• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Pemimpin Melalui Prinsip Ing Ngarso Sung Tuladha

DIREKTUR UTAMA

4.2. Penyajian Data

4.2.2. Kesimpulan dari Fokus Kepemimpinan Ing Ngarso Sung Tuladha Seperti yang telah dipaparkan dalam fokus penelitian bahwa tugas

4.2.2.1. Peranan Pemimpin Melalui Prinsip Ing Ngarso Sung Tuladha

Prinsip ini berarti kalau pemimpin itu berada di depan dia harus dapat menjelaskan cita-cita kepada yang depimpin dengan cara jelas mungkin, mampu menentukan suatu tujuan, serta wajib memberikan suri tauladan bagi pengikutnya, selain itu seorang pemimpin rnampu menjadikan dirinya sebagai pola panutan bagi orang yang dipimpinnya lewat sikap dan perbuatan.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Drs. B. Junaedi I.S selaku Direktur Utama yang menyatakan :

“Jadi gini, peran pemimpin melalui prinsip ing ngarso sung tuladha berarti kita harus mengacu pada tupoksi, kita sudah membuat tupoksi masing-masing terus kemudian kita mengacu dengan tupoksi yang ada, apa tupoksi manajer, kepala operasional dan sebagainya. Direktur Utama yang mengevaluasi kinerjanya, hasil kinerja kita laporkan tiap tahun sebagai laporan akuntabilitas kinerjanya, tetapi pertanggung jawaban yang pokok itu tiap hari dilaporkan yang semuanya sesuai dengan tupoksinya.” (Wawancara tanggal 10 Juni 2010)

Demikian juga yang disampaikan oleh Bapak Hendrik, SH selaku manajer yang menyatakan :

“Pelaksanaan kinerja disini sudah baik dan dilaksanakan oleh para pegawai sesuai dengan tugas dan kewajibannya dan semuanya itu juga sangat mmbantu karena dapat meningkatkan motivasi kinerja pegawai.” (Wawancara tanggal 10 Juni 2010) Sedangkan pelaksanaan penilaian kinerja yang bersifat dorongan positif, disampaikan oleh Bapak Drs. B. Junaedi I.S selaku Direktur Utama yang menyatakan :

“Penilaian itu sekarang sejauh mana kita bisa mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan tupoksi, disini penilaian kita itu meliputi penilaian secara keseluruhan dari hasil kerjanya dan tanggung jawabnya, kalau saya menggunakan model kepemimpinan Ki Hajar Dewantara karena saya masih keturunan orang Jawa tulen. “(Wawancara tanggal 10 Juni 2010)

Adapun pelaksanaan dorongan positif untuk meningkatkan kinerja pegawai, seperti yang diungkapkan Bapak Hendrik, SH selaku manajer yang menyatakan :

penghargaan tersebut tidak hanya bersifat materiil (misalnya berupa pemberian bonus terhadap pegawai) tapi juga imateriil (misalnya perhatian atau pemberian kursus-kursus untuk meningkatkan skill pegawai) . “(Wawancara tanggal 10 Juni 2010) Jenis penghargaan yang diberikan kepada bawahan seperti tersebut pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3.

Karakteristik Pegawai yang Mendapatkan Penghargaan

No Penghargaan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. 2. Materiil Immateriil 10 50 16,66 83,34 Jumlah 60 100

Sumber : CV. Kencono Wungu, Surabaya

Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukkan bahwa pegawai yang mendapatkan penghargaan materiil sebanyak 10 orang atau 16,66% dan yang mendapat penghargaan immateriil sebanyak 50 orang atau 83,34%. Penghargaan materiil berupa jasa (misalnya pemberian bonus pada pegawai) yang disesuaikan dengan kinerjanya sedangkan penghargaan immateriil (misalnya pemberian kursus) berupa perhatian yang didapat oleh seluruh pegawai untuk dapat bekerjasama dan meningkatkan kinerja pegawai.

Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh bapak Hendrik, SH selaku manajer yang menyatakan :

“ motivasi yang diberikan kepada karyawan seperti penghargaan bisa jasa maupun perhatian yang disesuaikan dengan tugasnya dapat meningkatkan kinerjanya dan memotivasi

karyawan menjadi lebih baik dalam melaksanakan tugas maupun tanggung jawabnya.” (Wawancara tanggal 10 Juni 2010)

Adapun alternatif solusi pelaksanaan dorongan positif jika pegawai CV. Kencono Wungu tidak melaksanakan kinerja dengan baik seperti yang diungkapkan oleh Bapak hendrik, SH selak manajer yang menyatakan :

”Yang jelas itu tadi motivasi diberikan sesuai dengan kinerjanya. Direktur kami berpedoman terhadap model kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro, Ing Madya Mangun Karso, yaitu dapat berupa teguran lisan, tulisan maupun sanksi.” (Wawancara tanggal 10 Juni 2010)

Jenis sanksi yang diberikan kepada pegawai seperti terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.4.

Karakteristik Pegawai yang Mendapatkan Sanksi

No Sanksi Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. Pernah : a. Sanksi Ringan b. Sanksi Sedang 5 5 8,33 8,33 2. Tidak pernah 50 83,33 Jumlah 60 100

Sumber : CV. Kencono Wungu, Surabaya

Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukkan bahwa pegawai yang pernah mendapatkan sanksi sebanyak 10 pegawai, sanksi ringan yang terdiri dari teguran lisan, teguran tertulis, sedangkan sanksi dapat berupa teguran.

Pemberian sanksi pada pegawai baik yang berupa sanksi ringan maupun sanksi sedang didasarkan pertimbangan bahwa pegawai tidak melakukan 3 kali pelanggaran dalam satu periode tertentu.

Dari beberapa keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa masih banyak pegawai yang melanggar sehingga pegawai tersebut mendapatkan sanksi. Hal ini sesuai dnegan yang disampaikan oleh Bapak Choiri selaku pegawai yang menyatakan :

“Apabila tidak melaksanakan kinerja dengan baik maka pegawai diberikan teguran maupun sanksi dan memberi pengertian bahwa kinerja pegawai dibutuhkan dalam keberhasilan pelaksanaan tugas.” (Wawancara tanggal 10 Juni 2010)

Berdasarkan pengamatan dan wawancara di lapangan mengenai motivasi untuk meningkatkan kinerja pegawai, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja pegawai dilaksanakan berdasarkan tupoksi yang telah ditetapkan dan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dan diadakan penghargaan baik bersifat materiil maupun immateriil serta penilaian terhadap kinerjanya.

Prinsip kepemimpinan Ing Madya Mangun Karsa mengandung arti bila mana pemimpin berada ditengah, dia harus dapat membangkitkan tekad dan semangat kepada para pengikutnya agar tujuan yang telah ditetapkan dapat terwujud dengan yang diinginkan.

Prinsip ing madya mangun karsa merupakan sikap dan perilaku yang dimiliki oleh pegawai dan merupakan tanggung jawab pegawai itu sendiri dan direktur utama peduli dengan sikap dan perilaku pegawai

kinerja pegawai di CV. Kencono Wungu seperti yang diungkapkan oleh Bapak Hendrik, SH selaku manajer yang menyatakan :

“Harus ditegakkan kalau sudah masuk menjadi pegawai di CV. Kencono Wungu dan ada pernyataan untuk pegawai sebagai tolok ukur kedisiplinan yang kemudian diterjunkan dan menghadap lagi ke perusahaan karena mempunyai kebijakan untuk menindaklanjuti tentang kepegawaiannya.” (Wawancara tanggal 10 Juni 2010)

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak Drs. Bambang Junaedi I.S selaku direktur utama yang menyatakan :

“Pelaksanaan kinerja dalam disiplin positif sangat diperlukan karena pegawai di CV. Kencono Wungu harus disiplin dalam menjalankan tugas, misalnya disiplin dengan jadwal.” (Wawancara tanggal 10 Juni 2010)

Adapun tolok ukur dalam pelaksanaan disiplin positif pegawai di CV. Kencono Wungu yang diungkapkan oleh Bapak Hendrik, SH selaku manajer yang menyatakan :

”.... misalnya dalam kepegawaian ada namanya disiplin kinerja yaitu masuk atau pulang jam berapa selalu ada absensi, dimana absensi pegawai berada pada direktur utama dan semuanya ada jadwal tugas itu untuk tolok ukur keberadaannya pegawai sedangkan tolok ukur kinerjanya itu tiap hari selalu dinilai berdasarkan jadwal kehadiran sendiri karena dapat mengetahui kalau ada masalah akan komplain.” (Wawancara tanggal 10 Juni 2010)

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak Drs. Bambang Junaedi I.S selaku direktur utama yang menyatakan :

”Tolok ukur kinerja pegawai adalah pegawai yang selalu datang tepat waktu / tidak terlambat, menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik, dalam berpakaian juga harus sesuai dengan tata cara yang sudah ditetapkan.” (Wawancara tanggal 10 Juni 2010)

Pernyataan tersebut juga sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Choiri selaku staf operasional yang menyatakan :

”Pegawai disini selalu menjalankan tugasnya dengan benar dan disiplin seperti selalu stand by dan tidak meninggalkan pekerjaan waktu tugas.” (Wawancara tanggal 10 Juni 2010)

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dilapangan mengenai disiplin positif untuk meningkatkan kinerja pegawai, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pegawai yang berada di CV. Kencono Wungu Surabaya disiplin sekali misal tidak terlambat datang bekerja, pegawai juga diberi kebijakan untuk menindak lanjuti apabila pegawai melakukan kesalahan dan tidak disiplin, hal ini dijadikan pedoman terhadap semua karyawan.

Dokumen terkait