• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Bahan Pengawet Alami Dari Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) Terhadap Mutu Tahu Se Penyimpanan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Bahan Pengawet Alami Dari Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) Terhadap Mutu Tahu Se Penyimpanan Chapter III V"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2016 di Laboratorium Teknologi Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahu cina segar yang berasal dari pabrik pembuatan tahu daerah pasar 3 padang bulan medan , gambir yang berasal dari daerah Kabupaten Pakpak Bharat.

Reagensia

Reagen yang digunakan dalam penelitian ini adalah PCA (Plate Count

Agar), larutan Etanol 50%, K2SO4, CuSO4, H2SO4 pekat, akuades, larutan NaOH

40%, larutan H2SO4 0,02 N, indikator mengsel (425 mg metil red dan 500 mg metil blue), larutan alkohol 96%, larutan NaOH 0,02 N, NaCl, larutan AgNO3 0,1 N dan larutan kalium kromat 5%.

Alat Penelitian

(2)

Metoda penelitian

Penelitian ini menggunakan metoda Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu :

Faktor I : Ekstrak Daun Gambir (G) G0 = 0 %

G1 = 0,25 % G2 = 0,50 % G3 = 0,75 % G4 = 1,0 %

Faktor II : Lama Penyimpanan (L) L0 = 0 hari

L1 = 2 hari L2 = 4 hari L3 = 6 hari

Banyaknya kombinasi perlakuan Treatment Combination (Tc) adalah 5 x 4 = 20, maka jumlah ulangan (n) adalah sebagai berikut:

Tc (n-1) ≥ 15 20 (n-1) ≥ 15 20n – 20 ≥ 15 20n ≥ 35

n ≥ 1,75………..dibulatkan menjadi 2

(3)

Model Rancangan (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL) dua faktorial dengan model sebagai berikut :

Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk dimana:

Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor G pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf ke-j dalam ulangan ke-k

µ : Efek nilai tengah

αi : Efek faktor G pada taraf ke-i

βj : Efek faktor L pada taraf ke-j

(αβ)ij : Efek interaksi faktor G pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf ke-j

εijk : Efek galat dari faktor L pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf ke-j dalam ulangan ke-k

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range (LSR).

Pelaksanaan Penelitian

Pembuatan Ekstak Daun Gambir

Ekstrak daun gambir dilakukan dengan metode maserasi. Daun gambir

yang baru dipetik dimana daun tersebut merupakan bagian pucuk sekitar 7-9 helai daun dari atas ke bawah. Dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 60OC. Setelah kering daun diblender sampai halus kemudian dimaserasi menggunakan

larutan etanol 50% dengan perbandingan bahan dan pelarut 1:10. Ekstrak dishaker selama 2 jam kemudian disaring dengan kain saring. Ampas ditambah lagi dengan

(4)

selama 2 jam kembali dan disaring dengan kain saring. Filtrat diuapkan

menggunakan wather bath sampai aroma alkohol hilang. Lalu diuapkan dalam oven pada suhu 45OC sampai kering. Setelah ekstrak kering, dilarutkan dengan

akuades dengan perbandingan akuades dan ekstrak sebanyak 1:3. Kemudian disentrifius hingga cairan berwarna bening. Endapan dikeringkan semalam menggunakan suhu 45OC (modifikasi Ariani A., dkk., 2014).

Pengawetan tahu

Tahu segar yang berkualitas baik dan tanpa bahan pengawet disiapkan,

dicuci dan ditiriskan. Masing-masing konsentrasi ekstrak daun gambir yaitu 0; 0,25; 0,5; 0,75; dan 1%, dibuat menjadi larutan 600 ml. Dimasukkan tahu

sebanyak 3 potong, dengan ukuran tahu yang sama setiap perlakuan. Kemudian tahu disimpan pada suhu kamar selama 0, 2, 4, dan 6 hari. Dilakukan analisa total mikroba, pH tahu, pH larutan perendam, kadar air, kadar abu, kadar protein, dan

uji organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tekstur).

Untuk organoleptik rasa, tahu yang sudah diawetkan dengan ekstrak daun gambir dicuci dengan air bersih kemudian tahu digoreng dan dilakukan uji

(5)

Diblender sampai halus (80 Mesh) Daun Gambir (keadaan baik)

Dikeringkan menggunakan oven 600C

Ditambahkan pelarut etanol 50% dengan perbandingan bahan dan pelarut 1:10

Dishaker selama 2 jam kemudian disaring

Ditambahkan pelarut etanol 50% dengan perbandingan bahan dan pelarut 1:10

Dishaker selama 2 jam kemudian disaring

Diuapkan menggunakan waterbath sampai aroma alkohol hilang ± 12jam

Dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 45OC ± 12 jam

Disentrifius hingga cairan berwarna bening Setelah kering dilarutkan dengan akuades dengan

perbandingan akuades dan ekstrak 1:3

Endapan dikeringkan semalam dengan oven pada suhu 45OC Proses pembuatan ekstrak daun gambir menggunakan metode maserasi

dapat dilihat pada Gambar 3 dan pengawetan tahu dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3. Skema pembuatan ekstrak daun gambir metode maserasi (Sumber : Modifikasi dari Ariani A., dkk., 2014)

Filtrat Ampas

(6)

Air matang 600 ml

(7)

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap parameter sebagai berikut:

1. Total mikroba (LogCFU/g) 2. pH tahu

3. pH larutan perendam 4. Kadar air (%)

5. Kadar abu (%) 6. Kadar protein (%)

7. Uji organoleptik warna, aroma, dan rasa (numerik) 8. Uji organoleptik tekstur (numerik)

Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan berdasarkan hasil analisis yang meliputi beberapa parameter:

Penentuan total mikroba dengan metode total plate count (Fardiaz, 1992)

Bahan diambil sebanyak 1 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan akuades sebanyak 9 ml dan diaduk sampai merata. Hasil pengenceran ini diambil dengan menggunakan pipet tetes sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan akuades sebanyak 9 ml. Pengenceran ini dilakukan sampai pengenceran seminimal mungkin.

(8)

Total Koloni = jumlah koloni x 1/FP FP : faktor pengencer

Karena nilai total mikroba yang besar, maka untuk pengolahan data statistik nilai total mikrobanya di logaritmakan.

Penentuan pH (Apriyantono, dkk., 1989).

Penetapan pH dilakukan dengan menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi dengan larutan buffer pada pH 4 dan 7. Suhu sampel diukur dengan menggunakan pengatur suhu pH meter pada suhu terukur. Sampel berbentuk padat terlebih dahulu dihaluskan dengan menggunakan mortar dan alu kemudian diencerkan dengan akuades. Kemudian pH meter dinyalakan dan dibiarkan sampai stabil (15–30 menit). Elektroda pada pH meter dibilas dengan akuades dan dikeringkan elektroda dengan kertas tisu. Setelah itu elektroda dicelupkan ke dalam larutan sampel dan di atur pengukur pH-nya. Elektroda dibiarkan tercelup di dalam larutan selama beberapa saat sampai diperoleh pembacaan yang stabil. Kemudian pH sampel dicatat.

Penentuan pH larutan perendaman (Apriyantono, dkk., 1989).

(9)

dibiarkan tercelup di dalam larutan selama beberapa saat sampai diperoleh pembacaan yang stabil. Kemudian pH sampel dicatat.

Penentuan kadar air (dengan metode oven) (AOAC, 1984)

Ditimbang bahan sebanyak 5 g di dalam cawan aluminium yang telah diketahui berat kosongnya. Kemudian bahan tersebut dikeringkan di dalam oven dengan suhu sekitar 105oC 110oC selama 3 jam, selanjutnya didinginkan di dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang kembali. Setelah itu, bahan dipanaskan kembali di dalam oven selama 30 menit, kemudian didinginkan kembali di dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai di peroleh berat yang konstan.

Berat awal (g) – berat akhir (g)

Kadar air (% bb) = x 100% Berat awal (g)

Penentuan kadar abu (SNI-01-3451-1994)

Sampel ditimbang sebanyak 5 g dan diletakkan dalam cawan porselin yang telah diketauhi bobot keringnya. Selanjutnya sampel diabukan di dalam tanur listrik pada suhu awal 300oC selama 1 jam. Kemudian dinaikkan suhunya menjadi 500oC selama 2 jam dan terakhir 800oC selama 2 jam. Setelah itu sampel didinginkan dengan desikator. Ditimbang bobot akhirnya dan diulangi hingga bobot akhir konstan.

Bobot sampel setelah pengabuan (g)

Kadar abu (% ) = x 100%

(10)

Penentuan kadar protein (Sudarmadji, dkk., 1989)

Penentuan kadar protein dapat dilakukan dengan cara menghitung jumlah nitrogen dan dikalikan dengan faktor konversi 6,25 dan protein dapat ditetapkan secara semi mikro kjedhal. Sampel yang telah dikeringkan sebanyak 0,2 g dimasukkan ke dalam labu kjedhal lalu ditambahkan 2 g campuran K2SO4 dan Cu2SO4 (1:1) dan 3 ml H2SO4 pekat lalu didesktruksi sampai cairan berwarna hijau jernih dan dibiarkan sampai dingin. Setelah dingin ditambahkan 10 ml akuades dan dipindahkan ke erlenmeyer 500 ml. Ditambahkan 10 ml NaOH 40% atau lebih sampai terbentuk warna hitam dan segera didestilasi.

Hasil penyulingan ditampung dengan erlenmeyer berisi 25 ml H2SO4 0,02 N dan 3 tetes indikator mengsel (425mg metil red dan 500mg metil blue yang murni yang dilarutkan dengan 100 ml alkohol 96%). Hasil sulingan dititrasi dengan larutan NaOH 0,02 N sampai terjadi perubahan warna dan juga dilakukan dengan cara yang sama pada blanko (tanpa bahan).

(c – b) x N x 0,014 x FK

Kadar Protein (%) = x 100% a

Keterangan:

a = Bobot contoh (g) b = Titrasi blanko (ml)

c = Titrasi contoh (ml) N = Normalitas larutan NaOH yang digunakan FK = Faktor Konversi = 6,25

Penentuan nilai organoleptik warna (Soekarto, 1997).

(11)

yang akan diuji kepada 15 panelis yang melakukan penilaian. Penilaian dilakukan seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Skala uji hedonik warna (numerik)

Skala Hedonik Skala Numerik

Organoleptik terhadap aroma ditentukan dengan uji kesukaan atau hedonik aroma. Caranya contoh yang telah diberi kode diuji secara acak oleh 15 panelis. Pengujian dilakukan secara indrawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan Tabel 6.

Tabel 6. Skala uji hedonik aroma (numerik)

Skala Hedonik Skala Numerik

Organoleptik terhadap rasa ditentukan dengan uji skor rasa. Caranya contoh yang telah diberi kode diuji secara acak oleh 15 panelis. Pengujian dilakukan secara indrawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik yaitu dengan skor. Skala skor rasa dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Skala uji skor rasa (numerik)

Skala Skor Skala Numerik

Rasa tidak kelat 4

Rasa sedikit kelat 3

Rasa kelat sedang 2

Rasa tahu sangat kelat 1

(12)

Organoleptik terhadap tekstur ditentukan dengan uji skor tekstur. Caranya contoh yang telah diberi kode diuji secara acak oleh 15 panelis. Pengujian dilakukan secara indrawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik yaitu dengan skor. Skala skor tektur dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Skala uji skor tekstur (numerik)

Skala Skor Skala Numerik

Kompak 4

Agak kompak 3

Tidak kompak (agak hancur) 2

(13)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Gambir Terhadap Parameter yang Diamati

Hasil penelitian pengaruh konsentrasi ekstrak daun gambir terhadap total mikroba, pH tahu, pH larutan rendaman, kadar air, kadar abu, kadar protein, uji organoleptik warna tahu, uji organoleptik aroma tahu, uji organoleptik rasa tahu, uji organoleptik tekstur tahu, dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hubungan konsentrasi ekstrak daun gambir dengan parameter yang diamati

Parameter Konsentrasi ekstrak daun gambir

G0 (0%) G1 (0,25%) G2(0,5%) G3 (0,75%) G4 (1%)

Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun gambir berpengaruh terhadap total mikroba, pH tahu, pH larutan perendam, kadar air, kadar abu, kadar protein, uji organoleptik warna tahu, uji organoleptik aroma tahu, uji organoleptik rasa tahu, dan uji organoleptik tekstur tahu.

(14)

logCFU/g; G4 (1,0%) dengan nilai 4,898; dan G4 (1,0%) dengan nilai 4,727. Nilai kadar abu, kadar protein tertinggi diperoleh pada perlakuan G4 (1%) yaitu dengan nilai masing-masing 1,165 : 9,273. Nilai kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan G0 (0%) dengan nilai 83,093. Nilai organoleptik warna tertinggi diperoleh pada perlakuan G0 (0%) dengan nilai 3,549. Nilai organoleptik rasa tertinggi diperoleh pada perlakuan G0 (0%) yaitu dengan nilai 3,567. Nilai organoleptik aroma tertinggi diperoleh pada perlakuan G0 (0%) yaitu dengan nilai 3,142. Nilai organoleptik tektur tertinggi diperoleh pada perlakuan G0 (0%) yaitu dengan nilai 3,884. Sedangkan nilai total mikroba terendah diperoleh pada perlakuan G4 (1,0%) dengan nilai 5,203 logCFU/g. Sedangkan untuk pH tahu dan pH larutan perendam terendah diperoleh pada perlakuan G0 (0%) dengan nilai masing-masing 4,754; dan 4,554. Sedangkan kadar air tahu terendah diperoleh pada perlakuan G4 (1,0%) dengan nilai 82,524. Sedangkan untuk kadar abu terendah diperoleh pada perlakuan G0 (0%) dengan nilai 0,769. Sedangkan untuk kadar protein terendah diperoleh pada perlakuan G0 (0%) dengan nilai 9,166. Nilai organoleptik warna dan tekstur terendah diperoleh pada perlakuan G4 (1,0%) dengan nilai masing-masing perlakuan 2,594 ; 3,199 dan untuk nilai organoleptik aroma dan rasa terendah diperoleh pada perlakuan G4 (1,0%) dengan nilai masing-masing perlakuan 2,436 ; 3,025.

Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Parameter yang Diamati

(15)

Tabel 10. Hubungan lama penyimpanan (hari) dengan parameter yang diamati

Parameter Lama Penyimpanan (hari)

L0 (0 hari) L1 (2 hari) L2 (4 hari) L3 (6 hari)

Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh terhadap total mikroba, pH tahu, pH larutan perendam, kadar air, kadar abu, kadar protein, uji organoleptik warna tahu, uji organoleptik aroma tahu, uji organoleptik rasa tahu, dan uji organoleptik tekstur tahu.

(16)

perlakuan L0 (0 hari) dengan nilai 3,557. Sedangkan nilai terendah total mikroba diperoleh pada perlakuan L0 (0 hari) dengan nilai 5,244 logCFU/g. Untuk pH tahu dan pH larutan perendam terendah diperoleh pada perlakuan L0 (0 hari) dengan nilai masing-masing perlakuan 4,532; dan 4,395. Sedangkan untuk kadar air terendah diperolah pada perlakuan L3 (6 hari) dengan nilai 80,939. Untuk kadar protein terendah diperoleh pada perlakuan L3 (6 hari) dengan nilai 7,555. Sedangkan untuk kadar abu terendah diperoleh pada perlakuan L1 (2 hari) dengan nilai 0,984. Sedangkan untuk uji organoleptik warna terendah diperoleh pada perlakuan L3 (6 hari) dengan nilai 2,849. Untuk nilai uji organoleptik aroma dan rasa terendah diperoleh pada perlakuan L3 (6 hari) dengan nilai masing-masing perlakuan 2,335 dan 3,028. Sedangkan untuk uji organoleptik tekstur terendah diperoleh pada perlakuan L3 (6 hari) dengan nilai 3,407.

Total Mikroba

Pengaruh konsetrasi ekstrak daun gambir terhadap total mikroba

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1) memperlihatkan bahwa konsetrasi ekstrak daun gambir memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total mikroba. Hasil uji Least Significant Range (LSR) pengaruh konsentrasi ekstrak daun gambir terhadap total mikroba dapat dilihat pada Tabel 11.

(17)

total mikroba terendah diperoleh pada perlakuan G4 (1,0%) yaitu dengan nilai 5,203.

Tabel 11. Pengaruh konsentrasi ekstrak gambir terhadap total mikroba

Jarak LSR Konsentrasi

gambir Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - G0 = 0,00% 5,939 a A

2 0,124 0,169 G1 = 0,25% 5,713 b AB

3 0,130 0,176 G2 = 0,50% 5,584 c BC

4 0,134 0,181 G3 = 0,75% 5,363 c C

5 0,137 0,185 G4 = 1,00% 5,203 d D

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

(18)

efek negatif terhadap pertumbuhan bakteri gram negatif (E. coli) (Muchtar, dkk., 2010).

Pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1) memperlihatkan bahwa lama penyimpanan pada suhu ruang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total mikroba. Hasil uji Least Significant Range (LSR) pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba tahu

Jarak LSR Lama

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Tabel 12 memperlihatkan bahwa perlakuan L0 berbeda sangat nyata dengan perlakuan L1, L2, L3. Perlakuan L1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan L2, L3. Perlakuan L2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan L3. Nilai total mikroba tertinggi diperoleh pada perlakuan L3 (6 hari) dengan nilai 6,167 logCFU/g, sedangkan nilai total mikroba terendah diperoleh pada perlakuan L0 (0 hari) yaitu dengan nilai 5,244 logCFU/g.

(19)

kemampuan. Hal ini dikarenakan faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan mikroba seperti pH, kadar air, suhu dan substrat tersedia pada tahu tersebut (Supardi dan Sukamto, 1999).

Gambar 5. Pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba tahu

Pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan terhadap total mikroba (logCFU/g)

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1) memperlihatkan bahwa interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total mikroba (logCFU/g). Hasil uji Least Significant Range (LSR) interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama

(20)

Tabel 13. Uji LSR pengaruh konsentrasi ektrak daun gambir dan lama

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

(21)

pengawet alami seperti ekstrak daun gambir. Kandungan Flavonoid dalam daun gambir bersifat sebagai anti bakteri (Magdalena, 2015).

Gambar 6. Hubungan interaksi konsentrasi ekstrak duan gambir dan lama penyimpanan pada suhu ruang dengan total mikroba tahu.

pH Tahu

Pengaruh konsentrasi ekstrak daun gambir terhadap pH tahu

Hasil analisis sidik ragam (Lampian 2) memperlihatkan bahwa konsentrasi ekstrak daun gambir memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap pH tahu, sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

Pengaruh lama penyimpanan terhadap pH tahu

(22)

Tabel 14 . Pengaruh lama penyimpanan terhadap pH tahu

Jarak LSR Lama

penyimpanan Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - L0 = 0 hari 4,532 c C

2 0,078 0,107 L1 = 2 hari 4,762 b B

3 0,082 0,112 L2 = 4 hari 4,785 b B

4 0,085 0,115 L3 = 6 hari 5,177 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Tabel 14 memperlihatkan bahwa perlakuan L0 berbeda sangat nyata dengan perlakuan L1, L2, dan L3. Perlakuan L1 berbeda tidak nyata dengan perlakuan L2 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan L3. Perlakuan L2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan L3. Nilai pH tahu tertinggi diperoleh pada perlakuan L3 (6 hari) dengan nilai 5,177, sedangkan nilai pH tahu terendah diperoleh pada perlakuan L0 (0 hari) yaitu dengan nilai 4,532. Pengaruh konsentrasi ekstrak daun gambirterhadap pH tahu dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Hubungan lama penyimpanandengan pH tahu

(23)

disebabkan oleh terbentuknya senyawa-senyawa hasil penguraian protein oleh mikroba yang bersifat basa seperti amoniak atau NH3.

Pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan terhadap pH tahu

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) memperlihatkan bahwa interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap pH tahu sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

pH Larutan Perendam

Pengaruh konsentrasi ekstrak daun gambir terhadap pH larutan perendam

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) memperlihatkan bahwa konsentrasi ekstrak daun gambir memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap pH larutan perendam, sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

Pengaruh lama penyimpanan terhadap pH larutan perendam

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) memperlihatkan bahwa lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap pH larutan perendam. Hasil uji Least Significant Range (LSR) pengaruh lama penyimpanan terhadap pH larutan perendam dapat dilihat pada Tabel 15.

(24)

pada perlakuan L0 (0 hari) yaitu dengan nilai 4,395. Hubungan lama penyimpanan dengan pH larutan perendam dapat dilihat pada Gambar 8.

Tabel 15. Pengaruh lama penyimpanan terhadap pH larutan perendam

Jarak LSR Lama

penyimpanan Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - L0 = 0 hari 4,395 c C

2 0,092 0,125 L1 = 2 hari 4,471 c C

3 0,096 0,130 L2 = 4 hari 4,649 b B

4 0,099 0,134 L3 = 6 hari 4,919 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Gambar 8. Hubungan lama penyimpanan dengan pH larutan perendam

(25)

menyebabkan semakin banyak senyawa NH3 yang dihasilkan, hal tersebut akan menyebabkan naiknya pH larutan perendam tahu.

Pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan pada suhu ruang terhadap pH larutan perendam

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) memperlihatkan bahwa interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan pada suhu ruang memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap pH larutan perendam, sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

Kadar Air

Pengaruh konsentrasi ekstrak daun gambir terhadap kadar air tahu

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) memperlihatkan bahwa pengaruh konsentrasi ekstrak daun gambir memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air tahu sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air tahu

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) memperlihatkan bahwa lama penyimpanan pada suhu ruang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air tahu. Hasil uji Least Significant Range (LSR) pengaruh lama penyimpanan terhadap pH rendaman dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air tahu (%)

Jarak LSR Lama

(26)

Tabel 16 memperlihatkan bahwa perlakuan L0 berbeda tidak nyata dengan perlakuan L1, berbeda sangat nyata dengan L2 dan L3. Perlakuan L1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan L2 dan L3. Perlakuan L2 berbeda nyata dengan perlakuan L3. Nilai kadar air tahu tertinggi diperoleh pada perlakuan L0 (0 hari) dengan nilai 84,171% sedangkan nilai kadar air terendah diperoleh pada perlakuan L3 (6 hari) yaitu dengan nilai 80,939%. Hubungan lama penyimpanan dengan kadar air dapat dilihat pada Gambar 9.

Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa kadar air tahu terhadap lamanya penyimpanan menurun. Hal ini dikarenakan protein tahu yang mengikat air menurun akibat mikroba yang terdapat dalam larutan perendam tahu yang menyebabkan protein terhidrolisi, sehingga daya ikat air pada tahu menurun. Sesuai dengan pernyataan Ginting (2014) semakin lama penyimpanan maka kadar air tahu akan menurun. Hal ini dikarenakan protein memiliki kemampuan mengikat air, sehingga jika protein terdegradasi maka daya ikat air dengan protein dalam tahu akan terlepas mengakibatkan air keluar dari tahu.

(27)

Pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan terhadap kadar air tahu

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) memperlihatkan bahwa interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air tahu sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

Kadar Abu

Pengaruh konsentrasi ektrak daun gambir terhadap kadar abu tahu

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5) memperlihatkan bahwa konsentrasi ekstrak daun gambir memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu tahu. Hasil uji Least Significant Range (LSR) pengaruh konsentrasi ekstrak daun gambir terhadap kadar abu dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Pengaruh konsentrasi ekstrak gambir terhadap kadar abu tahu (%)

Jarak LSR Konsentrasi

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

(28)

kadar abu terendah diperoleh pada perlakuan G0 (0%) yaitu dengan nilai 0,769%. Hubungan konsentrasi ekstrak daun gambir dengan kadar abu tahu dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Hubungan konsentrasi ekstrak daun gambir dengan kadar abu tahu. Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa kadar abu tahu terhadap konsentrasi ekstrak daun gambir meningkat. Hal ini dikarenakan gambir mengandung mineral yang tinggi (senyawa polifenol). Menurut Damanik, dkk (2014) mengatakan bahwa ekstrak daun gambir menghasilkan kadar abu (10% dari setiap hasil ekstraksi), sehingga dengan merendam tahu dalam larutan ekstrak daun gambir akan meningkatkan kadar abu tahu karena protein yang terdapat dalam tahu bersifat mengikat mineral.

Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar abu tahu

(29)

Pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan terhadap kadar abu tahu

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5) memperlihatkan bahwa pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar abu tahu, sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

Kadar Protein

Pengaruh konsentrasi ekstrak daun gambir terhadap kadar protein tahu

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 6) memperlihatkan bahwa pengaruh ekstrak daun gambir memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar protein tahu, sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar protein tahu

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 6) memperlihatkan bahwa lama penyimpanan pada suhu ruang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein tahu. Hasil uji Least Significant Range (LSR) pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar protein dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar protein tahu (%)

Jarak LSR Lama

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

(30)

perlakuan L2 dan L3. Perlakuan L2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan L3. Nilai kadar protein tahu tertinggi diperoleh pada perlakuan L0 (0 hari) dengan nilai 10,748% sedangkan nilai kadar protein terendah diperoleh pada perlakuan L3 (6 hari) yaitu dengan nilai 7,555%. Hubungan lama penyimpanan dengan kadar protein tahu dapat dilihat pada Gambar 11.

Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka kadar protein tahu semakin menurun. Hal ini dikarenakan semakin lama penyimpanan dalam larutan perendam akan meningkatkan jumlah mikroorganisme yang menghaslkan enzim sehingga menyebabkan terjadinya degradasi protein yang terkandung dalam tahu. Perangin-angin (2013) menyatakan bahwa banyaknya degradasi protein akan menyebabkan semakin menurunnya kadar protein pada suatu bahan pangan.

(31)

Pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan terhadap kadar protein tahu

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 6) memperlihatkan bahwa pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar protein tahu, sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

Warna

Pengaruh konsentrasi ekstrak daun gambir terhadap uji organoleptik warna tahu

Berdasarkan daftar sidik ragam (Lampiran 7) memperlihatkan bahwa konsentrasi ekstrak daun gambir memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji organoleptik warna tahu. Hasil uji Least Significant Range (LSR) pengaruh konsentrasi ekstrak daun gambir terhadap nilai organoleptik warna tahu dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Pengaruh konsentrasi ekstrak gambir terhadap warna tahu

Jarak LSR Konsentrasi

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

(32)

sedangkan nilai organoleptik warna terendah diperoleh pada perlakuan G4 (1%) yaitu dengan nilai 2,467. Hubungan konsentrasi ekstrak daun gambir terhadap nilai organoleptik warna dapat dilihat pada Gambar 12.

Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa nilai organoleptik warna tahu terhadap ekstrak daun gambir menurun. Hal ini dikarenakan ekstrak daun gambir memiliki warna coklat pekat membuat warna tahu terlihat keruh dan pucat. Sesuai dengan pendapat Amos (2009) semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun gambir yang ditambahkan kedalam air perendam tahu maka visualisasi tahu semakin jelek atau menurun dikarenakan ekstrak daun gambir memiliki warna cokelat gelap.

Gambar 12. Hubungan konsentrasi ektrak daun gambir dengan nilai organoleptik warna tahu

Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik warna tahu

(33)

Tabel 20 memperlihatkan bahwa perlakuan L0 berbeda sangat nyata dengan perlakuan L1, L2, L3. Perlakuan L1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan L2, L3. Perlakuan L2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan L3. Nilai organoleptik warna tahu tertinggi diperoleh pada perlakuan L0 (0 hari) dengan nilai 3,573 sedangkan nilai organoleptik warna terendah diperoleh pada perlakuan L3 (6 hari) yaitu dengan nilai 2,829. Hubungan lama penyimpanan terhadap nilai organoleptik warna dapat dilihat pada Gambar 13.

Tabel 20. Pengaruh lama penyimpanan terhadap warna tahu

Jarak LSR Lama

penyimpanan Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - L0 = 0 hari 3,573 a A

2 0,119 0,163 L1 = 2 hari 3,113 b B

3 0,125 0,170 L2 = 4 hari 2,843 c C

4 0,129 0,174 L3 = 6 hari 2,829 c C

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

(34)

berkembangnya bakteri akan menyebabkan bahan pangan menjadi rusak. Maka akan sejalan dengan hasil pengamatan uji organoleptik bahan pangan tersebut. Dimana terdegradasinya protein pada tahu oleh mikroba akan menghasilkan air yang dapat mencemari permukaan tahu. Sehingga tahu terlihat berwarna pucat dan tidak menarik.

Pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan terhadap uji organoleptik warna

Berdasarkan daftar sidik ragam (Lampiran 7) memperlihatkan bahwa interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap uji organoleptik warna. Hasil uji Least Significant Range (LSR) interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama

penyimpanan terhadap nilai organoleptik warna dapat dilihat pada Tabel 21. Hubungan interaksi antara konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan terhadap nilai organoleptik warna dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14 menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun gambir 1% dan lama penyimpanan 6 hari menghasilkan nilai organoleptik warna terendah. Hal ini dikarenakan tahu yang direndam dengan larutan ekstrak daun gambir memiliki warna coklat gelap yang tidak merata pada permukaan tahu membuat panelis lebih memilih tahu tanpa penambahan ekstrak. Semakin lama penyimpanan yang dilakukan maka proses degradasi protein semakin meningkat. Dengan terjadinya proses degradasi protein menyebabkan timbulnya hasil sampingan berupa air yang mencemari air rendaman. Air yang dihasilkan tersebut akan mempengaruhi warna yang ada sehingga warna menjadi pucat dan tidak menarik (Buckle dkk, 1987). Tabel 21. Uji LSR pengaruh konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama

(35)

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

(36)

Aroma

Pengaruh konsentrasi ektrak daun gambir terhadap uji organoleptik aroma tahu

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 8) memperlihatkan bahwa pengaruh konsentrasi ekstrak daun gambir memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji organoleptik aroma tahu. Hasil uji Least Significant Range (LSR) pengaruh konsentrasi ekstrak daun gambir terhadap nilai organoleptik aroma tahu dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Pengaruh konsentrasi ekstrak gambir terhadap nilai organoleptik aroma tahu

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Tabel 22 memperlihatkan bahwa perlakuan G0 berbeda sangat nyata dengan perlakuan G1, G2, G3, dan G4. Perlakuan G1 berbeda tidak nyata dengan perlakuan G2, berbeda sangat nyata dengan perlakuan G3 dan G4. Perlakuan G2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan G3 dan G4. Perlakuan G3 berbeda nyata dengan perlakuan G4. Nilai uji organoleptik aroma tahu tertinggi diperoleh pada perlakuan G0 (0%) dengan nilai 3,142 sedangkan nilai uji organoleptik aroma terendah diperoleh pada perlakuan G4 (1%) yaitu dengan nilai 2,436. Hubungan konsentrasi ekstrak daun gambir terhadap nilai organoleptik aroma tahu dapat dilihat pada Gambar 15.

(37)

adanya pengaruh dari aroma gambir yang khas menyebabkan aroma khas dari tahu tertutupi. Sesuai dengan pendapat Sarjono, dkk. (2006) Pada umumnya tahu berwarna putih, teksturnya halus, rasanya tawar, dan beraroma kedelai. Dengan perendaman tahu dalam larutan ekstrak daun gambir membuat tahu terlihat menyimpang dari umumnya.

Gambar 15. Hubungan konsentrasi ekstrak daun gambir dengan nilai organoleptik aroma tahu

Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik aroma tahu

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 8) memperlihatkan bahwa lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji organoleptik aroma tahu. Hasil uji Least Significant Range (LSR) pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai organoleptik aroma tahu dapat dilihat pada Tabel 23.

(38)

tertinggi diperoleh pada perlakuan L0 (0 hari) dengan nilai 3,493 sedangkan nilai uji organoleptik aroma terendah diperoleh pada perlakuan L3 (6 hari) yaitu dengan nilai 2,335. Hubungan lama penyimpanan terhadap nilai organoleptik aroma dapat dilihat pada Gambar 16.

Tabel 23. Pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai organoleptik aroma tahu

Jarak LSR Lama

penyimpanan Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - L0 = 0 hari 3,493 a A

2 0,131 0,179 L1 = 2 hari 2,792 b B

3 0,138 0,187 L2 = 4 hari 2,563 bc BC

4 0,142 0,192 L3 = 6 hari 2,335 c C

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

(39)

mengakibatkan degradasi lemak yang dapat merusak mutu tahu, salah satunya aroma tahu itu sendiri. Terjadinya degradasi lemak akibat pertumbuhan mikroba dapat membentuk bau yang tengik atau busuk (Baèza 2004). Bau busuk pada bahan pangan disebabkan oleh aktivitas golongan bakteri koliform dan beberapa spesies bakteri yang bersifat putrefactive (pembuat busuk), di antaranya Clostridium dan Pseudomonas (Frazier dan Westhoff 1978).

Pengaruh interaksi konsentrasi ektrak daun gambir dan lama penyimpanan terhadap uji organoleptik aroma tahu

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 8) memperlihatkan bahwa pengaruh interaksi konsentrasi ektrak daun gambir dan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap uji organoleptik aroma tahu, sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

Rasa

Pengaruh konsentrasi ektrak daun gambir terhadap uji organoleptik rasa tahu

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 9) memperlihatkan bahwa konsentrasi ekstrak daun gambir memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap uji organoleptik rasa tahu, sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik rasa tahu

(40)

Tabel 24. Pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai organoleptik rasa tahu

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Tabel 24 memperlihatkan bahwa perlakuan L0 berbeda tidak nyata dengan perlakuan L1, berbeda nyata dengan perlakuan L2 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan L3. Perlakuan L1 berbeda tidak nyata dengan perlakuan L2 dan berbeda nyata dengan perlakuan L3. Perlakuan L2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan L3. Nilai uji organoleptik rasa tahu tertinggi diperoleh pada perlakuan L0 (0 hari) dengan nilai 3,47 sedangkan nilai uji organoleptik rasa terendah diperoleh pada perlakuan L3 (6 hari) yaitu dengan nilai 2,947. Hubungan lama penyimpanan terhadap nilai organoleptik rasa tahu dapat dilihat pada Gambar 17.

(41)

Gambar 17. Hubungan lama penyimpanan terhadap nilai organoleptik rasa tahu

Pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan pada suhu ruang terhadap uji organoleptik rasa tahu

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 9) memperlihatkan bahwa pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan pada suhu ruang memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap uji organoleptik rasa tahu sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

Tekstur

Pengaruh konsentrasi ektrak daun gambir terhadap uji organoleptik tekstur tahu

(42)

Tabel 25. Pengaruh konsentrasi ekstrak gambir terhadap nilai organoleptik

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Tabel 25 memperlihatkan bahwa perlakuan G0 berbeda sangat nyata dengan perlakuan G1, G2, G3, daan G4. Perlakuan G1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan G2, G3, dan G4. Perlakuan G2 berbeda nyata dengan perlakuan G3, dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan G4. Perlakuan G3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan G4 .Nilai uji organoleptik tekstur tertinggi diperoleh pada perlakuan G0 (0%) dengan nilai 3,884. Sedangkan nilai uji organoleptik terendah diperoleh pada perlakuan G4 (1%) yaitu dengan nilai 3,199. Hubungan konsentrasi ekstrak daun gambir terhadap nilai organoleptik rasa dapat dilihat pada Gambar 18.

(43)

Dari Gambar 18 dapat dilihat bahwa nilai organoleptik tekstur tahu terhadap konsentrasi ekstrak daun gambir menurun. Kadar air yang tinggi dapat mempengaruhi tekstur pada tahu sehingga tahu menjadi lunak. Hal ini sesuai dengan Winarno (1992) yang menyatakan bahwa tekstur suatu bahan pangan dapat dipengaruhi oleh kadar air, suhu pengolahan, dan kelembaban relatif. Pada saat kadar air dan kelembaban tinggi, bahan menjadi lunak sehingga menghasilkan nilai penetrasi yang lebih besar. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa penurunan kadar air mengakibatkan penurunan nilai tekstur tahu.

Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik tekstur tahu

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 10) memperlihatkan bahwa lama penyimpanan pada suhu ruang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji organoleptik tekstur tahu. Hasil uji Least Significant Range (LSR) pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai organoleptik tekstur tahu dapat

dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai organoleptik tekstur tahu

Jarak LSR Lama

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

(44)

dengan perlakuan L3. Nilai uji organoleptik tekstur tahu tertinggi diperoleh pada perlakuan L0 (0 hari) dengan nilai 3,557 sedangkan nilai uji organoleptik tekstur terendah diperoleh pada perlakuan L3 (6 hari) yaitu dengan nilai 3,407. Hubungan lama penyimpanan terhadap nilai organoleptik tekstur dapat dilihat pada Gambar 19.

Dari Gambar 19 dapat dilihat bahwa nilai organoleptik tekstur tahu terhadap lamanya penyimpanan menurun. Hal ini dikarenakan daya ikat protein dan air semakin melemah akibat rusaknya protein pada tahu selama

penyimpanan. Sehingga tekstur tahu menjadi tidak kenyal atau gampang pecah (Yuwono dkk, 1999).

Gambar 19. Hubungan lama penyimpanan dengan uji organoleptik tekstur tahu

Pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan terhadap uji organoleptik tekstur tahu

(45)
(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian pengaruh konsentrasi ekstrak daun gambir terhadap mutu tahu segar selama penyimpanan pada suhu ruang dengan parameter yang diamati dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Konsentrasi ekstrak daun gambir memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total mikroba dimana semakin tinggi kosentrasi gambir makan total mikroba semakin menurun, kadar abu, dimana semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun gambir makan nilai kadar abu semakin meningkat dan uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur) tahu dan memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pH tahu, uji pH air rendaman tahu, kadar air dan kadar protein.

(47)

organoleptik tekstur, semakin lama penyimpanan maka nilai organoleptik tekstur semakin menurun dan lama penyimpanan terhadap kadar abu memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05).

3. Interaksi antara konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total mikroba dan uji organoleptik (warna) tahu, berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pH tahu, pH air perendam, kadar abu, kadar air, kadar protein dan uji organoleptik (tekstur, aroma, dan rasa) tahu.

4. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil yang terbaik adalah kombinasi perlakuan konsentrasi ekstrak daun gambir dan lama penyimpanan G2L2.

Saran

1. Perlunya penambahan garam dalam melakukan uji organoleptik sehingga para

Gambar

Gambar 3. Skema pembuatan ekstrak daun gambir metode maserasi (Sumber : Modifikasi dari Ariani A., dkk., 2014)
Gambar 4. Skema pengawetan tahu menggunakan ekstrak daun gambir.
Tabel 5. Skala uji hedonik warna (numerik)
Tabel 8. Skala uji skor tekstur (numerik)
+7

Referensi

Dokumen terkait

E1 = Kelompok tikus yang diberi ekstrak daun jarak pagar dosis 0.125 g/kgBB.. E2 = Kelompok tikus yang diberi ekstrak daun jarak pagar dosis

Jigsaw” dengan harapan peserta didik bisa bekerjasama dengan anggotanya untuk.. menemukan pemecahan persoalan sehingga ada interaksi antar peserta didik yang menjadikan

Database merupakan tempat penyimpanan data dan informasi yang harus dijaga keamanan dan kerahasiaannya. Untuk menjaga keamanan dan kerahasiaannya data yang di simpan di dalam database

The sections of the farm close to frequently-used roads are indicated as Buffer Zone, where you should not spray. You also ruin the health of the people in your

Pengamanan terhadap file yang terhubung dengan komputer sudah tidak lagi menjamin keamanan data karena kebocoran data dapat disebabkan oleh “orang dalam” atau pihak–pihak

untuk mengembangkan modul pembelajaran aljabar linier dengan tahapan.. pendekatan 4Me (Memahami, Menyelesaikan, Membandingkan

1) Karakteristik industri rumahan opak ketan dan kelontong di Kampung Cikatuncar Kelurahan Kotabaru Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya adalah dengan bahan baku yang

Untuk mewujudkan cita-citanya, Penulis yang kala itu berusia sekitar 5 tahun diantar Bapaknya menuju lembaga pendidikan dan diserahkan kepada Kepala Taman