• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN DIREKTUR UTAMA DALAM MEMOTIVASI PEGAWAI DI CV. KENCONO WUNGU SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN DIREKTUR UTAMA DALAM MEMOTIVASI PEGAWAI DI CV. KENCONO WUNGU SURABAYA."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Administrasi Negara Pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh : Olga Candra Bayu

NPM. 0141010187

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINSITRASI NEGARA

(2)

Hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul

“PERANAN DIREKTUR UTAMA DALAM MEMOTIVASI PEGAWAI DI CV. KENCONO WUNGU SURABAYA .

Dengan tersusunnya laporan skripsi ini penulis mengucapkan banyak

terima kasih yang sebesar-besarnya pada selaku Dra. Diana Hertati dosen

pembimbing utama dan Bapak Dr.Lukman Arif, MSi selaku pembimbing

pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,

disamping itu penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr.Lukman Arif, MSi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Publik.

3. Ibu Dra. Diana Hertati, MSi selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi

Publik.

4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberi bekal dalam proses belajar

mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

5. Bapak Drs. Junaedi I.S selaku Direktur di CV. Kencono Wungu Surabaya

yang selalu membantu penulis dalam melakukan penelitian di lapangan.

6. Kedua Orang Tua yang selalu mendukung dan mensupport baik dalam bentuk

(3)

Surabaya, Juni 2011

(4)

KATA PENGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ………. iii

DAFTAR TABEL ………... viii

DAFTAR GAMBAR ……… ix

ABSTRAKSI ………... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……….. 1

1.2. Perumusan Masalah ……….. 4

1.3. Tujuan Penelitian ………... 5

1.4. Kegunaan Penelitian ………. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ………. 6

2.2. Landasan Teori ……….. 9

2.2.1 Peranan ……….. 9

2.2.2 Kepemimpinan ………. 10

2.2.2.1Pengertian Kepemimpin………... 10

2.2.2.2.Syarat-syarat Kepemimpinan …... 12

2.2.2.3.Fungsi Kepemimpinan..……….. 13

2.2.2.4.Tipe dan Gaya Kepemimpinan………. 16

(5)

2.2.3.4.Jenis-jenis Motivasi dan Tujuan Pemberian

Motivasi …….……….. 36

2.2.4. Kinerja……… 38

2.3. Kerangka Berpikir ………. 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian …………... 43

3.2. Obyek, Fokus, Instrumen Penelitian ………... 44

3.3. Situs Penelitian ………... 46

3.4. Sumber Data dan Jenis Data ………. 47

3.5. Teknik Pengumpulan Data ……….. 48

3.6. Analisa Data ………... 49

3.7. Keabsahan Data ……… 52

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum CV. Kencono Wungu Surabaya ... 55

4.1.1. Lokasi CV. Kencono Wungu ... 56

4.1.2. Visi dan Misi ... 56

4.1.3. Struktur Organisasi ... 57

4.1.4. Tugas Pokok dan Fungsi ... 58

4.2. Penyajian Data ... 59

(6)

Ngarso Sung Tuladha ... 61

4.2.2.2. Peranan pemimpin Melalui Prinsip Tut

Wuri Handayani ... 67

4.3. Pembahasan ... 69

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 71

5.2. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA

(7)

Tabel 1.1 Karakteristik Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin .... 60

Tabel 2.1 Karakteristik Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ... 60

Tabel 3.1 Karakteristik Pegawai yang Mendapatkan Penghargaan ... 63

Tabel 4.1 Karakteristik Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin .... 60

Tabel 4.2 Karakteristik Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ... 60

Tabel 4.3 Karakteristik Pegawai yang Mendapatkan Penghargaan ... 63

(8)

Gambar 2. Komponen Analisis Data : Model Interaktif... 52

(9)

Dalam rangka usaha menjamin obyektifitas dalam peranan direktur utama dalam memotivasi pegawai di CV. Kencono Wungu telah ditetapkan Peraturan Perda No. 30 Tahun 2000 tentang Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Kelancaran pelaksanaan kegiatan organisasi tergantung pada kemampuan seorang direktur utama, akan tetapi kemampuan yang dimiliki direktur utama akan sia-sia tanpa diimbangi dengan peran serta di lapangan, sehingga perilaku direktur utama benarbenar dapat dirasakan dan dapat berpengaruh terhadap bawahan. Komunikasi antara direktur utama dan bawahan sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi, sebab tanpa adanya komunikasi yang baik maka pekerjaan akan menjadi simpang siur dan kacau balau sehingga tujuan organisasi kemungkinan besar tidak akan tercapai, selain itu keberhasilan dan kegagalan sebuah organisasi sebagian besar ditentukan oleh direktur utama sebagai penggerak dan penetu di dalam keberhasilan sebuah organisasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan direktur utama dalam memotivasi pegawai (model kepemimpinan Ki Hajar Dewantara) di CV. Kencono Wungu Surabaya. Aspek yang dijadikan fokus penelitian ini adalah dengan konsep trilogi kepemimpinan dari Ki hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani.

(10)

I.1. Latar Belakang

Dalam rangka usaha menjamin obyektifitas dalam peranan direktur utama

dalam memotivasi pegawai di CV. Kencono Wungu telah ditetapkan Peraturan

Perda No. 30 tahun 2000 tentang Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

Setiap organisasi baik pemerintahan maupun swasta, dalam rangka

mencapai tujuan secara berhasil guna dan berdaya guna memerlukan adanya

pembagian kerja, rincian tugas masing – masing pihak yang terlibat dalam

organisasi tersebut. Pelimpahan wewenang dari atasan kepada bawahannya.

Kerja sama antara pihak yang satu dengan pihak lainnya, untuk dijadikan

pegangan bagi para pelaksana agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan secara

sistematis. Serta seorang direktur utama yang dapat memimpin bawahannya atau

sekelompok orang yang tergabung dalam organisasi tersebut. Agar kegiatan

dalam bekerjasama, tujuan organisasi dapat terarah dan jelas di dalam suatu

kedirektur utamaan .Sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh Kartono

(2004 : 12 ), organisasi adalah system kegiatan koordinasi dari sekelompok orang

yang bekerja sama yang mengarah pada tujuan bersama di bawah kewenangan

dan kedirektur utamaan dalam suatu organisasi maka akan didapatkan suatu

keteraturan dalam kehidupan organisasi tersebut.

Kelancaran pelaksanaan kegiatan organisasi tergantung pada kemampuan

(11)

direktur utama benar-benar dapat dirasakan dan dapat berpengaruh terhadap

bawahan.

Dalam menyelesaikan tugas seorang direktur utama harus dapat

memberikan dorongan atau motivasi kepada bawahan. Sehingga bawahan akan

dapat terdorong atau termotivasi dalam menyelesaikan tugas dengan cepat dan

tepat pada waktunya. Peningkatan motivasi kerja yang baik akan bermanfaat

dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Usaha untuk

memotivasi bawahan tidak akan berhasil bila tidak didukung oleh

keadaan yang kondusif (baik).

Pemberian motivasi kepada para bawahan itu sangat penting sebab

dengan adanya motivasi diharapkan bawahan dapat merasa ikut memiliki

organisasi dan diharapkan juga mereka mampu menyelesaikan pekerjaan

yang dibebankan kepadanya, sehingga akan dihasilkan suatu pekerjaan

yang baik, selain itu direktur utama menekankan kepada para

bawahannya untuk berpartisipasi memberikan saran, ide dan

pertimbangan-pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan.

Di CV Kencono Wungu ini kegiatan usahanya adalah perdagangan

barang atau supplier jenis barang/jasa dagangan utama berupa alat/suku

cadang/bahan meubel, tekstil, computer, laboratorium, buku pelajaran,

dan perlengkapan pegawai ini alamat tempat usahanya di jl. bhakti

husada 1 no 22 Surabaya. Keberadaan direktur utama CV. Kencono

(12)

antara lain lingkungan, gaya kepemimpinan, konflik dari atasan dan

bawahan. Sedangkan faktor dari dalam antara lain upah atau gaji, kondisi

kerja, hubungan antar pribadi. Suatu pekerjaan sangat membutuhkan

bantuan orang lain khususnya bawahan maka dari itu diperlukan

kehadiran seorang direktur utama yang berkualitas dalam arti seorang

direktur utama di tuntut untuk memiliki kecerdasan, pengetahuan yang

selanjutnya dapat menumbuhkan dan Dalam memotivasi bawahan, pimpinan

menggunakan perilaku meningkatkan kinerja para bawahan.

Dengan adanya strategi-strategi peningkatan kinerja maka

diharapkan dalam pelaksanaan tugasnya direktur utama CV. Kencono

Wungu dapat memberikan tanggung jawab kepada pegawai sehingga

pegawai dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

Dari hasil wawancara (tanggal 10 Juni 2010) yang dilakukan oleh

peneliti, menurut informan Bapak Drs. B. Junaedi selaku Direktur Utama

di CV. Kencono Wungu telah menunjukkan bahwa pelaksanaan kinerja

pegawai di CV. Kencono Wungu masih belum melakukan pelaksanaan

strategi disiplin positif pegawai yang bertujuan untuk memotivasi kinerja

pegawai. Beliau merupakan peran yang paling utama di CV. Kencono

Wungu untuk terciptanya suatu suasana kinerja yang produktif.

Maka jelas bahwa komunikasi antara direktur utama dengan

bawahan sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi, sebab tanpa adanya

(13)

selain itu keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi sebagai besar

ditentukan oleh direktur utama dan direktur utama harus bertanggung jawab

atas itu semua karena direktur utama sebagai penggerak dan penentu di

dalam keberhasilan sebuah organisasi, begitu juga di CV. Kencana Wungu.

Surabaya sebagai suatu organisasi diharapkan mempunyai seorang direktur

utama yang dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabanya sebagai

penyelenggara organisasi yang baik.

I.2. Perumusan Masalah

Berangkat dari uraian yang telah dikemukakan di atas maka jelas

apa yang ingin diharapkan dari penelitian ini yaitu ingin mengkaji peranan

direktur utama di CV. Kencono Wungu yang berkedudukan di Surabaya

dimana direktur utama dalam kedudukan sebagai panutan, pemberi

semangat dan pemberi dorongan bagi para pegawai yang diharapkan dapat

memberikan motivasi pada para pegawainya.

Sehubungan dengan hal tersebut maka perumusan masalah yang

diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

“Bagaimana Peranan Direktur Utama Dalam Memotivasi Pegawai di CV.

(14)

Peranan direktur utama ini sangat terkait dengan fungsi direktur utama

dalam suatu organisasi Oleh karenanya, Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui peranan direktur utama dalam memotivasi pegawai di CV Kencono

Wungu Surabaya.

I.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu :

1. Bagi mahasiswa

Untuk rnembandingkan dan mengembangkan teori yang didapat dibangku

kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan, khususnya untuk mengkaji

teori "kedirektur utamaan".

2. Bagi CV. Kencono Wungu di Surabaya

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan saran bagi lembaga

atau instansi yang menjadi obyek penelitian dalam hal meningkatkan peranan

direktur utama dalam memotivasi pegawai.

3. Bagi Almamater Untuk menambah perbendaharaan dan referensi perpustakaan

di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur. Yang

selanjutnya dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan semua pihak yang mengkaji

tentang teori kedirektur utamaan.

(15)

2.1. Penelitian Terdahulu

Kajian empiric maupun teoritik gaya kepemimpinan telah banyak

dilakukan. Dari beberapa hasil penelitian telah dilakukan pihak lain dapat

dipakai sebagai bahan pengkajian yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan

terhadap motivasi kerja pegawai, antara lain yaitu :

Romadhoni Tri Yuli (2005) jurusan Administrasi Negara FISIP

Universitas merdeka madiun, penelitian yang berjudul “Gaya Kepemimpinan

Dalam Menunjang Motivasi kerja Pegawai di Dinas Pekerjaan Umum

kabupaten Magetan”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gaya

kepemimpinan yang di terapkan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Magetan dalam menunjang motivasi kerja pegawai.

Penelitian ini dilakukan merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

Yang menjadi fokus penelitian adalah: 1) Kepercayaan pimpinan untuk

melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan, 2) Kesediaan pimpinan

untuk berkomunikasi secara timbal balik dengan bawahan atau pegawainya.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi

dan interview atau wawancara.

Hasil penelitian ini adalah gaya kepemimpinan yang diterapkan Dinas

(16)

Karena gaya Kepemimpinan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

bersifat demokratis, dimana pimpinan tidak selalu memberi perintah kepada

bawahannya untuk melaksanakan keputusan, tetapi lebih mengutamakan

kebebasan agar bawahan dapat berkembang dan belajar mandiri. Kepala

Dinas Pekerjaan Umum, sebagai pimpinan juga tidak selalu menentukan apa,

bagaimana, bilamana dan dimana pekerjaan bawahan. Pimpinan cukup

mengawasi pekerjaan bawahan agar bawahan dapat melatih tanggung jawab

dan sadar atas tugasnya Dengan gaya kepemimpinan demokratis itulah yang

dapat memotivasi kerja pegawainya dan tercipta suasana atau lingkungan

kerja yang harmonis dan menyenangkan.

Suyanto, Agus (2003), jurusan administrasi Negara Fisip Universitas

Merdeka Madiun , yang melakukan penelitian tentang “Gaya Kepemimpinan

Dalam Memotivasi Kerja Pegawai di Kantor Kecamatan Bendo, Kabupaten

Magetan”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang gaya

kepemimpinan dalam memotivasi kerja pegawai di Kantor Kecamatan

Bendo, Kabupaten Magetan. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif

kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Yang menjadi focus penelitian

adalah :

1) Wewenang dalam kepemimpinan,

2) Pengendalian dalam kepemimpinan,

3) Proses pembuatan keputusan, sedangkan metode pengumpulan

(17)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kepemimpinan Camat

menumbuhkan semangat kerja atau dapat memotivasi kerja pegawainya,

dengan didukung bukti-bukti oleh keadaan dimana, pegawai kantor

Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan tertib, disiplin, dating tepat waktu,

adsensi yang bagus dan pelaksanaan tugas yang tersusun rapi. Gaya

kepemimpinan Camat bersifat demokratis karena dalam kepemimpinannya,

pimpinan memberikan wewenang kepada bawahan agar bawahan merasa

diberikan kesempatan untuk mengembangkan dirinya dengan jalan mengajak

bersama bawahan dalam menentukan kebijakan-kebijakan. Pimpinan juga

selalu mengikutsertakan bawahan dalam pembuatan kebijakan dan pemberian

tugas kepada bawahan yang bersifat instruktif dengan jalan bawahan

diberikan pengarahan yang baik tentang tugas dan tanggung jawab dengan

peraturan yang ada.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tentang

Kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai di Kantor Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Madiun, dengan menggunakan penelitian jenis

deskriptif kualitatif. Fokus penelitiannya yaitu peran kepemimpinan dalam

pengambilan keputusan dan peran kepemimpinan dalam suatu lingkungan

(18)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Peranan

Menurut Soekanto (2002 : 243), peran merupakan aspek dinamis

dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu

peranan.

Linton dalam Soekanto (2002 : 224), mengemukakan pengertian

peranan mencakup 3 (tiga) hal, sebagai berikut :

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat.

b. Peranan adalah konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting

bagi strukur sosial masyarakat.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan

merupakan perilaku atau tindakan yang peting bagi struktur masyarakat

dan dilakukan karena suatu kedudukan, jabatan, atau organisasi di

lingkungan masyarakat bisa berupa suatu kantor yang mudah dikenal oleh

masyarakat.

Menurut Suwandi (1997 : 67) peranan dalam suatu sistem birokrasi

(19)

a. Peranan Inter-Individual

Peranan untuk mengendalikan pola reaksi individual terhadap situasi

tertentu.

b. Peranan Sosial

Peranan untuk mengatur tata kehidupan sosial. Yang mempunyai

peran sosial dan tanggung jawab lebih besar yang ada dalam suatu

sistem, maka dialah yang berhak memberi perintah serta wewenang

tertinggi ada ditangan pimpinan tersebut.

2.2.2. Kepemimpinan

2.2.1.1.Pengertian Kepemimpinan

Dalam teori kehidupan manusia di dunia banyak ditemui usaha

kerjasama mencapai suatu tujuan tertentu yang disepakati bersama. Kerjasama

itu dilakukan oleh beberapa orang (dua orang- atau lebih), dalam

berbagai kegiatan yang terarah pada tujuan, yang lebih mudah dicapai

daripada jika dikerjakan sendiri. Keseluruhan proses kerjasama itu

disebut organisasi, oleh karena itu organisasi diartikan sebagai suatu

sistem kerjasama sejumlah orang (dua orang atau lebil) untuk

mencapai suatu tujuan.

Dalam kenyataannya apapun bentuk suatu organisasi akan

memerlukan seseorang dengan atau tanpa dibantu oleh orang lain,

untuk menempati posisi sebagai pimpinan atau pemimpin (leader).

(20)

mengemban tugas melaksanakan kepemimpinan. Dengan kata lain

pemimpin adalah orang yang dan kepemimpinan (leadership) adalah

kegiatannya.

Menurut "Nawawi" dalam bukunya yang berjudul

"Kepemimpinan yang Efektif' (1993 : 9), Kepemimpinan diartikan

sebagai kemampuan untuk mendorong sejumlah orang (dua orang atau

lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

terarah pada tujuan bersama.

Menurut “Thoha" dalam, bukunya yang berjudul

"Kepemipinanan dalam Manajemen " (1933 : 9), bahwa kepemimpinan

adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni

bagaimana mempengaruhi perilaku manusia atau kelompok.

Menurut "Winardi" dalam bukunya yang berjudul

"Kepemimpinan yang Manajemen" (1990 : 47), kepemimpinan adalah

terjemahan dari kata "leadership". Kepemimpinan berbeda dengan

pemimpin. Pemimpin adalah seorang yang tugasnya memimpin,

sehingga pemimpin dapat juga disebut manajer, sedangkan

kepemimpinan adalah bakat atau sifat yang seharusnya dimiliki oleh

setiap pemimpin atau manajer. Tugas pokok seorang pemimpin atau

manajer hams mampu memimpin. Memimpin di sini berarti harus

mampu mempengaruhi, mengarahkan dan menggerakkan bawahannya

(21)

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan adalah bakat yang harus dimiliki oleh pemimpin. Dalam

menjalankan tugasnya seorang pemimpin harus memberi pengarahan

kepada orang lain (bawahan) dengan kata lain seorang pemimpin tidak

hanya dapat memerintah orang lain (bawahan) apa yang harus

dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana orang lain

(bawahan) melaksanakan perintahnya baik secara intern maupun

ekstrem, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai tujuan

yang telah ditetapkan dapat tercapai.

2.2.1.2. Syarat-syarat Kepemimpinan

Sebagai persyaratan yang positif dalam mempengaruhi

kelompok, anggota bawahan dan anak buah maka bekal yang harus

dimiliki oleh seorang pemimpin adalah harus memiliki syarat-syarat

kepemimpinan. Menurut "Masduqi" dalam bukunya yang berjudul

"Leadership" (1991 : 13) syarat-syarat seorang pemimpin antara lain:

a. Kekuasaan

Kekuasaan, otoritas dan legalitas yang memberikan

wewenang kepada pemimpin iultuk mempengaruhi dan

menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.

b. Kewibawaan

Kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu

(22)

pemimpin serta bersedia melakukan perbuatan - perbuatan yang di

instruksikan pemimpin.

c. Kemampuan

Segala daya, kesanggupan, kekuatan, kecakapan, teknik

maupun sosial, yang dianggap melebihi kemampuan anggota biasa.

dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin

dituntut untuk mengembangkan kegiatannya dalam hal

mempengaruhi bawahan. Oleh karena itu pemimpin harus memiliki

keseluruhan syarat-syarat kepemimpinan demi tercapainya tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.2.1.3. Fungsi Kepemimpinan

Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila

dijalankan sesuai dengan fungsinya. fungsi kepemimpinan itu

berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan

kelompok atau organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa

setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu, pemimpin

harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok atau

organisasi.

Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan

situasi sosial kelompok atau organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan

bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melakukannya.

(23)

fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang

dikembangkannya.

Oleh karena itu berarti fungsi kepemimpinan merupakan, gejala

sosial, karena harus diwujudkan dengan interaksi antar individu di dalam

situasi sosial suatu kelompok atau organisasi.

Menurut . Nawawi. . (1993:74) fungsi kepemimpinan memiliki dua

dimensi sebagai berikut :

1. Dimensi yang berkenan, dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam

tindakan atau aktivitas pimpinan, yang terlihat pada tanggapan

orang-orang yang dipimpinnya.

2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan

orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok

kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui

keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.

Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional

dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan yaitu: "(1) Fungsi

"Instruktif' (2) Fungsi "Konsultatif' (3) Fungsi "Partisipasi" (4) Fungsi

"Delegasi" (5) Fungsi "Pengendalian"

Kelima fungsi pokok kepemimpinan tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Fungsi "Instruktif'

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah..

(24)

pelaksanaannya pada orang-orang yang dipimpinnya. Dengan kata kata

lain kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan menggerakkan

dan memotivasi orang lain agar melaksanakan perintah. Untuk itu

perintah harus jelas. Perintah yang jelas dari segi kepemimpinan berarti

juga sebagai perwujudan proses bimbingan dan pengarahan, yang dapat

rneningl:atkan efektivitas dan efisiens: pencapaian tujuan organsiasi.

2. Fungsi “Konsultatif”

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah meskipun

dalam pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pemimpin fungsi itu

mengharuskan pemimpin belajar menjadi pendengar yang baik.

3. Fungsi "Partisipasi"

Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi

juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara

pemimpin dengan dan sesama orang yang dipimpin.

Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan

orang-orang yang dipimpinnya , baik dalam keikutsertaan mengambil

keputusan maupun dalam melaksanakannya.

Fungsi partisipasi hanya mungkin terwujud jika pemimpin

mengembangkan komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran

pendapat, gagasan dan pandangan dalam hal memecahkan permasalahan

(25)

4. Fungsi "Delegasi"

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang

membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun

tanpa persetujuan dari pemimpin.

Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok

organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan yang tidak dapat

dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pada

dasarrrya berarti kepercayaan. Pemimpin harus bersedia dan dapat

dipercayai orang lain sesuai dengan posisi atau jabatamya, apabila diberi

atau mendapat pelimpahan wewenang.

5. Fungsi "Pengendalian"

Fungsi ini cenderung bersifat satu arah, meskipun tidak mustahil

untuk dilakukan dengan cara komunikasi dua arah. Dan fungsi ini

kepemimpinan yang sukses mampu rnengatur aktivitas anggotanya secara

terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga. memungkinkan

tercapainya tujuan bersama secara maksimal.

2.2.1.4. Tipe dan Gaya Kepemimpinan

Pemimpin itu dalam bentuknya haru memiliki sifat, kebiasaan,

temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang khas dan urik, sehingga

kadang-kadang menjadi pemimpin merupakan bentuk dari

pengembangan manivestasi seni. Ini juga yang sering disebut, bahwa

(26)

pemimpin dan gayanya merupakan perbedaan dari orang lain. Dan gaya

kepemimpinan akan tumbuh suatu warna perilaku tipa kepemimpinanya.

Menurut pendapat dari "Masduqi” dalam bukunya yang

berjudul "Kepemimpinan yang Efektif' dalam bukunya yang berjudul

"Leadership" (1996 : 8) yang mengutip pendapat “Reddin” dalam

artikelnya "What Kind of Manager" menyebutkan bahwa terdapat empat

teori gaya kepemimpinan dasar meliputi :

a. Kekornpakan tinggi dan kerja rendah

Gaya kepemimpinan ini berusaha menjaga hubungan baik,

keakraban dan kekompakan kelompok, tetapi kurang

memperhatikan usaha tercapainya tujuan kelompok atau

penyelesaian tugas secara bersama dan bersinergis untuk

tercapaianya tujuan organisasi.

Yang dipentingkan pada gaya kepemimpinan ini bukan hasil

pencapaian tujuan, tetapi hubungan antar anggota, keakraban

hubungan dan relaksasi. Gaya kepemimpinan ini sifatnya

mengangkat kembali kevakuman dan kesenjangan anggota. Maka

cara yang ditempuhnya, tidak memulai dengan memotivasi

penyelesaian tugas yang produktif, akan tetapi anggota dimotivasi

bagaimana menumbuhkan rasa memiliki terlebih dahulu terhadap

kelompok kerjanya atau terhadap pelaksanaan tugas yang menjadi

(27)

b. Kerja tinggi dan kekompakan rendah

Gaya kepemimpinan ini berorientasi pada penekanan segi

penyelesaian tugas dan tercapainya tujuan kelompok. Gaya ini amat

tepat apabila dimanfaatkan dan diterapkan untuk kelompok yang

baru dibentuk, yang membutuhkan tujuab dan sasaran yang jelas

dun kelompok yang kehilangan arah, tidak mempunyai lagi tujuan

dan sasaran, tidak mempunyai kriteria untuk meninjau hasil

kerjanya yang sudah kacau dan tidak berarti lagi. Gaya

kepemimpinan ini memberi kejelasan tujuan dan sasaran serta

pengawasan ketat untuk mencapai tujuan dan sasaran itu Kerja

tinggi dan kepemimpinan yang tinggi

Gaya kepemimpinan yang menjaga kerja dan kekompakkan.

Kepemipinan yang tinggi cocok untuk dipergunakan membentuk

kelompok. Kelompok yang baru dibentuk memerlukan kejelasan

tujuan dan sasaran, struktur kerja untuk mencapai tujuan, serta

usaha untuk membina hubungan antar anggota, karena gaya

kepemimpinan ini banyak diterapkan pada proses pembentukan

kelompok, maka pemimpin perlu menunjukkan gaya

kepemimpinannya dengan bertindak sebagai contoh teladan.

Pada gaya kepemimpinan ini tujuannya adalah bagaimana

membentuk kelompok kerja yang jadi, matang, mampu menjalankan

(28)

c. Kerja rendah dan kekompakkan rendah.

Gaya kepemimpinan ini mempunyai indikasi yang lemah

terhadap pematangan kedewasaan anggota kelompok dan tidak

menghasilkan apa akibatnya kelompok akan kebingungan dalam

menyelesaikan tugasnya bahkan tidak tahu harus berbuat apa.

Dari keempat gaya kepemimpinan yang diuraikan di atas, secara

keseluruhan memiliki konotasi tidak ada yang lebih baek dan lebih buruk

dibandingkan satu sama lain. Berhasil dan tidaknya seseorang dalam

menegakkan tugas tergantung dari yang dipimpin. Seorang pemimpin

dituntut untuk bisa melihat situasi kelompok dalam mengambil

keputusan. Di samping keempat gaya kepemimpinan tersebut di atas ada

juga gaya kepemimpinan yang tertulis dalam bahasa Sansekerta. Dalam

bukunya yang berjudul "Etika Pemerintahan" (1997 : 42.) "N.A.W.

Widjaja" mengutip pendapat dari Ki Hajar Dewantara tentang trilogi

kepemimpinan yang dirumuskan dalam tiga hal, yaitu:

1. Ing Ngarsa Sung Tuladha

Yang berarti kalau pemimpin itu berada di depan dia harus dapat

menjelaskan cita-cita kepada yang depimpin dengan cara jelas

mungkin, mampu menentukan suatu tujuan, serta wajib memberikan

suri tauladan bagi pengikutnya, selain itu seorang pemimpin rnampu

menjadikan dirinya sebagai pola panutan bagi orang yang

(29)

2. Ing Madya Mangum Karsa

Yang berari bila mana pemimpin berada ditengah, dia harus

dapat membangkitkan tekad dan semangat kepada para pengikutnya

agar tujuan yang telah ditetapkan dapat terwujud dengan yang

diinginkan.

3. Tut Wuri Handayani

Yang berarti bilamana pemimpin itu berada di belakang, ia

berperan sebagai kekuatan pendorong dan penggerak, dengan kata lain

pemimpin harus mampu memberikan motivasi kepada pengikutnya

agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

ketiga trilogi kepemimpinan yang seringkali diucapkan oleh Ki

Hajar Dewantara di atas secara nyata telah ditumbuh kembangkan

melalui pemahaman falsafah hidup bangsa Indonesia termasuk orang

jawa dalam kepemimpinan.

Dalam melaksanakan kegiatan pokok kepemimpinan selalu terlihat

beberapa berbeda dalam mendayagunakan fungsi-fungsi kepemimpinan.

Perbedaan itu mengakibatkan terjadinya tipe kepemimpinan

Menurut "Nawawi" dalam bukunya yang berjudul "Kepemimpinan

yang Efektif" (1993 : 94) mengemukakan beberapa tipe kepemimpinan

dalam suatu organisasi yang antara lain :

1. Tipe Kepemimpinan otoriter

Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal, pemimpin

(30)

bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah, sehingga

dianggap tidak mampu. berbuat sesuatu tanpa diperintah. Perintah

pimpinan sebagai atasan tidak boleh dibantah, karena dipandang

sebagai satu-satunya yang paling benar. Pimpinan sebagai penguasa

merupakan penentu, bukan saja dalam melaksanakan kegiatan, tetapi

juga penentu nasib bawahannya. Pimpinan merupakan pihak yang

memiliki wewenang, sedangkan bawahan merupakan pihak yang

hanya memiliki tugas, kewajiban dan tanggung jawab.

2. Tipe Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah. Kegiatan-kegiatan

pengendalian dilaksanakan secara tertib dan bertanggung jawab,

pembagian tugas-tugas dan wewenang dan tanggung jawab yang jelas,

memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif. Dengan kata

lain setiap anggota mengetahui secara pasti sumbangan yang dapat,

diberikannya untuk mencapai tujuan kelompok / organisasinya. Di

samping itu mengetahui pula bagaimana melaksanakan secara efektif

dan efisien.

3. Tipe Kepemimpinan Kharismatik

Kemampuan menggerakkan orang lain dengan mendayagunakan

keistirnewaan atau kelebihan dalam sifat / aspek kepribadian yang

dimiliki pimpinan sehingga menimbulkan rasa hormat, segan dan

kepatuhan pada orang yang dipimpinnya. Keistimewaan kepribadian

(31)

sehingga perilaku kepemimpinannya terserah sepenuhnya kepada

kepentingan orang-orang yang dipimpin baik secara perorangan

maupun kelompok dan keseluruhan organisasinya.

4. Tipe kepemimpinan bebas (Luissez Faire)

Pimpinan berkedudukan sebagai simbol dan memfungsikan dirinya

sebagai penasehat. Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan

kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil

keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak masing-masing

baik secara perseorangan maupun kelompok-kelompok kecil.

5. Tipe Kepemimpinan Paternalistik

Tipe ini terdapat suatu pengaruh kebapakan antara pimpinan dan

kelompoknya. Segi positif kepemimpinan paternalistik, dapat

dikatakan bahwa tipe ini menunjukkan bobot rasa tanggung jawab

yang cukup besar, perhatian yang sungguh-sungguh terhadap

pengikutnya.

dari pendapat tersebut maka penuIis dapat menyimpulkan bahwa

tipe kepemimpinan yang bervariasi, yang disesuaikan dengan sitlzasi

akan menghasilkan kepemimpinan yang efektif. Dengan kata lain

kepeminpinan yang efektif tidak mungkin terwujud dengan

menggunakan salah satu tipe kepemimpinan secara murni.

6. Tipe Kepemimpinan Demokratif

Menurut "Nawawi" dalam bukunya yang berjudul "Kepemimpinan

(32)

manusia sebagai fungsi utama dan terpenting dalam setiap kelompok

atau organisasi. Kepemimpinan ini diwujudkan melalui pemimpin

sebagai pelaksana (Eksekutif). Tipe diwarnai dengan usaha

mewujudkan dan mengembangkan hubungan manusia (Human

Relationship) yang efektif berdasarkan prinsip saling menghormati dan

menghargai antara yang satu dengan yang lain. Pemimpin memandang

orang-orang yang dipimpinnya sebagai subyek yang memiliki

kepribadian seperti dirinya. Proses kepemimpinan diwujudkan dengan

cara memberikan kesempatan yang luas bagi anggota kelompok atau

organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan.

Dalam usaha pencapaian tujuan seorang pemimpin selalu

melaksanakan tugas dan kegiatan demi perkembangan organisasi atau

instansi yang dipimpinnya, tujuan ini dapat diwujudkan dalam

berbagai hal diantaranya yaitu melibatkan bawahan secara langsung

dalam memecahkan suatu permasalahan yang terjadi di dalam

organisasi atau instansi dengan cam musyawarah untuk mencari titik

temu sebagai penyelesaian yang terbaik, pelimpahan wewenang dan

tanggung jawab yang jelas sehingga bawahan mengetahui secara pasti

sumbangan yang dapat diberikan untuk mencapai tujuan organisasi

atau instansi, selain itu pemimpin harus memberikan kesempatan yang

luas bagi para bawahan untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap

(33)

Untuk peningkatan kualitas kerja seorang pemimpin harus dapat

member-ikan semangat kerja bagi bawahannya dengan cara memotivasi

kerja bawahannya sebab dengan motivasi diharapkan setiap individu mau

bekerja keras dari antusias dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan

kepadanya, untuk itu pembagian tugas harus jelas sehingga setiap bawahan

dapat mengerjakan apa yang harus dikerjakannya dan bekerjasama dalam

mengerjakan sesuatu yang memerlukan kebersamaan, selain itu seorang

pemimpin harus dapat menegakkan disiplin dilingkungan organisasi atau

intraksi, dalam mewujudkan dan melaksanakan disiplin pemimin terpaksa

memberikan sanksi atau hukuman kepada bawahan yang melanggar

aturan. Pemimpin dengan tipe demokraris ini selalu dihormati dan

disegani, karena mampu mengembangkan, memelihara, dan menjaga

kewibawaan atas dasar hubungan manusiawi yang efektif pemimpin selalu

berpihak pada kebenaran dan keadilan yang bukan hanya untuk dirinya

sendiri tetapi justru untuk semua anggota organisasi atau instansi,

pemimpin menyadari bahwa kebenaran untuk menghasilkan keputusan

yang baik tidak sekedar bersumber pada dirinya sendiri tetapi juga dapat

diperoleh dari orang lain jika diberi kesempatan mengemukakan pendapat,

saran dan gagasan.

2.2.3 Pengertian Motivasi

Dalam kepemimpinan sangat berkaitan erat dengan motivasi sebagai

(34)

tujuan yang telah ditetapkan selain tergantung pada kewibawaannya, juga harus

dapat menciptakan motivasi dalam diri bawahannya serta dalam dirinya

sendiri. Menurut "Hasibuan" dalam bulanya yang berjudul "Organisasi dan

Motivasi" (1996 : 95) menyatakan bahwa motivasi adalah pemberian daya

penggerak yang menciptakan gairah kerja seseorang agar mereka mau bekerja

sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk

mencapai kepuasan. .

Menurut "Nitisemito" dalam bukunya yang bejudul "Manajemen

Suatu Dasar dan pengantar" (939 : 126) yang menyatakan bahwa motivasi

adalah usaha atau kegiatan dari manager untuk dapat menimbulkan atau

meningkatkan semangat dan kegairahan kerja dari para pekerja atau

karyawannya.

Menurut "Winardi" dalam bukunya yang berjudul "Kepemimpinan

dan Manajemen" (1990 : 141) menyatakan bahwa motivasi adalah perilaku

yang dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan tertentu yang dirasakan.

Menurut "Nawawi" dalam bukunya yang berjudul "Kepemimpinan

Yang Efektif' (1993 : 49) menyatakan bahwa motivasi adalah motor penggerak

penentu tujuan dari kegiatan yang dilakukan Jadi dapat dikatakan bahwa

sebenarnya perilaku manusia itu pada hakekatnya adalah berorientasi pada

tujuan atau termotivasi oleh keinginan untuk mencapai tujuan. Motivasi

penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau

bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi.

(35)

dan. keinginan yang diperlukan bawahan dari hasil pekerjaannya itu. Motivasi

hanya dapat diberikan kepada orang-orang yang mampu untuk mengerjakan

pekerjaannya.

2.2.3.1. Prinsip-prinsip motivasi

Menurut "Nitisemito" dalam bukunya yang berjudul "Manajemen

Suatu Dasar dan Pengatar (1989 : 127) menyatakan bahwa untuk meningkatkan

semangat kerja karyawan ada beberapa prinsip yang perlu diterapkan yaitu :

1. Kemampuan untuk mengetahui kebutuhan para karyawan yang bersifat

material.

2. Kemampuan untuk mengetahui kebutuhan para karyawan yang bersifat

non material.

Dengan demikian seorang pemimpin harus dapat memberikan

motivasi kepada bawahannya baik material maupun non material. Kebutuhan

yang bersifat material yang diharuskan adalah besar upah dan

penerimaan-penerimaan lain yang dapat berupa uang sebagainya. Kebutuhan yang bersifat

non material adalah kebutuhan-kebutuhan yang mereka perlukan yang

bilamana dipenuhi akan dapat juga menimbulkan kepuasan tapi

kebutuhan-kebutuhan ini tidak bersifat material, misalnya : perasaan harga diri, rasa

kebangsaan, dipenuhinya keinginan harus pasti dan sebagainya.

Menurut "Hasibuan" dalam bukunya yang berjudul "Organisasi dan

(36)

1. Teori Kepuasan (Content Theory) Teori ini mendasarkan

pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang

menyebabkannya bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu.

Teori kepuasan ini yang dikenal antara lain :

a. Teori Motivasi Klasik oleh F.W. Taylor. Menurut teori ini motivasi

para hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan biologis

saja. Kebutuhan biologis adalah kebutuhan yang diperlukan untuk

mempertahankan kelangsungan hidup seseorang. Kebutuhan dan

kepuasan biologis ini akan terpenuhi jika gaji atau upah (uang-atau

barang) yang diberikan cukup besar.

b. Masiow's Need Hierarchy Theory (A Theory of Human Motivation)

oleh A.H. Maslow.

Teori ini menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan seseorang itu

jamak yaitu kebutuhan biologis dan pisikologis berupa materiil aan

non materil. Menurut Maslow, ia znembag ke dalam lima kebutuhan

utama yaitu :

1) Physiological Necds (kebutuhan fisik biologis).

Yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan

kelangsungan hidup seseorang seperti makan, minum, udara,

perumahan dan lain-lain.

(37)

yaitu kebutuhan akan keselamatan dari ancaman yakni merasa aman

dari ancaman kecelakaan dun keselamatan dalam melakukan

pekerjaan.

3) Affiliation or Acceptance Needs (kebutuhan sosial).

Yaitu kebutuhan akan teman, dicintai dan mencintai serta diterima

dalam pergaulan kelompok karyawan dan lingkungannya. Manusia

pada dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorang

pun manusia ingin hidup menyendiri di tempat terpencil.

4) Esteem or Status or Needs (kebutuhan akan penghargaan diri).

Yaitu kebutuhan untuk memiliki harga diri pengakuan serta

penghargaan prestasi dari karyawan dan masyarakat

lingkungannya.

5,) SelfActualization (aktualisasi/pemenuhan diri).

Yaitu kebutuhan dengan menggunakan kecakapan, kemampuan,

ketrampilan dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja

yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang

lain.

2. Teori motivasi dua faktor (Herzberg's Two Factors Motivation

Theory). Menurut teori ini motivasi yang ideal yang dapat

merangsang usaha. Adalah "peluang untuk melaksanakan tugas

yang lebih membutuhkan keahlian dan "peluang untuk

(38)

dalam melaksanakan pekerjaanya dipengaruhi oleh 2 faktor yang

merupakan kebutuhan, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar.

1) Faktor dari dalam yaitu : faktor yang berhubungan dengan

bawahan dan direktur utama , hilangnya faktor ini dapat

menyebabkan timbulnya ketidakpuasan, fakter ini perlu

mendapat perngertiaan yang wajar dari direktur agar kepuasan

dan kegairahan berkerja bawahan dapat ditingkatkan, faktor ini

meliputi:

a. Gaji atau upah

Organisasi atau instansi hendaknya mengusahakan gaji atau

upah yang adil dan layak bagi karyawan karena dari gaji atau

upah mereka memenuhi kebutuhannya.

b. Kondisi kerja

Pemimpin dapat berperan dalam berbagai hal agar keadaan

bawahan menjadi lebih baik, misalnya : ruangan khusus bagi

tiap unit, penerangan, perabotan dan kondisi fisik lainnya.

c. Hubungan antar pribadi

menunjukan hubungan perseorangan antara bawahan dengan

atasan dimana bawahan merasa dapat bergaul dengan

atasannya, dalam hal ini pemimpin memiiliki kesempatan

untuk bekerja didalam ataudengan kelompok sehingga dapat

(39)

2) Faktor dari luar yaitu : faktor yang menyangkut lingkungan

yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan, faktor

ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang

secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, faktor ini

meliputi :

a. Prestasi atau keberhasiian pelaksanaan pekerjaan

Pemimpin harus mempelajari perilaku dan rekerjaan bawahana

dengan memberi kesempatan berkembang sendiri dan

mencapai hasil maksimal dalam bekerja.

b. Pengakuan keberhasilan

Pemberian pengakuan oleh pemimpin atas keberhasilan

bawahan dalam suatu pekerjaan dengan cara pemberiaan

ucapan selamat atas keberhasilannya, memberikan hadiah, atau

dalam bentuk surat penghargaan.

c. Tanggung jawab

Pemimpin membiarkan bawahannya bekerja sendiri sepanjang

pekerjaan itu sesuai dengan yang diperintahkan dan bertanggung

jawab atas pekerjaan tersebut.

3) Teori motivasi prestasi (Mc. Clelland'sAchiwement Motivation

Theory) Teori ini berpendapat bahwa karyawan mempunyai

cadangan energi potensial, energi ini dilepaskan dan digunakan

tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi

(40)

4) Alderfer's Extsterrce, Relatedness and Growth (ERG) Theory.

Teori ini menyatakan bahwa lebih dari satu kebutuhan dapat bekerja

pada saat yang bersamaan dan untuk mencapai pemuasan kebutuhan

yang lebih tinggi sulit dicapai, maka keinginan untuk memuaskan

kebutuhan yang lebih rendah menjadi meningkat.

5) Teori Motivasi Human Relations

Teori ini mengutamakan hubungan seseorang dengan lingkungannya

jika seseorang akan berprestasi baik maka ia akan diterima dan

diakui dalam pekerjaan serta lingkungannya.

6) Teori Motivasi Claude S George

Teori ini menyatakan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang

berhubungan dengan tempat dan suasana di lingkungan ia bekerja.

Selain itu dalam memotivasi bawahannya hendaknya dilakukan

dengan meme:nuhi keinginan dan kebutuhannya akan materiil dan

non materiil yang memberikan kepuasan bagi mereka.

7) Teori Motivasi Proses

Teori ini pada dasarnya berusaha untuk menjawab pertanyaan

"Bagaimana menguatkan, mengaratikan, memelihara dan

menghentikan perilaku individu", agar setiap individu bekerja giat

sesuai dengan keinginan manager.

Teori motivasi proses ini terdiri atas :

a. Teori Harapan (Lnpectuncy Theory) Teori ini dikemukakan oleh

(41)

memotivasi sesPorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan

pekerjaannya terganttmg daii hubungan timbal balik antara apa

yang ia inginkan dan butuhkan dari hasil pekerjaan itu.

b. Teori Keadilan (Equitv Theory).

Teori ini menyatakan bahwa keadilan merupakan dan penggerak

yang memotivasi semangar kerja seseorang, jadi atasan harus

bertindak adil terhadap semua bawahannya.

c. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)

Teori ini didasarkan pada hubungan sebab dan akibat dari

perilaku dengan pemberian kompensasi.

2.2.3.2. Asas-Asas Motivasi

Azas-azas motivasi dapat diuraikan beberapa asas, menurut

“Hasibuan" dalam bukunya yang berjudul "Organisasi dan Motivasi" (1996 :

98) asas-asas motivasi yang dimaksud terdiri atas beberapa asas yaitu:

1. Asas Mengikutsertakan.

Yaitu mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan

kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat, rekomendasi

dalam proses pengambilan keputusan

2. Asas Komunikasi.

Yaitu menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin

dicapai, cara-cara mengerjakannya dan menyampaikan

(42)

3. Asas Pengakuan.

Yaitu. memberikan penghargaan, pujian, dan pengakuan yang tepat

sesuai dengan prestasi serta secara wajar kepada bawahan atau

prestasi kerja yang dicapainya.

4. Asas Wewenang yang Didelegasikan

Yaitu memberikan kewenangan dan kepercayaan diri pada

bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreativitasnya ia mampu

mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik-baik

5. Asas adil dan Layak

Yaitu alat dan jenis motivasi yang diberikan harus berdasarkan atas

keadilan dari kelayakan terhadap semua karyawan.

6. Asas Perhatian Timbal Balik.

Yaitu bawahan yang berhasil mencapai tujuan dengan baik,

maka pimpinan harus harus memberikan alat dan jenis motivasi

sehingga akan tercapai kerja sama yang saling menguntungkan.

2.2.3.3. Metode, Model dan Proses Motivasi

Menurut "Hasibuan" (1996 : 100 - 102) ada beberapa metode,

model dan proses motivasi yang antara lain yaitu :

a) Metode- metode motivasi

1. Langsung (Direct Motivastion)

Motivasi (materiil dan non materiil) yang diberikan secara

(43)

kebutuhan dan kepuasannya jadi sifatnya khusus seperti

memberikan pujian, penghargaan, bonus, piagam dan lain

sebagainya.

2. Memotivasi tidak langsung (indirect motivation)

Motivasi yang diberikan hanya berupa fasilitas-fasilitas yang

mendukung serta menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas

karyawan sehingga karyawam betah dan bersemangat

melakukan pekerjaannya. Misalnya : kursi yang empuk, mesin

yang baik, ruang kerja terang dan nyaman, suasana dan

lingkungan pekerjaan yang baik, penempatan karyawan yang

tepat dan lain-lainnya.

Motivasi tidak langsung ini besar pengaruhnva untuk

merangsang semangat bekerja karyawan, sehingga produktivitas

kerja meningkat dan tujuan organisasi cepat tercapai.

b) Model-model motivasi

1. Model Tradisional

Mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan agar gairah

kerjanya rneningkat dilakukan dengan sistem insentif yaitu

rnemberikan insentif materiil kepada karuawan yang berpartisipasi

baik.

2. Model Hubungan Manusia

mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan supaya gairah

(44)

mereka dan membuat mereka merasa berguna serta penting, sebagai

akibatnya karyawan mendapatkan beberapa kebebasan keputusan dan

kreativitas dalam melakukan pekerjaannya.

3. Model Sumber Daya Manusia

Mengemukakan bahwa karyawan dimotivasi oleh banyak faktor,

bukan uang atau barang atau keinginan akan kepuasan saja, tetapi juga

kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti. Menurut mode

ini karyawan cenderung memperoleh kepuasan dari prestasi kerjanya

yang baik.

c) Proses motivasi

1. Tujuan

Dalam proses memotivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan

organisasi, baru kemudian para bawahan dimotivasi ke arah tujuan

tersebut.

2. Mengetahui kepentingan

Dalam proses motivasi penting mengetahui kebutuhan/keinginan dan

tidak hanya melihatnya dari sudut kepentingan pimpinan dan

perusahaan saja.

3. Komunikasi efektif

Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dan

efektif dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan

diperolehnya dan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi supaya

(45)

4. Integrasi tujuan

Dalam proses motivasi perlu untuh menyatukan tujuan perusahaan

dan tujuan kepentingan karyawan. Tujuan perusahaan adalah Needs

Complex, yaitu untuk memperoleh laba, perusahan - persuahaan.

sedangkan tujuan individu karyawan adalah pemunahan kebutuhan:

dan kepuasan. Tadi tujuan organisasi atau perusahaan dan tujuan

karyawan harus disatukan untuk ini penting adanya penyesuaian

motivasi.

5. Fasilitas

Pemimpin dalam memotivasi harus memberikan fasilitas kepada.

perusahaan dan individu karyawan yang akan mendukung kelancaran

pelaksanaan pekerjaan.

6. Kerja sama

Pemimpin harus menciptakan kerjasama yang terkoordinasi baik

yang bisa menciptakan tujuan perusahaan maupun untuk menjaga

hubungan antara atasan dan bawahan juga hubungan sesama

bawahan. Kerjasama ini penting karena dalam suatu perusahaan

biasanya terdapat banyak bagian.

2.2.3.4. Jenis-jenis Motivasi dan Tujuan Pemberian Motivasi

Ada beberapa jenis motivasi serta tujuan pemberian motivasi

menurut pendapat dari "Hasibuan" dalam bukunya yang berjudul

(46)

Jenis - jenis motivasi antara lain :

1. Motivasi positif

Pemimpin memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada

mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat

kerja bawahan akan meningkat; karena manusia pada umumnya

senang menerima yang baik-baik saja.

2. Motivasi negatif

Pemimpin termotivasi bawahannya dengan memberikan hukuman

kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik. Dengar, motivasi

negatif ini semangat kerja bawahan dalam jangka waktu pendek

akan meningkat, karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka

waktu panjang dapat berakibat kurang baik.

Kedua jenis motivasi ini penggunaanya harus tepat dan

seimbang supaya dapat meningkatkan semangat kerja bawahan :

1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan.

2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.

3. Meningkatkan produtivitas kerja karyawan.

4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan.

5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi

karyawan.

6. Mengefek-tifkan pengandaan karyawan.

7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.

(47)

9. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.

10.Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugas.

11.Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

2.2.4. Kinerja

.Menurut Mathis dan Jackson (2002 : 78 ), kinerja adalah apa

yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan

adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi

kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk kuantitas ,

kualitas output, jangka waktu output, kehadiran ditempat kerja, sikap

kooperatif

Seseorang yang sehat dan kuat biasanya mempunyai disiplin

yang baik, dalam arti dia mempunyai keteraturan, didalam menjaga

dirinya, teratur makan, teratur dan tertib tidur atau istirahat, teratur

dan tertib olahraga, teratur dan tertib menjaga kesehatannya, teratur

dan tertib dalam segalanya. Dengan demikian ciri utama dari disiplin.

adalah adanya keteraturan dan ketertiban.

Setiap saat kiranya kita perlu menyadari betapa pentingnya

posisi pegawai sebagai pelaksana organisasi maupun sebagai bawahan

dari pimpinan dalam mewujudkan tujuan organisasi, tujuan pemimpin

maupun tujuan bawahan sendiri. Oleh karenanya menjadi hal yang

sangat utama untuk mengetahui posisinya. Dengan menjadikan dirinya

(48)

telah menyatu, melekat pada kelompok atau organisasi atau instansi

dimana dia bertugas, pegawai yang setiap harinya bertugas dibidang

pelayanan, dia harus dapat tetap mengemban dan mengembangkan

pelayanannya. Sikapnya didalam bertutur kata, sikapnya dalam

berpakaian, penampilan, kecepatan, ketelitian, Kebersihan, kerapian

dan kepatuhan, kepatuhan kepada peraturan penundang-undangan

khususnya mengenai bidang tugasnya, sangat menetukkan penilaian

masyarakat yang dilayani kepada instansi.

Kehidupan suatu bangsa yang telah sampai pada tingkat disiplin

yang tinggi dapat kita ketahui atau kita dengar, dimana semua urusan

berjalan lancar, cepat, tertib, teratur, bersih, nyaman, rapi dan

sebagainya. Keadaan suatu negara yang telah mencapai tingkat disiplin

nasional yang mapan dapat dibedakan dengan keadaan dari kehidupan

suatu negara lain yang tingkat disiplinnya kurang bagus. Mengukurnya

sulit tetapi mudah untuk merasakan. (1992 ; 19-20)

Memahami kepemimpinan Menurut “Winardi” mengatakan

setiap seorang manajer harus merupakan seorang pemimpin. la harus

memiliki sifat-sifat dan kemampuan kepemimpinan yang menunjang

pelaksanaan kepemimpinan dalam organisasi yang dikelolanya.

Seorang pemimpin dalam tugasnya memimpin harus

menggunakan pengaruhnya untuk menggerakkan para pengikutnya

bawahannya ke arah pencapaian tujuan-tujuan yang dikehendakinya.

(49)

oleh seorang pemimpin atau manajer. Tetapi baik dan sifat

kepemimpinannya yang ada dalam dirinya amat kondusif bagi kegiatan

pelaksanaan kepemimpinan (2000 : 230).

2.3. Kerangka Berpikir

Dasar pemikiran dalam pembuatan kerangka berfikir atau kerangka

penelitian adalah bahwa Seorang pemimpin dalam suatu organisasi

mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengendalikan organisasi

yang dipimpinnya untuk dapat mewujudkan tujuan organisasi pemimpin

harus dapat menjalin kerjasarna yang baik dengan bawahan, selain

kerjasama seorang pemimpin harus bisa memotivasi para bawahannya agar

bersemangat dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dibebankan

kepadanya.

Dalam memotivasi bawahan, pimpinan menggunakan perilaku

kepemimpinan yang oleh Ki Hajar Dewantoro disebut terilogi

kepemimpinan yaitu : ing Ngarso Sung Tuladha (Didepan memberi contoh ),

Ing Madya Mangun Karso (Ditengah memberikan semangat), Tut Wuri

Handayani (Di belakang memberi dorongan).

Dengan perilaku kepemimpinan yang didepan diharapkan dapat

meningkatkan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas organisasi atau

perilaku tersebut tidak berpengaruh apa-apa artinya motivasinya tetap

(50)

artinya perilaku yang diterapkan gagal untuk meningkatkan motivasi

bawahan dalam mengerjakan pekerjaannya.

Berdasarkan uraian di atas dan landasan teori tentang peranan

pemimpin dalam memotivasi pegawai, maka penulis dapat memproyeksi

kerangka berfikir sebagai berikutt dalam gambar 1 :

Gambar 1

Kerangka Berfikir

DIREKTUR UTAMA

Tugas pokok dan fungsi :

- Bertanggung jawab atas berlangsungnya perusahaan dan menentukan kebijaksanaan perusahaan

- Mengontrol lapooran setiap hari

Aturan di CV. Kencono Wungu

• Hadir di tempat kerja sesuai waktu kerja yang telah ditentukan

• Menjaga keamanan,kesehatan dan keselamatan baik diri sendiri maupun teman sekerja dengan memperhatikan secara sungguh sungguh :

1. peraturan mengenai keamanan, dan keselamatan 2. peraturan mengenai kebersihan kerja

• Bersikap sopan dengan memperhatikan etika pergaulan terhadap atasan, teman sekerja, bawahan dan tamu • Mematuhi dan melaksanakan prosedur kerja yang di berikan oleh pimpinan

• Bagi pegawai yang tidak masuk kerja karena sakit di wajibkan membawa surat keterangan dokter atau pun surat keterangan rawat

Langkah-langkah memotivasi pegawai : 1. Direktur memahami perilaku bawahan

2. Memberi acuan atau tuntutan

3. Direktur Menerima saran atau ide dari bawahan

Model kepemimpinan 1. Ing Ngarso Sung Tuladha 2. Ing Madya Mangun Karsa 3. Tut Wuri Handayani

(51)

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa peranan direktur

utama dalam memotivasi pegawai dengan menggunakan model ki hajar

dewantoro sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawai untuk

(52)

3.1 Jenis Penelitian

Untuk memperoleh metode yang tepat dalam penelitian maka

tergantung dari maksud dan tujuan penelitian. Karena penelitian ini merupakan

penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain maka penelitian

ini menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan

kualitatif atau metode penelitian naturalistik-kualitatif.

Metode naturalistik-kualitatif tidak menggunakan sampling random

atau acakan dan tidak menggunakan populasi dan sampel yang banyak. Sampel

biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan (purposes) penelitian. Penelitian

kualitatif sering berapa studi kasus atau mutu kasus.

Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Bogdan dan Taylor yang

dikutip oleh Lexy, J. Moleong dalam bukunya "Metodologi Penelitian

Kualitatif", bahwa penelitian kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (2003:3). Sejalan dengan definisi

tersebut, Kirk dan Miller mengungkapkan dalam Lexy J. Moloeng

mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada

.manusia dalam kawasannya sendiri yang berhubungan dengan orang-orang

(53)

dalam penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan dan ingin

mengetahui Peranan Pemimpin Dalam Mernotivasi Pegawai di CV.

Kencono Wungu.

3.2. Obyek, Fokus, Instrumen Penelitian

1. Obyek Penelitian

Obyek merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk

diamati. Obyek itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek

yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam

kelompok itu. Dalam penelitian kualitatif digunakan variabel mandiri

tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel

yang lain. dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah Peranan

Pemimpin Dalam Memotivasi Pegawai. (model kepemimpinan ki

hajar dewantoro di cv kencono wungu) yang berada di jl. Bakti

Husada 1 No 22 Surabaya

2. Fokus Penelitian

Masalah yang akan diteliti yang pada awalnya masih umum

dan samar-samar akan bertambah jelas dan mendapat fokus setelah

peneliti berada dalam lapangan. Fokus itu masih mungkin mengalami

perubahan selama berlangsung penelitian itu.

Fokus penelitian dalam penelitian Kualitatif merupakan batas

yang harus dilalui oleh seorang peneliti dalam melaksanakan

(54)

bukunya "Metode Penelitian Kualitatif' mengemukakan bahwa fokus

pada dasarnya adalah

Masalah yang bersumber dari pengalaman atau melalui perpustakaan

lain (2000:65).

Adapun aspek yang menjadi fokus penelitian peranan

pemimpin dalam memotivasi pegawai di kencono wungu

dalam kegiatannya berdasarkan konsep trilogi kepemimpinan

dari ki hajar dewantoro adalah sebagai berikut :

1. Ing Ngarso Sung Tulodo (pemimpin memberikan suri

tauladan bagi para pengikutnya) .

2. Ing Madya Mangun Karso (pemimpin memberikan

semangat bagi para pengikutnya) .

3. Tut Wuri Handayani (pemimpin memberikan dorongan

kekuatan atau motivasi bagi para pengikutnya)

3. Instrumen Penelitian

DI dalam mengadakan penelitian kualitatif, peneliti sebagai

instrumen penelitian, Peneliti adalah "key instrumen" atau alat

peneliti utama yang menjadi "key person" adalah .bapak B. junaedi

dan choiri. di CV. Kencono Wungu di tambah pegawai yang

merupakan penerima kebijakan atau motivasi dari pimpinan sehingga

dapat memberi diskripsi tentang bagaimana model kepemimpinan

Peneliti mengadakan pengamatan sendiri atau wawancara tak

(55)

tidak digunakan alat-alat seperti test atau angket seperti yang lazim

digunakan dalam penelitian kuarititatif. Hanya Manusia sebagai

instrumen dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca

gerak muka, menyelami perasaan dan nilai terkandung dalam ucapan

atau perbuatan responden walaupun digunakan alat rekam atau

kamera, peneliti tetap memegang peranan utama sebagai alat

penelitian.

Nasution menjelaskan dalam bukunya Metode penelitian

Naturalistik-Kualitatif bahwa dalam penelitian

Natlualistik-Kualitatif. Instrutmen penelitian tidak bersifat eksternal atau

obyektif, akan tetapi internal. Subyektif yaitu peneliti itu sendiri

tanpa menggunakan test, angket atau eksperimen. Instrumen dengan

sendirinya tidak berdasarkan definisi operasional yang dilakukan

ialah menyeleksi aspek-aspek khas, yang berulang terjadi, yang

berupa pola atau tema, dan tema itu senantiasa diselidiki lebih lanjut

dengan cara yang lebih halus dan mendalam. Tema itu akan

merupakan petunjuk ke arah pembentukan teori (I992-29).

3.3. Situs Penelitian

Situs penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh

peneliti untuk mendapatkan keadaan sebenarnya. dari obyek yang

diteliti guna memperoleh data. Agar memperoleh data yang akurat

(56)

peneliti memilih dan Meneetapkan situs penelitian inii dilakukan di

kantor CV. Kencono Wungu Di Jalan Bhakti Husada 1 No. 22

Surabaya 60285.

3.4. Sumber Data dan Jenis Data

Sumber data adalah tempat peneliti dapat menemukan data dan

informasi yang diperlukan berkenaan dengan peneliti ini yang diperoleh

melalui informan, peristiwa, dan dokumen.

Adapun jenis data dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi tiga

jenis data, yaitu :

1. Sumber Tertulis

Yaitu data dan informasi yang diperoleh dari sumber bukan manusia

datanya berupa dokumen-dokumen, laporan-laporan dan arsip-arsip

lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini.

2. Data Stasistik

Memperoleh dan stastistik yangada di kantor CV. Kencono Wungu

berkaitan dengan variabel penelitian. Data statistik tersebut berupa :

1. Jumlah Gaji Pegawai

2. Daftar Pegawai

3. Jumlah Bonus pegawai

(57)

3. Kata-kata dan Tindakan

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang dia. mati atau diwawancarai

merupakan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan

berperan serta yang merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan

melihat, mendengar dan bertanya. yang terdiri dari :

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian akan diperoleh melalui data

primer dan data sekunder dengan menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut :

l. Interview (Wawancara)

Pada teknik ini, peneliti mengadakan tatap muka dan berinteraksi

tanya jawab langsung dengan pihak responden atau subyek untuk

memperoleh data. "Wawancara dalam penelitian MI. Khususnya

dalam taraf permulaan, biasanya tidak berstruktur. Tujuannya ialah

memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam mengenai

pandangan orang lain. Pada mulanya belum dapat dipersiapkan

sejumlah pertanyaan yang spesifik karena belum dapat diramalkan

keterangan apa yang akan diberikan oleh responden, belum diketahui

secara jelas ke arah mana pembicaraan yang berkembang. Belum

mengetahui apa fokus penelitiannya. Karena itu wawancara tak

berstruktur, artinya responden mendapat kebebasan dan kesempatan

(58)

diatur ketat oleh peneliti. Akan tetapi kemudian, setelah peneliti

memperoleh sejumlah keterangan, peneliti dapat mergadakan

wawaacara yang lebih berstruktur yang disusun berdasarkan apa yang

telah disampaikan oleh informan. Yang terdiri :

1. Pemimpin di CV. Kencono Wungu

2. Pegawai di CV. Kencono Wungu

2. Observasi (Pengamatan)

pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung atau melihat

dari dekat obyek penelitian. Observasi dilakukan terhadap keseharian

responden yang ada kaitannya dengan obyek penelitian.

Data observasi berupa deskripsi yang faktual, cermat, dan

terperinci mengurai keadaan lapangan, kegiatan manusia, dan situasi

sosial, serta konteks dimana Kegiatan-kegiatan itu terjadi.

3. Dokumentasi

Pada teknik ini penelitian menggunakan dokumen sebagai

sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data

dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk

meramalkan.

3.6. Analisa Data

Mengingat penelitian ini mendeskripsikan mengenai Peranan

pemimpin dalam memotivasi pegawai maka digunakan analisa data

(59)

Dalam penelitian kualitatif analisis data dilakukan sejak awal

dan sepanjang proses penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini

digunakan analisis data kualitatif dengan prosedur sebagai berikut

berpedoman dari buku Analisi Data Kualitataif karangan Miles dan

Huberman terjemahan Tjetjep R. Kohidi (1992:16-21) sebagai

berikut :

l. Reduksi Data

Diartikan sebagai proses pemilihan tema yang berkaitan langsung

dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan. Selanjutnya diadakan

penyederhanaan atau penelitian yang berkaitan langsung dengan fokus

penelitian secara sistematis.

Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisi.

Pilihan-pilihan peneliti tentang bagian data mana yang dikode, mana yang yang

dibuanl, pola-pola mana yang meringkas sejurnlah bagian yang tersebut

cerita-cerita apa yang sedang berkembang, s e m u a n y a i t u m e r u p a k a n

p i l i h a n - p i l i h a n a n a l i s i s .

Secara sederhana "reduksi data' tidak perlu diartikan sebagai

kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan ditranformasikan

dalam aneka macan cara: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan

atau uraian singkat, mengolongkan dalam satu pola yang lebih luas.

2. Penyajian Data

Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian

Gambar

Tabel 1.1  Karakteristik Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin  ....
Gambar 3. Struktur Organisasi Perusahaan CV. Kencono Wungu ...
Gambar 1 Kerangka Berfikir
Gambar 2
+5

Referensi

Dokumen terkait

Peranan Motivasi Pegawai Dalam Meningkatkan Kinerja di Kementerian Agama Kabupaten Deli Serdang .... Gambar Struktur

PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN DI KANTOR PELAYANAN UTAMA.. BEA DAN CUKAI

PERANAN KEPEMIMPINAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN PEGAWAI KEMENTRIAN AGAMA WILAYAHi. PROVINSI

Berkat limpahan dan rahmat- Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Peranan Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai Pada Kantor Bank

Peranan Kepemimpinan dan Komunikasi dalam Organisasi Serta Pengaruhnya Terhadap Motivasi Keja Pegawai Pada Balai Pengawas Obat dan Makanan di Pangkalpinang.. Penelitian ini

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peranan kepemimpinan Camat dlam memotivasi semangat kerja para aparatur bawahannya di dalam penyelenggaraan pelayanan publik

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Peranan Kepemimpinan Kepala Desa dalam memberikan Motivasi Kerja Pegawai di Kantor Desa Lubak Manis Kecamatan

Adapun faktor penghambat dari Peranan Kepemimpinan Dalam Menegakkan Disiplin Pegawai Pada Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tanah Bumbu ialah kurangnya ketegasan dan