetrasi perekat pada logam rendah. Sebaliknya semakin encer perekat maka akan semakin mudah menyebar dan meresap pada logam.

Lampiran 8. Data pengujian viskositas Brookfield

Jenis perekat Nilai terbaca Faktor pengali Viskositas (cP) Keterangan

MS-50 28,0 100 2800 Spindel no. 4, kecepatan = 60 MS-40 26,5 100 2650 Spindel no. 4, kecepatan = 60 MS-30 17,5 100 1750 Spindel no. 4, kecepatan = 60 MS-20 27,4 100 2740 Spindel no. 4, kecepatan = 60 MS-10 37,1 100 3710 Spindel no. 4, kecepatan = 60

Kontrol 24,8 5 124 Spindel no. 2,

61 Lampiran 9. Data pengujian bobot jenis kompon perekat

Sampel MS-50 MS-40 MS-30 MS-20 MS-10 Kontrol (1) Bobot contoh di udara (g) 2,7124 2,7520 2,6780 2,5690 2,5324 0,0849 (2) Bobot pemegang dalam air (g) 0,4742 0,4732 0,4720 0,4710 0,4710 0,4718 (3) Bobot contoh + pemegang di air (g) 0,5395 0,5372 0,5277 0,4752 0,4507 0,4588 (4 : 3 – 2) Bobot contoh dalam air (g) 0,0653 0,0640 0,0577 0,0042 -0,0203 -0,013 (5 : 1 – 4) Volume (cm3) 2,6471 2,6886 2,6223 2,648 2,5527 0,0979 (6 : 1/5) Bobot jenis (g/cm3) 1,025 1,024 1,021 1,002 0,992 0,867

Lampiran 10. Data pengujian shear strength

Beban = 125 kg

Sampel Luas (cm2) Pengukuran (kg) Daya rekat (kg/cm2)

MS-50 7,54 27,50 3,65 7,77 21,25 2,73 7,77 15,10 1,93 MS-40 8,2 8,50 1,04 8,2 18,25 2,23 8,001 5,94 0,74 MS-30 8,001 42,50 5,31 7,77 13,75 1,77 7,77 27,50 3,54 MS-20 7,77 13,50 1,74 7,77 14,00 1,80 8,2 9,38 1,14 MS-10 8,001 3,50 0,44 8,001 5,75 0,72 8,001 12,50 1,56 Kontrol 7,7 33,13 4,30 7,04 21,40 3,04 7,7 15,50 2,01

63 Lampiran 11. Data pengujian tensile strength

Luas bidang rekatan = 5,06 cm2, beban = 125 kg Sampel Pengukuran (kg) Daya rekat (kg/cm2)

MS-50 16,50 3,26 34,50 6,82 34,00 6,72 MS-40 17,50 3,46 29,25 5,80 23,50 4,64 MS-30 18,75 3,71 26,75 5,28 40,25 7,95 MS-20 16,25 3,21 34,75 6,87 14,25 2,82 MS-10 8,75 1,70 19,38 3,80 8,13 1,60 Kontrol 27,50 5,43 26,25 5,20 8,75 1,73

Lampiran 12. Analisis sidik ragam uji shear strength One-way ANOVA Analysis of Variance Source DF SS MS F p Sample 5 17.36 3.47 3.32 0.041 Error 12 12.57 1.05 Total 17 29.93

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev

Level N Mean StDev ---+---+---+---+---

1 3 2.770 0.861 (---*---) 2 3 1.337 0.788 (---*---) 3 3 3.540 1.770 (---*---) 4 3 1.560 0.365 (---*---) 5 3 0.907 0.583 (---*---) 6 3 3.117 1.147 (---*---) ---+---+---+---+--- Pooled StDev = 1.023 0.0 1.5 3.0 4.5

65 Lampiran 13. Analisis sidik ragam uji tensile strength

One-way ANOVA Analysis of Variance Source DF SS MS F p Sample 5 21.78 4.36 1.25 0.346 Error 12 41.81 3.48 Total 17 63.59

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev

Level N Mean StDev ---+---+---+---

1 3 5.600 2.027 (---*---) 2 3 4.633 1.170 (---*---) 3 3 5.647 2.144 (---*---) 4 3 4.300 2.234 (---*---) 5 3 2.367 1.242 (---*---) 6 3 4.120 2.073 (---*---) ---+---+---+--- Pooled StDev = 1.867 2.5 5.0 7.5

MS-50 MS-40 MS-30 MS-20 MS-10 Kontrol 1 025 1 024 1 021 1 002 0 992 0 867 1,025 1,024 1,021 1,002 0,992 0,867 1,025 1,024 1,021 1,002 0,992 0 867 0,9 0,95 1 1,05 is (g/cm3) 0,867 0,75 0,8 0,85 0,9 MS-50 MS-40 MS-30 MS-20 MS-10 Kontrol bobot jen i jenis perekat

MS-50 MS-40 MS-30 MS-20 MS-10 Kontrol 3 65 1 04 5 31 1 74 0 44 4 3 6 3,65 1,04 5,31 1,74 0,44 4,3 2,73 2,23 1,77 1,8 0,72 3,04 1,93 0,74 3,54 1,14 1,56 2,01 8,31 4,01 10,62 4,68 2,72 9,35 2,77 1,34 3,54 1,56 0,91 3,12 3,65 2,73 1,93 2 3 4 5 6 rekat (kg/cm2) 0 1 2 MS-50 day a r 2,77 1,34 3,54 1,56 0 91 3,12 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 y a rekat (kg/cm2) 0,91 0,00 0,50 1,00 MS-50 MS-40 MS-30 MS-20 MS-10 Kontrol da y jenis perekat

5,31 1 74 4,3 2,23 1 77 1,8 3,04 3,54 2,01 1,04 1,74 0,44 1,77 0,72 0,74 1,14 1,56 MS-40 MS-30 MS-20 MS-10 Kontrol jenis perekat

MS-50 MS-40 MS-30 MS-20 MS-10 Kontrol 2800 2650 1750 2740 3710 124 2800 2650 1750 2740 3710 124 2800 2650 1750 2740 2000 2500 3000 3500 4000 tas (cP) 0 500 1000 1500 000 MS-50 MS-40 MS-30 MS-20 v iskosi t jenis perekat

3710

124

Dokumen terkait