• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Obat Kumur Gambir

B. PENELITIAN UTAMA

1. Karakteristik Obat Kumur Gambir

Karakteristik obat kumur gambir yang diamati meliputi sifat fisik dan mikrobiologis obat kumur gambir, serta uji organoleptik.

a. Visualisasi Obat Kumur Gambir

Gambar 3. Visualisasi Obat Kumur Gambir

Visualisasi yang diamati dalam obat kumur gambir (Gambar 3) meliputi warna, aroma, rasa, dan kejernihan. Berdasarkan hasil visualisasi pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa semua sampel obat kumur pada konsentrasi gambir 1-5% berwarna coklat.

19 Tabel 4. Hasil Visualisasi Obat Kumur Gambir

Konsentrasi Gambir Visualisasi

Warna Coklat kemerahan Aroma Mint, segar

Rasa Manis, mint

1%

Kejernihan Cukup jernih (1640 FTU)

Warna Coklat tua

Aroma Mint, sedikit bau gambir Rasa Agak pahit, sedikit mint

2%

Kejernihan Tidak jernih (keruh) (4100 FTU)

Warna Coklat tua

Aroma Agak segar, sedikit bau gambir Rasa Pahit, sedikit kelat

3%

Kejernihan Tidak jernih (keruh) (6200 FTU)

Warna Coklat tua

Aroma Bau khas gambir

Rasa Pahit, kelat

4%

Kejernihan Tidak jernih (keruh) (11850 FTU)

Warna Coklat tua

Aroma Bau khas gambir

Rasa Pahit, kelat

5%

Kejernihan Tidak jernih (keruh) (12800 FTU)

Secara kuantitatif, pengukuran warna obat kumur gambir dengan menggunakan colorimeter dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai L menyatakan parameter kecerahan yang memiliki nilai 0 (hitam) sampai 100 (putih). Nilai a menyatakan campuran warna merah sampai hijau dengan nilai +a (0 sampai +100) untuk warna merah dan nilai –a (0 sampai -100) untuk warna hijau. Nilai b menyatakan campuran warna biru sampai kuning. Nilai b positif (0 sampai +100) untuk warna kuning dan b negatif (0 sampai -100) untuk warna biru.

Nilai L dari hasil pengukuran berkisar antara 31.22 - 35.93. Hasil ini menunjukkan bahwa kecerahan warna obat kumur gambir semakin tinggi dengan semakin rendahnya konsentrasi gambir dalam obat kumur. Dari hasil pengukuran, nilai a yang diperoleh berkisar antara 31.91 - 34.05. Peningkatan konsentrasi gambir memberikan nilai a yang semakin kecil. Nilai a yang positif ini menunjukkan bahwa warna obat kumur gambir didominasi oleh warna merah. Nilai b yang didapatkan dari hasil pengukuran berkisar antara 81.42 - 89.53. Nilai b semakin kecil dengan semakin besarnya konsentrasi gambir dalam obat kumur. Nilai b yang

positif menunjukkan bahwa warna obat kumur gambir didominasi oleh warna kuning.

Tabel 5. Hasil Pengujian Warna Obat Kumur Gambir

Rata-rata Konsentrasi Gambir L a b L a b 35.96 34.08 89.59 1% 35.89 34.01 89.47 35.93 34.05 89.53 31.18 32.19 81.35 2% 31.33 32.19 81.6 31.26 32.19 81.48 31.45 31.92 81.81 3% 31.4 31.98 81.72 31.43 31.95 81.77 31.21 31.9 81.4 4% 31.28 31.92 81.53 31.25 31.91 81.47 31.23 31.98 81.44 5% 31.21 31.9 81.4 31.22 31.94 81.42

Bau khas gambir mulai muncul pada konsentrasi gambir 2%, yang hanya sedikit tertutupi oleh aroma peppermint oil. Rasa pahit mulai muncul pada konsentrasi 2%, sedangkan rasa kelat mulai muncul pada konsentrasi 3%. Rasa kelat (astringent) pada obat kumur tersebut dikarenakan tingginya kadar tanin pada gambir yang digunakan.

Obat kumur gambir ini termasuk dalam jenis obat kumur yang bersifat sebagai astringent, dengan maksud memberi efek langsung pada mukosa mulut, juga untuk mengurangi flokulasi dan presipitasi protein ludah sehingga dapat dihilangkan secara mekanis (Sagarin dan Gershon, 1972). Tingginya kadar tanin menyebabkan gambir memiliki daya astringensi (Dharma, 1985).

Menurut Winarno (1973), rasa sepat (astringency) dan warna coklat kehitaman dari hasil-hasil pertanian, umumnya disebabkan oleh senyawa tanin. Rasa sepat dari tanin pada umumnya disebabkan karena terjadi penggumpalan protein yang melapisi rongga mulut dan lidah atau karena terjadi penyamakan pada lapisan mukosa rongga mulut.

Kejernihan obat kumur hanya tampak pada konsentrasi 1%, dimana pada konsentrasi tersebut obat kumur terlihat cukup jernih. Secara kuantitatif, semakin tinggi konsentrasi gambir dalam obat kumur maka semakin tinggi nilai kekeruhannya (dalam satuan FTU). Hal ini berarti

21 semakin tinggi konsentrasi gambir dalam obat kumur, maka semakin keruh obat kumur gambir.

b. Aktivitas Obat Kumur Gambir

Hasil pengujian aktivitas antibakteri dalam obat kumur gambir dapat dilihat pada Tabel 6. Kemampuan gambir dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans (aktivitas antibakteri) dinyatakan dalam persen penghambatan. Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa obat kumur gambir mempunyai aktivitas antibakteri terendah sebesar 20.45% (konsentrasi gambir 1%) dan aktivitas antibakteri tertinggi sebesar 43.24% (konsentrasi gambir 5%). Semakin tinggi konsentrasi gambir dalam obat kumur, maka semakin tinggi pula kemampuan obat kumur dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

Tabel 6. Aktivitas Antibakteri Obat Kumur Gambir Konsentrasi Gambir Ulangan No Nt % Penghambatan Rata-rata % Penghambatan 1 4,6 x 107 3,62 x 107 21.30 1% 2 2,91 x 107 2,34 x 107 19.59 20.45 1 4,2 x 107 3,08 x 107 26.67 2% 2 3,8 x 107 2,84 x 107 25.26 25.96 1 7,9 x 107 5,94 x 107 24.81 3% 2 5,2 x 107 3,56 x 107 31.54 28.17 1 5,7 x 107 3,18 x 107 44.21 4% 2 5,3 x 107 3,4 x 107 35.85 40.03 1 2,89 x 107 1,64 x 107 43.25 5% 2 6,2 x 107 3,52 x 107 43.23 43.24 1 4,5 x 107 4,66 x 107 -3.56 Kontrol (-) 2 2,85 x 107 2,9 x 107 -1.75 -2.65 1 4,3 x 107 2,94 x 107 31.63 Kontrol (+) 2 3,7 x 107 2,78 x 107 24.86 28.25

Aktivitas antibakteri yang diberikan oleh kontrol positif (Pepsodent Herbal) sebesar 28.25%. Obat kumur gambir mempunyai aktivitas antibakteri yang hampir sama dengan kontrol positif pada konsentrasi gambir 3%. Aktivitas antibakteri yang diberikan oleh kontrol negatif sebesar -2.65%. Kontrol negatif yang digunakan pada pengujian ini merupakan obat kumur dengan konsentrasi gambir 0%. Pada pengujian ini, kontrol negatif

memberikan penghambatan yang negatif terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Hal ini berarti kontrol negatif tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

Fungsi gambir dalam obat kumur adalah sebagai antibakteri. Menurut Pelczar dan Chan (1988), zat antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau metabolisme bakteri. Berdasarkan aktivitasnya, zat antibakteri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu yang memiliki aktivitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan yang memiliki aktivitas bakterisidal (membunuh bakteri) (Pelczar dan Chan, 1988). Aktivitas antibakteri pada obat kumur gambir bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi gambir dalam obat kumur, maka penghambatan terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans semakin besar.

c. Nilai pH Obat Kumur Gambir

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa obat kumur gambir memiliki pH sebesar 4.14-4.38, sedangkan pH kontrol (Pepsodent Herbal) sebesar 4.66. Semakin tinggi konsentrasi gambir maka nilai pH obat kumur gambir cenderung semakin semakin tinggi. Analisis sidik ragam (Lampiran 2a) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi gambir berpengaruh nyata terhadap nilai pH (p < 0.05). Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 2b), hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara konsentrasi gambir 1% dengan konsentrasi gambir 2%, 3%, 4%, dan 5%. Konsentrasi gambir 2% berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 3%, 4%, dan 5%. Konsentrasi gambir 3% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 5%, tetapi berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 4%. Konsentrasi gambir 4% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 5%.

Nilai pH pada obat kumur gambir dipengaruhi oleh dua komponen utama gambir, yaitu katekin dan asam katekutannat. Katekin lebih bersifat basa, sedangkan asam katekutannat bersifat asam. Semakin tinggi konsentrasi gambir dalam obat kumur, maka semakin tinggi pula kelarutan

23 katekin dalam obat kumur. Hal inilah yang menyebabkan kenaikan pH obat kumur gambir bila konsentrasi gambirnya semakin tinggi.

Tabel 7. Nilai pH Obat Kumur Gambir Konsentrasi Gambir Nilai pH

1% 4.14 2% 4.25 3% 4.36 4% 4.39 5% 4.38 Kontrol (Pepsodent Herbal) 4.66

d. Viskositas Obat Kumur Gambir

Obat kumur gambir mempunyai viskositas sebesar 2.75 cP hingga 4.75 cP, sedangkan kontrol (Pepsodent Herbal) mempunyai viskositas sebesar 7.25 cP (Tabel 8). Semakin tinggi konsentrasi gambir dalam obat kumur, maka semakin tinggi pula viskositasnya. Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi gambir, semakin banyak padatan tidak larut air dalam obat kumur yang tidak ikut tersaring. Banyaknya padatan tidak larut air dalam obat kumur dapat menyebabkan meningkatnya viskositas obat kumur gambir. Dilihat dari parameter viskositas, obat kumur gambir memiliki viskositas yang lebih kecil daripada kontrol (Pepsodent Herbal) sehingga karakteristik obat kumur gambir lebih encer daripada kontrol (Pepsodent Herbal).

Tabel 8. Viskositas Obat Kumur Gambir Konsentrasi Gambir Viskositas (cP)

1% 2.75 2% 3.25 3% 3.75 4% 3.75 5% 4.75 Kontrol (Pepsodent Herbal) 7.25

e. Total Mikroba Obat Kumur Gambir

Analisis kuantitatif mikrobiologi pada suatu produk sangat penting dilakukan untuk mengetahui mutu produk tersebut. Pada penelitian ini, uji

total mikroba dilakukan dengan menggunakan metode hitungan cawan. Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada media agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1992). Tabel 9. Total Mikroba Obat Kumur Gambir

Konsentrasi Gambir Total Mikroba (koloni/ml)

1% 0 2% 0 3% 0 4% 0 5% 0 Kontrol (Pepsodent Herbal) 0

Obat kumur gambir dan kontrol (Pepsodent Herbal) memiliki total mikroba yang sama, yaitu 0 (Tabel 9). Keadaan steril dan aseptis selama proses pembuatan obat kumur gambir dapat mempengaruhi banyaknya total mikroba yang terdapat dalam obat kumur gambir. Keadaan steril dan aseptis tersebut dilakukan untuk menghindari kontaminasi mikroba, baik dari bahan baku, peralatan yang digunakan, maupun lingkungan. Kandungan gambir dalam obat kumur juga dapat berfungsi sebagai antimikroba. Menurut Lemmens (1999), tanin pada gambir memiliki khasiat sebagai algisida, juga antibakteri dan antijamur.

f. Uji Organoleptik Obat Kumur Gambir

Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji hedonik (kesukaan) pada obat kumur dengan lima konsentrasi gambir yang berbeda. Uji organoleptik ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan kesukaan panelis terhadap warna, aroma, rasa, dan kejernihan. Format penilaian uji hedonik dapat dilihat pada Lampiran 3. Skala hedonik yang digunakan adalah 1-7, dimana angka 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral, 5 = agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis dengan analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan.

25

1) Warna

Penilaian warna digunakan dalam pengujian organoleptik karena warna mempunyai peranan penting terhadap tingkat penerimaan produk secara visual. Rekapitulasi nilai hedonik terhadap warna obat kumur gambir dapat dilihat pada Lampiran 4. Histogram pada Gambar 4 menunjukkan bahwa obat kumur dengan konsentrasi gambir 1% mendapatkan frekuensi kesukaan warna yang tertinggi, sedangkan obat kumur dengan konsentrasi gambir 5% mendapatkan frekuensi kesukaan warna terendah.

Analisis sidik ragam (Lampiran 5b) terhadap warna obat kumur gambir menunjukkan bahwa variasi konsentrasi gambir berpengaruh nyata terhadap skor warna. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan 0.000 (p < 0.05). Hasil yang diperoleh dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 5c) menunjukkan konsentrasi gambir 1% berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 2%, 3%, 4%, dan 5%. Tidak ada perbedaan nyata antara konsentrasi gambir 2%, 3%, 4%, dan 5%.

Warna obat kumur dengan konsentrasi gambir 2%, 3%, 4%, dan 5% tidak terlalu disukai oleh konsumen. Hal ini kemungkinan disebabkan karena makin tinggi konsentrasi gambir maka kandungan tanin akan semakin banyak dan warna obat kumur menjadi semakin coklat dan pekat.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1% 2% 3% 4% 5% Konsentrasi Gambir Fr e k ue ns i K e s uk a a n 6 5 4 3 2 1

2) Aroma

Obat kumur dengan konsentrasi gambir 1% mendapatkan frekuensi kesukaan aroma yang tertinggi, sedangkan obat kumur dengan konsentrasi gambir 5% mendapatkan frekuensi kesukaan aroma terendah (Gambar 5). Rekapitulasi nilai hedonik terhadap skor aroma obat kumur gambir dapat dilihat pada Lampiran 6. Analisis sidik ragam (Lampiran 7b) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi gambir berpengaruh nyata terhadap aroma. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan sampel p < 0.05. Analisa dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 7c) menunjukkan konsentrasi gambir 1% berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 2%, 3%, 4%, dan 5%. Konsentrasi gambir 2% berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 3%, 4%, dan 5%. Konsentrasi gambir 3% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 4%, tetapi berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 5%.

Semakin tinggi konsentrasi gambir dalam obat kumur maka frekuensi kesukaan pada aroma cenderung semakin turun. Hal ini kemungkinan disebabkan karena makin tinggi konsentrasi gambir maka bau khas gambir akan semakin tercium pada obat kumur. Selain konsentrasi gambir, aroma yang tercium pada obat kumur juga dipengaruhi oleh penambahan peppermint oil. Pada penelitian ini, peppermint oil yang ditambahkan pada obat kumur adalah sama pada semua konsentrasi gambir.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1% 2% 3% 4% 5% Konsentrasi Gambir F rek u en s i ke su k a an 7 6 5 4 3 2 1

27

3) Rasa

Rasa dapat dinilai dengan adanya tanggapan kimiawi oleh indera pencicip (lidah). Rekapitulasi nilai hedonik terhadap skor rasa obat kumur gambir dapat dilihat pada Lampiran 8. Histogram pada Gambar 6 menunjukkan bahwa obat kumur dengan konsentrasi gambir 1% mendapatkan frekuensi kesukaan rasa yang tertinggi, sedangkan obat kumur dengan konsentrasi gambir 5% mendapatkan frekuensi kesukaan rasa terendah. 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1% 2% 3% 4% 5% Konsentrasi Gambir Fr e k ue ns i K e s uk a a n 7 6 5 4 3 2 1

Gambar 6. Histogram Uji Hedonik Terhadap Rasa Obat Kumur Gambir Analisis sidik ragam (Lampiran 9b) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi gambir berpengaruh terhadap skor rasa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan 0.000 (p < 0.05). Hasil yang diperoleh pada uji lanjut Duncan (Lampiran 9c) menunjukkan adanya perbedaan nyata antara konsentrasi gambir 1% dengan 2%, 3%, 4%, dan 5%. Konsentrasi gambir 2% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 3% dan 4%, tetapi berbeda nyata dengan konsentrasi 5%. Konsentrasi 5% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 4%.

Semakin tinggi konsentrasi gambir maka rasa obat kumur gambir semakin tidak disukai. Hal ini kemungkinan dikarenakan obat kumur gambir ini termasuk dalam jenis obat kumur yang bersifat sebagai astringent. Rasa kelat (astringent) pada obat kumur tersebut dikarenakan

tingginya kadar tanin pada gambir yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi gambir maka rasa sepat (astringent) pada obat kumur gambir akan semakin terasa. Rasa sepat inilah yang tidak disukai oleh panelis.

4) Kejernihan

Penilaian kejernihan dalam pengujian organoleptik mempunyai peranan terhadap tingkat penerimaan produk secara visual. Rekapitulasi nilai hedonik terhadap skor kejernihan obat kumur gambir dapat dilihat pada Lampiran 10. Histogram pada Gambar 7 menunjukkan bahwa obat kumur dengan konsentrasi gambir 1% mendapatkan frekuensi kesukaan kejernihan yang tertinggi, sedangkan obat kumur dengan konsentrasi gambir 5% mendapatkan frekuensi kesukaan kejernihan terendah.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1% 2% 3% 4% 5% Konsentrasi Gambir Fr e k ue ns i K e s uk a a n 7 6 5 4 3 2 1

Gambar 7. Histogram Uji Hedonik Terhadap Kejernihan Obat Kumur Gambir Analisis sidik ragam (Lampiran 11b) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi gambir berpengaruh nyata terhadap kejernihan obat kumur gambir. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan p < 0.05. Uji lanjut Duncan (Lampiran 11c) menunjukkan kejernihan obat kumur gambir pada konsentrasi gambir 1% berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 2%, 3%, 4%, dan 5%. Kejernihan obat kumur gambir tidak berbeda nyata pada konsentrasi gambir 2%, 3%, 4%, dan 5%.

29 Semakin tinggi konsentrasi gambir dalam obat kumur maka frekuensi kesukaan terhadap kejernihan semakin turun. Kejernihan dalam obat kumur gambir dipengaruhi oleh adanya endapan dalam obat kumur. Adanya endapan ini disebabkan adanya komponen katekin yang tidak larut air dalam obat kumur gambir, yang tidak ikut tersaring pada saat proses pembuatan obat kumur. Semakin tinggi konsentrasi gambir maka semakin banyak pula endapan pada obat kumur.

Dokumen terkait