• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Gambir (Uncaria gambir Roxb) sebagai Sediaan Obat Kumur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Gambir (Uncaria gambir Roxb) sebagai Sediaan Obat Kumur"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) SEBAGAI SEDIAAN OBAT KUMUR

Oleh

NURUL CATUR FEBRIANA F34102054

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah

beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi ?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji

orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang

yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

(Q.S. Al-Ankabut : 2 -3)

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal

kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang

beriman. (Q.S. Ali Imran : 139)

Mari kita berbenah dan terus berbenah ....

Untuk mempersembahkan yang terbaik dalam masa hidup kita ....

Dengan torehan kemuliaan dan semangat pantang menyerah ....

Dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun ....

Selama Allah SWT menjadi “... Just The ONE Goal ... “

Insya Allah kita akan “bahagia” sebagaimana doa yang sering terlantun

untuk kebahagiaan dunia dan akhirat

(3)

Terima kasih atas doa dan kasih sayangnya yang tulus.

Nurul Catur Febriana. F34102054. Pemanfaatan Gambir (Uncaria gambir Roxb) Sebagai Sediaan Obat Kumur. Di bawah bimbingan Purwoko dan Amos. 2006

RINGKASAN

Gambir adalah sari getah yang diekstraksi dari daun tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb) dengan cara pengepresan (Amos et al, 2004). Gambir dengan kandungan dua komponen utama yaitu katekin dan asam katekutannat memiliki daya astringensi, antibakteri, sifat-sifat farmakologis dan toksis lainnya. Sifat-sifat ini menyebabkan gambir banyak digunakan dalam industri obat-obatan dan farmasi, industri penyamakan kulit, dan lain-lain. Meskipun gambir mempunyai banyak kegunaan, eksplorasi tentang manfaat gambir masih belum optimal. Penggunaan gambir sebagai sediaan obat kumur merupakan salah satu usaha dalam mengeksplorasi manfaat gambir. Obat kumur gambir akan dapat menggantikan obat kumur komersial dengan kandungan alkohol yang cukup tinggi. Penggunaan obat kumur yang mengandung alkohol sebesar 25% atau lebih, akan meningkatkan resiko timbulnya kanker mulut, tenggorokan dan faring sekitar 50% (Brooking dan Zaman, 2005 dan McDowell et al, 1993).

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis dan konsentrasi gambir terbaik dalam obat kumur sehingga mempunyai karakteristik yang disukai oleh konsumen. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor dan lima taraf yaitu konsentrasi gambir (1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%) dan waktu penyimpanan (minggu ke-0, ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4).

Gambir yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis, yaitu gambir dengan kandungan tanin tinggi, katekin rendah, dan katekin tinggi. Pemilihan jenis gambir yang akan digunakan untuk obat kumur, dilakukan melalui pengujian aktivitas antibakteri. Hasil pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa jenis gambir katekin rendah dengan kandungan katekin sebesar 25-35% dan tanin sebesar 60-65% mempunyai penghambatan tertinggi terhadap Streptococcus mutans sebesar 41.77 %.

Analisa yang dilakukan pada obat kumur gambir meliputi pengujian aktivitas antibakteri, uji organoleptik, dan pengujian stabilitas. Aktivitas antibakteri pada obat kumur gambir sebesar 20.45-43.24%, sedangkan kontrol “Pepsodent Herbal” mempunyai aktivitas antibakteri sebesar 28.25%. Semakin tinggi konsentrasi gambir dalam obat kumur, maka semakin tinggi pula aktivitas antibakterinya.

Stabilitas obat kumur diuji melalui pengukuran pH, pengukuran viskositas, dan pengujian total mikroba. Obat kumur gambir memiliki pH sebesar 4.14-4.38, sedangkan pH kontrol “Pepsodent Herbal” sebesar 4.66. Viskositas obat kumur gambir sebesar 2.75-4.75 cP, sedangkan kontrol “Pepsodent Herbal” mempunyai viskositas sebesar 7.25 cP. Obat kumur gambir dan kontrol “Pepsodent Herbal” memiliki total mikroba yang sama, yaitu 0.

(4)

hanya berpengaruh pada nilai pH. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa obat kumur yang paling disukai adalah obat kumur dengan konsentrasi gambir 1%.

Nurul Catur Febriana. F34102054. Exploiting Gambier (Uncaria gambir Roxb) As Mouthwash Preparation. Supervised by Purwoko and Amos. 2006

SUMMARY

Gambier (Uncaria gambir Roxb) is rubber essence which extracted from gambir leaves by pressure method (Amos et al, 2004). Gambier with two main component that is catechin and catechutannic acid, have an astringent effect, antibacterial, pharmacological properties, and other toxics. That properties makes gambier often used in medicine and pharmacy industry, leather tanning industry, and others. Though gambier have a lot of usefulness, the exploration of gambier advantages still not optimal yet. Use gambier to be mouthwash preparation is one of the effort in exploration of gambier advantages. Gambier mouthwash will be able to replace the commercial mouthwash which contain high enough of alcohol. Mouthwashes with an alcohol content of 25% or more have been implicated in mouth, tongue and throat cancers about 50% ( Brooking and Zaman, 2005 and Mcdowell et al, 1993).

The aim of this research is to get the type and best concentration of gambier in mouthwash, so that have the characteristic which accepted by consumer. The experiment was set up in randomize complete factorial design with two factors and three levels. The first factor is difference concentration of gambier (1%, 2%, 3%, 4%, and 5%), and the second factor is difference of depository time (at weekly until one month).

There are three types of gambier which used in this research, that is gambier which content high tannins, low catechin, and high catechin. The election of gambier type to be used for mouthwash, done through the examination of antibacterial activity. Result the examination of antibacterial activity indicate that the gambier which content low catechin (25-35%) and tannins (60-65%) having highest resistance to Streptococcus mutans until 41.77 %.

Analysis which conducted at gambier mouthwash cover the examination of antibacterial activity, organoleptic test, and stability examination. Antibacterial activity of gambier mouthwash is equal to 20.45-43.24%, while the control “Pepsodent Herbal” having antibacterial activity equal to 28.25%. Gambier concentration have an influence in antibacterial activity.

Mouthwash stability tested by pH, viscosity, and examination of total microbe. Gambier mouthwash own the pH about 4.14-4.38, while pH of the control “Pepsodent Herbal” is equal to 4.66. Viscosity of gambier mouthwash is about 2.75-4.75 cP, while the control “Pepsodent Herbal” having viscosity equal to 7.25 cP. Gambier mouthwash and the control “Pepsodent Herbal” own the same total microbe, that is 0.

(5)

which most accepted by the consumer is gambier mouthwash with the gambier concentration is 1%.

PEMANFAATAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) SEBAGAI SEDIAAN OBAT KUMUR

Oleh :

NURUL CATUR FEBRIANA F34102054

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

2006

(6)

BOGOR

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PEMANFAATAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) SEBAGAI SEDIAAN OBAT KUMUR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh :

NURUL CATUR FEBRIANA F34102054

Lahir di Malang, 28 Februari 1985 Tanggal lulus : 30 Agustus 2006

Menyetujui,

Bogor, September 2006

Drs. Purwoko, MSi. Drs. Amos, M.M

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang, Jawa Timur, pada tanggal 28 Februari 1985, dari ayah bernama Nur Salim dan ibu bernama Sumihastutik. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Penulis juga mempunyai orang tua yang ikut mengasuh penulis, yaitu Bapak Soepardi (Alm.) dan Ibu Wati.

Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 1988 di Taman Kanak-Kanak Raudhlotul Athfal, Malang. Pada tahun 1990 penulis mengikuti pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah At-Taroqqie, Malang, dan lulus tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Malang sampai tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Malang. Tahun 2002 penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi pada Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan menjadi mahasiswa pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(8)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul :

“Pemanfaatan Gambir (Uncaria gambir Roxb) Sebagai Sediaan Obat Kumur” merupakan hasil karya asli saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing akademik, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.

Bogor, September 2006 Yang Membuat Pernyataan,

(9)

KATA PENGANTAR

Merupakan kemuliaan bagi seorang muslim, ketika memperoleh nikmat ia bersyukur dan ketika tertimpa musibah ia bersabar (Muhammad SAW). Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Sebagai Sediaan Obat Kumur”. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB dari bulan Februari 2006 sampai Juli 2006.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Drs. Purwoko, MSi. dan Drs. Amos, M.M. atas segala bantuan dan bimbingannya, serta kepada Ir. Ade Iskandar, MSi. sebagai dosen penguji yang telah memberi saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ir. Suharto Ngudiwaluyo, MSc sebagai Kepala Bidang Pengolahan Hasil Perkebunan dan Kehutanan dan Ir. Wahyu Purwanto, MSc sebagai Koordinator Bidang Pengolahan Hasil Perkebunan dan Kehutanan atas segala bantuannya.

Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak, Mama, Ibu, Mas Wawan dan Mbak Lala, Mbak Nuning dan Mas Agung, Mbak Nanik, Bude sekeluarga, dan Mas Gatot sekeluarga atas doa, dorongan semangat, dan kasih sayang, serta bantuan moril dan materiil kepada penulis. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf laboran Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian, rekan-rekan TIN 39, rekan-rekan di Wisma Maharlika Atas serta rekan-rekan maupun keluarga yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas bantuannya. Terima kasih khusus penulis kepada Iffa, Inda, Yannita, Oki, Feri, Mbak Vivin, Ari, Rini atas dorongan semangat dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

Upaya yang optimal tidak menjadikan hasil yang diperoleh bebas dari kekurangan. Topik penelitian ini masih menyediakan ruang diskusi yang luas sekaligus membuka kesempatan untuk diteliti lebih lanjut. Semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi yang membaca.

Bogor, September 2006

(10)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN PENELITIAN... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. GAMBIR... 3

B. ANTIBAKTERI... 5

C. PLAK GIGI... 6

D. Streptococcus mutans... 7

E. OBAT KUMUR ... 7

III.BAHAN DAN METODE ... 9

A. BAHAN DAN ALAT ... 9

B. METODOLOGI PENELITIAN... 9

1. Penelitian Pendahuluan ... 9

2. Penelitian Utama ... 11

C. RANCANGAN PERCOBAAN ... 14

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN... 17

A. PENELITIAN PENDAHULUAN ... 17

B. PENELITIAN UTAMA... 18

1. Karakteristik Obat Kumur Gambir ... 18

2. Stabilitas Obat Kumur Gambir ... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 33

A. KESIMPULAN ... 33

B. SARAN ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(11)

PEMANFAATAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) SEBAGAI SEDIAAN OBAT KUMUR

Oleh

NURUL CATUR FEBRIANA F34102054

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah

beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi ?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji

orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang

yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

(Q.S. Al-Ankabut : 2 -3)

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal

kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang

beriman. (Q.S. Ali Imran : 139)

Mari kita berbenah dan terus berbenah ....

Untuk mempersembahkan yang terbaik dalam masa hidup kita ....

Dengan torehan kemuliaan dan semangat pantang menyerah ....

Dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun ....

Selama Allah SWT menjadi “... Just The ONE Goal ... “

Insya Allah kita akan “bahagia” sebagaimana doa yang sering terlantun

untuk kebahagiaan dunia dan akhirat

(13)

Terima kasih atas doa dan kasih sayangnya yang tulus.

Nurul Catur Febriana. F34102054. Pemanfaatan Gambir (Uncaria gambir Roxb) Sebagai Sediaan Obat Kumur. Di bawah bimbingan Purwoko dan Amos. 2006

RINGKASAN

Gambir adalah sari getah yang diekstraksi dari daun tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb) dengan cara pengepresan (Amos et al, 2004). Gambir dengan kandungan dua komponen utama yaitu katekin dan asam katekutannat memiliki daya astringensi, antibakteri, sifat-sifat farmakologis dan toksis lainnya. Sifat-sifat ini menyebabkan gambir banyak digunakan dalam industri obat-obatan dan farmasi, industri penyamakan kulit, dan lain-lain. Meskipun gambir mempunyai banyak kegunaan, eksplorasi tentang manfaat gambir masih belum optimal. Penggunaan gambir sebagai sediaan obat kumur merupakan salah satu usaha dalam mengeksplorasi manfaat gambir. Obat kumur gambir akan dapat menggantikan obat kumur komersial dengan kandungan alkohol yang cukup tinggi. Penggunaan obat kumur yang mengandung alkohol sebesar 25% atau lebih, akan meningkatkan resiko timbulnya kanker mulut, tenggorokan dan faring sekitar 50% (Brooking dan Zaman, 2005 dan McDowell et al, 1993).

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis dan konsentrasi gambir terbaik dalam obat kumur sehingga mempunyai karakteristik yang disukai oleh konsumen. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor dan lima taraf yaitu konsentrasi gambir (1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%) dan waktu penyimpanan (minggu ke-0, ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4).

Gambir yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis, yaitu gambir dengan kandungan tanin tinggi, katekin rendah, dan katekin tinggi. Pemilihan jenis gambir yang akan digunakan untuk obat kumur, dilakukan melalui pengujian aktivitas antibakteri. Hasil pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa jenis gambir katekin rendah dengan kandungan katekin sebesar 25-35% dan tanin sebesar 60-65% mempunyai penghambatan tertinggi terhadap Streptococcus mutans sebesar 41.77 %.

Analisa yang dilakukan pada obat kumur gambir meliputi pengujian aktivitas antibakteri, uji organoleptik, dan pengujian stabilitas. Aktivitas antibakteri pada obat kumur gambir sebesar 20.45-43.24%, sedangkan kontrol “Pepsodent Herbal” mempunyai aktivitas antibakteri sebesar 28.25%. Semakin tinggi konsentrasi gambir dalam obat kumur, maka semakin tinggi pula aktivitas antibakterinya.

Stabilitas obat kumur diuji melalui pengukuran pH, pengukuran viskositas, dan pengujian total mikroba. Obat kumur gambir memiliki pH sebesar 4.14-4.38, sedangkan pH kontrol “Pepsodent Herbal” sebesar 4.66. Viskositas obat kumur gambir sebesar 2.75-4.75 cP, sedangkan kontrol “Pepsodent Herbal” mempunyai viskositas sebesar 7.25 cP. Obat kumur gambir dan kontrol “Pepsodent Herbal” memiliki total mikroba yang sama, yaitu 0.

(14)

hanya berpengaruh pada nilai pH. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa obat kumur yang paling disukai adalah obat kumur dengan konsentrasi gambir 1%.

Nurul Catur Febriana. F34102054. Exploiting Gambier (Uncaria gambir Roxb) As Mouthwash Preparation. Supervised by Purwoko and Amos. 2006

SUMMARY

Gambier (Uncaria gambir Roxb) is rubber essence which extracted from gambir leaves by pressure method (Amos et al, 2004). Gambier with two main component that is catechin and catechutannic acid, have an astringent effect, antibacterial, pharmacological properties, and other toxics. That properties makes gambier often used in medicine and pharmacy industry, leather tanning industry, and others. Though gambier have a lot of usefulness, the exploration of gambier advantages still not optimal yet. Use gambier to be mouthwash preparation is one of the effort in exploration of gambier advantages. Gambier mouthwash will be able to replace the commercial mouthwash which contain high enough of alcohol. Mouthwashes with an alcohol content of 25% or more have been implicated in mouth, tongue and throat cancers about 50% ( Brooking and Zaman, 2005 and Mcdowell et al, 1993).

The aim of this research is to get the type and best concentration of gambier in mouthwash, so that have the characteristic which accepted by consumer. The experiment was set up in randomize complete factorial design with two factors and three levels. The first factor is difference concentration of gambier (1%, 2%, 3%, 4%, and 5%), and the second factor is difference of depository time (at weekly until one month).

There are three types of gambier which used in this research, that is gambier which content high tannins, low catechin, and high catechin. The election of gambier type to be used for mouthwash, done through the examination of antibacterial activity. Result the examination of antibacterial activity indicate that the gambier which content low catechin (25-35%) and tannins (60-65%) having highest resistance to Streptococcus mutans until 41.77 %.

Analysis which conducted at gambier mouthwash cover the examination of antibacterial activity, organoleptic test, and stability examination. Antibacterial activity of gambier mouthwash is equal to 20.45-43.24%, while the control “Pepsodent Herbal” having antibacterial activity equal to 28.25%. Gambier concentration have an influence in antibacterial activity.

Mouthwash stability tested by pH, viscosity, and examination of total microbe. Gambier mouthwash own the pH about 4.14-4.38, while pH of the control “Pepsodent Herbal” is equal to 4.66. Viscosity of gambier mouthwash is about 2.75-4.75 cP, while the control “Pepsodent Herbal” having viscosity equal to 7.25 cP. Gambier mouthwash and the control “Pepsodent Herbal” own the same total microbe, that is 0.

(15)

which most accepted by the consumer is gambier mouthwash with the gambier concentration is 1%.

PEMANFAATAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) SEBAGAI SEDIAAN OBAT KUMUR

Oleh :

NURUL CATUR FEBRIANA F34102054

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

2006

(16)

BOGOR

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PEMANFAATAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) SEBAGAI SEDIAAN OBAT KUMUR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh :

NURUL CATUR FEBRIANA F34102054

Lahir di Malang, 28 Februari 1985 Tanggal lulus : 30 Agustus 2006

Menyetujui,

Bogor, September 2006

Drs. Purwoko, MSi. Drs. Amos, M.M

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang, Jawa Timur, pada tanggal 28 Februari 1985, dari ayah bernama Nur Salim dan ibu bernama Sumihastutik. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Penulis juga mempunyai orang tua yang ikut mengasuh penulis, yaitu Bapak Soepardi (Alm.) dan Ibu Wati.

Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 1988 di Taman Kanak-Kanak Raudhlotul Athfal, Malang. Pada tahun 1990 penulis mengikuti pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah At-Taroqqie, Malang, dan lulus tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Malang sampai tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Malang. Tahun 2002 penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi pada Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan menjadi mahasiswa pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(18)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul :

“Pemanfaatan Gambir (Uncaria gambir Roxb) Sebagai Sediaan Obat Kumur” merupakan hasil karya asli saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing akademik, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.

Bogor, September 2006 Yang Membuat Pernyataan,

(19)

KATA PENGANTAR

Merupakan kemuliaan bagi seorang muslim, ketika memperoleh nikmat ia bersyukur dan ketika tertimpa musibah ia bersabar (Muhammad SAW). Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Sebagai Sediaan Obat Kumur”. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB dari bulan Februari 2006 sampai Juli 2006.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Drs. Purwoko, MSi. dan Drs. Amos, M.M. atas segala bantuan dan bimbingannya, serta kepada Ir. Ade Iskandar, MSi. sebagai dosen penguji yang telah memberi saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ir. Suharto Ngudiwaluyo, MSc sebagai Kepala Bidang Pengolahan Hasil Perkebunan dan Kehutanan dan Ir. Wahyu Purwanto, MSc sebagai Koordinator Bidang Pengolahan Hasil Perkebunan dan Kehutanan atas segala bantuannya.

Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak, Mama, Ibu, Mas Wawan dan Mbak Lala, Mbak Nuning dan Mas Agung, Mbak Nanik, Bude sekeluarga, dan Mas Gatot sekeluarga atas doa, dorongan semangat, dan kasih sayang, serta bantuan moril dan materiil kepada penulis. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf laboran Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian, rekan-rekan TIN 39, rekan-rekan di Wisma Maharlika Atas serta rekan-rekan maupun keluarga yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas bantuannya. Terima kasih khusus penulis kepada Iffa, Inda, Yannita, Oki, Feri, Mbak Vivin, Ari, Rini atas dorongan semangat dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

Upaya yang optimal tidak menjadikan hasil yang diperoleh bebas dari kekurangan. Topik penelitian ini masih menyediakan ruang diskusi yang luas sekaligus membuka kesempatan untuk diteliti lebih lanjut. Semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi yang membaca.

Bogor, September 2006

(20)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN PENELITIAN... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. GAMBIR... 3

B. ANTIBAKTERI... 5

C. PLAK GIGI... 6

D. Streptococcus mutans... 7

E. OBAT KUMUR ... 7

III.BAHAN DAN METODE ... 9

A. BAHAN DAN ALAT ... 9

B. METODOLOGI PENELITIAN... 9

1. Penelitian Pendahuluan ... 9

2. Penelitian Utama ... 11

C. RANCANGAN PERCOBAAN ... 14

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN... 17

A. PENELITIAN PENDAHULUAN ... 17

B. PENELITIAN UTAMA... 18

1. Karakteristik Obat Kumur Gambir ... 18

2. Stabilitas Obat Kumur Gambir ... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 33

A. KESIMPULAN ... 33

B. SARAN ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi Kandungan Katekin dan Tanin Ketiga Jenis Gambir ... 9

Tabel 2. Komposisi Media SSB dalam g/L... 10

Tabel 3. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Gambir ... 17

Tabel 4. Hasil Visualisasi Obat Kumur Gambir ... 19

Tabel 5. Hasil Pengujian Warna Obat Kumur Gambir ... 20

Tabel 6. Aktivitas Antibakteri Obat Kumur Gambir ... 21

Tabel 7. Nilai pH Obat Kumur Gambir ... 23

Tabel 8. Viskositas Obat Kumur Gambir... 23

(22)

iv

DAFTAR GAMBAR

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Bahan-bahan pembuatan obat kumur gambir ... 37 Lampiran 2. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap pH

obat kumur gambir ... 38 Lampiran 3. Lembar Kuesioner Uji Hedonik dan Kode Sampel... 39 Lampiran 4. Rekapitulasi nilai hedonik parameter warna obat kumur gambir 40 Lampiran 5. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap

warna obat kumur gambir ... 41 Lampiran 6. Rekapitulasi nilai hedonik parameter aroma obat kumur gambir 42 Lampiran 7. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap

aroma obat kumur gambir ... 43 Lampiran 8. Rekapitulasi nilai hedonik parameter rasa obat kumur gambir... 44 Lampiran 9. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap rasa

obat kumur gambir ... 45 Lampiran 10. Rekapitulasi nilai hedonik parameter kejernihan obat kumur

gambir ... 46 Lampiran 11. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap

kejernihan obat kumur gambir ... 47 Lampiran 12. Hasil Pengukuran pH Obat Kumur Gambir Selama

Penyimpanan ... 48 Lampiran 13. Hasil Pengukuran Viskositas Obat Kumur Gambir Selama

Penyimpanan ... 49 Lampiran 14. Hasil Pengujian Total Mikroba Obat Kumur Gambir Selama

Penyimpanan ... 50 Lampiran 15. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap pH

obat kumur gambir selama penyimpanan ... 51 Lampiran 16. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan terhadap

(24)

1

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gambir adalah sari getah yang diekstraksi dari daun tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb) dengan cara pengepresan (Amos et al, 2004). Gambir merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia, karena telah mampu memasok kebutuhan dunia hingga mencapai 90% (Kementrian Koperasi dan UKM RI, 2005). Selama periode 1991 sampai 1995, laju pertumbuhan ekspor gambir yaitu 33.45 persen dari segi volume dan 44.37 persen dari segi nilai. Pada tahun 2002 dan 2005, diproyeksikan volume ekspor gambir secara berturut-turut sebesar 10 620 ton dan 14 704 ton (http://id.wikipedia.org).

Gambir dengan kandungan dua komponen utama yaitu katekin dan asam katekutannat mempunyai banyak manfaat. Gambir memiliki daya astringensi, antibakteri, dan sifat-sifat farmakologis dan toksis yang lainnya. Sifat-sifat ini menyebabkan gambir banyak digunakan dalam berbagai bidang industri, seperti industri obat-obatan dan farmasi, industri penyamakan kulit, dan lain-lain (Dharma, 1985). Meskipun gambir mempunyai banyak kegunaan, eksplorasi tentang manfaat gambir masih belum optimal.

Penggunaan gambir sebagai sediaan obat kumur merupakan salah satu usaha dalam mengeksplorasi manfaat gambir. Gambir dikenal oleh para orangtua atau nenek moyang kita sebagai bahan tambahan dalam menyirih yang dapat menguatkan gigi dan gusi. Selain itu, obat kumur gambir akan dapat menggantikan obat kumur komersial dengan kandungan alkohol yang cukup tinggi. Penggunaan obat kumur yang mengandung alkohol sebesar 25% atau lebih, akan meningkatkan resiko timbulnya kanker mulut, tenggorokan dan faring sekitar 50% (Brooking dan Zaman, 2005 dan McDowell et al, 1993).

(25)

Sebagai antibakteri, gambir dalam obat kumur diharapkan mampu membunuh ataupun menghambat pertumbuhan bakteri penyebab plak gigi. Pada umumnya, plak gigi dapat menyebabkan penyakit karies gigi dan jaringan pendukung gigi (periodontal). Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah bakteri yang mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida ekstraseluler, yaitu jenis Streptococcus. Bakteri Streptococcus yang ditemukan dalam jumlah besar pada plak penderita karies adalah Streptococcus mutans (Roeslan, 1996).

B. TUJUAN PENELITIAN

(26)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. GAMBIR

Menurut Soedibyo (1998), gambir (Uncaria gambir Roxb) termasuk ke dalam famili Rubiaceae (kopi-kopian). Gambir merupakan tanaman perdu dengan tinggi 1-3 m. Batangnya tegak, bulat, percabangan simpodial, warna cokelat pucat. Daunnya tunggal, berhadapan, berbentuk lonjong, tepi bergerigi, pangkal bulat, ujung meruncing, panjang 8-13 cm, lebar 4-7 cm, dan berwarna hijau. Bunga gambir adalah bunga majemuk, berbentuk lonceng, terletak di ketiak daun, panjang lebih kurang 5 cm, memiliki mahkota sebanyak 5 helai yang berbentuk lonjong, dan berwarna ungu. Buahnya berbentuk bulat telur, panjang lebih kurang 1.5 cm, dan berwarna hitam.

Tanaman gambir dapat tumbuh pada ketinggian bervariasi antara 2-500 m dari permukaan laut dan memerlukan cahaya matahari yang banyak dan merata sepanjang tahun (Nuryeti et al., 1995). Tanaman ini dapat juga tumbuh dengan baik di daerah tebing dengan aliran air yang baik (Heyne, 1987). Reksodiharjo (1983), menyatakan bahwa tanaman gambir dapat tumbuh dengan baik di daerah katulistiwa dengan curah hujan 2500-3000 mm per tahun. Daerah penanaman gambir di Indonesia terutama di Sumatera Barat, Indragiri, Kepulauan Riau, Pantai Timur Sumatera, Pulau Bangka-Belitung dan Kalimantan Barat.

Gambar 1. Morfologi Tanaman Gambir (www.mbglibrary.com) Daun

Bunga

(27)

Umumnya gambir mengandung tidak lebih dari 34% bahan tidak larut alkohol, 33% bahan tidak larut air, dan sekitar 15% kadar air. Gambir tidak mudah bercampur dengan alkaloid dan gelatin (Martindale, 1982). Ekstrak gambir mengandung beberapa komponen kimia yaitu katekin 7-33%, asam katekutannat 20-55%, pyrocatechol 20-30%, gambir flouresensi 1-3%, kateku merah 3-5%, quersetin 2-4%, fixed oil 1-2%, lilin 1-2%, dan sedikit alkaloid (Thorpe dan Whiteley, 1921 dalam Burkill, 1935).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap beberapa produk gambir yang diolah masyarakat dari berbagai daerah sentral produksi gambir di Indonesia, diperoleh kandungan katekin yang bervariasi dari 3,5% sampai dengan 95%. Komposisi kandungan kimia gambir sangat bergantung pada cara pengolahan atau perlakuan pengolahan yang diberikan pada daun gambir (Amos et al, 2005). Leung (1980) menyatakan bahwa kandungan utama pada gambir adalah d- dan l-katekin (C15H14O6). Katekin jika mengalami pemanasan lama

atau pemasakan dengan larutan bersifat basa karena kondensasi sendiri akan berubah menjadi asam katekutannat (catechutannic acid) yang berjumlah ±24%. D-katekin merupakan komponen yang terbanyak (Nierenstein, 1934).

Tanin yang terdapat pada gambir berupa asam katekutannat (Claus, 1961). Tanin pada daun gambir termasuk ke dalam tipe proantosianidin. Daun gambir mengandung katekin yang sedikit larut dalam air dingin, tetapi mudah sekali larut dalam air panas. Tanin ini memiliki khasiat sebagai algisida, juga antibakteri dan antijamur (Lemmens, 1999).

Tingginya kadar tanin menyebabkan gambir memiliki daya astringensi, antibakteri, dan sifat-sifat farmakologis dan toksis yang lainnya. Sifat-sifat ini menyebabkan gambir banyak digunakan dalam berbagai bidang industri, seperti industri obat-obatan dan farmasi, industri penyamakan kulit, dan lain-lain. D-katekin murni dan bermutu farmasi, yang juga dikenal dengan nama Cyanidanol-3, merupakan bahan baku untuk pembuatan obat-obatan anti-hepatitis, anti-diare dan obat kumur (Dharma, 1985).

(28)

5 Katekin hampir tidak larut dalam kloroform, benzene dan eter. Jika katekin diberi timah hitam asetat yang dikristalkan dari air dengan udara, maka produk yang dihasilkan akan mencair pada suhu 96°C. Jika diberi ferri klorida, katekin akan menghasilkan cairan yang berwarna hijau pekat.

Menurut Burkill (1935), kandungan katekin pada daun gambir muda lebih tinggi dibandingkan pada daun tua. Hal ini didukung oleh penelitian Rishaferi dan Yanti (1993) yang menunjukkan bahwa daun muda menghasilkan rendemen dan katekin yang lebih tinggi dibandingkan daun tua. Disebutkan pula daun gambir yang ditunda pengolahannya selama dua hari akan menurunkan kadar katekin dan rendemennya.

Gambir yang mengandung dua komponen utama yaitu katekin dan asam katekutannat mempunyai banyak manfaat. Menurut Lemmens (1999), gambir memiliki tiga manfaat: untuk menyamak kulit; sebagai suatu perangsang yang dikunyah bersama-sama daun pinang, kapur dan daun sirih; serta sebagai obat. Manfaat lainnnya ialah sebagai pewarna dalam industri batik tradisional dan untuk mencelup-hitamkan sutra. Seduhan daun segarnya dipakai sebagai obat mencret, disentri, dan sebagai obat kumur untuk tenggorokan yang perih. Gambir juga digunakan sebagai penyetop darah (styptic) dan mengobati pembengkakan gusi.

B. ANTIBAKTERI

Zat antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau metabolisme bakteri. Berdasarkan aktivitasnya, zat antibakteri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu yang memiliki aktivitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan yang memiliki aktivitas bakterisidal (membunuh bakteri) (Pelczar dan Chan, 1988).

(29)

Komposisi dari dinding sel bakteri sangat mempengaruhi kemampuan zat antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri.

C. PLAK GIGI

Penyakit karies gigi dan jaringan pendukung gigi (periodontal) umumnya disebabkan oleh plak gigi, yang sampai saat ini masih menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan mulut dan gigi. Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produk-produknya yang terbentuk pada permukaan gigi (Kidd dan Bechal, 1992). Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah bakteri yang mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida ekstraseluler, yaitu jenis Streptococcus. Bakteri Streptococcus yang ditemukan dalam jumlah besar pada plak penderita karies adalah Streptococcus mutans (Roeslan, 1996).

Akumulasi bakteri penyebab plak gigi tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Setelah permukaan gigi dibersihkan dengan sempurna, email yang tidak tertutup oleh kotoran akan bersentuhan dengan air ludah sehingga dalam beberapa menit akan terjadi lapisan yang disebut pelikel. Pelikel tersebut merupakan endapan glikoprotein yang berasal dari ludah dan terjadi tanpa adanya bakteri. Bakteri dapat tumbuh dengan cepat pada permukaan pelikel dan melekat sehingga terbentuk plak. Bakteri ditemukan pertama-tama 4-6 jam setelah permukaan gigi dibersihkan. Sebagian terdiri dari gram positif anaerob kokus dan setelah 6-10 hari mulai tampak gram negatif anaerob. Bakteri kokus ditemukan berjumlah banyak, salah satunya adalah Streptococcus mutans (Kidd dan Bechal, 1992).

Komposisi kimia plak terdiri dari 80% air dan 20% materi organik yaitu 40-50% protein, 13-18% karbohidrat dan 10-14% lipid serta materi anorganik sebagai materi tambahan seperti kalsium dan fosfor. Plak mengandung 70-80% bakteri yang di dalamnya terdapat lebih kurang 200-400 spesies yang berbeda. Setiap 1 mm3 plak seberat 1 mg mengandung lebih dari 108 bakteri (Anggraeni et al., 2000).

(30)

7 akumulasi plak gigi untuk menjaga kesehatan gigi. Pengendalian akumulasi plak gigi dapat dilakukan secara mekanik, kimia maupun imunologik. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan menghambat pertumbuhan bakteri spesifik pembentuk plak gigi.

D. Streptococcus mutans

Sel Streptococcus mutans berbentuk lonjong/bulat dengan diameter kurang dari 2 μm (Bonang dan Koeswardono dalam Roeslan, 1990) dan termasuk bakteri gram positif (Newbrun, 1989 dalam Roeslan, 1990). Koloninya berpasangan/berantai tidak bergerak dan tidak berspora. Metabolismenya secara anaerob dan fakultatif anaerob (Bonang dan Koeswardono dalam Roeslan, 1990). Bakteri ini memperbanyak diri pada suhu optimum 37°C selama 48 jam dalam media selektif.

Jumlah Streptococcus mutans di dalam plak gigi dan air liur sangat bervariasi, jumlah ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti diet, sukrosa, pemberian fluor secara topikal, dan pemakaian antibiotik. Derajat infeksi Streptococcus mutans dipengaruhi jumlah Streptococcus mutans baik komposisi maupun jumlah aliran dan interaksi antarmikroorganisme di dalam plak (Newbrun, 1989 dalam Roeslan, 1990). Kadar Streptococcus mutans dalam air liur berkisar 106 sampai 107 CFU (Colony Forming Unit) per ml.

E. OBAT KUMUR

Definisi obat kumur (gargarisma/gargle) menurut Farmakope Indonesia III adalah sediaan berupa larutan, umumnya pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan.

(31)

lain yang digunakan adalah (Sagarin dan Gershon, 1972): dapar, surfaktan, dan aroma.

Secara garis besar, obat kumur dalam penggunaannya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (Sagarin dan Gershon, 1972):

1) Sebagai kosmetik; hanya membersihkan, menyegarkan, dan/atau penghilang bau mulut.

2) Sebagai terapeutik; untuk perawatan penyakit pada mukosa atau ginggiva, pencegahan karies gigi atau pengobatan infeksi saluran pernafasan.

3) Sebagai kosmetik dan terapeutik.

Berdasarkan komposisinya, Sagarin dan Gershon (1972) menggolongkan obat kumur dalam berbagai jenis, yaitu:

1) Obat kumur untuk kosmetik; terdiri dari air (dan biasanya alkohol), flavor, dan zat pewarna. Biasanya juga mengandung surfaktan dengan tujuan meningkatkan kelarutan minyak atsiri.

2) Obat kumur yang mempunyai tujuan utama untuk menghilangkan atau membunuh bakteri yang biasanya terdapat dalam jumlah besar di saluran nafas. Komponen antiseptik dari obat kumur ini memegang peranan utama untuk mencapai tujuan tersebut.

3) Obat kumur yang bersifat sebagai astringent, dengan maksud memberi efek langsung pada mukosa mulut, juga untuk mengurangi flokulasi dan presipitasi protein ludah sehingga dapat dihilangkan secara mekanis.

4) Obat kumur yang pekat, pada penggunaannya perlu diencerkan terlebih dahulu.

5) Obat kumur yang didapar, aktivitasnya tergantung pada pH larutan. Pada suasana alkali dapat mengurangi mucinous deposits dengan dispersi dari protein.

6) Obat kumur untuk deodoran, tergantung dari aktivitas antibakteri atau dengan mekanisme lain untuk mendapatkan efek tersebut.

(32)

9

III. BAHAN DAN METODE

A. BAHAN DAN ALAT

Bahan yang digunakan dalam pembuatan obat kumur yaitu gambir blok dari Sumatra Selatan, sakarin, dan peppermintoil. Gambir yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis, yaitu gambir dengan kandungan tanin tinggi, katekin rendah, dan katekin tinggi (Tabel 1). Bahan-bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu akuades, media Streptococcus Selective Broth (SSB), Bacto agar, dan biakan bakteri Streptococcus mutans diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Pangan Departemen Ilmu Teknologi Pangan IPB. Gambar bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 1. Komposisi Kandungan Katekin dan Tanin Ketiga Jenis Gambir Kandungan Gambir

Jenis Gambir

Katekin ( % ) Asam Katekutannat ( % )

Tanin tinggi 5 90 – 95

Katekin rendah 25 – 35 60 – 65

Katekin tinggi 80 – 90 10 – 15

Alat yang digunakan dalam pembuatan obat kumur ini yaitu mortar, erlenmeyer, gelas piala, sudip, kertas saring Whattman no. 42, pompa vakum, neraca analitik, dan botol gelas. Untuk pengujian aktivitas antibakteri dan total mikroba digunakan tabung reaksi, jarum ose, pipet mohr 1 ml, cawan petri, otoklaf, dan penghitung koloni (colony counter). Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter dan untuk pengukuran viskositas digunakan Brookfield viscometer.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama.

1. Penelitian Pendahuluan

(33)

a. Pembuatan Media Streptococcus Selective Broth (SSB)

Media cair SSB dibuat dengan komposisi yang dapat dilihat pada Tabel 2, kemudian disuspensikan dalam 1 L akuades. SSB agar dibuat dengan mensuspensikan 30 gram media SSB dan 15 gram Bacto agar dalam 1 L akuades dan dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk, kemudian diukur pH-nya. pH akhir media sebesar 7.4±0.1. Setelah pH-nya memenuhi syarat, media disterilisasi dengan autoklaf 118ºC selama 15 menit.

Tabel 2. Komposisi Media SSB dalam g/L

Komposisi Kadar (g/L)

Pepton kasein

b. Regenerasi Streptococcus mutans

Sebelum digunakan dalam uji aktivitas antibakteri, Streptococcus mutans yang akan digunakan setiap kali harus diregenerasi. Pembuatan biakan agar miring dilakukan terlebih dahulu, yaitu dengan menggoreskan biakan dari stok bakteri ke beberapa agar miring yang masih baru. Kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam. Setelah 48 jam, biakan agar miring disimpan pada suhu 4-5°C. Biakan agar miring tersebut dapat dijadikan sebagai stok bakteri untuk menghindari terjadinya kontaminasi.

Dari stok bakteri tersebut, diambil satu mata ose dan diinokulasikan ke tabung reaksi yang berisi 5 mL media SSB steril. Selanjutnya tabung tersebut diinkubasi di dalam inkubator selama 48 jam pada suhu 37°C.

c. Persiapan Sampel

(34)

11

d. Uji Aktivitas Antibakteri (Pratten et al., 1998)

Sebanyak 4 ml biakan Streptococcus mutans yang telah disegarkan, diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi steril. Kemudian ditambahkan sampel dengan perbandingan 1:1, lalu divorteks selama 30 detik. Selanjutnya dibuat pengenceran hingga 10-6. Dari masing-masing pengenceran tersebut, diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam cawan petri. Kemudian SSB agar dituangkan ke dalam cawan petri. Cawan tersebut diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37°C dan dihitung jumlah koloni Streptococcus mutans yang tumbuh pada SSB agar. Jumlah koloni awal Streptococcus mutans juga dihitung dengan cara yang sama, tetapi tanpa penambahan sampel.

% penghambatan = Nt – No x 100% No

dimana :

No = jumlah koloni awal

= jumlah koloni x 1

faktor pengenceran Nt = jumlah koloni setelah kontak dengan sampel

= jumlah koloni x 1 x 8 faktor pengenceran 4

2. Penelitian Utama

Pada penelitian utama dilakukan pembuatan obat kumur menggunakan gambir yang terbaik dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Karakterisasi obat kumur gambir meliputi pengujian aktivitas antibakteri, stabilitas obat kumur, serta uji organoleptik. Oleh karena belum adanya standar untuk obat kumur, maka untuk menentukan konsentrasi gambir terbaik akan digunakan kontrol positif. Kontrol positif yang digunakan adalah obat kumur komersial tanpa alkohol, merek “Pepsodent Herbal Mouthwash”.

a. Pembuatan Obat Kumur Gambir (Sagarin dan Gershon, 1972)

(35)

3%, 4%, dan 5% (b/v). Untuk mengurangi endapan yang terbentuk pada obat kumur gambir, maka dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring Whattman no. 42. Sampel obat kumur gambir tersebut kemudian dimasukkan ke dalam botol gelas, ditutup rapat dan disimpan pada suhu ruang.

b. Pengujian Aktivitas Antibakteri dalam Obat Kumur (Pratten et al., 1998)

Sebanyak 4 ml biakan Streptococcus mutans yang telah disegarkan, diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi steril. Kemudian ditambahkan sampel obat kumur dengan perbandingan 1:1, lalu divorteks selama 30 detik. Selanjutnya dibuat pengenceran hingga 10-6. Dari masing-masing pengenceran tersebut, diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam cawan petri. Kemudian SSB agar dituangkan ke dalam cawan petri. Cawan tersebut diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37°C dan dihitung jumlah koloni Streptococcus mutans yang tumbuh pada SSB agar tersebut. Jumlah koloni awal Streptococcus mutans juga dihitung dengan cara yang sama, tetapi tanpa penambahan sampel obat kumur.

% penghambatan = Nt – No x 100% No

dimana :

No = jumlah koloni awal

= jumlah koloni x 1

faktor pengenceran

Nt = jumlah koloni setelah kontak dengan sampel obat kumur = jumlah koloni x 1 x 8

faktor pengenceran 4

c. Pengujian Stabilitas Obat Kumur Gambir

(36)

13

1) Pengukuran pH (Apriyantono, 1989)

Sebelum pengukuran, pH meter dikalibrasi menggunakan larutan Buffer standar pH 4 dan pH 7. Pengukuran dilakukan dengan cara elektroda dibilas dengan akuades dan dikeringkan dengan kertas tissue. Kemudian elektroda dicelupkan pada larutan sampel dan dibiarkan beberapa saat sampai diperoleh pembacaan yang stabil, lalu nilai pH dicatat.

2) Pengukuran Viskositas

Viskositas sampel obat kumur diukur dengan menggunakan Brookfield viscometer. Sebelum pengukuran, alat diset dengan meratakan permukaan pada mata kucing yang terdapat pada alat. Selanjutnya sampel (100 ml) dicelupkan sampai batas spindel yang telah ditetapkan. Viskometer dinyalakan selama ±10 detik, kemudian ditetapkan ukuran dan alat dimatikan. Viskositas dihitung dengan mengkonversi nilai viskositas yang telah ditetapkan dengan skala pada spindel.

3) Pengujian Total Mikroba (Fardiaz, 1987)

Sebanyak 1 ml sampel obat kumur dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Untuk setiap sampel digunakan dua cawan (duplo). Kemudian media PCA steril yang telah didinginkan hingga suhunya 47-50°C dituang ke dalam cawan sebanyak 10-15 ml dan digoyangkan secara mendatar di atas meja supaya sampel menyebar rata. Cawan berisi agar yang telah membeku diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 30°C selama 48 jam. Total mikroba ditetapkan dengan SPC (Standard Plate Count). Cara penghitungan koloni dalam Standard Plate Count (SPC) adalah : (Rahayu et al, 2001)

• Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 sampai 300

(37)

• Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni

d. Uji Organoleptik (Soekarto, 1990)

Uji organoleptik merupakan uji dengan menggunakan indera manusia sebagai instrumennya. Uji organoleptik yang akan dilakukan adalah uji penerimaan dimana setiap panelis diharuskan mengemukakan tanggapan pribadinya terhadap produk yang disajikan. Tujuan dari uji penerimaan ini adalah untuk mengetahui apakah produk obat kumur gambir ini disukai. Uji penerimaan yang dilakukan adalah uji hedonik dengan menggunakan 30 panelis agak terlatih.

Pada uji ini, panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya terhadap warna, rasa dan aroma dari sampel obat kumur gambir yang diberikan. Tanggapan tersebut dapat berupa tanggapan suka ataupun ketidaksukaan. Skala hedonik yang digunakan adalah 1-7, dimana angka 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral, 5 = agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka. Data yang diperoleh, ditabulasikan dan dianalisis dengan analisis sidik ragam.

C. RANCANGAN PERCOBAAN

Model rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor yaitu konsentrasi gambir (Faktor A) dengan lima taraf (1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%) dan waktu penyimpanan obat kumur (Faktor B) dengan lima taraf (minggu ke-0, minggu ke-1, minggu ke-2, minggu ke-3, dan minggu ke-4). Model matematikanya adalah sebagai berikut:

Yijk = μ + Ai + Bj + (AB)ij +

ε

k ij

Keterangan:

ƒYijk = Variabel respon hasil observasi ke-k yang terjadi karena

pengaruh bersama taraf ke-i faktor A, dan taraf ke-j faktor B

ƒμ = Rata-rata yang sebenarnya

ƒKl = Pengaruh kelompok ke-l

(38)

15

ƒBj = Pengaruh taraf ke-j faktor waktu penyimpanan obat kumur (j =

1,2,3,4,5)

ƒ(AB)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor konsentrasi gambir dengan

taraf ke-j faktor waktu penyimpanan

(39)

Gambar 2. Diagram Alir Metodologi Penelitian Obat Kumur Gambir Gambir (Tanin Tinggi,

Katekin Rendah, Katekin Tinggi)

Pencampuran

Sampel Uji

Pengujian Aktivitas Antibakteri

Pencampuran Sakarin dan

Air Panas

Obat Kumur Gambir

1. Pengujian Aktivitas Antibakteri 2. Pengujian Stabilitas Obat Kumur 3. Uji Organoleptik

Air Panas

Gambir Terbaik Penyaringan

Penyaringan

Peppermint Oil

(40)

17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENELITIAN PENDAHULUAN

Pada penelitian pendahuluan dilakukan pemilihan jenis gambir yang akan digunakan untuk obat kumur. Jenis gambir yang akan digunakan pada penelitian ini ada tiga macam, yaitu gambir dengan kandungan tanin tinggi, katekin rendah, dan katekin tinggi (Tabel 3). Menurut Amos et al (2005), komposisi kandungan kimia gambir yang berbeda tersebut sangat bergantung pada cara pengolahan atau perlakuan pengolahan yang diberikan pada daun gambir.

Pemilihan gambir terbaik untuk obat kumur didasarkan pada kemampuan gambir dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans, melalui pengujian aktivitas antibakteri. Kemampuan gambir dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans (aktivitas antibakteri) dinyatakan dalam persen penghambatan.

Tabel 3. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Gambir Jenis

(41)

kontrol (air) menunjukkan bahwa kontrol (air) tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

Tanin pada gambir memiliki khasiat sebagai algisida, juga antibakteri dan antijamur (Lemmens, 1999). Menurut Miller (1995), katekin dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri dan berperan juga sebagai antikarsinogenik. Jenis gambir katekin rendah mempunyai kandungan katekin dan tanin yang hampir seimbang, yaitu katekin sebesar 25-35% dan tanin sebesar 60-65%. Tanin dan katekin dalam gambir tersebut dapat berperan bersama-sama dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.

B. PENELITIAN UTAMA

1. Karakteristik Obat Kumur Gambir

Karakteristik obat kumur gambir yang diamati meliputi sifat fisik dan mikrobiologis obat kumur gambir, serta uji organoleptik.

a. Visualisasi Obat Kumur Gambir

Gambar 3. Visualisasi Obat Kumur Gambir

(42)

19 Tabel 4. Hasil Visualisasi Obat Kumur Gambir

Konsentrasi Gambir Visualisasi

Warna Coklat kemerahan Aroma Mint, segar

Rasa Manis, mint

1%

Kejernihan Cukup jernih (1640 FTU)

Warna Coklat tua

Aroma Mint, sedikit bau gambir Rasa Agak pahit, sedikit mint

2%

Kejernihan Tidak jernih (keruh) (4100 FTU)

Warna Coklat tua

Aroma Agak segar, sedikit bau gambir Rasa Pahit, sedikit kelat

3%

Kejernihan Tidak jernih (keruh) (6200 FTU)

Warna Coklat tua

Aroma Bau khas gambir

Rasa Pahit, kelat

4%

Kejernihan Tidak jernih (keruh) (11850 FTU)

Warna Coklat tua

Aroma Bau khas gambir

Rasa Pahit, kelat

5%

Kejernihan Tidak jernih (keruh) (12800 FTU)

Secara kuantitatif, pengukuran warna obat kumur gambir dengan menggunakan colorimeter dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai L menyatakan parameter kecerahan yang memiliki nilai 0 (hitam) sampai 100 (putih). Nilai a menyatakan campuran warna merah sampai hijau dengan nilai +a (0 sampai +100) untuk warna merah dan nilai –a (0 sampai -100) untuk warna hijau. Nilai b menyatakan campuran warna biru sampai kuning. Nilai b positif (0 sampai +100) untuk warna kuning dan b negatif (0 sampai -100) untuk warna biru.

(43)

positif menunjukkan bahwa warna obat kumur gambir didominasi oleh warna kuning.

Tabel 5. Hasil Pengujian Warna Obat Kumur Gambir

Rata-rata Konsentrasi Gambir L a b

L a b

35.96 34.08 89.59 1%

35.89 34.01 89.47 35.93 34.05 89.53 31.18 32.19 81.35

2%

31.33 32.19 81.6 31.26 32.19 81.48 31.45 31.92 81.81

3%

31.4 31.98 81.72 31.43 31.95 81.77 31.21 31.9 81.4

4%

31.28 31.92 81.53 31.25 31.91 81.47 31.23 31.98 81.44

5%

31.21 31.9 81.4 31.22 31.94 81.42

Bau khas gambir mulai muncul pada konsentrasi gambir 2%, yang hanya sedikit tertutupi oleh aroma peppermint oil. Rasa pahit mulai muncul pada konsentrasi 2%, sedangkan rasa kelat mulai muncul pada konsentrasi 3%. Rasa kelat (astringent) pada obat kumur tersebut dikarenakan tingginya kadar tanin pada gambir yang digunakan.

Obat kumur gambir ini termasuk dalam jenis obat kumur yang bersifat sebagai astringent, dengan maksud memberi efek langsung pada mukosa mulut, juga untuk mengurangi flokulasi dan presipitasi protein ludah sehingga dapat dihilangkan secara mekanis (Sagarin dan Gershon, 1972). Tingginya kadar tanin menyebabkan gambir memiliki daya astringensi (Dharma, 1985).

Menurut Winarno (1973), rasa sepat (astringency) dan warna coklat kehitaman dari hasil-hasil pertanian, umumnya disebabkan oleh senyawa tanin. Rasa sepat dari tanin pada umumnya disebabkan karena terjadi penggumpalan protein yang melapisi rongga mulut dan lidah atau karena terjadi penyamakan pada lapisan mukosa rongga mulut.

(44)

21 semakin tinggi konsentrasi gambir dalam obat kumur, maka semakin keruh obat kumur gambir.

b. Aktivitas Obat Kumur Gambir

Hasil pengujian aktivitas antibakteri dalam obat kumur gambir dapat dilihat pada Tabel 6. Kemampuan gambir dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans (aktivitas antibakteri) dinyatakan dalam persen penghambatan. Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa obat kumur gambir mempunyai aktivitas antibakteri terendah sebesar 20.45% (konsentrasi gambir 1%) dan aktivitas antibakteri tertinggi sebesar 43.24% (konsentrasi gambir 5%). Semakin tinggi konsentrasi gambir dalam obat kumur, maka semakin tinggi pula kemampuan obat kumur dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

Tabel 6. Aktivitas Antibakteri Obat Kumur Gambir Konsentrasi

(45)

memberikan penghambatan yang negatif terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Hal ini berarti kontrol negatif tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

Fungsi gambir dalam obat kumur adalah sebagai antibakteri. Menurut Pelczar dan Chan (1988), zat antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau metabolisme bakteri. Berdasarkan aktivitasnya, zat antibakteri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu yang memiliki aktivitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan yang memiliki aktivitas bakterisidal (membunuh bakteri) (Pelczar dan Chan, 1988). Aktivitas antibakteri pada obat kumur gambir bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi gambir dalam obat kumur, maka penghambatan terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans semakin besar.

c. Nilai pH Obat Kumur Gambir

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa obat kumur gambir memiliki pH sebesar 4.14-4.38, sedangkan pH kontrol (Pepsodent Herbal) sebesar 4.66. Semakin tinggi konsentrasi gambir maka nilai pH obat kumur gambir cenderung semakin semakin tinggi. Analisis sidik ragam (Lampiran 2a) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi gambir berpengaruh nyata terhadap nilai pH (p < 0.05). Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 2b), hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara konsentrasi gambir 1% dengan konsentrasi gambir 2%, 3%, 4%, dan 5%. Konsentrasi gambir 2% berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 3%, 4%, dan 5%. Konsentrasi gambir 3% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 5%, tetapi berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 4%. Konsentrasi gambir 4% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 5%.

(46)

23 katekin dalam obat kumur. Hal inilah yang menyebabkan kenaikan pH obat kumur gambir bila konsentrasi gambirnya semakin tinggi.

Tabel 7. Nilai pH Obat Kumur Gambir Konsentrasi Gambir Nilai pH

1% 4.14 2% 4.25 3% 4.36 4% 4.39 5% 4.38 Kontrol (Pepsodent Herbal) 4.66

d. Viskositas Obat Kumur Gambir

Obat kumur gambir mempunyai viskositas sebesar 2.75 cP hingga 4.75 cP, sedangkan kontrol (Pepsodent Herbal) mempunyai viskositas sebesar 7.25 cP (Tabel 8). Semakin tinggi konsentrasi gambir dalam obat kumur, maka semakin tinggi pula viskositasnya. Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi gambir, semakin banyak padatan tidak larut air dalam obat kumur yang tidak ikut tersaring. Banyaknya padatan tidak larut air dalam obat kumur dapat menyebabkan meningkatnya viskositas obat kumur gambir. Dilihat dari parameter viskositas, obat kumur gambir memiliki viskositas yang lebih kecil daripada kontrol (Pepsodent Herbal) sehingga karakteristik obat kumur gambir lebih encer daripada kontrol (Pepsodent Herbal).

Tabel 8. Viskositas Obat Kumur Gambir Konsentrasi Gambir Viskositas (cP)

1% 2.75 2% 3.25 3% 3.75 4% 3.75 5% 4.75 Kontrol (Pepsodent Herbal) 7.25

e. Total Mikroba Obat Kumur Gambir

(47)

total mikroba dilakukan dengan menggunakan metode hitungan cawan. Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada media agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1992).

Tabel 9. Total Mikroba Obat Kumur Gambir

Konsentrasi Gambir Total Mikroba (koloni/ml)

1% 0 2% 0 3% 0 4% 0 5% 0 Kontrol (Pepsodent Herbal) 0

Obat kumur gambir dan kontrol (Pepsodent Herbal) memiliki total mikroba yang sama, yaitu 0 (Tabel 9). Keadaan steril dan aseptis selama proses pembuatan obat kumur gambir dapat mempengaruhi banyaknya total mikroba yang terdapat dalam obat kumur gambir. Keadaan steril dan aseptis tersebut dilakukan untuk menghindari kontaminasi mikroba, baik dari bahan baku, peralatan yang digunakan, maupun lingkungan. Kandungan gambir dalam obat kumur juga dapat berfungsi sebagai antimikroba. Menurut Lemmens (1999), tanin pada gambir memiliki khasiat sebagai algisida, juga antibakteri dan antijamur.

f. Uji Organoleptik Obat Kumur Gambir

(48)

25

1) Warna

Penilaian warna digunakan dalam pengujian organoleptik karena warna mempunyai peranan penting terhadap tingkat penerimaan produk secara visual. Rekapitulasi nilai hedonik terhadap warna obat kumur gambir dapat dilihat pada Lampiran 4. Histogram pada Gambar 4 menunjukkan bahwa obat kumur dengan konsentrasi gambir 1% mendapatkan frekuensi kesukaan warna yang tertinggi, sedangkan obat kumur dengan konsentrasi gambir 5% mendapatkan frekuensi kesukaan warna terendah.

Analisis sidik ragam (Lampiran 5b) terhadap warna obat kumur gambir menunjukkan bahwa variasi konsentrasi gambir berpengaruh nyata terhadap skor warna. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan 0.000 (p < 0.05). Hasil yang diperoleh dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 5c) menunjukkan konsentrasi gambir 1% berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 2%, 3%, 4%, dan 5%. Tidak ada perbedaan nyata antara konsentrasi gambir 2%, 3%, 4%, dan 5%.

Warna obat kumur dengan konsentrasi gambir 2%, 3%, 4%, dan 5% tidak terlalu disukai oleh konsumen. Hal ini kemungkinan disebabkan karena makin tinggi konsentrasi gambir maka kandungan tanin akan semakin banyak dan warna obat kumur menjadi semakin coklat dan pekat.

(49)

2) Aroma

Obat kumur dengan konsentrasi gambir 1% mendapatkan frekuensi kesukaan aroma yang tertinggi, sedangkan obat kumur dengan konsentrasi gambir 5% mendapatkan frekuensi kesukaan aroma terendah (Gambar 5). Rekapitulasi nilai hedonik terhadap skor aroma obat kumur gambir dapat dilihat pada Lampiran 6. Analisis sidik ragam (Lampiran 7b) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi gambir berpengaruh nyata terhadap aroma. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan sampel p < 0.05. Analisa dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 7c) menunjukkan konsentrasi gambir 1% berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 2%, 3%, 4%, dan 5%. Konsentrasi gambir 2% berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 3%, 4%, dan 5%. Konsentrasi gambir 3% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 4%, tetapi berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 5%.

Semakin tinggi konsentrasi gambir dalam obat kumur maka frekuensi kesukaan pada aroma cenderung semakin turun. Hal ini kemungkinan disebabkan karena makin tinggi konsentrasi gambir maka bau khas gambir akan semakin tercium pada obat kumur. Selain konsentrasi gambir, aroma yang tercium pada obat kumur juga dipengaruhi oleh penambahan peppermint oil. Pada penelitian ini, peppermint oil yang ditambahkan pada obat kumur adalah sama pada semua konsentrasi gambir.

(50)

27

3) Rasa

Rasa dapat dinilai dengan adanya tanggapan kimiawi oleh indera pencicip (lidah). Rekapitulasi nilai hedonik terhadap skor rasa obat kumur gambir dapat dilihat pada Lampiran 8. Histogram pada Gambar 6 menunjukkan bahwa obat kumur dengan konsentrasi gambir 1% mendapatkan frekuensi kesukaan rasa yang tertinggi, sedangkan obat kumur dengan konsentrasi gambir 5% mendapatkan frekuensi kesukaan rasa terendah.

Gambar 6. Histogram Uji Hedonik Terhadap Rasa Obat Kumur Gambir

Analisis sidik ragam (Lampiran 9b) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi gambir berpengaruh terhadap skor rasa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan 0.000 (p < 0.05). Hasil yang diperoleh pada uji lanjut Duncan (Lampiran 9c) menunjukkan adanya perbedaan nyata antara konsentrasi gambir 1% dengan 2%, 3%, 4%, dan 5%. Konsentrasi gambir 2% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 3% dan 4%, tetapi berbeda nyata dengan konsentrasi 5%. Konsentrasi 5% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 4%.

(51)

tingginya kadar tanin pada gambir yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi gambir maka rasa sepat (astringent) pada obat kumur gambir akan semakin terasa. Rasa sepat inilah yang tidak disukai oleh panelis.

4) Kejernihan

Penilaian kejernihan dalam pengujian organoleptik mempunyai peranan terhadap tingkat penerimaan produk secara visual. Rekapitulasi nilai hedonik terhadap skor kejernihan obat kumur gambir dapat dilihat pada Lampiran 10. Histogram pada Gambar 7 menunjukkan bahwa obat kumur dengan konsentrasi gambir 1% mendapatkan frekuensi kesukaan kejernihan yang tertinggi, sedangkan obat kumur dengan konsentrasi gambir 5% mendapatkan frekuensi kesukaan kejernihan terendah.

Gambar 7. Histogram Uji Hedonik Terhadap Kejernihan Obat Kumur Gambir

(52)

29 Semakin tinggi konsentrasi gambir dalam obat kumur maka frekuensi kesukaan terhadap kejernihan semakin turun. Kejernihan dalam obat kumur gambir dipengaruhi oleh adanya endapan dalam obat kumur. Adanya endapan ini disebabkan adanya komponen katekin yang tidak larut air dalam obat kumur gambir, yang tidak ikut tersaring pada saat proses pembuatan obat kumur. Semakin tinggi konsentrasi gambir maka semakin banyak pula endapan pada obat kumur.

2. Stabilitas Obat Kumur Gambir

Pada penelitian ini, stabilitas obat kumur dilihat dari parameter nilai pH, viskositas, dan total mikroba yang terdapat dalam obat kumur gambir. Stabilitas obat kumur gambir diamati pada minggu ke-0, minggu ke-1, minggu ke-2, minggu ke-3, dan minggu ke-4. Selama pengamatan stabilitas obat kumur, sampel obat kumur gambir disimpan pada suhu kamar.

Menurut Fardiaz (1989), faktor-faktor yang dapat dijadikan sebagai parameter untuk menganalisis perubahan mutu suatu bahan meliputi faktor intrinsik, pengolahan, ekstrinsik, dan implisit. Faktor intrinsik (sifat bahan) atau faktor dalam misalnya nilai aw (aktifitas air), komposisi nutrien, pH,

adanya bahan pengawet alami atau buatan, dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan dan transpor seperti suhu, kelembaban, dan susunan gas merupakan faktor ekstrinsik. Contoh faktor implisit adalah adanya berbagai jasad renik yang terdapat pada bahan kadang-kadang mangakibatkan dua atau lebih jasad renik hidup bersama saling menguntungkan (sinergisme) atau jasad renik yang satu merugikan pertumbuhan jasad renik lainnya. Syarief dan Halid (1991) menyatakan bahwa penurunan mutu suatu bahan sangat menentukan umur simpannya.

a. Nilai pH

(53)

penyimpanan minggu ke-1. Nilai pH pada kontrol positif (Pepsodent Herbal Mouthwash) adalah 4.66 (Lampiran 12).

Gambar 8. Grafik Nilai pH Obat Kumur Gambir Selama Penyimpanan

Analisis sidik ragam (Lampiran 15a) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi gambir berpengaruh nyata terhadap nilai pH selama penyimpanan (p < 0.05) dan lamanya penyimpanan (minggu) juga berpengaruh nyata terhadap nilai pH (p < 0.05). Berbagai interaksi antara konsentrasi gambir dengan waktu penyimpanan juga berpengaruh nyata terhadap nilai pH (p < 0.05).

Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 15b), dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi gambir maka semakin tinggi nilai pH obat kumur gambir selama penyimpanan. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa semakin lama waktu penyimpanan maka nilai pH obat kumur gambir cenderung semakin turun. Nilai pH yang menurun selama penyimpanan mungkin disebabkan karena terbentuknya asam katekutannat selama penyimpanan.

b. Viskositas

(54)

31 maka semakin tinggi viskositas obat kumur. Begitu juga dengan waktu penyimpanan, semakin lama waktu penyimpanan maka semakin tinggi viskositas obat kumur gambir. Viskositas pada kontrol positif (Pepsodent Herbal Mouthwash) adalah 7.25 cP (Lampiran 13). Hal ini berarti kisaran viskositas obat kumur gambir selama penyimpanan (2.75-7.00 cP) masih berada di bawah nilai viskositas dari kontrol positif.

Analisis sidik ragam (Lampiran 16a) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi gambir berpengaruh nyata terhadap viskositas obat kumur selama penyimpanan (p < 0.05) dan lamanya penyimpanan (minggu) juga berpengaruh nyata terhadap viskositas (p < 0.05). Berbagai interaksi antara konsentrasi gambir dengan waktu penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap viskositas obat kumur (p < 0.05).

Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 16b), hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa selama penyimpanan tidak ada perbedaan nyata antara viskositas pada konsentrasi gambir 1% dan 2%. Viskositas pada konsentrasi gambir 2% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 3% dan 4%. Viskositas pada konsentrasi gambir 4% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi gambir 5%.

Gambar 9. Grafik Viskositas Obat Kumur Gambir Selama Penyimpanan

(55)

Penyimpanan minggu 1 berbeda nyata dengan minggu 2, minggu ke-3, dan minggu ke-4. Penyimpanan minggu ke-2 tidak berbeda nyata dengan minggu ke-3 dan minggu ke-4. Penyimpanan minggu ke-3 berbeda nyata dengan minggu ke-4. Peningkatan viskositas obat kumur gambir kemungkinan disebabkan oleh terbentuknya endapan selama penyimpanan.

c. Total Mikroba

(56)

33

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dilihat dari aktivitas antibakterinya, jenis gambir yang terbaik digunakan dalam pembuatan obat kumur adalah gambir katekin rendah yang mengandung katekin sebesar 25-35% dan tanin sebesar 60-65%. Obat kumur dengan konsentrasi gambir 1% mempunyai visualisasi yang paling baik dibandingkan obat kumur pada konsentrasi gambir lainnya. Aktivitas antibakteri pada obat kumur gambir sebesar berada pada kisaran 20.45-43.24%, sedangkan kontrol (Pepsodent Herbal) mempunyai aktivitas antibakteri sebesar 28.25%. Obat kumur gambir memiliki pH sekitar 4.14-4.38, sedangkan pH kontrol (Pepsodent Herbal) sebesar 4.66. Viskositas obat kumur gambir sekitar 2.75-4.75 cP, sedangkan kontrol (Pepsodent Herbal) mempunyai viskositas sebesar 7.25 cP. Obat kumur gambir dan kontrol (Pepsodent Herbal) memiliki total mikroba yang sama, yaitu 0 (nol).

Selama penyimpanan, nilai pH obat kumur gambir cenderung semakin turun. Viskositas obat kumur gambir semakin tinggi selama penyimpanan. Total mikroba pada obat kumur gambir selama penyimpanan tidak berubah, yaitu 0 (nol). Hasil uji organoleptik terhadap obat kumur gambir menunjukkan bahwa obat kumur gambir yang paling disukai adalah obat kumur dengan konsentrasi gambir 1%.

B. SARAN

Gambar

Gambar 1. Morfologi Tanaman Gambir (www.mbglibrary.com)
Tabel 2. Komposisi Media SSB dalam g/L
Gambar 2. Diagram Alir Metodologi Penelitian Obat Kumur Gambir
Tabel 3. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Gambir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Slika 34 - prikaz sučelja LMS sustava baziranog na Moodlu za dodavanje logotipa obrazovne ustanove ili poduzeća koje koristi sustav u svrhu održavanja online edukacije (Dostupno

Analisis sumber dan penggunaan modal kerja pada BPKBMD adalah bahwa organisasi ini menggunakan dana yang berasal dari pendapatan asli daerah yang terdiri dari

R/C agroindustri tepung tapioka dalam satu kali proses produksi adalah 1,39 artinya dari setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan pengusaha agroindustri tepung tapioka

Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui aktivitas amilolitik tertinggi dan waktu pemeraman yang tepat parutan ubi kayu sebelum dicetak menjadi

E1 = Kelompok tikus yang diberi ekstrak daun jarak pagar dosis 0.125 g/kgBB.. E2 = Kelompok tikus yang diberi ekstrak daun jarak pagar dosis

[r]

Dari jumlah keseluruhan kekuatan untuk terus berkurang, 80 persen atau empat-perlima adalah kekuatan operasional, dan 20 persen atau seperlima tersisa adalah komando dan kontrol

kepada saya dengan bersungguh-sungguh. 5 Saya mempunyai tujuan dan cara kerja yang terstruktur untuk mencapainya. 6 Saya membutuhkan banyak waktu persiapan sebelum melakukan