• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kadar Nikotin Pada Tembakau Rokok Lintingan dan Karakteristik Masyarakat Penggunanya di Jorong Limo Kampung Nagari Sungai Puar Kecamatan Sungai Puar Sumatera Barat Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Kadar Nikotin Pada Tembakau Rokok Lintingan dan Karakteristik Masyarakat Penggunanya di Jorong Limo Kampung Nagari Sungai Puar Kecamatan Sungai Puar Sumatera Barat Tahun 2009"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KADAR NIKOTIN PADA TEMBAKAU ROKOK LINTINGAN DAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT PENGGUNANYA

DI JORONG LIMO KAMPUNG NAGARI SUNGAI PUAR KECAMATAN SUNGAI PUAR SUMATERA BARAT

TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

RAHMADINI NIM. 061000173

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul:

ANALISA KADAR NIKOTIN PADA TEMBAKAU ROKOK LINTINGAN DAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT PENGGUNANYA

DI JORONG LIMO KAMPUNG NAGARI SUNGAI PUAR KECAMATAN SUNGAI PUAR SUMATERA BARAT

TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh RAHMADINI

NIM. 061000173

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 11 Januari 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Ir. Indra Chahaya. S, MSi) (dr. Surya Dharma, MPH) NIP.196811011993032005 NIP.195804041987032002

Penguji II Penguji III

(Ir. Evi Naria, M.Kes) (dr. Devi Nurani Santi, M.Kes) NIP.196803201993032001 NIP.197002191998022001

Medan, Januari 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(3)

ABSTRAK

Rokok Lintingan merupakan salah satu jenis rokok yang banyak dikonsumsi masyarakat di pedesaan. Salah satu masyarakat dipedesaan tersebut adalah masyarakat di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar, Kecamatan Sungai Puar, Sumatera Barat. Besarnya kadar nikotin yang terkandung didalam tembakau rokok lintingan yang tidak tertulis secara jelas, sehingga konsumen rokok tidak menyadari banyaknya nikotin yang dikonsumsi dalam setiap batangnya.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar nikotin pada tembakau rokok lintingan yang dikonsumsi masyarakat di Jorong Limo Kampung Nagari Sungai Puar Kecamatan Sungai Puar Sumatera Barat dan karakteristik masyarakat penggunanya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional study.

Hasil pemeriksaan kadar nikotin diperoleh kadar tertinggi terdapat pada tembakau lokal (Payakumbuh) yakni 284,21 mg/gr (284 kali dari kadar yang diizinkan), dan kadar terendah terdapat pada tembakau merek Matahari yakni 143,61 mg/gr (144 kali dari kadar yang diizinkan). Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik responden di Jorong Limo Kampung Nagari Sungai Puar Sumatera Barat tahun 2009 adalah kelompok umur 45-49 tahun (29,9%), mulai merokok lintingan umur 15-19 tahun (29,9%), lama merokok tembakau rokok lintingan 20-29 tahun (24,7%), tingkat pendidikan yaitu sedang (tamat SD,tamat SMP) (75,3%), pekerjaan sebagai petani (49,4%), mempunyai penghasilan <Rp. 880.000 (45,5%), jenis rokok yang dikonsumsi adalah tembakau rokok tidak bermerk produk lokal (Payakumbuh) (54,4%), banyaknya tembakau yang dihisap per hari adalah 10-19 gram (44,2%), dan keluhan kesehatan terbanyak adalah batuk (53,2%).

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk tidak mengkonsumsi rokok lintingan karena kadar nikotin yang terkandung yakni diatas dari kadar yang diizinkan, sebaiknya ada koordinasi antara Pemerintah, Dinas Kesehatan,dan pihak Sekolah untuk meningkatkan promosi akan bahaya merokok.

(4)

ABSTRACT

Hand-rolled cigarette is a kind of cigarette that is consumed by most people in villages. One of these villages is Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar, Kecamatan Sungai Puar, Sumatera Barat. There is no labels about the concentration of nicotine that contained in hand-rolled cigarette, so the consumer of hand-rolled cigarette don’t realize how much nicotin consumed from hand-rolled cigarette.

The objective of this research is to know the concentration of nicotine in hand-rolled cigarette consumed and their characteristic in Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar, Kecamatan Sungai Puar, Sumatera Barat.

This research is desctiptive survey with cross sectional design.

The laboratory test showed that the highest level of nicotine concentration was found in local tobacco from Payakumbuh (284,21 mg/gr that is higher than permitted level) and the lowest nicotine levels was found in Matahari tobacco (143,61 mg/gr that is higher than permitted level). The result of research shows the characteristic respondents in Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar, Kecamatan Sungai Puar, Sumatera Barat in 2009 are 40-49 years old (29,9%), to start smoking hand-rolles cigarette in 15-19 years old (29,9%), to use had-rolled cigarette 20-29 years, to have midlle education (graduated from elementay scholl, junior high school) (75,3%), farmer (49,4%), to have sallary < Rp.880.000,- per months (45,4%). Most respondent were using local tobacco from Payakumbuh (54,4%), to consum 10-19 gram per days (44,2%), and causing with cough (53,2%).

Base on the research, not consume the hand-rolled cigarette because the concentration of nicotine is higher than permitted level, it should be coordinated among of goverment, health office, and education office to increase the health promotion about the dangerous of smoking.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : RAHMADINI

Tempat/Tanggal Lahir : Bukittinggi / 26 April 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 2 dari 3 Bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jln. Raya Bukittinggi – Payakumbuh Km.5 Sumbar. Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1994-2000 : SD Negeri 10 Koto Gadang

2. Tahun 2000-2003 : SLTP Negeri 1 IV Koto 3. Tahun 2003-2006 : SMU Negeri 2 Bukittinggi

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisa Kadar Nikotin Pada Tembakau Rokok Lintingan dan Karakteristik Masyarakat Penggunanya di Jorong Limo Kampung Nagari Sungai Puar Kecamatan Sungai Puar Sumatera Barat Tahun 2009”, guna memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penulisan ini, saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya sebagai manusia yang tidak luput dari segala kekurangan.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Indra Chahaya S, M.Si, selaku dosen pembimbing I dan Bapak dr.Surya Dharma, MPH selaku dosen pembimbing II yang dalam penulisan skripsi ini telah banyak meluangkna waktu serta penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.

Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. Ibu Ir. Indra Chahaya S, M.Si, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Universitas Sumatera Utara

(7)

4. Bapak Prof. Dr. Harlem Marpaung selaku Kepala Laboratorium Kimia Analitik FMIPA Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Feri Adrianto St. Sinaro selaku Walinagari Sungai Pua beserta staff.

6. Abang Edrison selaku Walijorong Limo Kampung, Nagari Sungai Pua, dan abang Buya serta bang Amid yang ikut membantu penulis dalam melaksanakan penelitian di Jorong Limo Kampung Nagari Sungai Pua.

7. Seluruh dosen dan staf FKM USU khususnya Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah banyak memberikan masukan dan membantu penulis selama proses pengerjaan skripsi dan tidak lupa kepada Kak Dian yang selalu setia mengurus administrasi.

8. Teristimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda (Indra Jaya) dan Ibunda (Heriza) yang telah banyak memberikan dukungan, semangat, dan senantiasa mendo’akan penulis selama ini.

9. Buat saudaraku tersayang, kakak (Lissa) dan adikku (Indah Permata Sari) yang selalu mendukung dan senantiasa mendoakan penulis.

10. Seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan kepada penulis, Apa (Zaimudin), Ama (Alm Rosna), Tuo Etek (Zulhelmi), Enek (Rosnidar) dan seluruh sanak keluarga yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(8)

12. Teman-teman di FKM, khusunya Departemen Kesling terutama Anggota IMAKel (Desi, Olfa, Elfrida, Yati, Azmi, Aisyah dan teman – teman lainya yang tidak dapat disebutkan satu persatu) yang selalu memberi semangat dan bantuan kepada penulis, dan juga teman – teman PBL dan LKP.

13. Teman – teman ikatan mahasiswa minang di USU (IMIB USU), HMI Koms FKM USU, dan PEMA FKM USU yang telah banyak memberikan penulis pengalaman dan pelajaran yang tidak ternilai harganya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan dan do’a selama ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2010

(9)

DAFTAR ISI

(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

4.2. Perbandingan Kadar Sampel Dengan Kadar Yang Diizinkan ... 43

(11)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 61 6.1. Kesimpulan ... 61 6.2. Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 81 Tahun 1999 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU

Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Wali Nagari Sungai Puar

Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Sampel Dari Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Nagari Sungai Puar Tahun 2009 ... 39 Tabel 4.2. Perbandingan Kadar Sampel Tembakau Rokok Lintingan Dengan

Kadar Yang Diizinkan ... 40 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Jorong Limo

Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009 ... 41 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Mulai Merokok

Lintingan di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009 ... 41 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Merokok di Jorong Limo

Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009 ... 42 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Jorong Limo

Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009 ... 43 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Jorong Limo

Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009 ... 43 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan di

Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009 ... 44 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Merek Rokok yang Dikonsumsi

di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009 ... 45 Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tembakau yang

Dihisap Per Hari (Gram) di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009... 45 Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Kesehatan di Jorong

Limo Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009 ... 46 Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Merokok dengan

Keluhan Kesehatan di Jorong Limo Kampung Nagari Sungai Puar Tahun 2009... 51 Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Merek Rokok dengan

(13)

ABSTRAK

Rokok Lintingan merupakan salah satu jenis rokok yang banyak dikonsumsi masyarakat di pedesaan. Salah satu masyarakat dipedesaan tersebut adalah masyarakat di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar, Kecamatan Sungai Puar, Sumatera Barat. Besarnya kadar nikotin yang terkandung didalam tembakau rokok lintingan yang tidak tertulis secara jelas, sehingga konsumen rokok tidak menyadari banyaknya nikotin yang dikonsumsi dalam setiap batangnya.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar nikotin pada tembakau rokok lintingan yang dikonsumsi masyarakat di Jorong Limo Kampung Nagari Sungai Puar Kecamatan Sungai Puar Sumatera Barat dan karakteristik masyarakat penggunanya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional study.

Hasil pemeriksaan kadar nikotin diperoleh kadar tertinggi terdapat pada tembakau lokal (Payakumbuh) yakni 284,21 mg/gr (284 kali dari kadar yang diizinkan), dan kadar terendah terdapat pada tembakau merek Matahari yakni 143,61 mg/gr (144 kali dari kadar yang diizinkan). Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik responden di Jorong Limo Kampung Nagari Sungai Puar Sumatera Barat tahun 2009 adalah kelompok umur 45-49 tahun (29,9%), mulai merokok lintingan umur 15-19 tahun (29,9%), lama merokok tembakau rokok lintingan 20-29 tahun (24,7%), tingkat pendidikan yaitu sedang (tamat SD,tamat SMP) (75,3%), pekerjaan sebagai petani (49,4%), mempunyai penghasilan <Rp. 880.000 (45,5%), jenis rokok yang dikonsumsi adalah tembakau rokok tidak bermerk produk lokal (Payakumbuh) (54,4%), banyaknya tembakau yang dihisap per hari adalah 10-19 gram (44,2%), dan keluhan kesehatan terbanyak adalah batuk (53,2%).

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk tidak mengkonsumsi rokok lintingan karena kadar nikotin yang terkandung yakni diatas dari kadar yang diizinkan, sebaiknya ada koordinasi antara Pemerintah, Dinas Kesehatan,dan pihak Sekolah untuk meningkatkan promosi akan bahaya merokok.

(14)

ABSTRACT

Hand-rolled cigarette is a kind of cigarette that is consumed by most people in villages. One of these villages is Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar, Kecamatan Sungai Puar, Sumatera Barat. There is no labels about the concentration of nicotine that contained in hand-rolled cigarette, so the consumer of hand-rolled cigarette don’t realize how much nicotin consumed from hand-rolled cigarette.

The objective of this research is to know the concentration of nicotine in hand-rolled cigarette consumed and their characteristic in Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar, Kecamatan Sungai Puar, Sumatera Barat.

This research is desctiptive survey with cross sectional design.

The laboratory test showed that the highest level of nicotine concentration was found in local tobacco from Payakumbuh (284,21 mg/gr that is higher than permitted level) and the lowest nicotine levels was found in Matahari tobacco (143,61 mg/gr that is higher than permitted level). The result of research shows the characteristic respondents in Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar, Kecamatan Sungai Puar, Sumatera Barat in 2009 are 40-49 years old (29,9%), to start smoking hand-rolles cigarette in 15-19 years old (29,9%), to use had-rolled cigarette 20-29 years, to have midlle education (graduated from elementay scholl, junior high school) (75,3%), farmer (49,4%), to have sallary < Rp.880.000,- per months (45,4%). Most respondent were using local tobacco from Payakumbuh (54,4%), to consum 10-19 gram per days (44,2%), and causing with cough (53,2%).

Base on the research, not consume the hand-rolled cigarette because the concentration of nicotine is higher than permitted level, it should be coordinated among of goverment, health office, and education office to increase the health promotion about the dangerous of smoking.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu strategi Pembangunan Kesehatan Nasional dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010 adalah menerapkan pembangunan kesehatan yang berwawasan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Telah ditetapkan sepuluh indikator PHBS meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eklusif, kepemilikan/ketersediaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK), tidak merokok, melakukan aktivitas fisik setiap hari, makan buah dan sayur setiap hari, tersedia air bersih, tersedia jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, serta lantai rumah bukan tanah (Konfrensi Nasional Promosi Kesehatan ke-4, 2006).

Salah satu pilar Indonesia Sehat 2010 yang perlu dipantau secara terus menerus dan diikuti perkembangannya adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Diantara ke sepuluh indikator PHBS terdapat tiga indikator perilaku beresiko terkait dengan penyakit tidak menular. Perilaku beresiko sebagai gaya hidup tidak sehat adalah merokok, kurang beraktifitas fisik, dan diet rendah serat/buah/sayur/ dan tinggi kalori/lemak hewani (Depkes RI, 2006).

(16)

tangga kita sendiri. Kebiasaan merokok di Indonesia dan di berbagai negara berkembang lainnya memang cukup luas, dan bahkan ada kecendrungan bertambah dari waktu ke waktu. Sementara itu, di negara maju kebiasaan merokok ini justru mulai ditinggalkan oleh masyarakat luas yang telah sadar akan bahaya rokok pada kesehatan.

Secara global, konsumsi rokok membunuh satu orang setiap 10 detik. WHO memperkirakan pada 2020 penyakit berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan utama di banyak negara. Konsumsi rokok Indonesia setiap tahun mencapai 199 miliar batang rokok atau urutan kelima setelah RRC (1.679 miliar batang), AS (480 miliar), Jepang (230 miliar), dan Rusia (230 miliar) (Sutama 2008). Sesuai data Survei Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2001, sebanyak 54,5 persen laki-laki dan 1,2 persen perempuan Indonesia berusia lebih dari 10 tahun merupakan perokok aktif. Diasumsikan populasi 2001 sebesar 210 juta, berarti jumlah laki-laki yang mengkonsumsi rokok sebanyak 114 juta orang dan jumlah perempuan yang mengkonsumsi rokok sebanyak 96 juta oran

(17)

lahir (perokok pasif). Informasi ini menunjukkan betapa besarnya prevalensi perokok pasif dengan akibat yang lebih parah lagi

Beberapa bahan kimia yang terdapat dalam rokok antara lain Nikotin, Tar, CO (karbonmonoksida) dan berbagai logam berat. Salah satu bahan yang sangat berbahaya bagi kesehatan yakni, Nikotin. Nikotin terdapat dalam asap rokok dan juga dalam tembakau yang tidak dibakar, dimana asap rokok yang dihisap mengandung lebih kurang 4000 jenis bahan kimia dan 200 di antaranya bersifat racun (Sitepoe, 2000). Antara lain karbon monoksida (CO) dan polycyclic aromatic hydrocarbon yang mengandung zat-zat pemicu terjadinya kanker (seperti tar, benzopyrenes, vinyl chlorida, dan nitroso-nor-nicotine). Di samping itu, nikotin dapat menimbulkan ketagihan, baik pada perokok aktif maupun perokok pasif (Anonimous 2006). Adapun kandungan kadar nikotin yang diizinkan dalam sebatang rokok sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 81 tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan yakni sebesar 1,5 mgr.

Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan sekitarnya. Bukan hanya bagi kesehatan, merokok juga menimbulkan masalah di bidang ekonomi. Di negara industri maju, kini terdapat kecendrungan berhenti merokok, sedangkan di negara berkembang, khususnya Indonesia, malah cendrung timbul peningkatan kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan beberapa penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, seperti kanker paru, bronkitis kronik, emfisema dan berbagai penyakit paru lainnya (Aditama, 1996).

(18)

merek berdasarkan asal tembakau yakni, lokal yakni rokok lintingan ini diproduksi oleh penduduk setempat dan rokok lintingan yang diproduksi pabrik. Umumnya rokok lintingan lebih banyak dikonsumsi masyarakat di pedesaan seperti di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar, Kecamatan Sungai Puar, Sumatera Barat. Di perkotaan jenis rokok ini memang jarang digunakan, tetapi ada juga masyarakat yang mengkonsumsinya seperti Kota Bukittinggi. Adapun alasan beberapa masyarakat yang menggunakan rokok lintingan antara lain, harganya lebih murah atau ekonomis dibandingkan rokok dari pabrik (bermerek), aroma tembakaunya lebih khas, cita rasanya tidak jauh berbeda dengan rokok dari pabrik (bermerek), tembakaunya murni tanpa ada campur dengan zat lain.

Rokok lintingan kemungkinan lebih berbahaya efeknya dibandingkan dengan rokok bermerek yang berasal dari pabrik, hal ini disebabkan jumlah tembakau yang digunakan belum diketahui besar kadar nikotin yang terkandung didalamnya sehingga konsumen rokok tidak mengetahui banyaknya nikotin yang dikonsumsi dalam setiap batangnya. Nikotin bersifat adiktif (menyebabkan ketagihan) sehingga semakin tinggi kadar nikotin dalam sebatang rokok yang diisap maka akan merangsang perokok untuk terus merokok.

(19)

1.2 Perumusan Masalah

Banyaknya penduduk yang mengkonsumsi tembakau rokok lintingan di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar dikhawatirkan akan menimbulkan resiko penyakit terhadap masyarakat yang mengkonsumsinya, dan belum diketahuinya kandungan kadar nikotin yang terdapat pada tembakau rokok lintingan, oleh sebab itu penulis tertarik untuk meneliti jumlah kadar nikotin dalam tembakau rokok lintingan yang dikonsumsi masyarakat Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar dan bagaimana karakteristik masyarakat penggunanya.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui kadar nikotin pada tembakau rokok lintingan yang dikonsumsi masyarakat di Jorong Limo Kampung Nagari Sungai Puar Kecamatan Sungai Puar Sumatera Barat dan karakteristik masyarakat penggunanya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kadar nikotin rokok lintingan pada tembakau yang dihisap oleh masyarakat di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar, Sumatera Barat. 2. Untuk membandingkan kadar nikotin rokok lintingan dengan kadar yang tertera

pada Peraturan Pemerintah No.81 tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan masyarakat tentang rokok khususnya mengenai nikotin pada tembakau rokok lintingan.

2. Memberikan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis. 3. Sebagai bahan informasi bagi pengusaha industri rokok untuk mengawasi atau

meminimalisasi kadar nikotin dalam tembakau rokok.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tembakau

2.1.1 Klasifikasi Tembakau

Bahasa Indonesia tembakau merupakan serapan dari bahasa asing. Bahasa Spanyol "tabaco" dianggap sebagai asal kata dalam bahas dalam bahasa tumbuhan ini (menurut "tabago", sejenis pipa berbentuk y untuk menghirup asap tembakau. Tembakau umumnya digunakan untuk mendefinisikan berasal dari nama dari berbagai jenis tumbuhan. Kata tobacco dari Eropa, dan pada akhirnya diterapkan untuk tumbuhan sejenis yang berasal dari Amerika (wikipedia, 2008).

(22)

2.1.2 Jenis Tembakau

Menurut Cahyono (1998), ada beberapa jenis tembakau yakni : 1. Tembakau Cerutu yang terdiri dari :

a. Tembakau Deli, digunakan sebagai pembungkus dalam industri rokok cerutu. b. Tembakau Vorstenlanden, digunakan sebagai pembalut / pengisi rokok cerutu. c. Tembakau Besuki, digunakan sebagai pembalut / pengisi rokok cerutu dan

daunnya dapat digunakan sebgai pembungkus rokok.

2. Tembakau Pipa. Tembakau ini khusus digunakan untuk rokok pipa dan bukan pembuatan rokok cerutu dan rokok kretek.

3. Tembakau Sigaret. Tembakau ini digunakan umtuk bahan baku pembuatan rokok sigaret, baik rokok putih maupun rokok kretek.

4. Tembakau Asli / Rejangan. Tembakau ini disebut juga tembakau rakyat, dimana tembakau ini diolah dengan direjang lalu dikeringkan dengan penjemuran matahari. Tembakau rakyat digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok kretek atau lainnya.

5. Tembakau Asepan yakni tembakau yang daunnya diolah dengan cara pengasapan, tembakau ini digunakan untuk rokok lintingan (tembakau dilinting dengan kertas rokok halus).

Menurut laporan dari Direktorat Jendral Perkebunan Republik Indonesia, secara garis besar tembakau di Indonesia dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu:

(23)

2. Tembakau introduksi adalah tembakau yang masuk ke Indonesia sekitar tahun 1900-an, seperti jenis Virginia, Burley, dan Oriental.

2.1.3 Sejarah Tembakau

Tembakau berasal dari Amerika Selatan dan Hindia Barat. Walaupun tembakau digunakan pertama kali di Amerika Utara, tembakau masuk ke Eropa melalui Spanyol (Basyir 2006). Menurut McKim yang dikutip oleh Rochadi, beberapa ahli menyatakan bahwa tembakau merupakan tanaman asli dari Afrika atau Asia, tetapi yang pasti adalah saat bangsa Eropa menemukan benua Amerika, mereka mendapati penduduk asli Amerika yaitu bangsa Indian telah mengkonsumsi tembakau.

Tembakau dikenal pertama kali di Meksiko sejak lebih 2500 tahun yang lalu. Ia mulai dikenal luas di berbagai negara bagian Amerika Utara dan Selatan. Sekitar tahun 1492, sebagian pelaut Eropa menemukan pohon tembakau sebagai bahan dasar rokok ketika mereka pertama kali menemukan benua Amerika. Setelah itu, tembakau mulai dipasok ke berbagai belahan benua Eropa.

Pada dekade 1630-an, tembakau secara permanen menjadi tanaman yang mendatangkan hasil pendapatan besar bagi wilayah Virginia. Sebagaimana dituturkan oleh Thomas Jefferson, Presiden ketiga Amerika Serikat, dalam laporannya, “Kreasi terbesar yang dapat dilakukan oleh negeri manapun sekarang ini ialah menambahkan suatu jenis pokok yang amat berguna demi kemajuan bangsa”.

(24)

memperkenalkan cerutu ke Asia lewat Fhilipina dan kemudian ke Rusia dan Turki. Dengan cara itulah, tembakau menyebar ke negara – negara lainnya (Basyir, 2006).

Tanaman tembakau di Indonesia diperkirakan dibawa oleh bangsa Portugis dan Spanyol pada abad ke-16. Dikatakan Rhumpius, tanaman tembakau pernah dijumpai di Indonesia, dibeberapa daerah yang belum pernah dijelajahi oleh bangsa Portugis atau Spanyol. Nicotiana Tobaccum baru di tanam di pulau Jawa sekitar tahun 1609 dan kemudian menyebar ke pulau – pulau lain di Indonesia.

2.2 Rokok

Rokok merupakan bahan yang dapat merugikan manusia dari berbagai faktor diantaranya adalah kesehatan, ekonomi, dan kecerdasan pada anak usia sekolah. Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tobacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (PP No. 81, 1999).

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain

(25)

merokok, misalnya kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).

Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas

Rokok berdasarkan bahan pembungkus :

1.

2.

3.

4.

Rokok berdasarkan bahan baku atau isi :

1.

diber

2.

3. Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, da tertentu.

Rokok berdasarkan proses pembuatannya :

1.

(26)

2. mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dala Rokok berdasarkan penggunaa

1.

2.

gabus.

Dari segi bahan, rokok mempunyai beberapa istilah. Yang dimaksud dengan rokok atau sigaret adalah terbuat dari daun tembakau, pada umumnya bahan baku rokok hanya tembakau dikenal dengan istilah rokok putih, sedangkan di Indonesia ada rokok yang dibuat dari campuran tembakau dan cengkeh yang di sebut rokok kretek (Rochadi 2005). Rokok kretek adalah rokok yang dibuat dari daun tembakau dan mempunyai campuran aroma dan rasa cengkeh (Anonimous 2008).

Rokok Lintingan adalah rokok yang digulung sendiri dengan menggunakan kertas pembalut atau daun nipah. Umumnya rokok lintingan lebih banyak dikonsumsi masyarakat di pedesaan. Di perkotaan jenis rokok ini memang jarang digunakan, tetapi ada juga masyarakat yang mengkonsumsinya.

(27)

partikulat. Dengan demikian, menurut Harissons yang dikutip Sitepoe (2000) asap rokok yang diisap dapat berupa gas sejumlah 85% dan sisanya berupa partikel.

Asap rokok yang diisap melalui mulut disebut mainstream smoke, sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif.

Asap rokok yang diisap mengandung 4000 jenis bahan kimia dengan berbagai jenis daya kerja terhadap tubuh. Beberapa bahan kimia yang terdapat di dalam rokok dan mampu memberikan efek yang mengganggu kesehatan.

2.3 Kebiasaan Merokok

Seseorang dikatakan perokok jika telah menghisap minimal 100 batang rokok. Merokok dapat mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri, banyak penyakit yang telah terbukti menjadi akibat buruk merokok baik secara langsung maupun tidak langsung. Tembakau atau rokok paling berbahaya bagi kesehatan manusia. Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut Departemen Kesehatan Dalam Gizi dan Promosi Masyarakat, Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia menjadi salah satu produsen sekaligus konsumen rokok terbesar di dunia (Anonimous, 2006).

(28)

menjadi 54,5%. Sedangkan pada perempuan sedikit menurun yaitu 2% pada tahun 1995 menjadi 1,2% pada tahun 2001 (Sirait, 2001).

Rata- rata merokok yang dilakukan oleh kebanyakan laki-laki dipengaruhi oleh faktor psikologis meliputi rangsangan sosial melalui mulut, ritual masyarakat, menunjukkan kejantanan, mengalihkan diri dari kecemasan, kebanggaan diri. Selain faktor psikologis juga dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu adiksi tubuh terhadap bahan yang dikandung rokok seperti nikotin atau juga disebut kecanduan terhadap nikotin (Sitepoe, 1997).

2.3.1. Kategorik Perokok a. Perokok Pasif

Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembusan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin (Wardoyo, 1996).

b. Perokok Aktif

(29)

langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

2.3.2. Jumlah Rokok Yang Dihisap

Menurut Sitepoe (1997), perokok dibedakan menjadi : a. Tidak merokok yaitu selama hidupnya tidak pernah merokok. b. Perokok ringan yaitu apabila merokok berselang – seling.

c. Perokok sedang apabila merokok setiap hari dalam kuantum yang kecil. d. Perokok berat apabila merokok lebih dari 1 bungkus setiap hari.

e. Berhenti merokok yaitu tadinya perokok kemudian berhenti dan tidak pernah merokok lagi.

Sedang menurut Mu’tadin (2002) membagi perokok menjadi 3 yaitu:

a. Perokok ringan yaitu perokok yang menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.

b. Perokok sedang yaitu perokok yang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi.

c. Perokok berat yaitu perokok yang merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit.

2.3.3. Lama Menghisap Rokok

(30)

bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih dini. Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan. dampak rokok bukan hanya untuk perok aktif tetapi juga perokok pasif (Mustafa, 2005). 2.3.4. Cara Menghisap Rokok

Menurut Bustan (1997), cara manghisap rokok dapat dibedakan menjadi : a. Begitu menghisap langsung dihembuskan (secara dangkal)

b. Ditelan sampai ke dalam mulut (dimulut saja)

c. Ditelan sampai di kerongkongan (isapan dalam) 2.3.5. Jenis Rokok Yang Dihisap

Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatnya yaitu tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah cengkeh dan bahan–bahan lain dicampur untuk dibuat rokok. Selain itu juga masih ada beberapa jenis rokok yang dapat digunakan yaitu rokok linting, rokok putih, rokok cerutu, rokok pipa, rokok kretek, rokok klobot dan rokok tembakau tanpa asap (tembakau kunyah) (Sitepoe, 1997).

2.4 Bahan Kimia di Dalam Tembakau dan Rokok

(31)

polisiklik, Hidrokarbon aromatik bersumber sewaktu pemrosesan tembakau, elemen

radioaktif yang diabsorbsi dari udara dan tanah, logam – logam berat yang diperoleh dari tanah dan udara yang tercemar (Sitepoe, 2000).

Setiap kali menghisap sebatang rokok, beresiko terpapar 45 jenis bahan kimia beracun. Sebenarnya terdapat lebih dari 200 unsur. Beberapa senyawa penting namun berbahaya adalah lutidin, rubidin, formaldehide, asam karbolik, metalimin, akreolit,

colidi, viridin, arsenik, asamformik, nikotin, hidrogen sulfida, pirel, furfurol,

benzopiren, metil alkohol, asam hidrosianik, korodin, amonia, metana, karbon

monoksida, dan piridin.

Benzopiren dan lutidin berasal dari tar tembakau. Colidin menyebabkan

kelumpuhan dan lambat laun mengakibatkan kematian. Asam Karbolik dan asam

hidrosianik, keduanya merupakan racun yang berbahaya. Asam hidrosianik mampu

membunuh dalam hitungan menit. Metil Alkohol menimbulkan kebutaan. Sedangkan

Karbon monoksida mengikat oksigen di dalam darah, sehingga darah tidak bisa

menyuplai oksigen keseluruh jaringan tubuh (Caldwell, 2001).

Setiap isapan rokok mengandung radikal bebas dan oksidan yang semuanya tentu akan masuk terisap kedalam paru – paru.. Bila rokok dibakar maka asapnya juga akan beterbangan disekitar perokok dimana asap tersebut mengandung bahan berbahaya, asap rokok yang diisap si perokok disebut “asap utama” (mainstream

smoke) dan asap yang keluar dari ujung rokok yang terbakar dan akan diisap oleh

(32)

Asap rokok utama (mainstream smoke) terdiri dari 4000 jenis bahan kimia, dimana fasenya dibagi menjadi fase partikulant dan fase gas. Fase partikulat terdiri dari nikotine, nitrisamine, N- nitrosonor nicotine, Polisiklik hidrokarbon, logam berat dan Karsinogenik amine, sedangkan fase gas mencakup karbon monoksida, karbondioksida, benzene, amonia, formaldehid, hidrosianida, dan lain – lain. Asap rokok sampingan (side stream) dapat dijumpai bahan kimia bersifat karsinogenik berupa N-nitrosodimetilamine dan N-nitrosodietilamine serta beberapa jenis logam berat (Aditama, 1996).

2.4.1 Nikotin

Nikotin merupakan sejenis unsur kimia beracun, mirip dengan alkaline. Salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah. Nikotin membuat pemakainya kecanduan. Bahayanya bisa dijelaskan oleh fakta bahwa 4 cc nikotin terbukti cukup membunuh seekor kelinci besar (Basyir, 2006). Nikotin ialah sejenis sebatian organik yang dijumpai secara semulajadi di dalam pokok tembakau (daun tembakau mempunyai kandungan nikotina paling tinggi). Sebanyak 5% daripada berat tembakau ialah nikotin (www.wikipedia.com).

Nikotin merupakan racun saraf manjur ( potent nerve poison ) dan digunakan di dalam racun serangga. Pada kepekatan rendah, bahan ini bertindak sebagai peransang dan adalah salah satu sebab utama mengapa merokok digemari dan dijadikan tabiat. Selain tembakau. nikotina juga ditemui di dalam tumbuhan famili

Solanaceae termasuk tomato, terung ungu ( eggplant ), ubi kentang, dan lada hijau

(33)

Nikotin(C10H14N2) merupakan senyawa organic alkaloid, yang umumnya terdiri dari Karbon, Hydrogen, Nitrogen dan terkadang juga Oksigen. Senyawa kimia alkaloid ini memiliki efek kuat dan bersifat stimulant terhadap tubuh manusia. Contoh lain dari senyawa alkaloid ini misalnya, kafein. Bagi pencinta kopi, tentu bisa merasakan effek stimulant dari kafein ini ketika meminum secangkir kopi di pagi hari (Anonimous, 2009).

Konsentrasi Nikotin biasanya sekitar 5% dari per 100 gram berat tembakau. Sebatang rokok biasanya mengandung 8-20 mg nikotin, walaupun tentu saja, sangat bergantung pada merk rokok tersebut. Jika anda perokok, ketahuilah, tubuh menyerap 1mg nikotin untuk satu batang rokok yang dihisap. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan (www.dokternasirwe.id).

Secara farmakologi, nikotin adalah racun yang mematikan. Dosis lethal (mematikan) nikotin pada manusia sekitar 60 mg. Satu batang rokok putih saja sudah mengandung nikotin antara 15 - 20 mg. Jadi bila tiga atau empat batang rokok dimasukkan ke dalam segelas air minum, kemudian diminum dengan rokoknya sekaligus maka bisa mati karena dosis nikotinnya sudah mematikan.

(34)

juga risiko untuk terkena penyakit-penyakit berisiko tinggi akibat rokok. Hal ini dikarenakan nikotin dapat terakumulasi di dalam hati, ginjal, lemak dan paru-paru (www.stopmerokok.com).

Komponen ini terdapat di dalam asap rokok dan juga di dalam tembakau yang tidak dibakar. Mengukur kuantum dalam asap rokok dengan menggunakan smoking

machine, sedangkan di dalam tembakau tanpa menggunakan smoking mechine.

Nikotin bersifat toksis terhadap jaringan syaraf, juga menyebabkan tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami peningkatan. Denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah, aliran darah pada pembuluh koroner bertambah, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Nikotin meningkatkan kolesterol LDL, dan meningkatkan agregasi sel pembekuan darah. Nikotin memegang peranan penting dalam ketagihan merokok (Sitepoe, 2000).

2.4.2 Tar

Tar merupakan bahan rokok yang mengandung bahan kimia beracun yang merusak sel paru – paru dan menyebabkan kanker (Basyir, 2006). Apabila satu – satunya sumber nikotin adalah tembakau maka sumber tar adalah tembakau, cengkeh, pembalut rokok, dan bahan organik lainnya yang terbakar. Tar hanya dijumpai pada rokok yang dibakar. Eugenol atau minyak cengkeh juga di klasifikasikan sebagai tar (Sitepoe, 2000).

2.4.3 Gas Karbonmonksida (CO)

(35)

pembungkus rokok dalam waktu lama. Unsur ini memiliki kemampuan cepat sekali bersenyawa dengan hemoglobine. Akibatnya, suplai oksigen ke seluruh organ tubuh terhambat (Sitepoe, 2000). Karbon Monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dan dapat menyebabkan pembuluh darah kramp, sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah dapat robek (Suparto, 2000).

2.4.4 Timah Hitam (Pb)

Timah hitam merupakan partikel asap rokok. Setiap satu batang rokok yang diisap diperhitungkan mengandung 0,5 mikrogram timah hitam. Bila seorang menghisap 1 bungkus rokok per hari berarti menghasilkan 10 mikrogram, sedangkan batas bahaya kadar Pb dalam tubuh adalah 20 mikrogram/hari (Sitepoe, 2000).

2.4.5 Eugenol

Eugenol hanya dijumpai di dalam rokok kretek dan tidak dijumpai di dalam rokok putih. Eugenol dapat ditemukan di dalam cengkeh atau di dalam minyak cengkeh yang dapat memberikan bintik minyak pada rokok kretek sehingga memberikan pandangan yang kurang menyenangkan. Tetapi, dengan teknologi

twin-wrap rokok kretek sudah dapat terlihat mulus. Eugenol dapat dijumpai baik di dalam

rokok yang sedang diisap, di dalam asap rokok yang diisap, maupun di dalam rokok yang tidak dihisap/tidak dirokok. Eugenol serupa halnya dengan nikotin, yakni juga dapat dijumpai di dalam rokok yang dihisap (asap rokok) dan juga di dalam rokok yang tidak dihisap (tembakau) (Sitepoe, 2000).

2.4.6 Nitrogen Oksida

(36)

Bahan yang paling berbahaya dari beberapa bahan kimia diatas yakni tar, nikotin, dan CO bersama – sama mempengaruhi kerja jantung, CO mengurangi kadar O2 dalam darah, sedangkan nikotin menstimulasi aksi jantung sehingga butuh O2 lebih banyak.

2.5 Dampak Merokok

Merokok mempunyai dampak yang sangat besar di dalam kehidupan manusia, dimana merokok pada umumnya telah dimulai dari masa sekolah atau remaja. Dampak rokok akan terasa setelah 10–20 tahun pasca digunakan. Dampak asap rokok bukan hanya untuk si perokok aktif (Active smoker), tetapi juga bagi perokok pasif (Pasive smoker). Orang yang tidak merokok atau perokok pasif, tetapi terpapar asap rokok akan menghirup 2 kali lipat racun yang dihembuskan oleh perokok aktif (Mustafa, 2005).

Rokok pada dasarnya dapat dianggap sebagai pabrik bahan kimia, dimana satu batang rokok dibakar, akan menghasilkan atau mengeluarkan lebih dari 4.000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Secara umum bahan – bahan ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas dan komponen padat partikel, sementara komponen padat dibagi menjadi Nikotin dan Tar (1,5 gr).

Menurut Sitepoe (2000) kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan 25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, diantaranya:

1. Kanker, menurut Lembaga International untuk riset kanker, rokok memegang peranan penting dalam terjadinya beberapa jenis kanker yang sering menyerang manusia, seperti :

(37)

b. Kanker mulut dan tenggorokan c. Kanker ginjal dan kandung kemih d. Kanker pankreas

e. Kanker perut

f. Kanker liver atau hati g. Kanker leher rahim (Cervix) h. Kanker payudara

i. Leukimia

2. Asma, hubungan antar asma dan merokok sudah menjadi ladang penelitian banyak ahli di banyak negara. Hasil studi Filandia menunjukan bahwa merokok pasif menimbulkan penyakit asma diantara orang dewasa. Yang paling memprihatinkan adalah adanya bukti – bukti yang makin besar tentang akibat merokok yang dilakukan orang tua terhadap timbulnya asma diantara anak – anak. Bagi anak yang sudah menderita asma, orang tua yang merokok menyebabkan semakin parahnya penyakit yang diderita.

3. Diabetes, bukt i – bukti makin banyak menunjukan pada peran perokok terhadap timbulnya penyakit diabetes dan bahwa penderita diabetes akan memperparah resiko kematian jika terus merokok.

(38)

trombosit lebih cepat terjadi yang merupakan salah satu faktor pembentukan

ateroslerosis sebagai penyebab PJK (Sitepoe, 1997).

5. Impotensi, para ahli mengaitkan terjadinya impotensi dengan peran rokok yang merusak jaringan darah dan syaraf. Karena seks yang sehat memerlukan kerjasama seluruh komponen tubuh, maka adanya gangguan pada koponen vital menyebabkan gangguan dab bahkan kegagalan seks seperti halnya impotensi. 6. Gangguan kehamilan, pada wanita perokok, anak yang dikandung akan

mengalami penurunan berat badan, kadang – kadang bayi lahir dibawah berat badan ideal, bayi lahir prematur. Merokok pada wanita hamil memberikan resiko tinggi terhadap keguguran, kematian janin, kematian bayi sesudah lahir, dan kematian memdadak pada bayi. Wanita hamil perokok juga menggangu perkembangan kesehatan fisik dan intelektual anak – anak yang akan tumbuh (Sitepoe, 1997, Cadwell, 2001).

(39)

Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat (Wardoyo, 1996).

Selain kerugian kesehatan, yang juga harus dihitung adalah kerugian financial. Semua penyakit dan efek dari asap rokok terhadap janin dan bayi tersebut harus ditanggung dengan uang yang tidak sedikit baik oleh si orang tua, keluarga maupun masyarakat sehingga jika dihitung secara keseluruhan jumlahnya sungguh luar biasa dan akan lebih baik jika digunakan untuk kepentingan yang lain.

2.6 Proses Biologis Merokok

Nikotin diterima reseptor asetilkotin-nikotinik yang kemudian membagi ke jalur imbalan dan jalur adrenergenik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat, memacu sistem dopaminergenik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya fikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin menimbulkan ransangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat yang diperoleh akan berkurang (Mu’tadin, 2002).

Aspek – aspek kecanduan merokok menurut Sani (2005) adalah sebagai berikut: 1. Ketagihan secara fisik atau kimia, yaitu ketagihan terhadap nikotin (Nicotine

(40)

2. Automatic Habit, berupa kebiasaan dalam merokok (ritual habit) seperti

membuka bungkus rokok, menyalakannya, menghirup dalam – dalam, merokok sehabis makan sambil minum kopi dan lain – lain.

3. Ketergantungan psikologis/emosional, dimana kebiasaan merokok dipakai dalam mengatasi hal – hal yang bersifat negatif, misalnya rasa gelisah, kalut, ataupun frustasi.

2.7 Distribusi Nikotin Dalam Tubuh

Distribusi nikotin dalam tubuh tergantung banyaknya jalan yang dilalui dan rata – rata peredarannya dalam tubuh. Adanya bentuk peredaran nikotin yang menyangkut transmisi yang melalui sistem venaportal, injeksi intraperitoneal, tertelannya nikotin akan menyebabkan nikotin terkonsentrasi dan terkumpul dengan besar di dalam hati. Absorbsi melalui paru – paru, bucal mucosa, atau injeksi intravena akan membantu terhadap konsentrasi nikotin di otak dan organ lainnya karena metabolisme nikotin di hati tidak tersedia (Mangan, 1984).

(41)

2.8 Metabolisme dan Ekskresi Nikotin

Nikotin merupakan bahan yang beracun. Nikotin akan menyebabkan kematian bagi manusia jika disuntikkanmelalui intravena. Ketika otak perokok secara aktif menerima nikotin, tubuh melakukan kegiatan tersebut dalam 2 cara yakni metabolisme bentuk yang tidak aktif dan ekskresi molekul aktif.

a. Metabolisme

Nikotin diubah dalam dua metabolisme utama yakni kotin dan Nikotin-1-N-oksida. Ada yang dibentuk dari saluran alternatif, dimana metabolisme oksidative melibatkan baik N-oksidasi maupun alpha-karbonoksidasi dari rantai pirrolidin. Perubahan nikotin menjadi kotin terjadi di hati, ginjal, dan paru – paru, tetapi tidak terjadi di otak, dan saluran utama dari inaktivasi nikotin. Perubahan Nikotin-1-N-oksida menjadi nikotindi bagian bawah kelenjar gastrointestinal sepertinya tidak begitu penting karena metabolisme kembali dari nikotin akan menurun dengan cepat oleh hati selama siklus pertama pada sirkulasi secara umum (Mangan, 1984).

b. Ekskresi

(42)

Dalam kondisi ini 30 – 40 % dari dosis intravena dan kumpulan nikotin yang diabsorbsi dari merokok dieksresikan melalui urine sebagai nikotin yang terikat. Kebanyakan nikotin diabsirbsi kembali dari urine bukan hanya melalui tubulus ginjal, tetapi dapat juga melalui kandung kemih. Pada kondisi normal perubahan pH urine, perokok mengeluarkan jumlah yang sama antara nikotin dan kotin dalam urine perokok (Mangan, 1984).

2.9. Pencegahan Bahaya Merokok

Banyak stategi yang ditemukan oleh WHO didalam mencegah bahaya merokok, antara lain melalui perundang – undang atau perundang suatu negara. Peraturan tersebut terdiri dari 2 (dua) garis besar yakni :

a. Sudut pandang produsen dan pemasar rokok mencakup : - Mengatur tentang iklan, sponsor ship, dan promosi rokok - Menyatakan bahwa rokok sangat membahayakan kesehatan - Mengawasi bahan – bahan berbahaya yang terdapat dalam rokok - Larangan penjualan rokok terhadap anak – anak.

- Membuat stategis ekonomis b. Sudut pandang perokok mencakup

- Larangan merokok ditempat – tempat umum dan ditempat kerja - Pencegahan anak – anak dari kegiatan merokok

- Pendidikan kesehatan

(43)

berhenti untuk merokok. Salah satu stategi lain untuk menanggulangi perokok pada anak remaja dan dewasa yakni dengan menaikan pajak pada rokok serta memperluas akses pada terapi pengganti nikotin dan terapi pengganti merokok lainnya.

2.10.Karakteristik Masyarakat

Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal istilah karakteristik penduduk atau karakteristik masyarakat, yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk. Karakteristik adalah hal – hal yang melekat pada diri individu dan yang dapat membedakan individu satu dengan yang lainnya. Pengidentifikasian dan pemilihan karakteristik-karakteristik yang relevan merupakan sesuatu yang penting tetapi tidak mudah. Rangkaian lengkap karakteristik yang disajikan mencerminkan suatu kondisi keadaaan dari suatu masyarakat. Karakteristik masyarakat dikelompokan berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan dari suatu masyarakat (Anonimous, 2009).

a. Umur dan Jenis Kelamin

(44)

Pengelompokkan penduduk menurut umur dapat digunakan untuk mengetahui apakah penduduk di suatu wilayah termasuk berstruktur umur muda atau tua. Penduduk suatu wilayah dianggap penduduk muda apabila penduduk usia dibawah 15 tahun mencapai sebesar 40 persen atau lebih dari jumlah seluruh penduduk. Sebaliknya penduduk disebut penduduk tua apabila jumlah penduduk usia 65 tahun keatas diatas 10 persen dari total penduduk (Anonimous, 2009).

Di Indonesia, anak – anak berusia muda mulai merokok karena kemauan sendiri, melihat teman – temannya, dan diajari atau dipaksa merokok oleh teman – temannya. Merokok pada anak – anak karena kemauan sendiri disebabkan ingin menunjukan bahwa dirinya telah dewasa. Umumnya mereka bermula dari perokok pasif (menghisap asap rokok orang lain yang merokok) lantas menjadi perokok aktif. Survei yang diadakan oleh Yayasan Jantung Indonesia tahun 1990 pada anak – anak berusia 10-16 tahun menunjukan angka perokok usia <10 tahun (9%), 12 tahun (18%), 13 tahun (23%), 14 tahun (22%), dan 15-16 tahun (28%) (Sitepoe, 2000). Berdasarkan hasil Susenas tahun 2004 menyebutkan bahwa pada usia muda terutama dalam populasi 15-19 tahun, angka merokok meningkat tinggi dibanding usia diatas sana dengan 20 tahun.

b. Pendidikan

(45)

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sumber mata pencaharian responden. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Boedu Darmojo bahwa prevalensi merokok terbanyak pada orang yang berkerja dibanding dengan orang yang tidak bekerja yakni 96,1% pada tukang becak, 79,8% paramedis, 51,9% pegawai negeri, dan 36,8% pada dokter.

d. Penghasilan

Penghasilan adalah besarnya pendapatan yang diperoleh dalam keluarga. Penghasilan dapat berarti juga jumlah uang yang didapat oleh sesorang dari hasil kerjanya setiap bulan (Notoadmodjo, 2003). Upah Minimum Provinsi Sumatera Barat (UMP) tahun 2009 adalah Rp. 880.000.

(46)

2.11 Kerangka Konsep

TEMBAKAU ROKOK

PP No. 81 Tahun 1999 Tidak Memenuhi

Syarat Memenuhi

Syarat Kadar Nikotin

Pemeriksaan Laboratorium

Karakteristik Masyarakat Pengguna Rokok Lintingan

Umur

Umur mulai merokok Lintingan

Lama merokok

Pendidikan

Pekerjaan

Penghasilan

Jenis Merek Tembakau Rokok Lintingan

Gram tembakau yang dihisap per hari

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional study yang bertujuan untuk melihat gambaran kadar nikotin pada tembakau rokok lintingan dan karakteristik masyarakat penggunanya.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Lokasi pemeriksaan kadar nikotin dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU, Medan dan lokasi pengambilan sampel untuk mengetahui karakteristik masyarakat pengguna rokok lintingan dilakukan di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar, Kecamatan Sungai Puar, Sumatera Barat.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Oktober 2009. 3.3 Objek Penelitian, Populasi dan Sampel

(48)

Naga, Delapan Tujuh, Bunga Matahari, Melati, Kanguru, dan merek yang berasal dari Viginia (Luar Negeri), jenis ini terdiri dari merek Virginia 234, dan Super 235 (Dji Sam U).

Populasi yang diteliti adalah masyarakat Jorong Limo Kampuang, Nagari Sungai Puar, Kecamatan Sungai Puar, Sumatera Barat yang mengkonsumsi rokok Lintingan. Sampel penelitian adalah masyarakat Jorong Limo Kampuang, Nagari Sungai Puar, Kecamatan Sungai Puar, Sumatera Barat yang mengkonsumsi rokok lintingan dengan prediksi bahwa masyarakat yang merokok lintingan adalah penduduk yang berjenis kelamin laki – laki dan berumur 40 tahun keatas.

Besar sampel ditentukan dengan rumus penentuan jumlah sampel menurut Lemeshow (1994), sebagai berikut :

n = Z2 . P ( 1 – P ) . N . d2 . ( N – 1 ) + Z2 . P ( 1 – P) Keterangan : N = Besar Populasi

n = Besar Sampel

d = Galat Pendungaan (0,1)

Z = Tingkat Kepercayaan (95% = 1,960) P = Proporsi Populasi (0,5)

Berdasarkan data pada survei pendahuluan diketahui bahwa jumlah penduduk di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar yang mengkonsumsi rokok lintingan yakni sebanyak 381 orang. Maka besar sampel yang akan diteliti adalah

(49)

n = 1,9602 . 0,5 ( 1- 0,5 ) . 381 . 0,01 ( 381 – 1 ) + 1,9602 . 0,5 ( 1- 0,5 ) n = 3,842 . 0,25 . 381.

3,8 + 0,9604 n = 365,95 4,76 n = 76,88 ≈ 77

Maka jumlah sampel yang akan diteliti yakni sebanyak 77 orang.

Teknik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan purposive sampling pada masyarakat Jorong Limo Kampuang, Nagari Sungai Puar, Kecamatan Sungai Puar, Sumatera Barat yang mengkonsumsi rokok lintingan, berjenis kelamin laki – laki dan mempunyai umur > 40 tahun..

3.4 Cara Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU, Medan yakni data mengenai kadar nikotin pada tembakau rokok lintingan serta menggunakan kuisioner untuk mengetahui karakteristik masyarakat penggunanya.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, pengumpulan informasi dari internet, dan Peraturan Pemerintah.

3.5 Definisi Operasional

(50)

a. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

b. Rokok lintingan adalah rokok yang digulung sendiri dengan menggunakan kertas pembalut atau daun nipah.

c. Tembakau rokok adalah daun tembakau yang dikeringkan untuk digunakan sebagai bahan baku rokok.

d. Pemeriksaan laboratorium adalah kegiatan yang dilakukan dengan menggunakanalat dan cara kerja tertentu didalam suatu ruangan khusus dengan metode titrasi (ditetes perlahan - lahan).

e. Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirrolidin yang terdapat pada tembakau rokok yang bersifat adiktif atau dapat mengakibatkan ketergantungan.

f. Kadar nikotin adalah kandungan nikotin yang terdapat dalam tembakau rokok. g. Memenuhi syarat kesehatan ialah standar kadar nikotin yag diizinkan dalam

sebatang rokok sesuai dengan PP No.81 tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan yakni maksimum 1,5 mgr/batang rokok.

h. Tidak memenuhi syarat kesehatan ialah kadar nikotin yang melebihi kadar yang diizinkan dalam sebatang rokok sesuai PP No.81 tahun 1999 yakni >1,5 mgr/batang rokok.

(51)

a. Umur adalah lamanya waktu perjalanan hidup responden yang dihitung sejak ia lahir sampai pada saat pelaksanaan wawancara, yang dinyatakan dalam satuan tahun berdasarkan KTP yang dimiliki maupun pernyataan sacara lisan dari responden. Dikategorikan dalam 5 tahun.

b. Umur mulai merokok lintingan adalah usia responden ketika pertama kali merokok lintingan.

c. Jenis Kelamin adalah ciri dari makhluk hidup yang membedakan jenis makhluk hidup tersebut. Dikategorikan atas: laki-laki dan perempuan.

d. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang pernah diselesaikan oleh responden, dikategorikan atas:

- Rendah : tidak sekolah, tidak tamat Sekolah Dasar (SD) dan belum tamat Sekolah Dasar (SD).

- Sedang : tamat Sekolah Dasar (SD) dan tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

- Tinggi : tamat Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA); tamat Akademi/Perguruan Tinggi.

e. Pekerjaan adalah sumber mata pencarian responden yang selama ini untuk menghasilkan uang.

(52)

g. Jenis tembakau rokok lintingan adalah merek/nama tembakau rokok lintingan yang dikonsumsi oleh responden (Super Bunga Matahari, 22334, Moalboros, Daun No.1, Sinar Matahari, Virginia 234, Zippo, Super 235 Dji Sam U, Jaya Mustika Naga, Delapan Tujuh, Bunga Matahari, Melati, Kanguru, dan Tembakau tidak bermerek produk lokal yakni dari Payakumbuh, Sumatera Barat.)

h. Gram tembakau yang dihisap per hari adalah rata – rata banyaknya jumlah tembakau rokok lintingan dalam gram yang dikonsumsi responden setiap hari. i. Keluhan kesehatan adalah keluhan responden terhadap kesehatan yang di

timbulkan oleh efek dari mengkonsumsi rokok lintingan (Batuk, Asma, Batuk Pagi, Hipertensi, Penyakit Jantung).

3.6 Instrumen Penelitian 3.6.1. Bahan

1. Tembakau rokok 2. Alkohol

3. NaOH 20% 4. Aquades 5. Metil Jingga 6. Eter

7. Larutan HCl 0,01 N 8. Larutan Na2CO3 0,01 N 3.6.2. Alat

(53)

2. Erlemeyer

3. Water Bath/Penangas Air 4. Buret

5. Mesin Penghalus 6. Timbangan 3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Standarisasi HCl dengan Larutan Na2CO3 0,01 N

a. Pipet 10 ml larutan Na2CO3 0,01 N, lalu pindahkan kedalam erlemeyer. b. Masukan larutan indikator metil jingga sebanyak 2 tetes.

c. Larutan HCl yang akan ditentukan normalitasnya dimasukan ke dalam buret.

d. Titrasi larutan Na2CO3 yang berada dalam erlemeyer dengan larutan naku HCl yang berada dalam buret.

e. Lakukan titrasi dengan perlahan-lahan sambil dikocok sampai warna larutan yang berada dalam erlemeyer berubah dari warna orange menjadi merah muda (rose)

f. Catatlah volume titrasi 3.7.2 Cara Kerja

a. Sampel ditimbang sebanyak 1 gr dan dihaluskan sampai seperti tepung, lalu dmasukkan kedalam corong pisah.

(54)

c. Kemudian ditambah eter 20 ml dan dikocok hingga merata selama ±15 menit lalu didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan, kemudian lapisan eternya diambil.

d. Filtrat/lapisan eter tersebut dikumpulkan dan dimasukan kedalam erlemeyer.

e. Lalu uapkan lapisan eter tadi diatas penangas air/water bath sampai kering.

f. Setelah kering tambah 25 ml aquades dan 2 tetes indikator metil jingga. g. Titrasi dengan larutan HCl 0,01 N secara perlahan-lahan sampai terjadi

perubahan dari warna orange menjadi warna merah jambu (rose). h. Catatlah volume titrasi.

3.8 Perhitungan

Kadar Nikotin = VxN / 0,01x1,6223 B

Keterangan : V = Volume Titrasi

N = Normalitas dari larutan baku HCl setelah distandarisasi dengan larutan Na2CO3 0,01 N

B = Berat sampel yang dipakai (gr) Catatan : 1 ml HCl 0,01 ~ 1,6223 mgr Nikotin 3.9 Teknik Analisa Data

3.9.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan dengan bantuan komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(55)

2. Coding, yaitu memberi angka (tanda) pada setiap jawaban.

3. Entri data. 3.9.2 Analisa Data

Data yang telah diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel, lalu dilakukan analisa data dengan menggunakan PP No. 81 tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.

(56)

BAB IV

HASILPENELITIAN

3.10 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Nagari Sungai Puar yang memiliki luas 1213,9 Ha terdiri dari 5 jorong, yakni Jorong Limo Kampung, Jorong Kapalo Koto, Jorong Tangah Koto, Jorong Limo Suku, dan Jorong Galuang.

3.10.1 Kondisi Geografis

Secara geografis Nagari Sungai Puar sebagai salah satu desa pertanian yang subur telah berkembang menjadi desa industri yang penuh dengan kreasi penduduk secara spontan sesuai zaman. Tanah Nagari Sungai Puar tergolong subur dengan hasil pertanian yang melimpah, dimana hasil tani unggulan Sungai Puar diantaranya adalah sayur – sayuran yang memiliki kualitas yang diperhitungkan dipasaran. Terletak di lereng Gunung Merapi dengan batas – batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatas dengan Kubang Putih - Sebelah Selatan berbatas dengan Sarik - Sebelah Barat berbatas dengan Sungai Buluh - Sebelah Timur berbatas dengan Bukit Batabuah 3.10.2 Kondisi Kependudukan

(57)

sedangkan daerah yang jumlah penduduknya sedikit adalah Jorong Galuang yaitu 1037 jiwa.

Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Nagari Sungai Puar Tahun 2009

No Jorong Luas Wilayah (Ha) Jumlah Penduduk

1 Limo Kampuang 217,0 1909

2 Kapalo Koto 206,0 2417

3 Tangah Koto 191,0 1318

4 Limo Suku 399,0 5958

5 Galuang 200,9 1037

Jumlah 1213,9 12639

Sumber: Profil Nagari Sungai Puar Tahun 2008

3.11 Perbandingan Kadar Sampel Dengan Kadar Yang Diizinkan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jorong Limo Kampung Nagari Sungai Puar Kecamatan Sungai Puar Sumatera Barat diperoleh hasil bahwa dari 14 jenis merek tembakau rokok lintingan yang dijual pada grosir tembakau di Pasar Bawah Bukittinggi yang dikonsumsi masyarakat hanya 3 jenis merek rokok. Kemudian dilakukan penelitian kadar nikotin pada 3 jenis merek rokok yang dikonsumsi masyarakat.

(58)

Tabel 4.2. Perbandingan Kadar Sampel Tembakau Rokok Lintingan Dengan

Dari hasil diatas dapat diperoleh merek tembakau yang mempunyai kadar tertinggi sampai dengan terendah yakni merek Tembakau Lokal (Produksi Payakumbuh, Sumatera Barat), Tembakau Virginia, dan Tembakau Matahari.

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh kadar nikotin tertinggi terdapat pada tembakau lokal (Payakumbuh) yakni 284,21 mg/gr (284 kali dari kadar yang diizinkan), sedangkan kadar nikotin terendah terdapat pada tembakau merek Matahari yakni 143,61 mg/gr (144 kali dari kadar yang diizinkan).

3.12 Karakteristik Umum Responden 3.12.1 Umur

(59)

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009

No Umur (Tahun) Jumlah

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa kelompok umur responden terbanyak di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar adalah kelompok umur 45-49 tahun yaitu sebanyak 23 responden (29,9%).

3.12.2 Umur Mulai Merokok Lintingan

Responden dalam penelitian ini mengkonsumsi rokok lintingan mulai dari umur 10 tahun, maka dari 77 responden yang diteliti diperoleh data hasil sebagai berikut :

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Mulai Merokok Lintingan di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009

(60)

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa umur responden mulai merokok lintingan terbanyak di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar adalah 15-24 tahun yaitu sebanyak 45 responden (68,5%), serta terdapat juga hasil yang sama pada umur 25-29 tahun, 30-34 tahun, dan >45 tahun yaitu masing – masing 1 responden (1,3%).

3.12.3 Lama Merokok

Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini menghisap rokok lebih dari 1 tahun. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Merokok di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009

No Lama Merokok (Tahun) Jumlah

n %

(61)

3.12.4 Pendidikan

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009

No Pendidikan Jumlah

n %

1 Rendah (tidak sekolah, tidak tamat

SD,belum tamat SD) 8 10,4

2 Sedang (tamat SD,tamat SMP) 58 75,3

3 Tinggi (tamat SMA, tamat

Akademi/perguruan tinggi) 11 14,3

Total 77 100,0

Dari tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa pendidikan responden terbanyak di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar adalah sedang (tamat SD,tamat SMP) yaitu sebanyak 58 responden (75,3%).

3.12.5 Pekerjaan

Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki pekerjaan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009

No Pekerjaan Jumlah

(62)

sebanyak 38 responden (49,4%), dan ada pekerjaan responden yang jumlahnya sama yaitu buruh dan PNS, masing – masing berjumlah 1 responden (1,3 %).

3.12.6 Penghasilan Per Bulan

Berdasarkan data penelitian, sebagian besar responden memiliki penghasilan setiap bulannya, tetapi ada beberapa responden yang tidak mempunyai penghasilan setiap bulannya.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009

No Penghasilan Per Bulan Jumlah

n %

1 Tidak Mempunyai Penghasilan 4 5,2

2 < Rp. 880.000 67 87,0

3 >= Rp. 880.000 6 7,8

Total 77 100,0

Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa penghasilan responden setiap bulannya di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar terbanyak adalah <Rp. 880.000 yaitu 35 responden (45,5%), yakni masih dibawah Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Barat yaitu = >Rp. 880.000,- setiap bulannya.

3.12.7 Merek Rokok yang Dikonsumsi

(63)

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Merek Rokok dan Kadar Nikotin yang Dikonsumsi di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009

Dari tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa jenis rokok yang dikonsumsi responden di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar ada 3 jenis merek tembakau rokok dan yang paling banyak dikonsumsi adalah tembakau tidak bermerek produk lokal (Payakumbuh) yang memiliki kadar nikotin paling tinggi dari tembakau merek lainnya (284,21 mg/gr) yaitu sebanyak 42 responden (54,4%).

3.12.8 Jumlah Tembakau yang Dihisap Per hari (Gram)

(64)

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tembakau yang Dihisap Per Hari (Gram) di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009

No Jumlah Tembakau Yang Dihisap Per Hari (Gram)

Jumlah

Dari tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa perkiraan banyaknya tembakau yang dihisap per hari oleh responden di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar terbanyak adalah 10-19 gram tembakau yaitu sebanyak 34 responden (44,2%).

3.12.9 Keluhan Kesehatan

Keluhan kesehatan responden antara lain batuk, asma, batuk pagi, hipertensi, dan penyakit jantung. Lebih jelasnya keluhan kesehatan responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Kesehatan di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009

No Keluhan Kesehatan Jumlah

n %

(65)

4.3.10. Lama Merokok dengan Keluhan Kesehatan

Salah faktor penyebab munculnya keluhan kesehatan akibat merokok diperngaruhi oleh lama mengkonsumsi tembakau rokok lintingan, kaitan antara lama merokok dengan keluhan kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Merokok dengan Keluhan Kesehatan di Jorong Limo Kampung Nagari Sungai Puar Tahun 2009

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa keluhan kesehatan yang paling banyak yaitu batuk sebanyak 41 orang, sementara distribusinya lama merokok tersebar, lama merokok yang paling banyak yaitu 20-29 tahun. Penyakit hipertensi merupakan keluhan kesehatan yang paling sedikit yakni sebanyak 5 orang, dan yang paling mengalami hipertensi sebanyak 2 orang dengan lama merokok 30-39 tahun.

4.3.11. Merek Tembakau Rokok dengan Penghasilan

(66)

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Merek Rokok dengan Penghasilan di Jorong Limo Kampung Nagari Sungai Puar Tahun 2009

Gambar

Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Nagari Sungai Puar Tahun 2009
Tabel 4.2. Perbandingan Kadar Sampel Tembakau Rokok Lintingan Dengan Kadar Yang Diizinkan
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Jorong Limo Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009
Tabel 4.5.  Distribusi Responden Berdasarkan Lama Merokok di Jorong Limo  Kampung, Nagari Sungai Puar Tahun 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Dilakukan pada skala mikro dengan mengukur serapan spektrum senyawa berwarna yang terbentuk sebagai hasil reaksi suatu gula dengan resorsinol- H2S041N atau anilina hidrogen ftalat..

diharapkan Output Sistem 15 Memastikan list pada hasil pencarian berfungsi sesuai dengan tujuan Memasukkan kata pada textbox pencarian Muncul form dialog terjemahan

• Saksi mengaku tidak pernah menggunakan handphone Terdakwa (berbeda dengan suradi yang pernah menggunakan handphone untuk keperluan dinas). Saksi mengaku pernah dititipkan

Susunan pada proses ini, setelah proses waxing, lapisan yang pertama adalah fiberglass 3 layer ditutup dengan plastik film yang diberi lubang kemudian diatasnya flow

Menurut Walton dan Torabinejad (1998) syarat dari obat sterilisasi saluran akar adalah harus efektif dalam membunuh mikroorganisme dalam saluran akar, tidak mengiritasi saluran

Vertical precision of SRTM DEM depends on the phase noise in radar, while the horizontal resolution depends on the ratio of The International Archives of the

 melestarikan budaya hindu-budha dengan mengadaptasinya ke dalam budaya islam karena nenek moyang bangsa Indonesia yang mayoritasnya beragama hindu dan budha..  selalu

MEKANISME DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK Di dalam ekosistem, organisme perombak bahan organik memegang peranan penting karena sisa organik yang telah mati diurai menjadi