• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.5 Karakteristik materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya

Materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan materi IPA pada kelas VII semester genap. Materi ini terdapat pada Standar Kompetensi (SK) 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem, dan Kompetensi Dasar (KD) 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem. Sub materi yang terkait yaitu konsep lingkungan, komponen penyusun ekosistem, satuan-satuan organisasi dalam ekosistem, saling ketergantungan dan pola interaksi antar komponen biotik. Karakteristik materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan salah satu materi IPA yang objek dan sumber belajarnya berkaitan dengan lingkungan sekitar, sehingga untuk mempelajari materi tersebut perlu melibatkan siswa dengan alam secara langsung.

Pembelajaran dengan menjelajah alam sekitar atau menggunakan simulasinya yaitu dengan mengajak siswa mengenal objek, gejala, permasalahan yang ada di lingkungan kemudian siswa menelaah dan menemukan simpulan atau konsep mengenai materi yang dipelajari. Siswa dihadapkan pada permasalahan aktual yang dekat dengan kehidupan mereka. Guru menciptakan kondisi pembelajaran dengan nuansa eksplorasi dan penemuan, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan minat belajarnya sesuai dengan kemampuan intelektualnya. Jadi, media atau sumber belajar tidak monoton yang hanya menggunakan buku teks, tetapi memanfaatkan potensi lingkungan sekitar sebagai objek dan sumber belajar yang kongkrit.

Metode pembelajaran dengan sumber belajar yang kongkrit menurut Teori Piaget (Achmad & Anni, 2011) tepat digunakan dalam membelajarkan IPA di SMP kelas VII, karena anak pada usia tersebut sudah mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda kongkrit. Lingkungan sekitar dijadikan sebagai objek dan sumber belajar yang relevan, sehingga siswa akan mendapat pengalaman belajar yang bermakna, termotivasi dalam kegiatan belajar selanjutnya, mampu mengkaitkan permasalahan yang ada di lingkungan dengan konsep atau teori, serta mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pencapaian kompetensi baik sikap, pengetahuan dan keterampilan akan didapat siswa manakala dalam pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan

lingkungannya ini menggunakan sumber belajar yang kongkrit (lingkungan sekitar siswa) dengan melalui kegiatan ilmiah.

Kegiatan ilmiah merupakan ciri khusus dalam mempelajari ilmu sains. Kegiatan dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Siswa melakukan kegiatan atau aktivitas secara langsung dengan menggunakan metode ilmiah, yaitu mengamati lingkungan, menemukan masalah, menyusun hipotesis, melakukan pengumpulan data dan menguji hipotesis, kemudian mengkomunikasikan hasil penemuannya. Kegiatan seperti itu didapat dengan melakukan jelajah alam sekitar, apabila kegiatan pembelajaran dalam mempelajari IPA khususnya materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya ini hanya menggunakan pembelajaran di kelas dan buku teks, maka hakikat IPA sebagai sikap, proses, produk dan aplikasi menjadi tidak terlaksana.

2.2 Penelitian yang relevan

Penelitian pembelajaran IPA berpendekatan JAS materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya ini merujuk pada berbagai penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan. Pembelajaran JAS dapat mengoptimalkan aktivitas dan hasil belajar siswa sebagaimana yang dilaporkan oleh Sari et al., 2012 yang memanfaatkan kebun sebagai sumber belajar dengan menerapkan pendekatan JAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 74%-100% aktivitas siswa tergolong aktif dan sangat aktif, serta >75% siswa mencapai nilai KKM. Menurut Yuanita et al., 2014 yang menerapkan model investigasi kelompok dalam pembelajaran IPA dengan pendekatan JAS, menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran tergolong aktif dan sangat aktif, serta >85% siswa mencapai KKM.

Pembelajaran IPA berpendekatan JAS juga dapat meningkatkan hasil belajar (ranah kognitif, afektif dan psikomotorik), dan meningkatkan keterampilan proses sains sebagaimana dalam penelitian Fadlia, 2012 yang menggunakan jurnal belajar dan pendekatan JAS dalam membelajarkan materi ekosistem. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembuatan jurnal belajar dalam pendekatan JAS berpengaruh terhadap hasil belajar baik ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Penelitian yang dilakukan Yuniastuti, 2013 menunjukkan bahwa

penerapan pembelajaran dengan pendekatan jelajah alam sekitar dapat meningkatkan keterampilan proses siswa dalam melakukan praktikum biologi, khususnya mengenai dampak pencemaran lingkungan, serta meningkatkan hasil belajar.

Menurut Abdul et.al., 2013 yang menerapkan model studi lapangan dengan memanfaatkan lingkungan sekolah mampu mengarahkan siswa untuk memaksimalkan kemampuan belajar dan memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam belajar. Pembelajaran JAS juga efektif untuk pembentukan karakter ilmiah siswa dalam proses pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Sari, Y. et al.,

2013 yang menerapkan metode quantum teaching pada pendekatan jelajah alam sekitar (JAS) berbasis karakter dan konservasi.

2.3Kerangka Berpikir

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang mengkaji atau mempelajari fenomena dan gejala alam yang terjadi di lingkungan dengan proses ilmiah, sehingga lingkungan sekitar dapat dijadikan objek atau sumber belajar yang relevan dan lebih menarik bagi siswa. Mempelajari alam sekitar berarti mengajak siswa untuk mengenal lebih dekat segala permasalahan yang ada di lingkungannya. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pengamatan akan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan dapat memotivasi siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya. Guru harus mampu memilih pendekatan dan sumber belajar dengan mempertimbangkan potensi wilayah, karakteristik siswa dan materi pelajaran.

Materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan materi yang sumber belajarnya lebih banyak di alam, sehingga dalam pembelajaran materi ini maka perlu memanfaatkan alam sekitar dan simulasinya sebagai objek dan sumber belajar. Objek yang kongkrit ini sesuai untuk mengembangkan keterampilan kognitif siswa, karena karakteristik siswa pada usia SMP kelas VII (11-13 tahun) sudah mampu menggunakan logika berpikir secara baik namun masih menggunakan objek yang kongkrit. Sekolah SMP Negeri 1 Larangan

memiliki potensi wilayah yaitu sekolah dekat dengan hutan, lingkungan persawahan, dan sungai.

Potensi lingkungan belum termanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran IPA ini, sesuai dengan hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran biasanya menggunakan text book sehingga kegiatan belajar menjadi monoton, membosankan, aktivitas belajar siswa rendah, dan pemupukan karakter ilmiah kurang tercemin karena pembelajaran tidak melalui proses ilmiah atau metode ilmiah. Keaktifan siswa yang rendah akan berdampak pada hasil belajar yang rendah yaitu ketuntasan belajar klasikal <60%.

Hasil belajar yang rendah disebabkan oleh aktivitas siswa yang rendah di dalam proses pembelajaran, sehingga diperlukan suatu pendekatan yang mampu mengaktifkan siswa (student center), belajar bermakna, eduatainment, yang dilakukan melalui proses ilmiah. Pendekatan dengan kelebihan tersebut dikenal dengan pendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar). Penerapan pendekatan JAS ini diharapkan efektif digunakan dalam pembelajaran IPA materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya terhadap hasil belajar dan karakter ilmiah siswa. Gambar kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pembelajaran IPA mempelajari fenomena dan

gejala alam yang terjadi di lingkungan.

Objek dan sumber belajar materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya,

lebih banyak di alam.

Pembelajaran IPA berpendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar) materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya terhadap hasil belajar dan karakter ilmiah siswa.

Hasil yang diharapkan:

Pembelajaran IPA berpendekatan JAS di SMP Negeri 1 Larangan efektif terhadap hasil belajar dan karakter ilmiah siswa

Hasil observasi;

a. Lingkungan alam belum dimanfaatkan sebagai sumber belajar

b. Hasil belajar dan keaktifan siswa rendah (ketuntasan belajar klasikal <60%) c. Pembelajaran belum mendorong pemupukan karakter ilmiah (melalui proses sains),

banyak siswa yang takut untuk bertanya, kurang percaya diri. d.

Guru memilih pendekatan dan sumber belajar yang sesuai dengan karakteristik materi, siswa

dan potensi wilayah.

Kelebihan JAS: Pembelajaran berpusat pada siswa,

belajar bermakna, edutainment, dilakukan melalui

kerja dan metode ilmiah, mampu menumbuhkan karakter ilmiah.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir maka hipotesis pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA berpendekatan JAS efektif terhadap hasil belajar dan karakter ilmiah siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.

23

BAB 3

Dokumen terkait