• Tidak ada hasil yang ditemukan

LOYALITAS PELANGGAN HANDPHONE NOKIA DI “APOLLO CELL” MARINA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LOYALITAS PELANGGAN HANDPHONE NOKIA DI “APOLLO CELL” MARINA SURABAYA."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

J ur usan Manajemen

Oleh :

ACHMAD FAIZAL

0612010011 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

S K R I P S I

Oleh :

ACHMAD FAIZAL

0612010011 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(3)

DI “APOLLO CELL” MARINA

SURABAYA

Diajukan Oleh :

ACHMAD FAIZAL 0612010011 / FE / EM

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 31 Juli 2013

Tim Penguji : Pembimbing Ketua

Rizky Der mawan, SE, MM Dr . Pr asetyohadi, SE, MM Sekretaris

Sugeng Pur wanto, SE, MM

Anggota

Rizky Der mawan, SE, MM

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(4)

PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP

KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN

HANDPHONE NOKIA

(Studi di “Apollo Cell” Di Plaza Marina Surabaya)

Yang Diajukan :

ACHMAD FAIZAL

0612010011 / FE / EM

Telah Diseminarkan Dan Disetujui Untuk Menyusun Skripsi Oleh :

Pembimbing

Rizky Dermawan, SE, MM

Tanggal : ……….

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen

(5)

KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN

HANDPHONE NOKIA

(Studi di “Apollo Cell” Di Plaza Marina Surabaya)

Yang Diajukan :

ACHMAD FAIZAL

0612010011 / FE / EM

Disetujui Untuk Ujian Skripsi Oleh :

Pembimbing

Rizky Dermawan, SE, MM

Tanggal : ……….

Mengetahui,

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

(6)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas

Pelanggan Handphone Nokia (Studi di “Apollo Cell” Di Plaza Marina

Sur abaya)” dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat

penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan

Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan

selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa

Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Program Studi Manajemen

UPN “Veteran” Jawa Timur

4. Bapak Rizky Dermawan, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing yang telah

mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulisan

(7)

menghargai jasa Bapak dan Ibu. Namun teriring do’a semoga apa yang sudah

diberikan kepada kami akan terbalaskan dengan berkah dari sang illahi.

6. Yang terhormat Bapak dan Ibu, sembah sujud serta ucapan terima kasih atas

semua do’a, restu, dukungan, nasehat yang diberikan kepada penulis.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata

penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Juli 2013

(8)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 8

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Pemasaran ... 9

2.2.1.1. Pengertian Pemasaran ... 9

2.2.1.2. Pengertian Manajemen Pemasaran ... 10

2.2.1.3. Konsep Pemasaran ... 11

2.2.1.4. Tujuan Pemasaran ... 13

(9)

2.2.3. Kepuasan Pelanggan ... 15

2.2.3.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan ... 15

2.2.3.2. Dimensi Kepuasan Pelanggan ... 17

2.2.4. Kualitas Layanan... 17

2.2.4.1. Pengertian Kualitas Layanan ... 17

2.2.4.2. Dimensi Kualitas Layanan ... 21

2.2.5. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan ... 23

2.2.6. Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan ... 24

2.3. Kerangka Konseptual ... 26

2.4. Hipotesis ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28

3.1.1. Definisi Operasional ... 28

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 31

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 31

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.3.1. Jenis Data ... 32

3.3.2. Sumber Data ... 33

3.3.3. Pengumpulan Data ... 33

(10)

3.4.2.1. Uji Outlier Univariat ... 34

3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat ... 35

3.4.3. Uji Normalitas Data ... 45

3.4.4. Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling) ... 36

3.4.5. Uji Hipotesis ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 41

4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 41

4.1.2. Deskripsi Kualitas Layanan (X) ... 42

4.1.2.1. Berwujud / Tangible (X1) ... 43

4.1.2.2. Keandalan / Realibility (X2) ... 44

4.1.2.3. Daya Tanggap / Responsiveness (X3) ... 45

4.1.2.4. Jaminan / Assurance (X4) ... 46

4.1.2.5. Empati / Empathy (X5) ... 47

4.1.3. Kepuasan Pelanggan (Y) ... 48

4.1.4. Loyalitas Pelanggan (Z) ... 49

4.2. Analisis Data ... 50

4.2.1. Evaluasi Outlier ... 50

4.2.2. Evaluasi Reliabilitas ... 51

(11)

4.2.7. Uji Kausalitas ... 62

4.3. Pembahasan ...

4.3.1. Pengujian Hipotesis Hubungan Kualitas Layanan

Dengan Kepuasan Pelanggan ... 62

4.3.2. Pengujian Hipotesis Hubungan Kepuasan

Pelanggan Dengan Loyalitas Pelanggan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA

(12)

Tabel 1.1. Komplain Di Koperasi Karyawan “Surya Sari” PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya Periode Januari – Desember

2010 ... 3

Tabel 1.2. Penjualan Di Koperasi Karyawan “Surya Sari” PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya Periode Januari – Desember 2010 ... 4

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 42

Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Tangible (X1) 43 Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Realibility (X2) ... 44

Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Responsiveness (X3) ... 45

Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Assurance (X4) 46

Tabel 4.7. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Empathy (X5) 47

Tabel 4.8. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Pelanggan (Y) ... 48

Tabel 4.9. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Loyalitas Pelanggan (Z) ... 49

Tabel 4.10. Uji Outliers Multivariate ... 51

Tabel 4.11. Reliabilitas Data ... 52

Tabel 4.12. Validitas Data ... 53

Tabel 4.13. Construct Reliability dan Variance Extracted ... 54

Tabel 4.14. Normalitas Data ... 56

(13)

Tabel 4.18. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step

Approach – Eliminasi Modifikasi ... 60

Tabel 4.19. Uji Unidimensionalitas dan Kausalitas Antar Faktor (Standardize

(14)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 26

Gambar 4.1. Model Pengukuran & Struktural Kualitas Layanan, Kepuasan Pelanggan, dan Loyalitas Pelanggan Model Spesifikasi : One

Step Approach – Base Model ... 57

Gambar 4.2. Model Pengukuran & Struktural Kualitas Layanan, Kepuasan Pelanggan, dan Loyalitas Pelanggan Model Spesifikasi : One

Step Approach – Eliminasi Model ... 58

Gambar 4.3. Model Pengukuran & Struktural Kualitas Layanan, Kepuasan Pelanggan, dan Loyalitas Pelanggan Model Spesifikasi : One

(15)

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Tanggapan Responden Terhadap Kualitas Layanan (X), Kepuasan Pelanggan (Y), Dan Loyalitas Pelanggan (Z)

(16)

Oleh :

Achmad Faizal

Abstraksi

Penelitian ini dilakukan di Apollo Cell Plaza Marina Surabaya. Berdasarkan hasil Penjualan Produk handphone Nokia di Apollo Cell Plaza Marina Surabaya yang cenderung mengalami penurunan dalam dalam 10 bulan terakhir Periode Agustus 2012 – April 2013. Hal tersebut didukung oleh nilai Top

Brand Index (TBI) pada Smartphone BlackBerry tahun 2011 bernilai 41,5%,

selanjutnya pada tahun 2012 nilai Top Brand Index (TBI) Smartphone BlackBerry mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu menjadi 40,7%, serta jumlah komplain konsumen di “Apollo Cell” Plaza Marina Surabaya yang cukup besar dari periode Agustus 2012 – April 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan pada pengguna handphone nokia (studi di “apollo cell” di plaza marina surabaya).

Data yang digunakan adalah data primer yaitu data dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada pengguna handphone Nokia di Surabaya yang berjumlah 140 orang. Skala pengukuran yang digunakan adalah likert dengan teknik pengukuran dengan jenjang 1-5. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling tepatnya tepatnya purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tertentu. Pada penelitian ini ada 14 indikator, sehingga jumlah sampel yang diestimasi penelitian ini adalah sebesar 10 x 14 = 140 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah PLS untuk melihat pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan pada pengguna handphone nokia (studi di “apollo cell” di plaza marina surabaya)

(17)

1.1. Latar Belakang Masalah

Globalisasi semakin terlihat jelas dengan adanya berbagai perubahan di

segala bidang ke arah yang semakin modern. Komunikasi dan informasi

merupakan bidang yang terlihat jelas perkembangannya, terutama dalam hal

teknologi yang digunakan di dalamnya. Sepuluh tahun yang lalu, dunia belum

mengenal ponsel pintar atau yang sekarang disebut dengan istilah smartphone,

namun hanya mengenal istilah telepon. Begitu pula dengan robot hijau yang

sekarang disebut dengan nama Android. Smartphone dan Android merupakan

sekelumit dari hasil perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang

semakin memudahkan masyarakat dunia dalam menjalin relasi dengan keluarga,

sahabat, dan kerabat antar wilayah bahkan antar benua.

Perkembangan teknologi di bidang komunikasi dan informasi mulai

terlihat sejak telepon yang berkembang menjadi telepon seluler yang dapat dibawa

oleh penggunanya ke mana saja dan di mana saja. Kepraktisan dalam hal

penggunaan pada telepon seluler itulah yang kemudian menjadikan alat

komunikasi tersebut lebih disukai oleh banyak orang daripada telepon biasa dan

sejak saat itu pula bermunculan perusahaan-perusahaan yang mulai menciptakan

(18)

Seiring dengan berjalannya waktu, persaingan dalam dunia bisnis pun

semakin ketat. Persaingan bisnis dalam perkembangan di era globalisasi menuntut

perusahaan harus mampu bersikap dan bertindak cepat dan tepat dalam

menghadapi persaingan di lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

penuh dengan ketidakpastian. Hal tersebut berlaku pula dalam dunia bisnis

telepon seluler. Penggunaan telepon seluler atau yang biasa disingkat ponsel itu

kini semakin berkembang di dunia. Vendor- vendor ponsel baru pun semakin

banyak bermunculan di tengah-tengah masyarakat dunia yang semakin

dipengaruhi oleh kebutuhan yang serba instan, mobilitas tinggi, dan gaya hidup

yang modern. Ponsel yang awalnya digunakan hanya untuk keperluan menelepon

yang lebih praktis karena bisa dibawa ke mana pun dan di mana pun, kini seiring

dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi dapat

digunakan untuk kegiatan lainnya seperti pengiriman pesan dalam bentuk pesan

singkat maupun pesan multimedia.

Perkembangan pemakaian ponsel tersebut ternyata juga dipengaruhi oleh

adanya peningkatan dalam penggunaan internet yang dilakukan oleh tingkatan

masyarakat mulai dari yang muda sampai yang tua. Apalagi sejak berkembangnya

situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter yang semakin meningkatkan

frekuensi masyarakat untuk selalu online tidak hanya di depan layar komputer,

namun juga di depan layar ponsel mereka masing-masing. Apalagi ditambah

dengan kemunculan vendor baru seperti research in motion yang menciptakan

Blackberry, dan Apple yang menciptakan Iphone yang menawarkan teknologi

(19)

ponsel global seperti Nokia, Samsung, Sony Ericsson, LG, dan Motorola semakin

saling berkompetisi untuk menciptakan ponsel yang multifungsi agar dapat

bersaing dengan vendor ponsel lainnya.

Nokia adalah salah satu vendor ponsel yang sampai saat ini masih menjadi

pemimpin di antara ponsel-ponsel lainnya di dunia dan yang pertama kali

memperkenalkan ponsel GSM kepada masyarakat luas di tahun 1991. Berpusat di

Finlandia, Nokia pun aktif melakukan berbagai macam inovasi pada tiap tipe

ponselnya dari tahun ke tahun. Ponsel Nokia yang awalnya berisi fasilitas telepon

dan pengiriman pesan singkat (SMS) saja, kini menambahkan fasilitas pesan

multimedia (MMS) yang memungkinkan konsumennya untuk mengirim pesan

suara maupun gambar berwarna. Fasilitas lainnya adalah penambahan kamera

sampai pada ponsel layar sentuh yang kemudian disesuaikan dengan berbagai

macam fitur menarik lainnya dalam hal bentuk dan warna ponsel. Hal tersebut

dilakukan Nokia agar Nokia dapat memenangkan persaingan bisnis komunikasi

dan tetap menjadi pemimpin ponsel nomer satu di dunia.

Nokia juga mendirikan Nokia Care Center yang menjadi sarana dan

prasarana bagi pengguna Nokia yang membutuhkan bantuan pelayanan resmi.

Pelayanan yang diberikan itu berupa perbaikan bila terjadi kerusakan selama masa

garansi ataupun tidak, pembelian berbagai aksesoris ponsel Nokia, ataupun untuk

sekedar mengetahui informasi mengenai produk dan harga Nokia. Hal tersebut

dilakukan agar pengguna tidak hanya mendapatkan kepuasan dari segi produk,

melainkan juga dari segi pelayanan. Kualitas layanan sebagai tingkat mutu yang

(20)

memenuhi kebutuhan konsumen. Kualitas layanan dibentuk oleh 5 (lima) dimensi

antara lain tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty.

(Darsono, 2010: 47)

Berikut data hasil penjualan handphone Nokia Periode Agustus 2012 –

April 2013 yang diambil dari Apollo Cell yang merupakan salah satu counter

handphone terbesar di Plaza Marina Surabaya.

Tabel 1.1

Data Hasil Penjualan Produk handphone Nokia di Apollo Cell Plaza Marina Surabaya

Periode Agustus 2012 – April 2013

Periode Jumlah (Unit)

Agu-12 76

Sep-12 66

Okt-12 93

Nop-12 57

Des-12 102

Jan-13 90

Feb-13 84

Mar-13 67

Apr-13 56

Sumber: Apollo Cell Plaza Marina Surabaya Surabaya, 2013

Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa hasil Penjualan Produk handphone

Nokia di Apollo Cell Plaza Marina Surabaya yang cenderung mengalami

(21)

Penjualan produk handphone Nokia di Apollo Cell Plaza Marina Surabaya

dapat mewakili jumlah penjualan produk handphone Nokia di seluruh Plaza

Marina Surabaya, sehingga jika terjadi penurunan pada penjualan produk

handphone Nokia di Apollo Cell dapat diasumsikan bahwa penjualan produk

handphone Nokia di seluruh Plaza Marina Surabaya juga mengalami penurunan.

Penurunan pada penjualan produk handphone Nokia tersebut mengindikasikan

tingkat loyalitas pelanggan di Surabaya yang menurun. Penurunan tingkat

loyalitas pelanggan tersebut salah satunya dikarenakan oleh kualitas layanan yang

jelek dan kepuasan pelanggan Nokia yang rendah.

TBI (Top Brand Indeks) bisa dijadikan alat yang baik untuk mengukur

kinerja merek dari tahun ke tahun. Konsumen indonesia semakin fasih terhadap

teknologi. Teknologi yang semakin baru akan diminati oleh konsumen dan

membuat merek lain yang punya teknologi terdahulu menjadi usang.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di “Apollo Cell”

Plaza Marina Surabaya menunjukkan bahwa terdapat beberapa keluhan dari

pelanggan akibat kurang puasnya pelanggan dengan pelayanan yang diberikan

oleh “Apollo Cell” Plaza Marina Surabaya, salah satunya adalah karyawan

“Apollo Cell” Plaza Marina Surabaya yang terkesan acuh dan kurang ramah

terhadap pelanggan yang datang.

Berikut Daftar TBI (Top Brand Indeks) Smartphone Blackberry dari tahun

(22)

Tabel 1.2

Top Brand Indeks (TBI) Award

Merek 2011 Merek 2012

BlackBerry 41,5 % BlackBerry 40,7 %

Nokia 39,8 % Nokia 37,9 %

iPhone 6,2 % Samsung 6,6 %

Samsung 5,3 % Nexian 3,9 %

Sony Ericcson 3,3 % iPhone 3,8 %

Sony Ericcson 3,6 % Sumber : Majalah Marketing, www.tobrand-award.com

Tabel 1.2 menjelaskan bahwa nilai Top Brand Index (TBI) pada

Smartphone BlackBerry tahun 2011 bernilai 41,5 %, selanjutnya pada tahun 2012

nilai Top Brand Index (TBI) Smartphone BlackBerry mengalami penurunan

dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu menjadi 40,7 %.

Pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan seperti yang

dinyatakan oleh Kurz and Clow (1998: 382) dalam Laksana (2008: 96) sebagai

berikut: “if the service perform at the level that is expected or predicted, the

satisfaction level is considered to be just OK” artinya jika pelayanan yang

diberikan kepada pelanggan sesuai yang diharapkan maka akan memberikan

kepuasan. Dengan demikian kualitas pelayanan terus ditingkatkan sehingga

mencapai apa yang diharapkan oleh pelanggan maka akan puas.

Penurunan pengguna Nokia tersebut ternyata dipengaruhi oleh adanya

penurunan tingkat kepuasan penggunanya. Menurut Darsono (2010: 47) bahwa

(23)

membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap

ekspektasi mereka.

Berikut ini akan disajikan data jumlah komplain konsumen pada

nokia-care Surabaya, periode Agustus 2012 – April 2013.

Tabel 1.3

Jumlah Komplain Konsumen di “Apollo Cell” Plaza Marina Surabaya Periode Agustus 2012 – April 2013

Periode Jumlah Komplain Konsumen

konsumen. Keluhan-keluhan yang ada disampaikan melalui media internet antara

lain: (1) Garansi nokia kurang dipercaya. (2) Kurang tersedianya spare part

ponsel nokia. (3) Mic pada ponsel sering tidak berfungsi. (4) Layer LCD sering

(24)

Dengan adanya keluhan-keluhan yang disampaikan oleh konsumen tersebut

maka diharapkan pihak nokia tidak hanya sekedar sibuk berinovasi dan meluncurkan

tipe- tipe berbeda setiap minggunya, tapi tidak meningkatkan atau bahkan

mempertahankan kualitas produk. Hal ini akan mempengaruhi kepuasan konsumen

sebagaimana dikemukakan Kotler (1994: 10) kepuasan konsumen erat sekali

hubungannya dengan produk yang berkualitas.

Berikut ini akan disajikan tabel indeks kepuasan pengguna handphone di

Indonesia:

Tabel 1.4

Indeks Kepuasan Pengguna Handphone di Indonesia (dalam persen)

Data di atas menjelaskan bahwa pengguna Nokia terlihat kurang puas pada

apa yang sudah diberikan Nokia. Padahal dalam kondisi persaingan yang ketat,

hal utama yang harus diprioritaskan adalah kepuasan pelanggan yang pada

akhirnya akan menarik minat pelanggan untuk membeli ulang suatu produk.

Pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan seperti yang

dinyatakan oleh Oliver (1999) dalam (Darsono, 2010: 49) yang menyatakan

(25)

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian dan

kajian yang lebih mendalam tentang hubungan kualitas layanan, kepuasan

pelanggan dan loyalitas pelanggan untuk kemudian dijadikan sebagai penelitian

dengan judul “Loyalitas Pelanggan Handphone Nokia Di “Apollo Cell”

Marina Sur abaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diajukan, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah kualitas layanan mempunyai pengaruh terhadap kepuasan pelanggan

pada pengguna handphone Nokia di Surabaya?

2. Apakah kualitas layanan mempunyai pengaruh terhadap loyalitas pelanggan

pada pengguna handphone Nokia di Surabaya?

3. Apakah kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh terhadap loyalitas

pelanggan pada pengguna handphone Nokia di Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan

pada pengguna handphone Nokia di Surabaya.

2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan terhadap loyalitas pelanggan

(26)

3. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas

pelanggan pada pengguna handphone Nokia di Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian.

Penelitian yang dilakukan ini akan diperoleh manfaat antara lain :

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengalaman secara praktik di bidang

pemasaran khususnya mengenai teoritik tentang kualitas layanan, kepuasan

pelanggan dan loyalitas pelanggan.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang menjadikan

pertimbangan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan kualitas

layanan, kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan

3. Bagi Universitas

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan menambah

perbendaharaan perpustakaan serta sebagai bahan perbandingan bagi

rekan-rekan mahasiswa yang mengadakan penelitian dengan masalah yang sama di

(27)

2.1. Hasil Penelitian Ter dahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh:

1. Licen Indahwati Darsono, 2010, dengan judul “Hubungan Perceived Service

Quality Dan Loyalitas: Peran Trust Dan Satisfaction Sebagai Mediator”.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan perceived service

quality terhadap loyalitas melalui trust dan satisfaction. Metode penarikan

sampel dilakukan dengan menggunakan purposive dan quota sampling.

Kriteria pemilihan sampel adalah mahasiswa Unika Widya Mandala yang

telah merasakan proses belajar minimal 2 semester. Penelitian mengunakan

analisis SEM (Structural Equation Modelling) yaitu untuk mengetahui

hubungan perceived service quality terhadap loyalitas melalui trust dan

satisfaction. Kesimpulan dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa trust

dan satisfaction berperan sebagai mediator hubungan antara perceived service

quality terhadap loyalitas.

2. Edwin Japarianto (2007: 34) dalam Jurnal Manajemen Perhotelan, Vol 3, No.

1, Maret 2007, dengan judul Analisa Kualitas Layanan Sebagai Pengukur

Loyalitas Pelanggan Hotel Majapahit Surabaya Dengan Pemasaran Relasional

Sebagai Variabel Intervening. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian

(28)

relasional sebagai variabel intervening terhadap loyalitas pelanggan di hotel

Majapahit Surabaya. Kesimpulan yang didapat adalah bahwa kualitas layanan

berpengaruh secara tidak langsung melalui program pemasaran relasional

sebagai variabel intervening terhadap loyalitas pelanggan di hotel Majapahit

Surabaya.

3. Hatane Samuel & Foedjiawati (2005: 74), dengan judul “Pengaruh Kepuasan

Konsumen Terhadap Kesetiaan Merek, Studi Kasus Restoran The Prime

Steak & Ribs Surabaya”. permasalahan yang dibahas dalam penelitian

tersebut adalah pengaruh faktor yang meliputi attributes related to the

product, attributes related to the service, attributes related to the purchase,

memiliki pengaruh positif terhadap habitual behavior, switching cost,

satisfaction, commitment dan liking of the brand kesimpulan yang didapat

adalah bahwa kepuasan konsumen di The Prime Steak & Ribs mendapat

penilaian yang cenderung baik, terdapat hubungan yang positif yang

signifikan antara kepuasan konsumen dengan kesetiaan merek, dengan

demikian hasil penelitian mendukung konsep teori tentang kesetiaan merek.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Kualitas Layanan

Kotler dan Amstrong (2001:681) dalam Thyophoida & Natanael (2009:27)

yang menyatakan “Quality is the totally and characteristics of the product and

service that bear on its ability to satisfy stated or implied needs”, maksud dari

(29)

karakteristik dari produk atau jasa yang menunjang kemampuannya untuk

memuaskan kebutuhan secara langsung maupun tidak langsung. Ini berarti badan

usaha harus dapat memberikan produk atau layanan yang dapat memenuhi

kebutuhan pelanggan agar pelanggan akan merasa puas.

Parasuraman et.al (2000:44): “Service quality is the customer perception’s

of the superiority of the service”. Maksudnya kualitas layanan adalah persepsi

pelanggan terhadap keunggulan suatu layanan. Pada dasarnya hanya pelanggan

yang menilai kualitas layanan suatu badan usaha berkualitas atau tidak.

Kotler (1997:476) bahwa salah satu cara untuk membedakan dengan badan

usaha jasa yang lainnya adalah dengan memberikan kualitas layanan yang lebih

tinggi dari pesaingnya secara terus menerus.

Kinner, Bernhardt, dan Krentler (1995:671) mengemukakan layanan

sebagai berikut: “Service as an intangible activity that provides the user some

degree of performance satisfaction but does not involve ownership and that, in

most cases, cannot be stored or transported”. Layanan merupakan suatu aktivitas

yang tidak berwujud dan yang memberikan suatu tingkat kepuasan bagi pemakai

jasa tersebut tetapi tidak termasuk kepemilikan, dan tidak dapat disimpan atau

dipindahkan.

Dalam bersaing, badan usaha yang sejenis pada dasarnya seringkali

terlihat sama dalam hal fasilitas ataupun jenis-jenis layanan yang diberikan

kepada pelanggan, tetapi hal tersebut dipersepsikan berbeda oleh pelanggannya.

Darsono (2010: 47) mengemukakan lima dimensi kualitas layanan yang

(30)

1. Bukti fisik (tangible) adalah penampilan dari fasilitas-fasilitas fisik,

perlengkapan individu dan alat-alat komunikasi.

Indikator yang digunakan sebagai pengukuran adalah:

a. Kondisi gedung (bangunan) yang bagus

b. Tersedianya fasilitas AC

c. Lay out (tata letak) produk yang rapi

2. Kendalan (reliability) adalah kemampuan karyawan untuk memberikan

layanan yang dapat diandalkan dan akurat.

Indikator yang digunakan sebagai pengukuran adalah:

a. Karyawan memberikan layanan seperti yang dijanjikan

b. Karyawan memberikan harga seperti yang diinformasikan

c. Karyawan mampu menangani keluhan dari pelanggan

3. Daya tanggap (responsiveness) adalah kesediaan untuk membantu dan

memberikan layanan yang tepat bagi pelanggan.

Indikator yang digunakan sebagai pengukuran adalah :

a. Karyawan tanggap pada permintaan karyawan

b. Karyawan dapat menjawab semua pertanyaan pelanggan dengan baik

c. Karyawan selalu memperhatikan komplain yang disampaikan pelanggan

4. Jaminan (assurance) adalah dimensi kualitas layanan yang memfokuskan pada

kemampuan untuk mendapatkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan.

Indikator yang digunakan sebagai pengukuran adalah :

a. Perasaan aman dan nyaman waktu berbelanja

(31)

c. Pemberian ganti rugi terhadap barang yang tidak sesuai dengan pesanan

5. Empati (emphaty) adalah kepedulian, perhatian yang unik dan berkualitas dari

badan usaha menyebabkan menjadi pelanggan.

Indikator yang digunakan sebagai pengukuran adalah:

a. Pelayanan yang diberikan tanpa membedakan pelanggan

b. Karyawan cukup perhatian dan memahami kebutuhan pelanggan

c. Karyawan cukup simpatik dan mau menjamin bila ada sesuatu yang salah

2.2.2. Kepuasan Pelanggan

Menurut Tjiptono dan Chandra (2005: 194) bahwa Kepuasan pelanggan

telah menjadi konsep sentral dalam wacana bisnis dan manajemen. Bisa

dipastikan bahwa semua buku teks laris di bidang strategi bisnis, pemasaran, dan

perilaku konsumen mengupasnya. Organisasi bisnis dan non bisnis pun berlomba

mencanangkannya sebagai salah satu tujuan strategiknya, misalnya melalui

slogan-slogan seperti “Pelanggan adalah Raja”, “Kepuasan Anda Adalah Tujuan

Kami”, “We Care For Customer” dan sejenisnya. Berkembangnya riset kepuasan

pelanggan dan penganugerahan award buat kesuksesan perusahaan dalam meraih

skor tertinggi indeks kepuasan pelanggan nasional (national customer satisfaction

indeks) juga berkontribusi pada peningkatan kepedulian produsen dan konsumen

terhadap pentingnya kepuasan pelanggan.

Menurut Kotler dan Keller (2009) bahwa kepuasan (satisfaction) adalah

perasaan senang atau kecewa yang timbul karena membandingkan kinerja yang

(32)

memenuhi ekspektasi, pelanggan akan tidak puas. Jika kinerja sesuai dengan

ekspektasi, pelanggan akan puas. Penilaian pelanggan atas kinerja produk

tergantung pada banyak faktor, terutama jenis hubungan loyalitas yang dimiliki

pelanggan dengan sebuah merek. Konsumen sering membentuk persepsi yang

lebih menyenangkan tentang sebuah produk dengan merek yang sudah mereka

anggap positif.

Menurut Tjiptono dan Chandra (2005: 195) bahwa kata kepuasan

(satisfaction) berasal dari bahasa latin “satis” (artinya cukup baik, memadai) dan

“facio” (melakukan atau membuat). Kepuasan bisa diartikan sebagai “upaya

pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu memadai”. Richard L Oliver (1997)

dalam bukunya berjudul “satisfaction: A Behavioral Perspective On The

Customer” menyatakan semua orang paham apa itu kepuasan, tetapi begitu

diminta mendefinisikannya kelihatannya tak seorang pun tahu.

Gasperz (1997) dalam Laksana (2008: 10) menyatakan bahwa kepuasan

pelanggan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu keadaan dimana

kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang

dikonsumsi.

Kotler (1995) dalam Laksana (2008: 9) menyatakan bahwa “customer

satisfaction is the outcomes felt by buyers who experiented a company

performance that has fulfilled expectations” maksudnya adalah menyangkut

komponen harapan dan kinerja / hasil yang dirasakan.

Pelanggan membandingkan persepsi mereka atas kualitas produk setelah

(33)

mereka membelinya. Tergantung pada bagaimana kinerja actual dibandingkan

dengan kinerja yang diharapkan. Mereka akan mengalami emosi yang positif,

negatif atau netral. Tanggapan emosional ini bertindak sebagai masukan atau

input dalam persepsi kepuasan atau ketidakpuasan mereka.

Berdasarkan uraian diatas bahwa kepuasan merupakan respon pemenuhan

dari pelanggan. Kepuasan adalah hasil dari penilaian pelanggan bahwa produk

atau pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat pemenuhan

ini bisa lebih atau kurang. Oleh karenanya, perusahaan harus dapat memberikan

produk atau layanan yang dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan dari

pelanggan sehingga mencapai kepuasan dari pelanggan dan lebih jauh lagi dapat

menciptakan kesetiaan pelanggan.

Menurut Samuel & Foedjawati (2005: 76) bahwa kepuasan konsumen

yang berhubungan dengan layanan diukur oleh 4 indikator, antara lain:

1. Guarantee or warranty, merupakan jaminan yang diberikan oleh suatu

perusahaan terhadap produk yang dapat dikembalikan bila kinerja produk

tersebut tidak memuaskan

2. Delivery, merupakan kecepatan dan ketepatan dari proses pengiriman produk

dan jasa yang diberikan perusahaan terhadap konsumennya

3. Complaint handling, merupakan penanganan terhadap keluhan yang

dilakukan oleh konsumen terhadap perusahaan

4. Resolution of problem, merupakan kemampuan perusahaan dengan serius dan

(34)

2.2.3. Loyalitas Pelanggan

Menurut Kotler dan Keller (2009) bahwa loyalitas (loyalty) merupakan

komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli atau mendukung

kembali produk atau jasa yang disuka di masa depan meski pengaruh situasi dan

usaha pemasaran berpotensi menyebabkan pelanggan beralih.

Kotler (2000) dalam Japarianto (2007: 36) menyatakan “the long term

success of the a particular brand is not based on the number of consumer who

purchase it only once, but on the number who become repeat purchase” dapat

diartikan bahwa bahwa konsumen yang loyal tidak diukur dari berapa banyak dia

membeli, tapi dari berapa sering dia melakukan pembelian ulang, termasuk disini

merekomendasikan orang lain untuk membeli.

Dari pendapat tersebut dapat dairtikan bahwa loyalitas pelanggan

(costumer loyalty) merupakan sikap terhadap suatu produk atau merek yang

ditunjukkan dengan pembelian yang konsisten dan terus menerus terhadap produk

atau merek tersebut. Jika pelanggan sudah membeli suatu produk dengan merek

tertentu secara berulang-ulang maka pelanggan tersebut memiliki loyalitas

terhadap produk atau merek tersebut.

Zeithaml et.al, (1996) dalam Edwin (2005; 37) menjelaskan bahwa

loyalitas pelanggan diukur dengan menggunakan 3 indikator, antara lain:

1. Say Positive things adalah mengatakan hal yang positif tentang produk yang

telah dikonsumsi

2. Recommend Friends adalah memberikan rekomendasi tentang produk yang

(35)

3. Continue Purchasing adalah melakukan pembelian secara terus-menerus

terhadap produk yang telah dikonsumsi.

2.2.4. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan

Menurut Kotler (1995: 46) dalam Laksana (2008: 96) yaitu: “customer

satisfaction is the outcome felt by buyers who have experiented a company

performance that has fulfilled expectations”. Maksudnya yaitu menyangkut

komponen harapan dan kinerja / hasil yang dirasakan. Pada umumnya harapan

pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang

diterimanya apabila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk baik barang

maupun jasa, sedangkan kinerja atau hasil yang dirasakan merupakan persepsi

pelanggan terhadap apa yang diterima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli.

Untuk itu manajemen harus memiliki persepsi yang sama dengan pelanggan agar

supaya diperoleh hasil yang melebihi atau paling tidak sama dengan harapan

pelanggan.

Sedangkan menurut Laksana (2008: 96) bahwa dengan demikian kepuasan

dan ketidakpuasan merupakan perbandingan antara harapan pelanggan dan

kenyataan dari kualitas pelayanan yang dirasakan oleh pelanggan yang menjadi

tujuan perusahaan agar selalu dipuaskan.

Menurut Kurz and Clow (1998: 382) dalam Laksana (2008: 96)

menyatakan bahwa pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan dijelaskan

sebagai berikut: “if the service perform at the level that is expected or predicted,

(36)

diberikan kepada pelanggan sesuai yang diharapkan maka akan memberikan

kepuasan. Dengan demikian kualitas pelayanan terus ditingkatkan sehingga

mencapai apa yang diharapkan oleh pelanggan maka akan puas.

2.2.5. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Pelanggan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Edwin, et al (2007)

menunjukkan bahwa kualitas layanan yang baik berpengaruh terhadap loyalitas

pelanggan secara langsung. Maka dapat dikatakan bahwa dimensi kualitas layanan

yang berupa tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty yang

positif berpengaruh langsung dengan dimensi loyalitas pelanggan yaitu

mengatakan hal yang positif (say positive things), memberikan rekomendasi

kepada orang lain (recommend friends) dan melakukan pembelian terus menerus

(continue purchasing).

Menurut Cronin dan Taylor (2002: 55) menyebutkan kualitas layanan

sebagai berikut “Servqual is antecedent of customer satisfaction. Servqual is an

outcome of loyality satisfaction. Both servqual and loyality satisfaction affect

purchase intentions”. Dengan demikian kualitas layanan yang baik akan

menciptakan kepuasan konsumen. Kualitas layanan yang baik serta kepuasan

konsumen tersebut menyebabkan intensitas kunjungan konsumen pada

kesempatan berikutnya pada badan usaha tersebut, atau dapat dikatakan bahwa

dengan kualitas layanan yang baik serta kepuasan konsumen tersebut

(37)

Menurut Kotler dan Armstrong (2002: 583) bahwa kualitas produk dan

kualitas layanan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen, selain itu juga

berpengaruh menciptakan loyalitas konsumen. Semakin tinggi kualitas badan

usaha yang diberikan kepada konsumen, semakin tinggi pula kepuasan yang

diperoleh oleh konsumen, yang pada akhirnya akan berpengaruh juga pada

loyalitas konsumen.

Dari pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan

memberikan layanan yang berkualitas kepada pelanggan mampu meningkatkan

loyalitas pelanggan.

2.2.6. Pengaruh Kepuasan Pelanggan Ter hadap Loyalitas Pelanggan

Menurut Tjiptono (1997:126), kepuasan pelanggan merupakan salah satu

faktor -0ppenentu loyalitas pelanggan, bila loyalitas pelanggan terbentuk maka

profitabilitas dan pertumbuhan pendapatan perusahaan akan terjamin.

Menurut Kotler dan Amstrong (1995: 188), kepuasan pelanggan adalah

hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami kinerja sebuah perusahaan

yang sesuai dengan harapannya. Pelanggan yang merasa puas kalau harapan

mereka terpenuhi dan merasa amat gembira kalau harapan mereka terlampaui.

Pelanggan yang puas cenderung tetap loyal lebih lama. Pelanggan yang amat

bergembira menciptakan keterkaitan emosional untuk produk dan jasa, bukan

hanya pilihan rasional dan ini menciptakan loyalitas pelanggan yang tinggi.

Kandampully dan Suhartanto (2000); Hallowell (1996); Ruyter dan

(38)

loyalitas, tetapi dengan catatan peningkatan kepuasan tidak selalu menghasilkan

peningkatan loyalitas dalam derajat yang sama. Argumen atas tidak liniernya

hubungan kepuasan dan loyalitas dikemukakan oleh Oliver (1999). Oliver (1999)

menyatakan bahwa kepuasan memiliki peran penting dalam membentuk loyalitas,

terutama loyalitas yang berada pada tahap afektif. Kepuasan yang mendasari

terbentuknya loyalitas afektif dapat didasarkan atas kualitas (quality-based), atau

atas dasar harga (price-based). Loyalitas afektif yang didasari oleh kepuasan

masih rentan berpindah merek. Kerentanan itu terutama disebabkan oleh upaya

persuasif dari pesaing agar berpindah merek, keinginan untuk mencoba merek

lain, penurunan kualitas produk (Oliver, 1999; Dharmmesta,1999). Jadi, dapat

disimpulkan bahwa outcomes dari kepuasan adalah loyalitas, dan kepuasan

(39)

2.3. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1

(40)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah dan tujuan

penelitian, maka dalam penelitian diajukan hipotesis sebagai berikut bahwa:

1. Kualitas layanan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan pada pengguna

handphone Nokia di Surabaya

2. Kualitas layanan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada pengguna

handphone Nokia di Surabaya

3. Kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada

(41)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian

ini adalah :

1. Kualitas layanan (X) adalah persepsi pelanggan terhadap keunggulan suatu

layanan. Kualitas layanan (X) dibentuk oleh 5 dimensi (Parasuraman et.al,

1990 dalam Darsono, 2010) antara lain :

a. Tangible (X1) adalah penampilan dari fasilitas-fasilitas fisik, perlengkapan

individu dan alat-alat komunikasi. Indikator yang digunakan sebagai

pengukuran adalah :

X1.1 Kondisi ruangan yang nyaman

X1.2 Tersedia AC dan wi-fi

b. Reliability (X2) adalah kemampuan karyawan untuk memberikan layanan

yang dapat diandalkan dan akurat. Indikator yang digunakan sebagai

pengukuran adalah :

X2.1 Karyawan memberikan layanan kepada pelanggan dengan baik

X2.2 Karyawan mampu menangani keluhan dari pelanggan

c. Responsiveness (X3) adalah kesediaan untuk membantu dan memberikan

layanan yang tepat bagi pelanggan. Indikator yang digunakan sebagai

(42)

X3.1 Karyawan tanggap pada permintaan pelanggan

X3.2 Karyawan dapat menjawab semua pertanyaan pelanggan dengan

baik

d. Assurance (X4) adalah dimensi kualitas layanan yang memfokuskan pada

kemampuan untuk mendapatkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan.

Indikator yang digunakan sebagai pengukuran adalah :

X4.1 Perasaan nyaman untuk melakukan pembelian ataupun service di

nokia store dan nokia care

X4.2 Pemberian garansi terhadap layanan atau barang yang tidak sesuai

dengan keinginan pelanggan

e. Emphaty (X5) adalah kepedulian, perhatian yang unik dan berkualitas dari

badan usaha menyebabkan menjadi pelanggan. Indikator yang digunakan

sebagai pengukuran adalah :

X5.1 Pelayanan yang diberikan tanpa membedakan pelanggan

X5.2 Karyawan cukup simpatik perhatian pada pelanggan

2. Kepuasan pelanggan (Y) adalah perasaan senang atau kecewa, suka atau tidak

suka yang timbul dari seseorang berkaitan sebuah produk yang ditawarkan.

Indikator yang digunakan pengukuran (Dutka, 1994 dalam Samuel &

Foedjiawati, 2005) adalah :

Y1 Guarantee or warranty, merupakan jaminan yang diberikan oleh suatu

perusahaan terhadap produk yang dapat dikembalikan bila kinerja produk

(43)

Y2 Delivery, merupakan kecepatan dan ketepatan dari proses pengiriman

produk dan jasa yang diberikan perusahaan terhadap konsumennya

Y3 Complaint handling, merupakan penanganan terhadap keluhan yang

dilakukan oleh konsumen terhadap perusahaan

Y4 Resolution of problem, merupakan kemampuan perusahaan dengan serius

dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh konsumen

3. Loyalitas Pelanggan (Z) adalah suatu keadaan dimana pelanggan memiliki

sikap yang positif terhadap suatu merek, memiliki komitmen pada merek

tersebut dan berniat untuk melakukan pembelian ulang terhadap produk

dengan merek tertentu tersebut di masa yang akan datang. Indikator yang

digunakan sebagai pengukuran (Japarianto, 2007) adalah :

Z1 Mengatakan hal positif adalah mengatakan hal yang positif tentang

produk yang telah dikonsumsi

Z2 Rekomendasi adalah memberikan rekomendasi tentang produk yang

telah dikonsumsi kepada orang lain

Z3 Pembelian menerus adalah melakukan pembelian secara

terus-menerus terhadap produk yang telah dikonsumsi.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan teknik

pengukuran menggunakan likert. Analisis ini dilakukan dengan meminta

responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pertanyaan yang

(44)

rentang dua sisi. Digunakan jenjang 5 dalam penelitian ini mengikuti pola sebagai

berikut :

1 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Tanggapan atau pendapat pelanggan dinyatakan dengan memberi skor

yang berada dalam rentang nilai 1 sampai dengan 5 pada kotak yang tersedia di

sebelahnya, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 5 nilai tertinggi.

Jawaban dengan nilai antara 1-3 berarti kecenderungan untuk tidak setuju dengan

pernyataan yang diberikan, sedangkan jawaban dengan nilai antara 4-5 berarti

cenderung setuju dengan pernyataan yang diberikan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,

2008: 80).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelanggan yang melakukan

pembelian handphone Nokia di “Apollo Cell” Plaza Marina Surabaya

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(45)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non probability

sampling tepatnya tepatnya purposive sampling yaitu pemilihan sampel

berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:85),

antara lain: responden pada saat ini menggunakan handphone Nokia,

responden minimal berusia 18 tahun, dan responden minimal pernah

melakukan pembelian di “Apollo Cell” Plaza Marina Surabaya sebanyak 2

kali.

Dasar yang digunakan untuk pengujian hipotesis pada PLS adalah

resampling dengan Bootestrapping yang dikembangkan oleh Geisser &

Stone (1974). Ukuran sampel dalam PLS dengan perkiraan sebagai

berikut:

- Sepuluh kali jumlah indikator formatif (mengabaikan indikator refleksif)

- Sepuluh kali jumlah jalur struktural (structural paths) pada inner model.

- Sample size kecil 30 – 50 atau sampel besar lebih dari 200

Pada penelitian ini ada 14 indikator, sehingga jumlah sampel yang

diestimasi penelitian ini adalah sebesar 10 x 14 = 140 responden.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. J enis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah jenis data primer yaitu

jenis data yang diperoleh dengan memberikan kuisioner secara langsung pada

(46)

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh dari

hasil pengisian kuesioner pada pada responden yang menggunakan handphone

Nokia di Surabaya.

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan riset lapangan yaitu

kegiatan penelitian dengan tujuan langsung ke obyek penelitian dengan :

a. Observasi yaitu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan secara

langsung terhadap obyek yang diselidiki mengadakan pencatatan seperlunya.

b. Kuesioner yaitu cara pengumpulan data dengan jalan memberikan

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada para responden.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Teknik Analisis

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode SEM berbasis

komponen dengan menggunakan PLS dipilih sebagai alat analisis pada penelitian

ini. Teknik Partial Least Square (PLS) dipilih karena perangkat ini banyak

dipakai untuk analisis kausal – prediktif yang rumit dan merupakan teknik yang

sesuai untuk digunakan dalam aplikasi prediksi dan pengembangan teori seperti

pada penelitian ini.

PLS merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk tujuan prediksi, hal ini

(47)

dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi nilai terhadap variabel laten

yang dipengaruhinya juga dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi

terhadap variabel laten yang dipengaruhi juga dapat dengan mudah dilakukan.

SEM berbasis kovarian membutuhkan banyak asumsi parametrik,

misalnya variabel yang diobservasi harus memiliki multivariate normal

distribution yang dapat terpenuhi jika ukuran sampel yang digunakan besar

(antara 200-800). Dengan ukuran sampel yang kecilakan memberikan hasil

parameter dan model statistik yang tidak baik (Ghozali, 2008)

PLS tidak membutuhkan banyak asumsi. Data tidak harus berdistribusi

normal multivariate dan jumlah sampel tidak harus besar (Ghozali

merekomendasikan antara 30 – 100). Karena jumlah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini kecil (<100) maka digunakan PLS sebagai alat analisisnya.

Untuk melakukan pengujian dengan SEM berbasis komponen atau PLS,

digunakan dengan bantuan Smart PLS. PLS mengenal dua macam komponen

dalam model kausal yaitu model pengukuran (measurement models) dan model

structural (structural model).

Melalui pendekatan ini, diasumsikan bahwa semua varian yang dihitung

merupakan varian yang berguna untuk penjelasan. Pendekatan pendugaan variabel

laten dalam PLS adalah sebagai exact kombinasi linear dari indikator, sehingga

mampu menghindari masalah indeterminacy dan menghasilkan skor komponen

yang tepat. Dengan menggunakan algoritma iteratif yang terdiri dari beberapa

analisis dengan metode kuadrat kecil biasa (ordinary least square) maka persoalan

(48)

Pendekatan PLS didasarkan pada pergeseran analisis dari pengukuran

estimasi parameter model menjadi pengukuran prediksi yang relevan. Sehingga

fokus analisis bergeser dari hanya estimasi dan penafsiran signifikan parameter

menjadi validitas dan akurasi prediksi. Didalam PLS variabel laten bisa berupa

hasil pencerminan indikatornya, diistilahkan dengan indikator refleksif (reflective

indicator). Disamping itu, juga bisa konstruk dibentuk (formatif) oleh

indikatornya, diistilahkan dengan indikator formatif (formative indicator).

3.4.2. Model Indikator Refleksif Dan Indikator For matif

3.4.2.1 Model Indikator Refleksif

Dikembangkan berdasarkan pada classical test theory yang

mengasumsikan bahwa variasi skor pengukuran konstruk merupakan fungsi dari

true score ditambah error. Jadi konstruklaten seolah-olah mempengaruhi variasi

pengukuran dan asumsi hubungan kausalitas dari konstruk ke indikator. Model

refleksif sering juga disebut principal factor model dimana kovarian pengukuran

indicator seolah-olah dipengaruhi oleh konstruklaten atau mencerminkan variasi

dari konstruklaten.

Pada model refleksif, konstruk (unidimensional) digambarkan dengan

bentuk ellips dengan beberapa anak panah dari konstruk ke indikator. Model ini

menghipotesiskan bahwa perubahan pada konstruk laten akan mempengaruhi

perubahan pada indikator. Model indicator refleksif harus memiliki internal

konsistensi karena semua indicator diasumsikan mengukur satu konstruk,

(49)

Walaupun reliabilitas (Cronbach Alpha) suatu konstruk akan rendah jika hanya

ada sedikit indikator, tetapi validitas konstruk tidak akan berubah jika satu

indikator dihilangkan.

Contoh model indicator refleksif adalah konstruk yang berkaitan dengan

sikap (attitude) dan niat membeli (purchase intention). Sikap umumnya dipandang

sebagai jawaban dalam bentuk favorable (positif) atau unfavorable (negatif)

terhadap suatu obyek dan biasanya diukur dengan skala multi item dalam bentuk

semantik differences seperti, good-bad, like-dislike, dan favorable unfavorable.

Sedangkan niat membeli umumnya diukur dengan ukuran subyektif seperti how

likely-unlikely, probable-improbable, dan/ atau possible-impossible.

Gambar 3.1

Composite Latent Variable Model Refleksif Untuk Loyalitas Pelanggan (Z)

Sumber: Prof. Dr. Imam Ghozali, M.Com, Akt., “Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square, Jan 2004, hal 9

Ciri-ciri model indikator reflektif adalah:

• Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari konstruk ke indikator.

• Antar indikator diarapkan saling berkorelasi (memiliki internal consitency

(50)

• Menghilangkan satu indikator dari model pengukuran tidak akan merubah

makna dan arti konstruk.

• Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat indikator.

3.4.2.2 Model Indikator For matif

Konstruk dengan indikator formatif mempunyai karakteristik berupa

komposit, seperti yang digunakan dalam literatur ekonomi yaitu index of

sustainable economics welfare, the human development index, dan the quality of

life index. Asal usul model formatif dapat ditelusuri kembali pada “operational

definition”, dan berdasarkan definisi operasional, maka dapat dinyatakan tepat

menggunakan model formatif atau refleksif. Jika η menggambarkan suatu variabel

laten dan x adalah indikator, maka: η = x

Oleh karena itu, pada model formatif variabel komposit seolah-olah

dipengaruhi (ditentukan) oleh indikatornya. Jadi arah hubungan kausalitas

seolaholah dari indikator ke variabel laten. Dalam model formatif, perubahan pada

indikator dihipotesakan mempengaruhi perubahan dalam konstruk (variabel

laten). Tidak seperti pada model refleksif, model formatif tidak mengasumsikan

bahwa indikator dipengaruhi oleh konstruk tetapi mengasumsikan bahwa semua

indikator mempengaruhi single konstruk. Arah hubungan kausalitas seolah-olah

mengalir dari indikator ke konstruk laten dan indikator sebagai group secara

bersama-sama menentukan konsep, konstruk atau laten.Oleh karena, diasumsikan

bahwa indikator seolah-olah mempengaruhi konstruk laten, maka ada

(51)

mengasumsikan perlunya korelasi antar indikator secara konsisten. Sebagai misal

komposit konstruk yang diukur oleh indikator yang saling mutually exclusive,

adalah konstruk Status Sosial Ekonomi diukur dengan indikator antara lain

Pendidikan, Pekerjaan dan Tempat Tinggal.

Oleh karena diasumsikan bahwa antar indikator tidak saling berkorelasi

maka ukuran internal konsistensi reliabilitas (Alpha Cronbach) tidak diperlukan

untuk menguji reliabilitas konstruk formatif. Kausalitas hubungan antar indikator

tidak menjadi rendah nilai validitasnya hanya karena memiliki internal konsistensi

yang rendah. Untuk menilai validitas konstruk perlu dilihat vaiabel lain yang

mempengaruhi konstruk laten. Jadi untuk menguji validitas dari konstruk laten,

peneliti harus menekankan pada nimological dan atau criterion-related validity.

Implikasi lainnya dari model formatif adalah dengan menghilangkan

(dropping) satu indikator dalam model akan menimbulkan persoalan serius.

Menurut para ahli psikometri indikator formatif memerlukan semua indikator

yang membentuk konstruk. Jadi menghilangkan satu indikator akan

menghilangkan bagian yang unik dari konstruk laten dan merubah makna dari

konstruk. Komposit variabel laten memasukkan error term dalam model, hanya

error term diletakkan pada konstruk laten dan bukan pada indikator.

Model formatif memandang (secara matematis) indikator seolah-olah

sebagai variabel yang mempengaruhi variabel laten, dalam hal ini memang

berbeda dengan model analisis faktor, jika salah satu indikator meningkat, tidak

harus diikuti oleh peningkatan indikator lainnya dalam satu konstruk, tapi jelas

(52)

Model refleksif mengasumsikan semua indikator seolah-olah dipengaruhi

oleh variabel konstruk, oleh karena itu menghendaki antar indikator saling

berkorelasi satu sama lain. Dalam hal ini konstruk diperoleh menggunakan analis

faktor. Sedangkan, model formatif (konstruk diperoleh melalui analisis komponen

utama) tidak mengasumsikan perlunya korelasi antar indikator, atau secara

konsisten berasumsi tidak ada hubungan antar indikator. Oleh karena itu, internal

konsisten (Alpha Cronbach) kadang-kadang tidak diperlukan untuk menguji

reliabilitas konstruk formatif.

Gambar 3.2

Composite Latent Variable Model Formative Untuk Kualitas Layanan (X)

(53)

Gambar 3.3

Composite Latent Variable Model Formative Untuk Kepuasan Pelanggan (Y)

Sumber: Prof. Dr. Imam Ghozali, M.Com, Akt., “Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square, Jan 2004, hal 11.

Ciri-ciri model indikator formatif adalah:

• Arah hubungan kausalitas dari indikator ke konstruk.

• Antara indikator diasumsikan tidak berkorelasi (tidak diperlukan uji

konsistensi internal atau cronbach alpha ).

• Menghilangkan satu indikator berakibat merubah makna dari konstruk

• Kesalahan pengukuran diletakkan pada tingkat konstruk (zeta)

• Konstruk mempunyai makna “surplus”

(54)

3.4.3 Kegunaan Metode Partial Least Square (PLS)

Kegunaan PLS adalah untuk mendapatkan model struktural yang

powerfull untuk tujuan prediksi. Pada PLS, penduga bobot (weight estimate)

untuk menghasilkan skor variabel laten dari indikatornya dispesifikasikan dalam

outer model, sedangkan inner model adalah model struktural yang

menghubungkan antar variabel laten.

3.4.4 Pengukuran Metode Partial Least Squar e (PLS)

Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi 3 hal, yaitu :

1. Weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten.

2. Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel laten dan

estimasi loading antara variabel laten dengan indikatornya.

3. Means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi, intersep) untuk indikator

dan variabel laten.

Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi

tiga tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama

menghasilkan penduga bobot (weight estimate), tahap kedua menghasilkan

estimasi untuk inner model dan outer model, dan tahap ketiga menghasilkan

estimasi means dan lokasi (konstanta). Pada dua tahap pertama proses iterasi

dilakukan dengan pendekatan deviasi (penyimpangan) dari nilai means (rata-rata).

Pada tahap ketiga, estimasi bisa didasarkan pada matriks data asli dan taua hasil

penduga bobot dan koefisien jalur pada tahap kedua, tujuannya untuk menghitung

(55)

3.4.5 Langkah-langkah PLS

1. Langkah Pertama: Merancang Model Struktural (inner model)

Inner model atau model stuktural menggambarkan hubungan antar variabel

laten berdasarkan pada substantive theory perancangan model struktural

hubungan antar variabel laten didasarkan pada rumusan masalah atau

hipotesis penelitihan.

2. Langkah Kedua: Merancang Model Pengukuran (outer model)

Outler Model atau model pengukuran mendefinisikan bagaimana setiap blok

indikator berhubungan dengan variabel latenya. Perancangan model

menentukan sifat indikator dari masing-masing variabel laten, apakah refleksi

atau formatif, berdasarkan devinisi oprasional variabel.

3. Langkah Ketiga: Mengkonstruksi Diagram Jalur

a. Model persamaan dasar dari inner model dapat di tulis sebagai berikut:

N = β0 + β ŋ + Γ + ξ

Nj = ∑i βji ŋi + ∑i yjb b + ξj

b. Model persamaan dasar Outer Model dapat di tulis sebagi berikut:

Χ = Λ x + ɛ x Y = Λy ŋ + ɛ y

4. Langkah Keempat: Estimasi: Weight, koofesien jalur, dan loading

Metode pendugaan parameter (estimasi) di dalam PLS adalah metode kuadrat

terkecil (Least squere methods). Proses perhitngan dilakukan dengan cara

iterasi, dimana iterasi akan berhenti jika telah tercapai kondisi kenvargen.

(56)

• Weight estimasi yang digunakan untuk menghitung data variabel laten.

• Path estimasi yang menghubungkan antar variabel laten dan estimasi

loading antara variabel laten dan indikatornya.

• Means dan Parameter lokasi (nilai konstanta regresi, intersep) untuk

indikator dan variabel laten.

5. Langkah Keenam: Goodness of Fit

Goodness of Fit Model diukur menggunakan R2 variabel laten dipenden

dengan interpretasi yang sama dengan regresi. Q2 predictive relevance untuk

model struktural mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh

model dan juga estimasi parameternya.

Q2 = 1-(1-R22) (1-R22)...(1-Rp2)

Besarnya memiliki nilai dengan rentang 0 <> 2 pada analisis jalur ( Path

Analisis ).

6. Langkah Ketujuh: Pengujian Hipotesis (Resampling Bootstraping)

Pengujian hipotesi (β, Y, dan Λ ) dilakukan dengan metode resampling

boostrap yang dikembangkan oleh geisser dan stone statistik uji yang

digunakan adalah statistik t atau uji t. Penerapan metode resampling,

memungkinkan berlakunya data terdistribusi bebas (distribution free) tidak

memerlukan asumsi distribusi normal, serta tidak memerlukan sampel yang

besar (direkomendasikan sampel minimum 30). Pengujian dilakukan dengan

(57)

3.4.6 Asumsi PLS

Asumsi pada PLS hanya berkait dengan pemodelan persamaan struktural,

dan tidak terkait dengan pengujian hipotesis, yaitu:

1) Hubungan antar variabel laten dalam inner model adalah linier dan aditif

2) Model struktural bersifat rekursif

3.4.7 Ukuran Sampel

Dasar yang digunakan untuk pengujian hipotesis pada PLS adalah

resampling dengan Bootstrapping yang dikembangkan oleh Geisser & Stone.

Ukuran sampel dalam PLS dengan perkiraan sebagai berikut:

1. Sepuluh kali jumlah indikator formatif (mengabaikan indikator refleksif)

2. Sepuluh kali jumlah jalur struktural (structural paths) pada inner model

3. Sample size kecil 30 – 50 atau sampel besar lebih dari 200

3.4.8 Uji Validitas Dan Reliabilitas

Hasil pengumpulan data yang didapat dari kuesioner harus diujikan

validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian dikatakan valid, bila terdapat

kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi

pada objek yang diteliti. Menurut Sugiyono (2008, 348) instrumen yang valid

berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.

Valid berarti instrument dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak

(58)

menggunakan indicator refleksif dievaluasi dengan convergent dan diskriminan

validity.

Sedangkan outer-model dengan formatif indicator dievaluasi berdasarkan

pada substantive contentnya yaitu dengan membandingkan besarnya relatif weight

dan melihat signifikansi dari ukuran weight tersebut berdasarkan pada Chin dalam

(Ghozali, 2008, 24).

Convergent validitydari model pengukuran dengan reflektif indicator

dinilai berdasarkan korelasi antara item score/ component score dengan construst

score yang dihitungdengan PLS. ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika

berkorelasi lebih dari 0,07 dengan konstruk yang ingin diukur. Namun demikian

menurut Chin (Ghozali, 2008, 24) untuk penelitian tahap awal dari pengembangan

skala pengukuran nilai loading 0,05sampai 0,6 dianggap cukup.

Sedangkan discriminant validity dinilai berdasarkan crossloading, jika

korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar dari pada ukuran konstruk

lainnya, maka hal ini menunjuk kan bahwa konstruklaten memprediksi ukuran

pada blok. Mereka lebih baik dari pada blok lainnya. Bisa juga dinilai dengan

Square Root Of Average Extracted (AVE), jika nilai akar kuadrat AVE setiap

konstruk lebih besar dari pada nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk

lainnya dalam model maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang

baik. (FornelldanlackerdalamGhozali, 2008, 25)

Hasil penelitian dikatakan reliable bila terdapat kesamaan data dalam

waktu yang berbeda, artinya instrumen yang memiliki reliabilitas adalah

(59)

akan menghasilkan data yang samajuga (Sugiyono, 2008, 348). instrumen yang

baik tidak bersifat mengarahkan responden untuk memilih jawaban tertentu

sebagaimana yang dikehendaki oleh peneliti. Untuk menguji apakah instrument

tersebut reliable dilihat dari nilai composite. Reliability blok indikator yang

mengukur suatu konstruk dan juga nilai cronbach alpha. Jika nilai composite

reliability maupun cronbach alpha diatas 0,70 berarti nilai konstruk dinyatakan

Gambar

Tabel 1.2 Top Brand Indeks (TBI) Award
Jumlah Komplain Konsumen di “Apollo Cell” Plaza Marina Surabaya  Tabel 1.3 Periode Agustus 2012 – April 2013
Tabel 1.4
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut memberikan makna bahwa dengan adanya pengeluaran oleh pemerintah dalam bentuk belanja bantuan sosial dapat menurunkan angka kemiskinan yaitu jumlah penduduk

Perkelahian antar pelajar yang sering terjadi biasanya dikarenakan adanya kesalahfahaman yang terjadi antar individu atau kelompok dan tidak adanya pola komunikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Pengawasan Keuangan Pada Dinas Pariwisata Provinsi Sulut,

Dalam hal ini nilai tukar, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, biaya promosi, jumlah pekerja, tingkat bagi hasil deposito mudharabah 3 bulan, tingkat bagi hasil deposito mudharabah

Sist em yang digunakan dalam pengolahan air limbah sangat erat kait annya dengan kepadat an penduduk. Kepadat an penduduk menjadi penent u dalam penyediaan lahan

Untuk menguji pengaruh risiko pasar berpengaruh positif terhadap

Scan Image Nominal Euclidean Distance Database Histogram Coefficient Correlation Database Pattern testing16.png Money not Detected Testing 17. Scan image of testing17.png has an

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kematangan karier adalah keberhasilan individu untuk membuat keputusan karir dengan informasi yang cukup dan sesuai dengan