• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2. Karakteristik Masyarakat Pengguna Tembakau Rokok

Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa ternyata kelompok umur responden terbanyak yang mengkonsumsi tembakau rokok lintingan di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar adalah kelompok umur 45-49 tahun yaitu sebanyak 23 responden (29,9%). Umur tersebut masih dapat dikategorikan dalam kelompok usia produktif, sehingga dapat mempengaruhi tingkat produktifitas seseorang apabila terdapat keluhan kesehatan yang dialaminya. Kelompok umur terbanyak yakni pada kelompok umur 45-49 tahun, ini dikarenakan umur mulai merokok adalah 15-24 tahun yaitu sebanyak 45 responden (68,5%), yakni pada remaja. dan lama merokok adalah 20-29 tahun.

Hasil penelitian terhadap umur mulai merokok terbanyak yakni pada usia 15-24 tahun dibandingkan dengan hasil Susenas tahun 2004 yang menyatakan bahwa pada usia muda terutama remaja dalam populasi 15-19 tahun, angka merokok meningkat tinggi dibanding usia diatas sama dengan 20 tahun. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang lebih suka meniru kebiasaan orang di lingkungan sekitarnya.

Mungkin saja lingkungan sekitar remaja tersebut merupakan lingkungan yang mengkonsumsi rokok ( Anonimous, 2006).

Dapat kita ketahui bahwa lama responden merokok adalah 20-29 tahun yaitu sebanyak 19 responden (24,7%), ini dikarenakan merokok menyebabkan ketergantungan, sehingga sulit bagi seseorang yang telah mengkonsumsi rokok untuk berhenti. Hal ini juga diduking oleh penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS mengenai merokok dan ketergantungan pada tahun 1995 yang menyebutkan bahwa Di antara perokok dewasa yang memiliki keinginan kuat untuk berhenti merokok dan memiliki perawatan medis yang optimal, hanya setengah dari seluruh pasien yang dimonitor mampu berhenti merokok selama seminggu, dan tingkat kegagalan jangka panjangnya lebih dari 80% setelah para pasien tersebut tidak lagi menjalani terapi penggantian nikotin (www.sampoerna.com).

Angka merokok meningkat tinggi pada remaja, hal ini dikarenakan bahwa responden memiliki pendidikan yang sedang (tamat SD ataupun tamat SMP) ataupun putus sekolah, sehingga sudah tidak ada lagi pengawasan dari pihak sekolah, seperti yang kita ketahui bahwa biasanya dari pihak sekolah melakukan pengawasan terhadap siswanya yang merokok. Dapat kita lihat pada tabel 4.5 bahwa pendidikan responden terbanyak di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar adalah sedang (tamat SD,tamat SMP) yaitu sebanyak 58 responden (75,3%). Hal ini sesuai dengan Susenas 2004 bahwa prevalensi merokok tertinggi terdapat pada yang berpendidikan sedang (tamat SD,tamat SMP). Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap suatu hal. Pendidikan yang dimiliki

seseorang lebih tinggi tidak sama pemahamannya terhadap suatu hal dengan orang yang berpendidikan rendah (Notoatmodjo, 1998).

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa pekerjaan responden di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar terbanyak adalah petani yaitu sebanyak 38 responden (49,4%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Boedu Darmojo bahwa prevalensi merokok terbanyak pada orang yang bekerja dibanding dengan orang yang tidak bekerja yakni 96,1% pada tukang becak, 79,8% paramedis, 51,9% pegawai negeri, dan 36,8% pada dokter. Pekerjaan responden berpengaruh terhadap jumlah penghasilan dan juga berpengaruh terhadap jenis merek tembakau rokok lintingan yang dikonsumsi, adapun alasan pemilihan tembakau rokok lintingan salah satunya karena harganya lebih murah dibanding rokok filter yang dijual dipasaran.

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa dari 14 jenis rokok yang dujual pada grosir tembakau di Pasar Bawah Bukittingi, ada 3 jenis merek tembakau rokok yang dikonsumsi responden di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar, menurut hasil wawancara, hal ini dikarenakan jarak antara grosir tembakau dan Jorong Limo Kampung cukup jauh, dan juga rata – rata responden memperoleh tembakau rokok lintingan dengan membeli pada warung – warung terdekat, jadi hanya beberapa jenis merek tembakau rokok lintingan yang disediakan di warung tersebut.

Merek tembakau rokok yang paling banyak dikonsumsi responden adalah tembakau tidak bermerk produk lokal (Payakumbuh) yaitu sebanyak 42 responden (54,4%). Menurut wawancara dengan sebagian besar responden, hal ini dikarenakan

dibeli secara eceran sesuai dengan kebutuhan penggunanya serta harganya lebih murah dibanding tembakau rokok bermerek lainnya, harga tembakau produk lokal ini yaitu Rp. 2000,- untuk 25 gram, sedangkan harga tembakau bermerek rata – rata diatas Rp. 5000,-, sehingga dapat kita lihat pada tabel 4.7 bahwa penghsilan responden terbanyak adalah <Rp. 880.000 yaitu 35 responden (45,5%), berarti dibawah Upah Minimun Propinsi (UMP) Sumatera Barat Tahun 2009 yaitu Rp. 880.000.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah diuraikan, penulis menarik kesimpulan dari hasil penelitian tentang Analisa Kadar Nikotin Pada Tembakau Rokok Lintingan Dan Karakteristik Masyarakat Penggunanya Di Jorong Limo Kampung Nagari Sungai Puar Kecamatan Sungai Puar Sumatera Barat Tahun 2009 sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil pengukuran kadar nikotin pada tembakau diperoleh hasil bahwa tembakau yang mempunyai kadar tertinggi yakni tembakau lokal (Produksi Payakumbuh, Sumatera Barat) sebesar 284,21 mg/gr.

2. Perbadingan kadar nikotin dengan kadar yang diizinkan yaitu pada kadar nikotin tertinggi terdapat yang pada tembakau lokal (Payakumbuh) yakni 284,21 mg/gr (284 kali dari kadar yang diizinkan), dan dapat dinyatakan bahwa ketiga merek tembakau yang diperiksa tersebut tidak ada satupun yang memenuhi syarat kesehatan karena kadarnya jauh diatas kadar yang diizinkan (sesuai Peraturan Pemerintah No. 81 tahun 1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan).

3. Karakteristik responden di Jorong Limo Kampung Nagari Sungai Puar Sumatera Barat tahun 2009 adalah kelompok umur 45-49 tahun (29,9%), responden mulai merokok lintingan umur 15-19 tahun (29,9%), lama responden merokok tembakau rokok lintingan 20-29 tahun (24,7%), tingkat pendidikan sedang (tamat SD,tamat SMP) (75,3%), petani (49,4%), mempunyai penghasilan <Rp. 880.000 (45,5%), jenis rokok yang dikonsumsi responden adalah tembakau tidak bermerk produk lokal (Payakumbuh) (54,4%), banyaknya tembakau yang dihisap per hari

adalah 10-19 gram (44,2%), dan keluhan kesehatan terbanyak adalah batuk (53,2%)

4. Rokok lintingan tidak aman untuk dikonsumsi 6.2. Saran

1. Hendaknya kadar nikotin dicantumkan pada setiap jenis merek tembakau rokok lintingan, karena bila kadar nikotin dicantumkan maka perokok dapat memilih rokok dengan kandungan nikotin yang sekecil mungkin atau kandungan yang paling kecil diantara jenis – jenis rokok.

2. Agar Dinas kesehatan lebih meningkatkan promosi akan bahaya merokok seperti memasang baliho dan juga iklan di media massa terhadap bahaya mengkonsumsi rokok.

3. Perlunya pengawasan dari Dinas Pendidikan terhadap para pendidik, untuk tidak merokok ketika mengajar agar tidak memberikan contoh yang tidak baik kepada siswa, serta perlunya meningkatkan promosi seperti poster – poster akan bahaya merokok di sekolah – sekolah.

4. Pemerintah perlu melakukan pengawasan dan pemeriksaan kadar serta meninjauan ulang kadar nikotin pada tembakau rokok dalam pengelolaannya sebelum didistribusikan ke masyarakat supaya kadar nikotin tembakau yang dijual dipasaran dapat memenuhi syarat kesehatan.

5. Bagi peneliti selanjutnya pelu diteliti tentang pemeriksaan kadar zat berbahaya lainnya yang terdapat dalam rokok terutama pada asap rokok sebab dampak yang ditimbulkan rokok berbahaya baik bagi perokok aktif maupun perokok pasif.

6. Bagi peneliti selanjutnya perlu diteliti tentang hubungan kebiasaan merokok lintingan pada masyarakat dengan keluhan kesehatan yang diakibatkan dari mengkonsumsi tembakau rokok lintingan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2003. Rokok Keretek Kompetitif Akibat Adanya PP Nomor 19 Tahun 2003.

---, 2006. Ada Apa Dengan Rokok. tanggal 2 Februari 2009.

---, 2008. Sejarah Rokok. 2009.

---, 2008.Tembakau. ---, 2009. Karakteristik Penduduk.

Diakses tanggal 12 April 2009.

---, 2009. Merokok dan Kesehatan. 12 April 2009.

---, 2009.Rokok. ---, 2009.Ayo Mengenal Lebih Dekat Nikotin.

Diakses tanggal 15 Januari 2009.

---, 2009. Siklus Ketergantungan Nikotin. tanggal 19 Januari 2010.

---, 2009. Ancaman Kematian Akibat Rokok. www.harimansite.com Diakses tanggal 19 Januari 2010.

---, 2009. Fakta Keburukan Kompleks Dalam Rokok. www.dokternasirwe.id. Diakses tanggal 19 Januari 2010.

Aditama, Y. T, 1996. Rokok Dan Kesehatan. UI Press, Jakarta.

Basyir, U.A, 2006. Mengapa Ragu Tinggalkan Rokok. Pustaka At-Tazkia, Bandung.

Bustan, M.N. 2000.. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta: Jakarta Cahyono, B, 1998. Tembakau : Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit

Kanisius, Yogyakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2006. www.depkes.go.id. Diakses tanggal 7 Maret 2009. Lemeshow, S, dkk. 1994. Besar Sampel Pada Penelitian Kesehatan. UGM press,

Yogyakarta.

Mu’tadin, Z, 2002. Remaja & Rokok. www.e-psikologi.com. Diakses tanggal 2 april 2009.

Mustafa,A.R. 2005. Waspadai Bahaya Merokok.

2005.Glogdrive.com. Diakses tanggal 2 april 2009.

Notoatmodjo, S, 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia. PT Rineka Cipta, Jakarta.

---, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 1999 Tentang

Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.

Rochadi, K.R, 2005. Berbagai Upaya Penanggulangan Perilaku Merokok Di Indonesia. Info Kesehatan. Vol IX. FKM USU, Medan.

Sani, A, 2005. Pengalaman 3 Tahun Pelayanan Klinik Berhenti Merokok, Yayasan Jantung Indonesia. pada 2 April 2009.

Sutama, M. I, 2008. Dampak Rokok Pada Social-Ekonomi, Perempuan dan Anak. Disampaikan Dalam Advokasi Pencegahan Merokok Pada Usia Dini dan Perokok Pasif, Semarang.

Suparto, 2000. Sehat Menjelang Usia Senja. Bandung: Remaja Rosdakarya Effset. Sustrani, L, dkk. 2004. Hipertensi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama

Sirait, M.A. dkk. 2001. Perilaku Merokok ( Analisis Data Susenas 2001)

.www.kompas.co.id. Diakses tanggal 12 April 2009.

Sitepoe, M, 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Cetakan I. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

---, 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Penerbit, PT Gramedia Widiasarana Indonesia Jakarta.

KUISIONER PENELITIAN

ANALISA KADAR NIKOTIN PADA TEMBAKAU ROKOK LINTINGAN DAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT PENGGUNANYA

DI JORONG LIMO KAMPUNG NAGARI SUNGAI PUAR KECAMATAN SUNGAI PUAR SUMATERA BARAT

TAHUN 2009

NO. RESPONDEN = Karakteristik Responden

1. Nama :

2. Umur : Tahun

3. Umur mulai merokok

lintingan : Tahun

4. Lama merokok : Tahun

5. Jenis Kelamin : 6. Pendidikan : 7. Pekerjaan : 8. Penghasilan : 9. Merek rokok yang

dikonsumsi : a. Super Bunga Matahari b. 22334 c. Moalboros d. Daun No.1 e. Sinar Matahari f. Virginia 234 g. Zippo

h. Super 235 Dji Sam U

i. Jaya Mustika Naga j. Delapan Tujuh k. Bunga Matahari l. Melati

m. Kanguru

n. Tembakau tidak bermerek produk lokal (Payakumbuh, Sumatera Barat).

10. Gram tembakau yang dihisap per hari : 11. Keluhan kesehatan :

a. Batuk

b. Asma (Sesak Nafas) c. Batuk Pagi

d. Hipertensi e. Penyakit Jantung Lampiran 1

Dokumen terkait