KEMAMPUAN DAYA HAMBAT SEDIAAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb.) TERPURIFIKASI DENGAN KANDUNGAN KATEKIN ≥90%
TERHADAP Candida albicans
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
KURNIAWATI SUGITO J111 14 007
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2017
KEMAMPUAN DAYA HAMBAT SEDIAAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb.) TERPURIFIKASI DENGAN KANDUNGAN KATEKIN ≥90%
TERHADAP Candida albicans
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
KURNIAWATI SUGITO J111 14 007
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2017
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Kurniawati Sugito NIM : J111 14 007
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar yang telah melakukan penelitian dengan judul Kemampuan Daya Hambat Sediaan Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Terpurifikasi dengan Kandungan Katekin
≥90% terhadap Candida albicans dalam rangka menyelesaikan studi Program Pendidikan Strata Satu.
Dengan ini menyatakan bahwa di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Makassar, 28 September 2017
KURNIAWATI SUGITO
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Kemampuan Daya Hambat Sediaan Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Terpurifikasi dengan Kandungan Katekin
≥90% Terhadap Candida albicans“. Penulisan skripsi ini bertujuan sebagai salah satu syarat penyelesaian studi dalam mencapai gelar sarjana kedokteran gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Salawat dan salam juga penulis haturkan kepada junjungan nabi besar Rasulullah Muhammad SAW sebagai teladan yang membawa manusia dari jalan yang gelap menuju jalan serba pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan banyak pihak. Kesempatan ini, penulis pertama-tama ingin mengucapkan terima kasih serta penghormatan dan penghargaan kepada kedua orang tua penulis yakni Ayahanda Sugito dan Ibunda Masse, karena doa dan restunyalah sehingga rahmat Allah tercurah, serta atas kasih sayang dan kesabarannya dalam memberikan dukungan baik materil maupun moril sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Juga kepada kakak tercinta Reski Handayani dan adik tercinta Restu Sugito, serta Keluarga Besar yang senantiasi memberikan kasih sayang, doa, dukungan, serta semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
Tak lupa pula penulis ucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. drg. Baharuddin Thalib, M.Kes, Sp. Pros sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas bantuan dan bimbingannya selama penulis mengikuti pendidikan.
2. Prof. Dr. drg. Rasmidar Samad, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar dan telaten dalam memberikan arahan, membimbing dan senantiasa memberikan nasehat kepada penulis selama bimbingan dan penyusunan skripsi ini.
3. Prof. Dr. drg. Harlina, M. Kes selaku penasehat akademik selama masa pre- klinik penulis di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, atas bimbingan dan nasehatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen, Staf Akademik, Staf Tata Usaha, Staf Perpustakaan FKG Unhas, dan Staf Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat (IKGM), yang telah banyak membantu penulis.
5. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dekan Fakultas Farmasi UNHAS, Dekan Fakultas Kedokteran UNHAS, Kepala Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Farmasi UNHAS dan Kepala Laboratorium Mikrobiologi Kedokteran UNHAS atas perizinan yang diberikan sehingga penulis dapat melakukan eksperimen, terutama untuk Pak Markus dan kak Abdi atas arahan dan bimbingannya selama penulis melakukan penelitian di laboratorium.
6. Teman-teman INTRUSI 14 tercinta, dan kakak-kakak senior atas dukungan dan semangatnya yang terus diberikan kepada penulis.
7. Teman-teman seperjuangan bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, Magfirah, Winda, Eka Oktaviana, Shaad, Eka Almi, Difa, Uly, dan Nini yang tak kenal lelah membantu penulis dalam proses penelitian.
8. Untuk sahabat-sahabat tercintaku Ria Yuliani Arnas, Muliawaty dan Risnanda Thamrin terima kasih atas semua kasih sayang, dukungan, ide, semangat yang telah diberikan, serta selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi.
9. Sahabat Satu Geng (Riska B, Ariantika, dan Nuru Aulyah) tercinta, yang selalu memberi dukungan penuh tiada hentinya kepada penulis.
10. Kanda-kanda senior Kak Mukhlas, Kak Agung, Kak Ardi, Kak Farid, Kak Ammar, Kak Evha, Kak Ancu, dan Kak Yulia atas nasehat, bimbingan, dan arahan, serta dukungannya kepada penulis.
11. Keluarga Posko Kejayaan KKN-PK Gel. 56 Desa Bontominasa (Grelvan, Daniel, Kak Lita, Kak Ida, Wulan, Ifa, Jiyah, Tita, Suleha) atas dukungan, semangat, dan keceriaan kepada penulis khususnya pada saat berada di lokasi KKN untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Keluarga Besar Alumni SMAN 1 MANIANGPAJO ANGK. 2014 atas dukungan, keceriaan, dan semangat yang luar biasa kepada penulis.
13. Untuk Bapak Lurah Tanete dan Keluarga atas nasehat, bimbingan, motivasi dan arahan, serta dukungannya kepada penulis.
14. Keluarga Besar THE MACZMAN TAMALANREA terima kasih untuk segala bantuan dan masukan dukungan serta kegilaan yang selalu diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Dan bagi semua pihak yang tidak penulis sebutkan namanya,terima kasih telah memberikan kontribusi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran kami hargai demi penyempurnaan penulisan serupa dimasa yang akan datang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat bernilai positif bagi semua pihak yang membutuhkan.
Makassar, 15 September 2017
Penulis
ABSTRAK
Latar belakang: Infeksi rongga mulut dapat disebabkan oleh infeksi jamur disebut sebagai kandidiasis. Candida albicans merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40 – 60 % dari populasi. Bisa menjadi pathogen apabila terjadi ketidakseimbangan dalam ronga mulut. Gambir (Unacaria gambir Roxb.) di Indonesia pada umumnya digunakan untuk menyirih, disamping itu juga dipergunakan untuk mengobati berbagai. Gambir mengandung senyawa fungsional yang termasuk dalam golongan senyawa polifenol yang salah satu unsurnya berupa katekin. Gambir dengan kandungan katekinnya mampu sebagai antibakteri dengan kemampuannya merusak membran dan atau dinding sel bakteri, sehingga mengganggu permebilitas sel itu. Tujuan: Untuk mengetahui kemampuan daya hambat sediaan gambir (Uncaria gambir Roxb.) terpurifikasi dengan kandungan katekin ≥90% terhadap Candida albicans. Bahan dan Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris dan desain penelitian adalah pre and post test with control group design. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah Candida albians yang berasal dari stock culture bakteri yang disimpan dalam Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi dan Laboratorium Mikrobilogi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Penelitian tahap awal dibuat dengan membuat sediaan gambir (Uncaria gambir Roxb.) terpurifikasi dengan kandungan katekin ≥90% dengan konsentrasi 2%, 6%, dan 10%. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian efek antifungi dengan metode difusi menggunakan kertas cakram. Zona bening yang terbentuk disekeliling kertas cakram diukur menggunakan jangka sorong. Pengujian selanjutnya adalah uji daya bunuh dengan menggunakan 2 buah cawan petri, cawan yang berisi Candida albicans sebelum dan setelah pemberian sediaan gambir. Metode yang digunakan adalah metode pengenceran yang dilakukan sebanyak 1x10-10. Koloni yang terbentuk dihitung secara manual. Hasil: berdasarkan hasil uji statistik diperoleh perbandingan antar kelompok konsentrasi sediaan gambir (Uncaria gambir Roxb.) terpurifikasi dengan kandungan katekin ≥90% menunjukkan bahwa dari ketiga konsentrasi memiliki perbedaan daya hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans yang signifikan (p<0,05) dan efek semakin meningkat pada konsentrasi yang tinggi serta terdapat pengurangan jumlah koloni yang signifikan. Kesimpulan: Sediaan gambir (Uncaria gambir Roxb.) terpurifikasi dengan kandungan katekin ≥90%
memiliki aktivitas antifungi terhadap pertumbuhan Candida albicans .
Kata kunci: Sediaan gambir (Uncaria gambir Roxb.) terpurifikasi dengan kandungan katekin ≥90%, efek antifungi, Candida albicans.
ABSTRACT
Background: Infections of the oral cavity can be caused by a fungal infection referred to as candidiasis. Candida albicans is a normal microflora of the oral cavity, this microorganism reaches 40-60% of the population. This fungus may turn out to be pathogenic. Gambier (Uncaria gambir Roxb.) In Indonesia is commonly used to slit, in addition it is also used to treat various. Gambier contains functional compounds belonging to the class of polyphenol compounds, one of which is a catechin. Gambier with its catechin content is capable of as an antibacterial with its ability to damage the membrane and or cell wall of bacteria, thus disrupting the cell's permeability. Purpose: To know the capability inhibit of the Purified Gambier (Uncaria gambir Roxb.) preparation with ≥90% catechin content to Candida albicans. Materials and Methods: This research is laboratory experimental and research design is pre and post test with control group design.
Sampel of this research is Candida albicans from bacteria culture stock in Microbacterium Laboratory of Medical Faculty in Hasanuddin University. The research was conducted at the Laboratory Farmakognosi Fitokimia of Pharmascy Faculty and Laboratory Microbiology of medical Faculty in Hasanuddin University. Early stage research done by making the Purified Gambier (Uncaria gambir Roxb.) preparation with ≥90% catechin content in 2%, 6%, and 10%
concentration. Then continued by testing the antifungal effect by diffusion method using paper disc. The celar zone was formed around the disc was measure using the caliper. The next test is a tes of the kill power of Purified Gambier (Uncaria gambir Roxb.) preparation with ≥90% catechin content to the growth of Candida albicans. This test using 2 petri dish, containing Candida albicans before and afer giving the preparation. The method used is dilution method performed as much as 1x10-10. Colonies formed ware calculated manually. Result: based on result of statistical test, it was found that the ratio between concentration of Purified Gambier (Uncaria gambir Roxb.) preparation with ≥90% catechin content showed that from all three concentrations had different inhibitory effect on Candida albicans growth (p <0,05) is increasing at high concentrations and there is a significant reduction in the number of colonies. Conclusion: Purified Gambier (Uncaria gambir Roxb.) preparation with ≥90% catechin content has antifungal activity against Candida albicans growth.
Keywords: Purified Gambier (Uncaria gambir Roxb.) preparation with ≥90%
catechin content, antifungal effect, Candida albicans.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Penelitian ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.3 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambir (Uncaria Gambir Roxb.) ... 7
2.1.1 Taksonomi ... 8
2.1.2 Morfologi ... 8
2.1.3 Kandungan Kimia Gambir ... 9
2.1.3.1 Katekin Gambir ... 11
2.1.4 Toksisitas ... 12
2.1.5 Manfaat ... 13
2.2 Candida albicans ... 15
2.2.1 Deskripsi ... 15
2.2.2 Klasifikasi Candida albicans ... 15
2.2.3 Morfologi Candida albicans ... 16
2.2.4 Patogenesis Candida albicans ... 17
2.2.5 Zat yang menghambat poliferasi Candida albicans ... 19
2.3 Mekanisme keja antijamur ... 20
BAB III KERANGKA TEORI DAN KONSEP 3.1 Kerangka Teori ... 23
3.2 Kerangka Konsep ... 23
3.3 Variabel yang di teliti ... 25
3.4 Keterbatasan Penelitian ... 25
3.5 Hipotesa ... 26
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 27
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
4.2.1 Tempat Penelitian ... 27
4.2.2 Waktu Penelitian ... 27
4.3 Sampel Penelitian ... 27
4.4 Defenisi Operasional Variabel ... 27
4.5 Kriteria Penelitian ... 28
4.6 Alat dan Bahan ... 28
4.5 Alat ... 28
4.5 Bahan ... 29
4.7. Prosedur Penelitian ... 30
4.7.1 Sterisasi Alat ... 30
4.7.2 Pembuatan Larutan Pengenceran ... 30
4.7.3 Pembuatan Medium ... 31
4.7.4 Pemurnian ... 31
4.7.5 Uji Daya Hambat ... 31
4.7.6 Uji Daya Bunuh ... 32
4.8 Data ... 33
4.8.1 Jenis Data ... 33
4.8.2 Rencana Analisis Data ... 33
4.9 Alur Penelitian ... 34
BAB V HASIL PENELITIAN ... 35
BAB VI PEMBAHASAN ... 43
BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan ... 49
7.2 Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
LAMPIRAN ... 55
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb) ... 7 Gambar 2.1.3.1 Struktur kimia katekin ... 11 Gambar 2.2.2 Candida albicans ... 16 Gambar 4.7.2.1 Proses penimbangan untuk menentukan berat sediaan gambir
(Uncaria gambir Roxb.) Terpurifikasi dengan Kandungan Katekin ≥90%yang akan diencerkan pada masing-masing konsentrasi ... 30 Gambar 4.7.2.2 Sediaan gambir (Uncaria gambir Roxb.) Terpurifikasi dengan
Kandungan Katekin ≥90% yang telah diencerkan dengan konsentrasi 2%, 6%, 10% ... 30 Gambar 4.7.4.1 Proses pembiakan Candida albicans pada media SDA ... 31 Gambar 5.1 Zona inhibisi yang terbentuk setelah inkubasi 24 jam ... 36 Gambar 5.2 Jumlah koloni sebelum pemberian sediaan Gambir terpurifikasi
dengan kandungan katekin ≥90% ... 41 Gambar 5.3 Jumlah koloni setelah pemberian sediaan Gambir terpurifikasi
dengan kandungan katekin ≥90% ... 41 Gambar 6.1 Sediaan Gambir (Uncaria gambir Roxb.) terpurifikasi dengan
kandungan katekin ≥90% ... 43
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Diameter Zona Inhibisi Sediaan Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Terpurifikasi dengan Kandungan Katekin ≥90%
terhadap Candida albicans Berdasarkan Konsentrasi ... 37 Tabel 5.2 Nilai Rerata Standar Deviasi Zona Inhibisi Sediaan Gambir (Uncaria
gambir Roxb.) Terpurifikasi dengan Kandungan Katekin ≥90%
terhadap Candida albicans berdasarkan Konsentrasi ... 38 Tabel 5.3 Perbedaan Nilai Rerata Daya Sediaan Gambir (Uncaria gambir Roxb.)
Terpurifikasi dengan Kandungan Katekin ≥90% terhadap Candida albicans ... 39 Tabel 5.4 Perbedaan nilai-rerata zona inhibisi antar kelompok Konsentrasi 6%
dan Konsentrasi 10% ... 39 Tabel 5.5 Perbedaan nilai-rerata zona inhibisi antar kelompok Konsentrasi 10%
dan Kontrol Positif ... 40 Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Jumlah Koloni Candida albicans Sebelum dan
Setelah Pemberian Sediaan Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Terpurifikasi dengan Kandungan Katekin ≥90% ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumentasi Penelitian ... 56
2. Surat Pernyataan Perpustakaan ... 62
3. Surat Pernyataan Pembimbing ... 63
4. Surat Izin Penelitian/ Pengambilan Data ... 64
5. Surat Penugasan Penelitian ... 65
6. Surat Keterangan Penelitian ... 66
7. Kartu Kontrol Skripsi ... 67
8. Berita Acara Seminar Proposal Skripsi ... 69
9. Berita Acara Seminar Hasil Skripsi ... 7
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di Asia dengan prevalensi gangguan kesehatan gigi dan mulut yang cukup tinggi tiap tahunnya.1 Infeksi rongga mulut dapat disebabkan oleh infeksi jamur disebut sebagai kandidiasis.
Lebih dari 50% atau sekitar 80% berada di rongga mulut, sebagian jamur juga ditemukan di bagian tubuh lainnya.2
Candida albicans merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40 – 60 % dari populasi.3 Tapi tidak hanya Candida albicans banyak jenis jamur yang terdapat di dalam rongga mulut.2
Candida albicans yang menyebabkan infeksi jamur bersifat opertunistik dan merupakan flora normal dalam tubuh manusia. Bisa menjadi pathogen apabila terjadi ketidakseimbangan dalam ronga mulut.2 Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus.3,9 Pada keadaan akut kandidiasis dapat menimbulkan keluhan seperti rasa terbakar (burning sensation ), rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau labial dan rasa kering atau xerostomia.4,11
Manifestasi kandidiasis secara klinis di rongga mulut ada beberapa macam, yang merupakan infeksi superfisial, yaitu: kandidiasis pseudomembran akut, kandidiasis keratotik kronik, kandidiasis atrofik akut, kandidiasis atrofik kronis dan angular cheilitis.2,10
Kandidiasis oral yang sering disebut juga monilasis merupakan suatau infeksi yang sering dijumpai, khususnya dalam rongga mulut. Prevalensinya sebesar 20%-75% pada manusia sehat tanpa gejala. Sedangkan kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka kemarian sebesar 71%-79%.33
Diagnosis kandidiasis rongga mulut ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan mikologi, dan pengambilan spesimen dengan cara swab pada permukaan lesi yang diduga telah terinfeksi kandida. Pemeriksaan kandidiasis dapat dilakukan secara direct atau indirect. Pemeriksaan direct dapat dilakukan dengan menggunakan KOH, pengecatan Toluen Blue, dan Gram. Cara ini tergolong mudah dan murah, namun kurang sensitif dan seringkali hasilnya false negatif. Untuk itu, pemeriksaan indirect/ kultur lebih bagus untuk mengidentifikasi kandida hingga spesiesnya. Hingga saat ini pemeriksaan Polymerase Chain Reactions (PCR) untuk mendeteksi DNA kandida juga masih dianggap kurang sensitif jika dibandingkan dengan menggunakan pemeriksaan kultur.34, 35
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya pertumbuhan jamur adalah pola makan modern yang kaya karbohidrat, seperti bermacam jenis gula (glukosa, sukrosa, dll). Glukosa merupakan salah satu bentuk karbohidrat yang berperan kuat dalam perkembangan infeksi Candida albicans. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa perlekatan Candida albicans ke sel epitel bukal rongga mulut pada manusia meningkat secara signifikan setelah mengkonsumsi karbohidrat seperti galaktosa, glukosa, sukrosa, fruktosa, maltosa, dan sorbitol.36
Dewasa ini, berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka mempertahankan kesehatan gigi dan mulut, diantaranya dengan menyikat gigi, rutin berkumur dengan larutan mouthwash, serta kontrol plak melalui tindakan scaling.37
Selain itu, salah satu upaya alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan bahan herbal. Obat herbal mempunyai kelebihan di bandingkan dengan obat modern yaitu mempunyai efek samping yang lebih rendah dan dalam satu tanaman mempunyai bermacam-macam khasiat
.
2 Salah satu bahan herbal yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu adalah gambir melalui kebiasaan menyirih. Menyirih merupakan proses meramu campuran dari unsur-unsur yang telah dipilih yang dibungkus dalam daun sirih kemudian dikunyah dalam waktu beberapa menit. Mereka meyakini bahwa kebiasaan tersebut merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan dan kekuatan gigi.37Gambir (Unacaria gambir Roxb.) di Indonesia pada umumnya digunakan untuk menyirih, disamping itu juga dipergunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, sariawan, obat kumur pada sakit kerongkongan, sakit kulit, penyemak kulit, bahan pewarna tekstil dan obat astragensia.5
Kandungan utama ekstrak gambir adalah katekin sekitar 7-33%. Selain katekin ekstrak gambir mengandung ber-macam-macam komponen, antara lain : Asam kathechu tannat 20-55%, pyrokatechol 20-30 %, gambir floresen 1-3 %, katechu merah 3-5%, quersetin 2-4 %, fixed oil 1-2% dan wax 1-2 %. 6
Gambir mengandung senyawa fungsional yang termasuk dalam golongan senyawa polifenol yang salah satu unsurnya berupa katekin. Gambir dengan kandungan katekinnya mampu sebagai antibakteri dengan kemampuannya merusak membran dan atau dinding sel bakteri, sehingga mengganggu permebilitas sel itu. Akibat terganggunya permebilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. Selain itu katekin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein, karena katekin mempuyai efek yang sama dengan senyawa fenolik.5
Senyawa flavonoid mempunyai fungsi sebagai antialergi, antivirus, antifungi dan antiinflamasi dan flavonoid mempunyai toksisitas yang rendah, sehingga dapat di gunakan sebagai obat pada manusia.2 Sejalan dengan hasil penelitian VR.
Ciptaningtyas yang menyatakan bahwa kemampuan gambir sebagai tanaman obat disebabkan oleh adanya komponen bioaktif. Komponen fitokimia utama pada daun gambir adalah flavonoid berupa ketekin sekitar 40%.38 Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lucida et al (2007) bahwa fitokimia utama pada tanaman gambir terdapat pada bagian daun berupa senyawa flavonoid (katekin 50%).39 Hal ini senada dengan dengan pendapat Pambayun dkk. (2007) yang mengatakan bahwa ekstrak gambir mengandung senyawa katekin dengan kadar 67,55-72,02 persen.40 Katekin dalam gambir merupakan senyawa flavonoid yang dapat ditemukan pada teh hijau, teh hitam, anggur dan kakao serta buah patikala.2
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suraini dkk (2015), uji aktivitas antijamur ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb.) dengan konsentrasi 50%, 60%,
70%, 80%, 90%, dan 100% terhadap Candida albicans secara in vitro didapatkan bahwa kadar bunuh minimal dari ekstrak etanol gambir terhadap jamur Candida albicans adalah 100%, kadar bunuh minimal adalah kadar terendah dari antimikroba yang dapat membunuh jamur yang ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan jamur pada media.27
Tingginya kandungan katekin pada gambir yang diduga berpotensi sebagai antifungi yang mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans. Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan kemampuan ekstrak gambir sebagai antibakteri dan antifungi, namun penelitian mengenai kemampuan antifungi zat aktif utama dalam tanaman gambir yakni katekin belum banyak dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifungi kandungan katekin pada tanaman gambir terhadap Candida albicans. Aktivitas antifungi yang akan diamati adalah bukan hanya kemampuan (daya) hambat, tetapi juga meneliti kemampuan (daya) bunuh sediaan katekin gambir terhadap Candida albicans.
Tidak hanya luas zona inhibisi yang diketahui tetapi juga dapat dihitung jumlah bakteri yang dapat dihambat.
Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu diadakan penelitian dengan judul “Efek Antifungi Sediaan Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Terpurifikasi dengan Kandungan Katekin ≥90% terhadap Candida albicans” untuk mengetahui kemampuan daya hambat dan jumlah bakteri Candida albicans yang dapat dihambat setelah pemberian sediaan katekin gambir.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengangkat rumusan masalah
“Bagaimana kemampuan daya hambat sediaan gambir (Uncaria gambir Roxb.) terpurifikasi dengan kandungan katekin ≥90% terhadap Candida albicans ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
Untuk mengetahui kemampuan daya hambat sediaan gambir (Uncaria gambir Roxb.) terpurifikasi dengan kandungan katekin ≥90% terhadap Candida albicans.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan memberi informasi ilmiah mengenai kemampuan daya hambat sediaan gambir (Uncaria gambir Roxb.) terpurifikasi dengan kandungan katekin ≥90% terhadap Candida albicans.
2. Menambahkan ilmu pengetahuan dan memberikan informasi kepada praktisi kedokteran gigi dan masyarakat tentang manfaat dari tanaman lokal Gambir (Uncaria gambir Roxb.).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambir (Uncaria Gambir Roxb.)
Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan salah satu komoditas perkebunan rakyat yang berorientasi ekspor.Varietas unggul gambir menurut Departemen Pertanian (SK Mentan tahun 2007) adalah varietas udang (berasal dari Muarapaiti, Lima Puluh Kota), varietas Riau (berasal dari Siguntur, Pesisir Selatan), dan varietas Cubadak (berasal dari Siguntur, Pesisir Selatan). 6
Gambir (Uncaria gambir Roxb.) di Indonesia pada umumnya digunakan untuk menyirih, disamping itu juga dipergunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, sariawan, obat kumur pada sakit kerongkongan, sakit kulit, penyemak kulit, dan obat astragensia.5
Gambar 2.1 Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb) Sumber: https://otoalam.files.wordpress.com/2011/03/gambir.jpg
2.1.1 Taksonomi
Taksonomi dari tumbuhan gambir yaitu 15 : Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Gentianales Famili : Rubiaceae Genus : Uncaria
Spesies : Uncaria gambir
2.1.2 Morfologi
1. Morfologi batang gambir
Tanaman gambir adalah tanaman perdu yang memanjat. Tanaman gambir mempunyai batang yang merupakan padatan berbentuk kubus atau silinder tak beraturan dan tidak berambut. Percabangan tanaman gambir adalah simpodial.
Warna permukaan luar batang gambir berwarna cokelat muda hingga cokelat tua kemerahan. Baunya khas dan rasanya sedikit pahit kemanisan.6,41
2. Morfologi daun gambir
Daun gambir adalah daun tunggal yang tumbuh di tangkai batang. Daun gambir berbentuk oval memanjang dengan bagian ujung daun meruncing dan bagian tepi daun bergerigi. Permukaan daun tidak berbulu atau licin, dengan tangkai daunnya berukuran pendek. Panjang daun gambir sekitar 8-13 cm dengan lebar 4-7 cm. Daun gambir memiliki kait di antara dua tangkai
daunnya. Daun gambir letaknya berhadapan, dan pertulangan daun bagian bawah menonjol.6,41
3. Morfologi bunga gambir
Bunga tanaman gambir adalah bunga majemuk yang bentuknya seperti lonceng dan tumbuh di ketiak daun. Ukuran bunga gambir sekitar 5 cm.
mahkotanya berjumlah 5 helai yang berbentuk lonjong dan berwarna ungu.
Kelopak bunga gambir pendek dan benang dari berjumlah lima.6,41 4. Morfologi buah gambir
Buah tanaman gambir berbentuk polong semu yang berpenampang sampai 2 cm. buah gambir ini penuh dengan biji-biji yang halus dan berukuran kurang lebih 1-2 mm. Bagian luar buah terdapat sayap yang memungkinkan biji gambir tersebar karena angin. Biji gambir berjumlah banyak, berbentuk seperti jarum dan berukuran kecil serta berwarna kuning.41
2.1.3 Kandungan Kimia Gambir
Kandungan utama ekstrak Gambir adalah katekin sekitar 7-33%. Selain katekin ekstrak gambir mengandung bermacam-macam komponen, antara lain : Asam kathechu tannat 20-55%, pyrokatechol 20-30 %, gambir floresen 1-3 %, katechu merah 3-5%, quersetin 2-4 %, fixed oil 1-2% dan wax 1-2 %. 6
Ekstrak Gambir mengandung senyawa fungsional yang termasuk dalam golongan senyawa polifenol dan senyawa ini merupakan hasil metabolit sekunder tanaman yang menyusun golongan tanin. Salah satu yang termasuk dalam senyawa polifenol adalah flavanoid. Katekin merupakan senyawa golongan tanin
oligomeric procya-nidin (OPC).6 Katekin biasanya disebut asam catechoat dengan rumus kimia C15H14O6, tidak berwarna. Katekin dalam gambir merupakan senyawa flavonoid yang mempunyai fungsi sebagai antialergi, antivirus, antifungi dan antiinflamasi dan flavonoid mempunyai toksisitas yang rendah, sehingga dapat di gunakan sebagai obat pada manusia.
a. Flavonoid
Flavonoid merupakan aktibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang menganggu integritas membran sel bakteri.16 Fungsi umum flavonoid adalah sebagai antioksidan yang berkekuatan sangat tinggi, sehingga dapat menghilangkan efek merusak yang terjadi pada oksigen dalam tubuh manusia. Selain itu flavonoid juga berfungsi untuk melindungi struktur sel dalam tubuh, meningkatkan penyerapan dan penggunaan vitamin C dalam tubuh.
Manfaat flavonoid yang lain adalah sebagai antiradang (antiinflamasi), mencegah terjadinya pengeroposan tulang dan antibiotika dengan mengganggu fungsi dari virus atau bakteri. Selain itu, bioflavonoid juga berfungsi untuk memblokade terbentuknya prostaglandin penyebab nyeri, menstimulasi sel darah putih, serta meningkatkan daya serang terhadap bakteri patogen. Flavonoid biasanya banyak ditemukan pada buah-buahan, daun teh, sayuran.17
b. Tanin
Tanin dapat digunakan sebagai adstringen yang menyebabkan penciutan pori- pori kulit, memperkeras kulit, menghentikan perdarahan yang ringan, antiseptic dan obat luka bakar.16
c. Polifenol
Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa kelompok polifenol memiliki peran sebagai antioksidan yang baik untuk kesehatan. Antioksidan polifenol dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dan kanker. Terdapat penelitian yang menyimpulkan polifenol dapat mengurangi risiko penyakit Alzheimer.18
2.1.3.1 Katekin Gambir
Katekin adalah segolongan metabolit sekunder yang secara alami dihasilkan oleh tumbuhan dan termasuk dalam golongan flavonoid.
Flavonoid biasanya banyak ditemukan pada buah-buahan, daun teh, sayuran dan juga pada Uncaria gambir Roxb. Katekin biasanya disebut asam catechoat dengan rumus kimia C15H14O6, tidak berwarna. Katekin juga memiliki aktivitas biologis yang penting, seperti aktivitas anti tumor dan antioksidan.43,45
Gambar 2.1.3.1 Struktur Kimia Katekin Sumber: Evens dan Trease, 1985
Katekin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder tanaman yang memiliki banyak gugus fenol. Senyawa polifenol berperan sebagai
antimikroba dan antioksidan (Silvikasari 2010). Pembentukan metabolit sekunder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain suhu, pH, aktivitas air, dan intensitas cahaya. Laju reaksi thermal (non fotokimia) peka terhadap suhu dan beberapa laju reaksi akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu 10oC. Ketinggian tempat berhubungan dengan suhu udara dimana setiap kenaikan 100 m, suhu udara akan menurun sebesar 0,6oC sehingga jumlah panas yang diterima bumi juga semakin menurun (Muhsanati 2012). Tidak mengherankan apabila di pasaran ditemukan bahan tanaman sebagai bahan baku simplisia yang berasal dari daerah tertentu memiliki keunggulan tertentu pula. Hasil penelitian Ferita (2011) mengindikasikan adanya kecenderungan faktor ketinggian tempat mempengaruhi kadar katekin yang terkandung dalam tanaman gambir. Di Sumatera Barat sendiri sentra penanaman gambir tersebar mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dan para petani masih menanam semua tipe tanaman gambir di areal pertanaman.46
2.1.4 Toksisitas
Gambir selain memiliki banyak khasiat dan kegunaan, juga memiliki efek toksisitas. Penelitian yang telah dilakukan oleh Hilpani 2012, setelah pemberian dosis 1000 mg/kgBB mencit tidak ada yang mati, tetapi setelah diberikan dosis 8000 mg/kgBB, mencit ada yang mati dengan ataksia sebelum kematian. Dari hasil pemeriksaan histologi menunjukkan adanya gejala patologis sel radang yang ditemukan pada organ hati dan usus. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa gambir memiliki efek toksisitas pada tubuh jika menggunakan
2.1.5 Manfaat
Buah gambir memiliki banyak manfaat khususnya untuk kesehatan tubuh, antara lain, mengobati sakit kepala terutama sakit kepala sebelah atau migrain, mengobati diare akut, mengatasi penyakit disentri, meredakan penyakit radang tenggorokan, menyembuhkan penyakit panas dalam yang mengganggu kesehatan mulut dan gusi, mengobati luka bakar, serta mengatasi sariawan dan bibir pecah-pecah.41
Gambir biasa digunakan sebagai komponen menyirih, gambir merangsang keluarnya getah empedu sehingga membantu kelancaran proses pencernaan di perut dan usus. Fungsi lain adalah sebagai campuran obat, sebagai obat luka bakar, obat sakit kepala, obat kumur, serta obat sakit kulit.42,43
Buah gambir sering digunakan para ibu- ibu dan nenek- nenek untuk campuran menyirih yang berguna untuk menguatkan gigi sehingga tidak mudah keropos ataupun patah. Bukti emperis dan bukti ilmiah tersebut merupakan pentunjuk bahwa daun gambir mengandung komponen bioaktif yang berperan sebagai antrimikroba.41
Gambir juga bisa di pergunakan sebagai perawatan kecantikan. Diantaranya bisa membantu mengurangi noda bekas jerawat di wajah dengan mengunakan masker gambir. Dalam bidang kesehatan, khasiat gambir sebagai astringen dan hemostatik. Menurut penelitian Zulfadli pada tahun 1989, Farmasi, FMIPA, UNAND. Telah dilakukan Uji Mikrobiologi Ekstrak daun dan ranting gambir terhadap beberapa bakteri terhadap penyebab diare secara in vitro. Dari hasil penelitian tersebut ternyata ekstrak daun dan ranting gambir bisa menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab diare. Getah gambir juga bisa dipergunakan untuk terapi maag. Orang tua jaman dahulu sering menggunakan gambir untuk obat sakit perut dan diare, mengobati sakit kepala terutama sakit kepala sebelah atau migrain, penyakit radang tenggorokan dan juga sebagai obat penyakit panas dalam. Selain itu Penggunaan gambir yang umum dikenal dalam makan sirih sebagai campuran bahan untuk penambah rasa nikmat.19
Penelitian yang berkaitan dengan aktivitas ekstrak gambir telah banyak dilakukan diantaranya aktivitas antioksidan dan anti bakteri dari turunan metal ekstrak etanol daun gambir sebagai antiseptik mulut dan gambir sebagai imunodilator. Selain itu juga telah diteliti kemampuan ekstrak gambir sebagai penghambat sintesa asam lemak, efektoksik ekstrak gambir terhadap organ ginjal, hati dan jantung serta antifeedan terhadap hama Spodopteralitura.41
Penelitian yang berkaitan dengan aktivitas ekstrak gambir telah banyak dilakukan diantaranya aktivitas antioksidan dan antibakteri dari turunan metil ekstrak etanol daun gambir (Kresnawaty dan Zainuddin, 2009), sebagai antiseptik mulut (Lucidaet al,2007), dan gambir sebagai imunodilator (Ismail dan Asad,2009).43 Selain itu juga telah diteliti kemampuan ekstrak gambir sebagai penghambat sintesa asam lemak (Shu-Yan et al,. 2008), beberapa aktivitas ekstrak gambir di atas sebagian besar disebabkan oleh katekin yang terkandung di dalam gambir.25
Beberapa aayuktivitas ekstrak gambir di atas sebagian besar disebabkan oleh katekin yang terkandung di dalam gambir. Selain uji aktivitas dari ekstrak gambir, telah dilakukan juga beberapa uji aktivitas dari katekin, diantaranya katekin
sebagai antimikroba, sebagai antispasmodik, bronkodilator dan vasodilator serta digunakan pada penderita gingivitis. Untuk penggunaan sebagai kosmetik, telah dilakukan uji diantaranya sebagai antiaging, sebagai anti jerawat dan untuk menurunkan berat badan.20
2.2 Candida Albicans 2.2.1 Deskripsi
Candida albicans merupakan jamur flora normal alam rongga mulut yang bersifat oportunistik dan dapat menjadi pathogen jika lingkungan sekitarnya memungkinkan jamur ini berkembang biak menjadi lebih banyak sehingga dapat menyebabkan gangguan penyakit seperti sariawan, lesi pada kulit, vulvoagnitis, gastrointertinal candidiasis.12 Beberapa karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) atau sferis dengan diameter 3-5 µm dan dapat memproduksi pseudohifa.13
2.2.2 Klasifikasi Candida albicans 14 Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Subfilum : Saccharomycotina
Klas : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales Famii : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
Sinonim : Cadida stellatoide atau Oidum albicans
Gambar 2.2.2 Candida albicans
Sumber:Kenneth JR, George CR. Sherris medical microbiology
2.2.3 Morfologi Candida albicans
Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel tersebut adalah memberi bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari lingkungannya.12
Candida albicans mempunyai struktur dinding sel yang kompleks, tebalnya 100 sampai 400 nm. Komposisi primer terdiri dari glukan, manan dan khitin.
Manan dan protein berjumlah sekitar 15,2 – 30 % dari berat kering dinding sel, - 1-D-glukan dan 1,6-D-glukan sekitar 47-60%, khitin sekitar 0,6-9, protein 6-25 % dan lipid 1-7 %. Dalam bentuk ragi, kecambah dan miselium memiliki khitin tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan sel ragi.12
2.2.4 Patogenesis Candida albicans
Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel host menjadi syarat mutlak untuk berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui bahwa interaksi antara mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Makanan dan manoprotein merupakan molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesive. Setelah terjadi proses penempelan, Candida albicans berpenetrasi ke dalam sel epitel mukosa.
Dalam hal ini enzim yang berperan adalah aminopeptidase dan asam fosfatase.
Apa yang terjadi setelah proses penetrasi tergantung dari keadaan imun dari host.21 Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saproba dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu. Faktor faktor yang dihubungkan dengan meningkatnya kasus kandidiasis antara lain disebabkan oleh :
1. Kondisi tubuh yang lemah atau keadaan umum yang buruk, misalnya: bayi 2. baru lahir, orang tua renta, penderita penyakit menahun, orang-orang 3. dengan gizi rendah
4. Penyakit tertentu, misalnya: diabetes mellitus 5. Kehamilan
6. Rangsangan setempat pada kulit oleh cairan yang terjadi terus menerus, misalnya oleh air, keringat, urin atau air liur.
7. Penggunaan obat di antaranya: antibiotik, kortikosteroid dan sitostatik.
Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya perubahan dalam sistem pertahanan tubuh. Blastospora berkembang menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa semu tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi. Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan serta invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase dan fosfolipase.21
Candida albicans menyebabkan penyakit sistemik progresif pada penderita yang lemah atau sistem imunnya tertekan, terutama jika imunitas perantara sel terganggu. Candida dapat menimbulkan invasi dalam aliran darah, tromboflebitis, endokarditis. Atau infeksi pada mata dan organ-organ lain bila dimasukkan secara intravena (keteter, jarum, hiperalimenasi, penyalahgunaan narkotika dan sebagainya).15
Infeksi kandidiasis dapat diobati dan mengakibatkan komplikasi minimal seperti kemerahan, gatal dan ketidaknyamanan, meskipun komplikasi bisa berat atau fatal jika tidak ditangani sesegera mungkin. Dalam bidang kesehatan, kandidiasis adalah infeksi lokal biasanya pada mukosa membran kulit, termasuk rongga mulut (sariawan) faring atau esofagus, saluran pencernaan, kandung kemih, atau alat kelamin (vagina,penis). Infeksi jamur bisa menyebar ke seluruh tubuh. Dalam Penyakit kandidiasis sistemik, hingga 75 persen orang bisa meninggal.12
2.2.5 Zat yang menghambat poliferasi Candida albicans
Zat yang dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan Candida, diantaranya adalah vitamin dan mineral yang khususnya penting bagi pemeliharaan sistem kekebalan yang kuat meliputi: vitamin A, Vitamin B6, Zinc, Selenium, magnesium, asam folat, zat besi (terkandung dalam rosella), Asam lemak esensial.21 Adapun zat lain yang menghambat pertumbuhan Candida albicans :
a. Berberin menghancurkan Candida Albicans.
b. Antioksidan (terkandung dalam rosella) mengurangi kerusakan Radikal Bebas yang disebabkan oleh Candida albicans.
c. Beta 1,3 Glucan exerts bersifat anti-jamur terhadap pertumbuhan Candida albicans.
d. Chitosan menghambat proliferasi Candida albicans.
e. Glukomanan menekan proliferasi Candida albicans.
f. Beta-carotene (terkandung dalam rosella) melindungi vagina terhadap proliferasi Candida albicans.
g. Bromelain meningkatkan kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk pertahanan terhadap Candida albicans.
h. Dismutase superoksida (SOD) (disuntikkan intravena) mengurangi poliferasi Candida.
i. Alpha Linolenic Acid (LNA) adalah fungisida yang efektif yang dapat membunuh ragi Candida albicans.
j. Asam kaprilat menghambat pertumbuhan Candida albicans dalam usus.
k. Echinacoside mencegah kambuhnya infeksi oleh Candida albicans.
l. Asam linoleat (LA) adalah fungisida yang efektif yang membunuh Candida albicans.
m. Asam Undecylenic menghambat Candida albicans.
n. Karbohidrat (terkandung dalam rosella), Glukomanan dapat menekan proliferasi Candida albicans.
o. Protein (terkandung dalam rosella), laktoferin (dalam bentuk apolaktoferin nya) dapat membunuh Candida albicans.
p. Vitamin, Biotin dapat menurunkan poliferasi Candida albicans (terutama dengan mencegah Candida albicans dari konversi untuk membentuk rhizoid nya). Candida albicans adalah musuh dari Vitamin C (terkandung dalam rosella) dan suplemen Vitamin C melawan kekurangan vitamin C yang dapat terjadi sebagai akibat dari poliferasi Candida albicans.44
2.3 Mekanisme Kerja Antijamur
Antijamur/antimikroba adalah suatu bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme. Pemakaian bahan antimikroba merupakan suatu usaha untuk mengendalikan bakteri maupun jamur, yaitu segala kegiatan yang dapat menghambat, membasmi, atau menyingkirkan mikroorganisme.22
Tujuan utama pengendalian mikroorganisme untuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan perusakan oleh mikroorganisme. Ada beberapa hal
yang harus dipenuhi oleh suatu bahan antimikroba, seperti mampu mematikan mikroorganisme, mudah larut dan bersifat stabil, tidak bersifat racun bagi manusia dan hewan, tidak bergabung dengan bahan organik, efektif pada suhu kamar dan suhu tubuh, tidak menimbulkan karat dan warna, berkemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, murah dan mudah didapat.22
Antimikroba menghambat pertumbuhan mikroba dengan cara bakteriostatik atau bakterisida. Hambatan ini terjadi sebagai akibat gangguan reaksi yang esensial untuk pertumbuhan. Reaksi tersebut merupakan satu-satunya jalan untuk mensintesis makromolekul seperti protein atau asam nukleat, sintesis struktur sel seperti dinding sel atau membran sel dan sebagainya. Antibiotik tertentu dapat menghambat beberapa reaksi, reaksi tersebut ada yang esensial untuk pertumbuhan dan ada yang kurang esensial.23
Mekanisme antijamur dapat dikelompokkan sebagai gangguan pada membran sel, gangguan ini terjadi karena adanya ergosterol dalam sel jamur, ini adalah komponen sterol yang sangat penting sangat mudah diserang oleh antibiotik turunan polien. Kompleks polien-ergosterol yang terjadi dapat membentuk suatu pori dan melalui pori tersebut konstituen essensial sel jamur seperti ion K, fosfat anorganik, asam karboksilat, asam amino dan ester fosfat bocor keluar hingga menyebabkan kematian sel jamur.24
Penghambatan biosintesis ergosterol dalam sel jamur, mekanisme ini merupakan mekanisme yang disebabkan oleh senyawa turunan imidazol karena mampu menimbulkan ketidakteraturan membran sitoplasma jamur dengan cara mengubah permeabilitas membran dan mengubah fungsi membran dalam proses
pengangkutan senyawa-senyawa essensial yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan metabolik sehingga menghambat pertumbuhan atau menimbulkan kematian sel jamur.24
Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein jamur, merupakan mekanisme yang disebabkan oleh senyawa turunan pirimidin. Efek antijamur terjadi karena senyawa turunan pirimidin mampu mengalami metabolisme dalam sel jamur menjadi suatu antimetabolit. Metabolik antagonis tersebut kemudian bergabung dengan asam ribonukleat dan kemudian menghambat sintesis asam nukleat dan protein jamur. Penghambatan mitosis jamur, efek antijamur ini terjadi karena adanya senyawa antibiotik griseofulvin yang mampu mengikat protein mikrotubuli dalam sel, kemudian merusak struktur spindle mitotic dan menghentikan metafasa pembelahan sel jamur.24