SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Administrasi Negara Pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur
Oleh : Olga Candra Bayu
NPM. 0141010187
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINSITRASI NEGARA
Hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul
“PERANAN DIREKTUR UTAMA DALAM MEMOTIVASI PEGAWAI DI CV. KENCONO WUNGU SURABAYA .
Dengan tersusunnya laporan skripsi ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih yang sebesar-besarnya pada selaku Dra. Diana Hertati dosen
pembimbing utama dan Bapak Dr.Lukman Arif, MSi selaku pembimbing
pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
disamping itu penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr.Lukman Arif, MSi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Publik.
3. Ibu Dra. Diana Hertati, MSi selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi
Publik.
4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberi bekal dalam proses belajar
mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
5. Bapak Drs. Junaedi I.S selaku Direktur di CV. Kencono Wungu Surabaya
yang selalu membantu penulis dalam melakukan penelitian di lapangan.
6. Kedua Orang Tua yang selalu mendukung dan mensupport baik dalam bentuk
Surabaya, Juni 2011
KATA PENGANTAR ……….. i
DAFTAR ISI ………. iii
DAFTAR TABEL ………... viii
DAFTAR GAMBAR ……… ix
ABSTRAKSI ………... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……….. 1
1.2. Perumusan Masalah ……….. 4
1.3. Tujuan Penelitian ………... 5
1.4. Kegunaan Penelitian ………. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ………. 6
2.2. Landasan Teori ……….. 9
2.2.1 Peranan ……….. 9
2.2.2 Kepemimpinan ………. 10
2.2.2.1Pengertian Kepemimpin………... 10
2.2.2.2.Syarat-syarat Kepemimpinan …... 12
2.2.2.3.Fungsi Kepemimpinan..……….. 13
2.2.2.4.Tipe dan Gaya Kepemimpinan………. 16
2.2.3.4.Jenis-jenis Motivasi dan Tujuan Pemberian
Motivasi …….……….. 36
2.2.4. Kinerja……… 38
2.3. Kerangka Berpikir ………. 40
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian …………... 43
3.2. Obyek, Fokus, Instrumen Penelitian ………... 44
3.3. Situs Penelitian ………... 46
3.4. Sumber Data dan Jenis Data ………. 47
3.5. Teknik Pengumpulan Data ……….. 48
3.6. Analisa Data ………... 49
3.7. Keabsahan Data ……… 52
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum CV. Kencono Wungu Surabaya ... 55
4.1.1. Lokasi CV. Kencono Wungu ... 56
4.1.2. Visi dan Misi ... 56
4.1.3. Struktur Organisasi ... 57
4.1.4. Tugas Pokok dan Fungsi ... 58
4.2. Penyajian Data ... 59
Ngarso Sung Tuladha ... 61
4.2.2.2. Peranan pemimpin Melalui Prinsip Tut
Wuri Handayani ... 67
4.3. Pembahasan ... 69
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 71
5.2. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1.1 Karakteristik Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin .... 60
Tabel 2.1 Karakteristik Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ... 60
Tabel 3.1 Karakteristik Pegawai yang Mendapatkan Penghargaan ... 63
Tabel 4.1 Karakteristik Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin .... 60
Tabel 4.2 Karakteristik Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ... 60
Tabel 4.3 Karakteristik Pegawai yang Mendapatkan Penghargaan ... 63
Gambar 2. Komponen Analisis Data : Model Interaktif... 52
Dalam rangka usaha menjamin obyektifitas dalam peranan direktur utama dalam memotivasi pegawai di CV. Kencono Wungu telah ditetapkan Peraturan Perda No. 30 Tahun 2000 tentang Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Kelancaran pelaksanaan kegiatan organisasi tergantung pada kemampuan seorang direktur utama, akan tetapi kemampuan yang dimiliki direktur utama akan sia-sia tanpa diimbangi dengan peran serta di lapangan, sehingga perilaku direktur utama benarbenar dapat dirasakan dan dapat berpengaruh terhadap bawahan. Komunikasi antara direktur utama dan bawahan sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi, sebab tanpa adanya komunikasi yang baik maka pekerjaan akan menjadi simpang siur dan kacau balau sehingga tujuan organisasi kemungkinan besar tidak akan tercapai, selain itu keberhasilan dan kegagalan sebuah organisasi sebagian besar ditentukan oleh direktur utama sebagai penggerak dan penetu di dalam keberhasilan sebuah organisasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan direktur utama dalam memotivasi pegawai (model kepemimpinan Ki Hajar Dewantara) di CV. Kencono Wungu Surabaya. Aspek yang dijadikan fokus penelitian ini adalah dengan konsep trilogi kepemimpinan dari Ki hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani.
I.1. Latar Belakang
Dalam rangka usaha menjamin obyektifitas dalam peranan direktur utama
dalam memotivasi pegawai di CV. Kencono Wungu telah ditetapkan Peraturan
Perda No. 30 tahun 2000 tentang Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Setiap organisasi baik pemerintahan maupun swasta, dalam rangka
mencapai tujuan secara berhasil guna dan berdaya guna memerlukan adanya
pembagian kerja, rincian tugas masing – masing pihak yang terlibat dalam
organisasi tersebut. Pelimpahan wewenang dari atasan kepada bawahannya.
Kerja sama antara pihak yang satu dengan pihak lainnya, untuk dijadikan
pegangan bagi para pelaksana agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan secara
sistematis. Serta seorang direktur utama yang dapat memimpin bawahannya atau
sekelompok orang yang tergabung dalam organisasi tersebut. Agar kegiatan
dalam bekerjasama, tujuan organisasi dapat terarah dan jelas di dalam suatu
kedirektur utamaan .Sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh Kartono
(2004 : 12 ), organisasi adalah system kegiatan koordinasi dari sekelompok orang
yang bekerja sama yang mengarah pada tujuan bersama di bawah kewenangan
dan kedirektur utamaan dalam suatu organisasi maka akan didapatkan suatu
keteraturan dalam kehidupan organisasi tersebut.
Kelancaran pelaksanaan kegiatan organisasi tergantung pada kemampuan
direktur utama benar-benar dapat dirasakan dan dapat berpengaruh terhadap
bawahan.
Dalam menyelesaikan tugas seorang direktur utama harus dapat
memberikan dorongan atau motivasi kepada bawahan. Sehingga bawahan akan
dapat terdorong atau termotivasi dalam menyelesaikan tugas dengan cepat dan
tepat pada waktunya. Peningkatan motivasi kerja yang baik akan bermanfaat
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Usaha untuk
memotivasi bawahan tidak akan berhasil bila tidak didukung oleh
keadaan yang kondusif (baik).
Pemberian motivasi kepada para bawahan itu sangat penting sebab
dengan adanya motivasi diharapkan bawahan dapat merasa ikut memiliki
organisasi dan diharapkan juga mereka mampu menyelesaikan pekerjaan
yang dibebankan kepadanya, sehingga akan dihasilkan suatu pekerjaan
yang baik, selain itu direktur utama menekankan kepada para
bawahannya untuk berpartisipasi memberikan saran, ide dan
pertimbangan-pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan.
Di CV Kencono Wungu ini kegiatan usahanya adalah perdagangan
barang atau supplier jenis barang/jasa dagangan utama berupa alat/suku
cadang/bahan meubel, tekstil, computer, laboratorium, buku pelajaran,
dan perlengkapan pegawai ini alamat tempat usahanya di jl. bhakti
husada 1 no 22 Surabaya. Keberadaan direktur utama CV. Kencono
antara lain lingkungan, gaya kepemimpinan, konflik dari atasan dan
bawahan. Sedangkan faktor dari dalam antara lain upah atau gaji, kondisi
kerja, hubungan antar pribadi. Suatu pekerjaan sangat membutuhkan
bantuan orang lain khususnya bawahan maka dari itu diperlukan
kehadiran seorang direktur utama yang berkualitas dalam arti seorang
direktur utama di tuntut untuk memiliki kecerdasan, pengetahuan yang
selanjutnya dapat menumbuhkan dan Dalam memotivasi bawahan, pimpinan
menggunakan perilaku meningkatkan kinerja para bawahan.
Dengan adanya strategi-strategi peningkatan kinerja maka
diharapkan dalam pelaksanaan tugasnya direktur utama CV. Kencono
Wungu dapat memberikan tanggung jawab kepada pegawai sehingga
pegawai dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Dari hasil wawancara (tanggal 10 Juni 2010) yang dilakukan oleh
peneliti, menurut informan Bapak Drs. B. Junaedi selaku Direktur Utama
di CV. Kencono Wungu telah menunjukkan bahwa pelaksanaan kinerja
pegawai di CV. Kencono Wungu masih belum melakukan pelaksanaan
strategi disiplin positif pegawai yang bertujuan untuk memotivasi kinerja
pegawai. Beliau merupakan peran yang paling utama di CV. Kencono
Wungu untuk terciptanya suatu suasana kinerja yang produktif.
Maka jelas bahwa komunikasi antara direktur utama dengan
bawahan sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi, sebab tanpa adanya
selain itu keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi sebagai besar
ditentukan oleh direktur utama dan direktur utama harus bertanggung jawab
atas itu semua karena direktur utama sebagai penggerak dan penentu di
dalam keberhasilan sebuah organisasi, begitu juga di CV. Kencana Wungu.
Surabaya sebagai suatu organisasi diharapkan mempunyai seorang direktur
utama yang dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabanya sebagai
penyelenggara organisasi yang baik.
I.2. Perumusan Masalah
Berangkat dari uraian yang telah dikemukakan di atas maka jelas
apa yang ingin diharapkan dari penelitian ini yaitu ingin mengkaji peranan
direktur utama di CV. Kencono Wungu yang berkedudukan di Surabaya
dimana direktur utama dalam kedudukan sebagai panutan, pemberi
semangat dan pemberi dorongan bagi para pegawai yang diharapkan dapat
memberikan motivasi pada para pegawainya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka perumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
“Bagaimana Peranan Direktur Utama Dalam Memotivasi Pegawai di CV.
Peranan direktur utama ini sangat terkait dengan fungsi direktur utama
dalam suatu organisasi Oleh karenanya, Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui peranan direktur utama dalam memotivasi pegawai di CV Kencono
Wungu Surabaya.
I.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu :
1. Bagi mahasiswa
Untuk rnembandingkan dan mengembangkan teori yang didapat dibangku
kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan, khususnya untuk mengkaji
teori "kedirektur utamaan".
2. Bagi CV. Kencono Wungu di Surabaya
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan saran bagi lembaga
atau instansi yang menjadi obyek penelitian dalam hal meningkatkan peranan
direktur utama dalam memotivasi pegawai.
3. Bagi Almamater Untuk menambah perbendaharaan dan referensi perpustakaan
di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur. Yang
selanjutnya dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan semua pihak yang mengkaji
tentang teori kedirektur utamaan.
2.1. Penelitian Terdahulu
Kajian empiric maupun teoritik gaya kepemimpinan telah banyak
dilakukan. Dari beberapa hasil penelitian telah dilakukan pihak lain dapat
dipakai sebagai bahan pengkajian yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan
terhadap motivasi kerja pegawai, antara lain yaitu :
Romadhoni Tri Yuli (2005) jurusan Administrasi Negara FISIP
Universitas merdeka madiun, penelitian yang berjudul “Gaya Kepemimpinan
Dalam Menunjang Motivasi kerja Pegawai di Dinas Pekerjaan Umum
kabupaten Magetan”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gaya
kepemimpinan yang di terapkan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Magetan dalam menunjang motivasi kerja pegawai.
Penelitian ini dilakukan merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
Yang menjadi fokus penelitian adalah: 1) Kepercayaan pimpinan untuk
melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan, 2) Kesediaan pimpinan
untuk berkomunikasi secara timbal balik dengan bawahan atau pegawainya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi
dan interview atau wawancara.
Hasil penelitian ini adalah gaya kepemimpinan yang diterapkan Dinas
Karena gaya Kepemimpinan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
bersifat demokratis, dimana pimpinan tidak selalu memberi perintah kepada
bawahannya untuk melaksanakan keputusan, tetapi lebih mengutamakan
kebebasan agar bawahan dapat berkembang dan belajar mandiri. Kepala
Dinas Pekerjaan Umum, sebagai pimpinan juga tidak selalu menentukan apa,
bagaimana, bilamana dan dimana pekerjaan bawahan. Pimpinan cukup
mengawasi pekerjaan bawahan agar bawahan dapat melatih tanggung jawab
dan sadar atas tugasnya Dengan gaya kepemimpinan demokratis itulah yang
dapat memotivasi kerja pegawainya dan tercipta suasana atau lingkungan
kerja yang harmonis dan menyenangkan.
Suyanto, Agus (2003), jurusan administrasi Negara Fisip Universitas
Merdeka Madiun , yang melakukan penelitian tentang “Gaya Kepemimpinan
Dalam Memotivasi Kerja Pegawai di Kantor Kecamatan Bendo, Kabupaten
Magetan”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang gaya
kepemimpinan dalam memotivasi kerja pegawai di Kantor Kecamatan
Bendo, Kabupaten Magetan. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Yang menjadi focus penelitian
adalah :
1) Wewenang dalam kepemimpinan,
2) Pengendalian dalam kepemimpinan,
3) Proses pembuatan keputusan, sedangkan metode pengumpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kepemimpinan Camat
menumbuhkan semangat kerja atau dapat memotivasi kerja pegawainya,
dengan didukung bukti-bukti oleh keadaan dimana, pegawai kantor
Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan tertib, disiplin, dating tepat waktu,
adsensi yang bagus dan pelaksanaan tugas yang tersusun rapi. Gaya
kepemimpinan Camat bersifat demokratis karena dalam kepemimpinannya,
pimpinan memberikan wewenang kepada bawahan agar bawahan merasa
diberikan kesempatan untuk mengembangkan dirinya dengan jalan mengajak
bersama bawahan dalam menentukan kebijakan-kebijakan. Pimpinan juga
selalu mengikutsertakan bawahan dalam pembuatan kebijakan dan pemberian
tugas kepada bawahan yang bersifat instruktif dengan jalan bawahan
diberikan pengarahan yang baik tentang tugas dan tanggung jawab dengan
peraturan yang ada.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tentang
Kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai di Kantor Satuan Polisi
Pamong Praja Kabupaten Madiun, dengan menggunakan penelitian jenis
deskriptif kualitatif. Fokus penelitiannya yaitu peran kepemimpinan dalam
pengambilan keputusan dan peran kepemimpinan dalam suatu lingkungan
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Peranan
Menurut Soekanto (2002 : 243), peran merupakan aspek dinamis
dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu
peranan.
Linton dalam Soekanto (2002 : 224), mengemukakan pengertian
peranan mencakup 3 (tiga) hal, sebagai berikut :
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat.
b. Peranan adalah konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi strukur sosial masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan
merupakan perilaku atau tindakan yang peting bagi struktur masyarakat
dan dilakukan karena suatu kedudukan, jabatan, atau organisasi di
lingkungan masyarakat bisa berupa suatu kantor yang mudah dikenal oleh
masyarakat.
Menurut Suwandi (1997 : 67) peranan dalam suatu sistem birokrasi
a. Peranan Inter-Individual
Peranan untuk mengendalikan pola reaksi individual terhadap situasi
tertentu.
b. Peranan Sosial
Peranan untuk mengatur tata kehidupan sosial. Yang mempunyai
peran sosial dan tanggung jawab lebih besar yang ada dalam suatu
sistem, maka dialah yang berhak memberi perintah serta wewenang
tertinggi ada ditangan pimpinan tersebut.
2.2.2. Kepemimpinan
2.2.1.1.Pengertian Kepemimpinan
Dalam teori kehidupan manusia di dunia banyak ditemui usaha
kerjasama mencapai suatu tujuan tertentu yang disepakati bersama. Kerjasama
itu dilakukan oleh beberapa orang (dua orang- atau lebih), dalam
berbagai kegiatan yang terarah pada tujuan, yang lebih mudah dicapai
daripada jika dikerjakan sendiri. Keseluruhan proses kerjasama itu
disebut organisasi, oleh karena itu organisasi diartikan sebagai suatu
sistem kerjasama sejumlah orang (dua orang atau lebil) untuk
mencapai suatu tujuan.
Dalam kenyataannya apapun bentuk suatu organisasi akan
memerlukan seseorang dengan atau tanpa dibantu oleh orang lain,
untuk menempati posisi sebagai pimpinan atau pemimpin (leader).
mengemban tugas melaksanakan kepemimpinan. Dengan kata lain
pemimpin adalah orang yang dan kepemimpinan (leadership) adalah
kegiatannya.
Menurut "Nawawi" dalam bukunya yang berjudul
"Kepemimpinan yang Efektif' (1993 : 9), Kepemimpinan diartikan
sebagai kemampuan untuk mendorong sejumlah orang (dua orang atau
lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
terarah pada tujuan bersama.
Menurut “Thoha" dalam, bukunya yang berjudul
"Kepemipinanan dalam Manajemen " (1933 : 9), bahwa kepemimpinan
adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni
bagaimana mempengaruhi perilaku manusia atau kelompok.
Menurut "Winardi" dalam bukunya yang berjudul
"Kepemimpinan yang Manajemen" (1990 : 47), kepemimpinan adalah
terjemahan dari kata "leadership". Kepemimpinan berbeda dengan
pemimpin. Pemimpin adalah seorang yang tugasnya memimpin,
sehingga pemimpin dapat juga disebut manajer, sedangkan
kepemimpinan adalah bakat atau sifat yang seharusnya dimiliki oleh
setiap pemimpin atau manajer. Tugas pokok seorang pemimpin atau
manajer hams mampu memimpin. Memimpin di sini berarti harus
mampu mempengaruhi, mengarahkan dan menggerakkan bawahannya
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah bakat yang harus dimiliki oleh pemimpin. Dalam
menjalankan tugasnya seorang pemimpin harus memberi pengarahan
kepada orang lain (bawahan) dengan kata lain seorang pemimpin tidak
hanya dapat memerintah orang lain (bawahan) apa yang harus
dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana orang lain
(bawahan) melaksanakan perintahnya baik secara intern maupun
ekstrem, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai tujuan
yang telah ditetapkan dapat tercapai.
2.2.1.2. Syarat-syarat Kepemimpinan
Sebagai persyaratan yang positif dalam mempengaruhi
kelompok, anggota bawahan dan anak buah maka bekal yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin adalah harus memiliki syarat-syarat
kepemimpinan. Menurut "Masduqi" dalam bukunya yang berjudul
"Leadership" (1991 : 13) syarat-syarat seorang pemimpin antara lain:
a. Kekuasaan
Kekuasaan, otoritas dan legalitas yang memberikan
wewenang kepada pemimpin iultuk mempengaruhi dan
menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.
b. Kewibawaan
Kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu
pemimpin serta bersedia melakukan perbuatan - perbuatan yang di
instruksikan pemimpin.
c. Kemampuan
Segala daya, kesanggupan, kekuatan, kecakapan, teknik
maupun sosial, yang dianggap melebihi kemampuan anggota biasa.
dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin
dituntut untuk mengembangkan kegiatannya dalam hal
mempengaruhi bawahan. Oleh karena itu pemimpin harus memiliki
keseluruhan syarat-syarat kepemimpinan demi tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.2.1.3. Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila
dijalankan sesuai dengan fungsinya. fungsi kepemimpinan itu
berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan
kelompok atau organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa
setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu, pemimpin
harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok atau
organisasi.
Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan
situasi sosial kelompok atau organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan
bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melakukannya.
fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang
dikembangkannya.
Oleh karena itu berarti fungsi kepemimpinan merupakan, gejala
sosial, karena harus diwujudkan dengan interaksi antar individu di dalam
situasi sosial suatu kelompok atau organisasi.
Menurut . Nawawi. . (1993:74) fungsi kepemimpinan memiliki dua
dimensi sebagai berikut :
1. Dimensi yang berkenan, dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam
tindakan atau aktivitas pimpinan, yang terlihat pada tanggapan
orang-orang yang dipimpinnya.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan
orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok
kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui
keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.
Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional
dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan yaitu: "(1) Fungsi
"Instruktif' (2) Fungsi "Konsultatif' (3) Fungsi "Partisipasi" (4) Fungsi
"Delegasi" (5) Fungsi "Pengendalian"
Kelima fungsi pokok kepemimpinan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Fungsi "Instruktif'
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah..
pelaksanaannya pada orang-orang yang dipimpinnya. Dengan kata kata
lain kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan menggerakkan
dan memotivasi orang lain agar melaksanakan perintah. Untuk itu
perintah harus jelas. Perintah yang jelas dari segi kepemimpinan berarti
juga sebagai perwujudan proses bimbingan dan pengarahan, yang dapat
rneningl:atkan efektivitas dan efisiens: pencapaian tujuan organsiasi.
2. Fungsi “Konsultatif”
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah meskipun
dalam pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pemimpin fungsi itu
mengharuskan pemimpin belajar menjadi pendengar yang baik.
3. Fungsi "Partisipasi"
Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi
juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara
pemimpin dengan dan sesama orang yang dipimpin.
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan
orang-orang yang dipimpinnya , baik dalam keikutsertaan mengambil
keputusan maupun dalam melaksanakannya.
Fungsi partisipasi hanya mungkin terwujud jika pemimpin
mengembangkan komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran
pendapat, gagasan dan pandangan dalam hal memecahkan permasalahan
4. Fungsi "Delegasi"
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang
membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun
tanpa persetujuan dari pemimpin.
Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok
organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan yang tidak dapat
dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pada
dasarrrya berarti kepercayaan. Pemimpin harus bersedia dan dapat
dipercayai orang lain sesuai dengan posisi atau jabatamya, apabila diberi
atau mendapat pelimpahan wewenang.
5. Fungsi "Pengendalian"
Fungsi ini cenderung bersifat satu arah, meskipun tidak mustahil
untuk dilakukan dengan cara komunikasi dua arah. Dan fungsi ini
kepemimpinan yang sukses mampu rnengatur aktivitas anggotanya secara
terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga. memungkinkan
tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
2.2.1.4. Tipe dan Gaya Kepemimpinan
Pemimpin itu dalam bentuknya haru memiliki sifat, kebiasaan,
temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang khas dan urik, sehingga
kadang-kadang menjadi pemimpin merupakan bentuk dari
pengembangan manivestasi seni. Ini juga yang sering disebut, bahwa
pemimpin dan gayanya merupakan perbedaan dari orang lain. Dan gaya
kepemimpinan akan tumbuh suatu warna perilaku tipa kepemimpinanya.
Menurut pendapat dari "Masduqi” dalam bukunya yang
berjudul "Kepemimpinan yang Efektif' dalam bukunya yang berjudul
"Leadership" (1996 : 8) yang mengutip pendapat “Reddin” dalam
artikelnya "What Kind of Manager" menyebutkan bahwa terdapat empat
teori gaya kepemimpinan dasar meliputi :
a. Kekornpakan tinggi dan kerja rendah
Gaya kepemimpinan ini berusaha menjaga hubungan baik,
keakraban dan kekompakan kelompok, tetapi kurang
memperhatikan usaha tercapainya tujuan kelompok atau
penyelesaian tugas secara bersama dan bersinergis untuk
tercapaianya tujuan organisasi.
Yang dipentingkan pada gaya kepemimpinan ini bukan hasil
pencapaian tujuan, tetapi hubungan antar anggota, keakraban
hubungan dan relaksasi. Gaya kepemimpinan ini sifatnya
mengangkat kembali kevakuman dan kesenjangan anggota. Maka
cara yang ditempuhnya, tidak memulai dengan memotivasi
penyelesaian tugas yang produktif, akan tetapi anggota dimotivasi
bagaimana menumbuhkan rasa memiliki terlebih dahulu terhadap
kelompok kerjanya atau terhadap pelaksanaan tugas yang menjadi
b. Kerja tinggi dan kekompakan rendah
Gaya kepemimpinan ini berorientasi pada penekanan segi
penyelesaian tugas dan tercapainya tujuan kelompok. Gaya ini amat
tepat apabila dimanfaatkan dan diterapkan untuk kelompok yang
baru dibentuk, yang membutuhkan tujuab dan sasaran yang jelas
dun kelompok yang kehilangan arah, tidak mempunyai lagi tujuan
dan sasaran, tidak mempunyai kriteria untuk meninjau hasil
kerjanya yang sudah kacau dan tidak berarti lagi. Gaya
kepemimpinan ini memberi kejelasan tujuan dan sasaran serta
pengawasan ketat untuk mencapai tujuan dan sasaran itu Kerja
tinggi dan kepemimpinan yang tinggi
Gaya kepemimpinan yang menjaga kerja dan kekompakkan.
Kepemipinan yang tinggi cocok untuk dipergunakan membentuk
kelompok. Kelompok yang baru dibentuk memerlukan kejelasan
tujuan dan sasaran, struktur kerja untuk mencapai tujuan, serta
usaha untuk membina hubungan antar anggota, karena gaya
kepemimpinan ini banyak diterapkan pada proses pembentukan
kelompok, maka pemimpin perlu menunjukkan gaya
kepemimpinannya dengan bertindak sebagai contoh teladan.
Pada gaya kepemimpinan ini tujuannya adalah bagaimana
membentuk kelompok kerja yang jadi, matang, mampu menjalankan
c. Kerja rendah dan kekompakkan rendah.
Gaya kepemimpinan ini mempunyai indikasi yang lemah
terhadap pematangan kedewasaan anggota kelompok dan tidak
menghasilkan apa akibatnya kelompok akan kebingungan dalam
menyelesaikan tugasnya bahkan tidak tahu harus berbuat apa.
Dari keempat gaya kepemimpinan yang diuraikan di atas, secara
keseluruhan memiliki konotasi tidak ada yang lebih baek dan lebih buruk
dibandingkan satu sama lain. Berhasil dan tidaknya seseorang dalam
menegakkan tugas tergantung dari yang dipimpin. Seorang pemimpin
dituntut untuk bisa melihat situasi kelompok dalam mengambil
keputusan. Di samping keempat gaya kepemimpinan tersebut di atas ada
juga gaya kepemimpinan yang tertulis dalam bahasa Sansekerta. Dalam
bukunya yang berjudul "Etika Pemerintahan" (1997 : 42.) "N.A.W.
Widjaja" mengutip pendapat dari Ki Hajar Dewantara tentang trilogi
kepemimpinan yang dirumuskan dalam tiga hal, yaitu:
1. Ing Ngarsa Sung Tuladha
Yang berarti kalau pemimpin itu berada di depan dia harus dapat
menjelaskan cita-cita kepada yang depimpin dengan cara jelas
mungkin, mampu menentukan suatu tujuan, serta wajib memberikan
suri tauladan bagi pengikutnya, selain itu seorang pemimpin rnampu
menjadikan dirinya sebagai pola panutan bagi orang yang
2. Ing Madya Mangum Karsa
Yang berari bila mana pemimpin berada ditengah, dia harus
dapat membangkitkan tekad dan semangat kepada para pengikutnya
agar tujuan yang telah ditetapkan dapat terwujud dengan yang
diinginkan.
3. Tut Wuri Handayani
Yang berarti bilamana pemimpin itu berada di belakang, ia
berperan sebagai kekuatan pendorong dan penggerak, dengan kata lain
pemimpin harus mampu memberikan motivasi kepada pengikutnya
agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
ketiga trilogi kepemimpinan yang seringkali diucapkan oleh Ki
Hajar Dewantara di atas secara nyata telah ditumbuh kembangkan
melalui pemahaman falsafah hidup bangsa Indonesia termasuk orang
jawa dalam kepemimpinan.
Dalam melaksanakan kegiatan pokok kepemimpinan selalu terlihat
beberapa berbeda dalam mendayagunakan fungsi-fungsi kepemimpinan.
Perbedaan itu mengakibatkan terjadinya tipe kepemimpinan
Menurut "Nawawi" dalam bukunya yang berjudul "Kepemimpinan
yang Efektif" (1993 : 94) mengemukakan beberapa tipe kepemimpinan
dalam suatu organisasi yang antara lain :
1. Tipe Kepemimpinan otoriter
Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal, pemimpin
bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah, sehingga
dianggap tidak mampu. berbuat sesuatu tanpa diperintah. Perintah
pimpinan sebagai atasan tidak boleh dibantah, karena dipandang
sebagai satu-satunya yang paling benar. Pimpinan sebagai penguasa
merupakan penentu, bukan saja dalam melaksanakan kegiatan, tetapi
juga penentu nasib bawahannya. Pimpinan merupakan pihak yang
memiliki wewenang, sedangkan bawahan merupakan pihak yang
hanya memiliki tugas, kewajiban dan tanggung jawab.
2. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah. Kegiatan-kegiatan
pengendalian dilaksanakan secara tertib dan bertanggung jawab,
pembagian tugas-tugas dan wewenang dan tanggung jawab yang jelas,
memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif. Dengan kata
lain setiap anggota mengetahui secara pasti sumbangan yang dapat,
diberikannya untuk mencapai tujuan kelompok / organisasinya. Di
samping itu mengetahui pula bagaimana melaksanakan secara efektif
dan efisien.
3. Tipe Kepemimpinan Kharismatik
Kemampuan menggerakkan orang lain dengan mendayagunakan
keistirnewaan atau kelebihan dalam sifat / aspek kepribadian yang
dimiliki pimpinan sehingga menimbulkan rasa hormat, segan dan
kepatuhan pada orang yang dipimpinnya. Keistimewaan kepribadian
sehingga perilaku kepemimpinannya terserah sepenuhnya kepada
kepentingan orang-orang yang dipimpin baik secara perorangan
maupun kelompok dan keseluruhan organisasinya.
4. Tipe kepemimpinan bebas (Luissez Faire)
Pimpinan berkedudukan sebagai simbol dan memfungsikan dirinya
sebagai penasehat. Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan
kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil
keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak masing-masing
baik secara perseorangan maupun kelompok-kelompok kecil.
5. Tipe Kepemimpinan Paternalistik
Tipe ini terdapat suatu pengaruh kebapakan antara pimpinan dan
kelompoknya. Segi positif kepemimpinan paternalistik, dapat
dikatakan bahwa tipe ini menunjukkan bobot rasa tanggung jawab
yang cukup besar, perhatian yang sungguh-sungguh terhadap
pengikutnya.
dari pendapat tersebut maka penuIis dapat menyimpulkan bahwa
tipe kepemimpinan yang bervariasi, yang disesuaikan dengan sitlzasi
akan menghasilkan kepemimpinan yang efektif. Dengan kata lain
kepeminpinan yang efektif tidak mungkin terwujud dengan
menggunakan salah satu tipe kepemimpinan secara murni.
6. Tipe Kepemimpinan Demokratif
Menurut "Nawawi" dalam bukunya yang berjudul "Kepemimpinan
manusia sebagai fungsi utama dan terpenting dalam setiap kelompok
atau organisasi. Kepemimpinan ini diwujudkan melalui pemimpin
sebagai pelaksana (Eksekutif). Tipe diwarnai dengan usaha
mewujudkan dan mengembangkan hubungan manusia (Human
Relationship) yang efektif berdasarkan prinsip saling menghormati dan
menghargai antara yang satu dengan yang lain. Pemimpin memandang
orang-orang yang dipimpinnya sebagai subyek yang memiliki
kepribadian seperti dirinya. Proses kepemimpinan diwujudkan dengan
cara memberikan kesempatan yang luas bagi anggota kelompok atau
organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan.
Dalam usaha pencapaian tujuan seorang pemimpin selalu
melaksanakan tugas dan kegiatan demi perkembangan organisasi atau
instansi yang dipimpinnya, tujuan ini dapat diwujudkan dalam
berbagai hal diantaranya yaitu melibatkan bawahan secara langsung
dalam memecahkan suatu permasalahan yang terjadi di dalam
organisasi atau instansi dengan cam musyawarah untuk mencari titik
temu sebagai penyelesaian yang terbaik, pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab yang jelas sehingga bawahan mengetahui secara pasti
sumbangan yang dapat diberikan untuk mencapai tujuan organisasi
atau instansi, selain itu pemimpin harus memberikan kesempatan yang
luas bagi para bawahan untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap
Untuk peningkatan kualitas kerja seorang pemimpin harus dapat
member-ikan semangat kerja bagi bawahannya dengan cara memotivasi
kerja bawahannya sebab dengan motivasi diharapkan setiap individu mau
bekerja keras dari antusias dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan
kepadanya, untuk itu pembagian tugas harus jelas sehingga setiap bawahan
dapat mengerjakan apa yang harus dikerjakannya dan bekerjasama dalam
mengerjakan sesuatu yang memerlukan kebersamaan, selain itu seorang
pemimpin harus dapat menegakkan disiplin dilingkungan organisasi atau
intraksi, dalam mewujudkan dan melaksanakan disiplin pemimin terpaksa
memberikan sanksi atau hukuman kepada bawahan yang melanggar
aturan. Pemimpin dengan tipe demokraris ini selalu dihormati dan
disegani, karena mampu mengembangkan, memelihara, dan menjaga
kewibawaan atas dasar hubungan manusiawi yang efektif pemimpin selalu
berpihak pada kebenaran dan keadilan yang bukan hanya untuk dirinya
sendiri tetapi justru untuk semua anggota organisasi atau instansi,
pemimpin menyadari bahwa kebenaran untuk menghasilkan keputusan
yang baik tidak sekedar bersumber pada dirinya sendiri tetapi juga dapat
diperoleh dari orang lain jika diberi kesempatan mengemukakan pendapat,
saran dan gagasan.
2.2.3 Pengertian Motivasi
Dalam kepemimpinan sangat berkaitan erat dengan motivasi sebagai
tujuan yang telah ditetapkan selain tergantung pada kewibawaannya, juga harus
dapat menciptakan motivasi dalam diri bawahannya serta dalam dirinya
sendiri. Menurut "Hasibuan" dalam bulanya yang berjudul "Organisasi dan
Motivasi" (1996 : 95) menyatakan bahwa motivasi adalah pemberian daya
penggerak yang menciptakan gairah kerja seseorang agar mereka mau bekerja
sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk
mencapai kepuasan. .
Menurut "Nitisemito" dalam bukunya yang bejudul "Manajemen
Suatu Dasar dan pengantar" (939 : 126) yang menyatakan bahwa motivasi
adalah usaha atau kegiatan dari manager untuk dapat menimbulkan atau
meningkatkan semangat dan kegairahan kerja dari para pekerja atau
karyawannya.
Menurut "Winardi" dalam bukunya yang berjudul "Kepemimpinan
dan Manajemen" (1990 : 141) menyatakan bahwa motivasi adalah perilaku
yang dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan tertentu yang dirasakan.
Menurut "Nawawi" dalam bukunya yang berjudul "Kepemimpinan
Yang Efektif' (1993 : 49) menyatakan bahwa motivasi adalah motor penggerak
penentu tujuan dari kegiatan yang dilakukan Jadi dapat dikatakan bahwa
sebenarnya perilaku manusia itu pada hakekatnya adalah berorientasi pada
tujuan atau termotivasi oleh keinginan untuk mencapai tujuan. Motivasi
penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau
bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi.
dan. keinginan yang diperlukan bawahan dari hasil pekerjaannya itu. Motivasi
hanya dapat diberikan kepada orang-orang yang mampu untuk mengerjakan
pekerjaannya.
2.2.3.1. Prinsip-prinsip motivasi
Menurut "Nitisemito" dalam bukunya yang berjudul "Manajemen
Suatu Dasar dan Pengatar (1989 : 127) menyatakan bahwa untuk meningkatkan
semangat kerja karyawan ada beberapa prinsip yang perlu diterapkan yaitu :
1. Kemampuan untuk mengetahui kebutuhan para karyawan yang bersifat
material.
2. Kemampuan untuk mengetahui kebutuhan para karyawan yang bersifat
non material.
Dengan demikian seorang pemimpin harus dapat memberikan
motivasi kepada bawahannya baik material maupun non material. Kebutuhan
yang bersifat material yang diharuskan adalah besar upah dan
penerimaan-penerimaan lain yang dapat berupa uang sebagainya. Kebutuhan yang bersifat
non material adalah kebutuhan-kebutuhan yang mereka perlukan yang
bilamana dipenuhi akan dapat juga menimbulkan kepuasan tapi
kebutuhan-kebutuhan ini tidak bersifat material, misalnya : perasaan harga diri, rasa
kebangsaan, dipenuhinya keinginan harus pasti dan sebagainya.
Menurut "Hasibuan" dalam bukunya yang berjudul "Organisasi dan
1. Teori Kepuasan (Content Theory) Teori ini mendasarkan
pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang
menyebabkannya bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu.
Teori kepuasan ini yang dikenal antara lain :
a. Teori Motivasi Klasik oleh F.W. Taylor. Menurut teori ini motivasi
para hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan biologis
saja. Kebutuhan biologis adalah kebutuhan yang diperlukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seseorang. Kebutuhan dan
kepuasan biologis ini akan terpenuhi jika gaji atau upah (uang-atau
barang) yang diberikan cukup besar.
b. Masiow's Need Hierarchy Theory (A Theory of Human Motivation)
oleh A.H. Maslow.
Teori ini menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan seseorang itu
jamak yaitu kebutuhan biologis dan pisikologis berupa materiil aan
non materil. Menurut Maslow, ia znembag ke dalam lima kebutuhan
utama yaitu :
1) Physiological Necds (kebutuhan fisik biologis).
Yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seseorang seperti makan, minum, udara,
perumahan dan lain-lain.
yaitu kebutuhan akan keselamatan dari ancaman yakni merasa aman
dari ancaman kecelakaan dun keselamatan dalam melakukan
pekerjaan.
3) Affiliation or Acceptance Needs (kebutuhan sosial).
Yaitu kebutuhan akan teman, dicintai dan mencintai serta diterima
dalam pergaulan kelompok karyawan dan lingkungannya. Manusia
pada dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorang
pun manusia ingin hidup menyendiri di tempat terpencil.
4) Esteem or Status or Needs (kebutuhan akan penghargaan diri).
Yaitu kebutuhan untuk memiliki harga diri pengakuan serta
penghargaan prestasi dari karyawan dan masyarakat
lingkungannya.
5,) SelfActualization (aktualisasi/pemenuhan diri).
Yaitu kebutuhan dengan menggunakan kecakapan, kemampuan,
ketrampilan dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja
yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang
lain.
2. Teori motivasi dua faktor (Herzberg's Two Factors Motivation
Theory). Menurut teori ini motivasi yang ideal yang dapat
merangsang usaha. Adalah "peluang untuk melaksanakan tugas
yang lebih membutuhkan keahlian dan "peluang untuk
dalam melaksanakan pekerjaanya dipengaruhi oleh 2 faktor yang
merupakan kebutuhan, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar.
1) Faktor dari dalam yaitu : faktor yang berhubungan dengan
bawahan dan direktur utama , hilangnya faktor ini dapat
menyebabkan timbulnya ketidakpuasan, fakter ini perlu
mendapat perngertiaan yang wajar dari direktur agar kepuasan
dan kegairahan berkerja bawahan dapat ditingkatkan, faktor ini
meliputi:
a. Gaji atau upah
Organisasi atau instansi hendaknya mengusahakan gaji atau
upah yang adil dan layak bagi karyawan karena dari gaji atau
upah mereka memenuhi kebutuhannya.
b. Kondisi kerja
Pemimpin dapat berperan dalam berbagai hal agar keadaan
bawahan menjadi lebih baik, misalnya : ruangan khusus bagi
tiap unit, penerangan, perabotan dan kondisi fisik lainnya.
c. Hubungan antar pribadi
menunjukan hubungan perseorangan antara bawahan dengan
atasan dimana bawahan merasa dapat bergaul dengan
atasannya, dalam hal ini pemimpin memiiliki kesempatan
untuk bekerja didalam ataudengan kelompok sehingga dapat
2) Faktor dari luar yaitu : faktor yang menyangkut lingkungan
yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan, faktor
ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang
secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, faktor ini
meliputi :
a. Prestasi atau keberhasiian pelaksanaan pekerjaan
Pemimpin harus mempelajari perilaku dan rekerjaan bawahana
dengan memberi kesempatan berkembang sendiri dan
mencapai hasil maksimal dalam bekerja.
b. Pengakuan keberhasilan
Pemberian pengakuan oleh pemimpin atas keberhasilan
bawahan dalam suatu pekerjaan dengan cara pemberiaan
ucapan selamat atas keberhasilannya, memberikan hadiah, atau
dalam bentuk surat penghargaan.
c. Tanggung jawab
Pemimpin membiarkan bawahannya bekerja sendiri sepanjang
pekerjaan itu sesuai dengan yang diperintahkan dan bertanggung
jawab atas pekerjaan tersebut.
3) Teori motivasi prestasi (Mc. Clelland'sAchiwement Motivation
Theory) Teori ini berpendapat bahwa karyawan mempunyai
cadangan energi potensial, energi ini dilepaskan dan digunakan
tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi
4) Alderfer's Extsterrce, Relatedness and Growth (ERG) Theory.
Teori ini menyatakan bahwa lebih dari satu kebutuhan dapat bekerja
pada saat yang bersamaan dan untuk mencapai pemuasan kebutuhan
yang lebih tinggi sulit dicapai, maka keinginan untuk memuaskan
kebutuhan yang lebih rendah menjadi meningkat.
5) Teori Motivasi Human Relations
Teori ini mengutamakan hubungan seseorang dengan lingkungannya
jika seseorang akan berprestasi baik maka ia akan diterima dan
diakui dalam pekerjaan serta lingkungannya.
6) Teori Motivasi Claude S George
Teori ini menyatakan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang
berhubungan dengan tempat dan suasana di lingkungan ia bekerja.
Selain itu dalam memotivasi bawahannya hendaknya dilakukan
dengan meme:nuhi keinginan dan kebutuhannya akan materiil dan
non materiil yang memberikan kepuasan bagi mereka.
7) Teori Motivasi Proses
Teori ini pada dasarnya berusaha untuk menjawab pertanyaan
"Bagaimana menguatkan, mengaratikan, memelihara dan
menghentikan perilaku individu", agar setiap individu bekerja giat
sesuai dengan keinginan manager.
Teori motivasi proses ini terdiri atas :
a. Teori Harapan (Lnpectuncy Theory) Teori ini dikemukakan oleh
memotivasi sesPorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan
pekerjaannya terganttmg daii hubungan timbal balik antara apa
yang ia inginkan dan butuhkan dari hasil pekerjaan itu.
b. Teori Keadilan (Equitv Theory).
Teori ini menyatakan bahwa keadilan merupakan dan penggerak
yang memotivasi semangar kerja seseorang, jadi atasan harus
bertindak adil terhadap semua bawahannya.
c. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori ini didasarkan pada hubungan sebab dan akibat dari
perilaku dengan pemberian kompensasi.
2.2.3.2. Asas-Asas Motivasi
Azas-azas motivasi dapat diuraikan beberapa asas, menurut
“Hasibuan" dalam bukunya yang berjudul "Organisasi dan Motivasi" (1996 :
98) asas-asas motivasi yang dimaksud terdiri atas beberapa asas yaitu:
1. Asas Mengikutsertakan.
Yaitu mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan
kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat, rekomendasi
dalam proses pengambilan keputusan
2. Asas Komunikasi.
Yaitu menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin
dicapai, cara-cara mengerjakannya dan menyampaikan
3. Asas Pengakuan.
Yaitu. memberikan penghargaan, pujian, dan pengakuan yang tepat
sesuai dengan prestasi serta secara wajar kepada bawahan atau
prestasi kerja yang dicapainya.
4. Asas Wewenang yang Didelegasikan
Yaitu memberikan kewenangan dan kepercayaan diri pada
bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreativitasnya ia mampu
mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik-baik
5. Asas adil dan Layak
Yaitu alat dan jenis motivasi yang diberikan harus berdasarkan atas
keadilan dari kelayakan terhadap semua karyawan.
6. Asas Perhatian Timbal Balik.
Yaitu bawahan yang berhasil mencapai tujuan dengan baik,
maka pimpinan harus harus memberikan alat dan jenis motivasi
sehingga akan tercapai kerja sama yang saling menguntungkan.
2.2.3.3. Metode, Model dan Proses Motivasi
Menurut "Hasibuan" (1996 : 100 - 102) ada beberapa metode,
model dan proses motivasi yang antara lain yaitu :
a) Metode- metode motivasi
1. Langsung (Direct Motivastion)
Motivasi (materiil dan non materiil) yang diberikan secara
kebutuhan dan kepuasannya jadi sifatnya khusus seperti
memberikan pujian, penghargaan, bonus, piagam dan lain
sebagainya.
2. Memotivasi tidak langsung (indirect motivation)
Motivasi yang diberikan hanya berupa fasilitas-fasilitas yang
mendukung serta menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas
karyawan sehingga karyawam betah dan bersemangat
melakukan pekerjaannya. Misalnya : kursi yang empuk, mesin
yang baik, ruang kerja terang dan nyaman, suasana dan
lingkungan pekerjaan yang baik, penempatan karyawan yang
tepat dan lain-lainnya.
Motivasi tidak langsung ini besar pengaruhnva untuk
merangsang semangat bekerja karyawan, sehingga produktivitas
kerja meningkat dan tujuan organisasi cepat tercapai.
b) Model-model motivasi
1. Model Tradisional
Mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan agar gairah
kerjanya rneningkat dilakukan dengan sistem insentif yaitu
rnemberikan insentif materiil kepada karuawan yang berpartisipasi
baik.
2. Model Hubungan Manusia
mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan supaya gairah
mereka dan membuat mereka merasa berguna serta penting, sebagai
akibatnya karyawan mendapatkan beberapa kebebasan keputusan dan
kreativitas dalam melakukan pekerjaannya.
3. Model Sumber Daya Manusia
Mengemukakan bahwa karyawan dimotivasi oleh banyak faktor,
bukan uang atau barang atau keinginan akan kepuasan saja, tetapi juga
kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti. Menurut mode
ini karyawan cenderung memperoleh kepuasan dari prestasi kerjanya
yang baik.
c) Proses motivasi
1. Tujuan
Dalam proses memotivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan
organisasi, baru kemudian para bawahan dimotivasi ke arah tujuan
tersebut.
2. Mengetahui kepentingan
Dalam proses motivasi penting mengetahui kebutuhan/keinginan dan
tidak hanya melihatnya dari sudut kepentingan pimpinan dan
perusahaan saja.
3. Komunikasi efektif
Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dan
efektif dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan
diperolehnya dan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi supaya
4. Integrasi tujuan
Dalam proses motivasi perlu untuh menyatukan tujuan perusahaan
dan tujuan kepentingan karyawan. Tujuan perusahaan adalah Needs
Complex, yaitu untuk memperoleh laba, perusahan - persuahaan.
sedangkan tujuan individu karyawan adalah pemunahan kebutuhan:
dan kepuasan. Tadi tujuan organisasi atau perusahaan dan tujuan
karyawan harus disatukan untuk ini penting adanya penyesuaian
motivasi.
5. Fasilitas
Pemimpin dalam memotivasi harus memberikan fasilitas kepada.
perusahaan dan individu karyawan yang akan mendukung kelancaran
pelaksanaan pekerjaan.
6. Kerja sama
Pemimpin harus menciptakan kerjasama yang terkoordinasi baik
yang bisa menciptakan tujuan perusahaan maupun untuk menjaga
hubungan antara atasan dan bawahan juga hubungan sesama
bawahan. Kerjasama ini penting karena dalam suatu perusahaan
biasanya terdapat banyak bagian.
2.2.3.4. Jenis-jenis Motivasi dan Tujuan Pemberian Motivasi
Ada beberapa jenis motivasi serta tujuan pemberian motivasi
menurut pendapat dari "Hasibuan" dalam bukunya yang berjudul
Jenis - jenis motivasi antara lain :
1. Motivasi positif
Pemimpin memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada
mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat
kerja bawahan akan meningkat; karena manusia pada umumnya
senang menerima yang baik-baik saja.
2. Motivasi negatif
Pemimpin termotivasi bawahannya dengan memberikan hukuman
kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik. Dengar, motivasi
negatif ini semangat kerja bawahan dalam jangka waktu pendek
akan meningkat, karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka
waktu panjang dapat berakibat kurang baik.
Kedua jenis motivasi ini penggunaanya harus tepat dan
seimbang supaya dapat meningkatkan semangat kerja bawahan :
1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan.
2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
3. Meningkatkan produtivitas kerja karyawan.
4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan.
5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi
karyawan.
6. Mengefek-tifkan pengandaan karyawan.
7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
9. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
10.Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugas.
11.Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
2.2.4. Kinerja
.Menurut Mathis dan Jackson (2002 : 78 ), kinerja adalah apa
yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan
adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi
kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk kuantitas ,
kualitas output, jangka waktu output, kehadiran ditempat kerja, sikap
kooperatif
Seseorang yang sehat dan kuat biasanya mempunyai disiplin
yang baik, dalam arti dia mempunyai keteraturan, didalam menjaga
dirinya, teratur makan, teratur dan tertib tidur atau istirahat, teratur
dan tertib olahraga, teratur dan tertib menjaga kesehatannya, teratur
dan tertib dalam segalanya. Dengan demikian ciri utama dari disiplin.
adalah adanya keteraturan dan ketertiban.
Setiap saat kiranya kita perlu menyadari betapa pentingnya
posisi pegawai sebagai pelaksana organisasi maupun sebagai bawahan
dari pimpinan dalam mewujudkan tujuan organisasi, tujuan pemimpin
maupun tujuan bawahan sendiri. Oleh karenanya menjadi hal yang
sangat utama untuk mengetahui posisinya. Dengan menjadikan dirinya
telah menyatu, melekat pada kelompok atau organisasi atau instansi
dimana dia bertugas, pegawai yang setiap harinya bertugas dibidang
pelayanan, dia harus dapat tetap mengemban dan mengembangkan
pelayanannya. Sikapnya didalam bertutur kata, sikapnya dalam
berpakaian, penampilan, kecepatan, ketelitian, Kebersihan, kerapian
dan kepatuhan, kepatuhan kepada peraturan penundang-undangan
khususnya mengenai bidang tugasnya, sangat menetukkan penilaian
masyarakat yang dilayani kepada instansi.
Kehidupan suatu bangsa yang telah sampai pada tingkat disiplin
yang tinggi dapat kita ketahui atau kita dengar, dimana semua urusan
berjalan lancar, cepat, tertib, teratur, bersih, nyaman, rapi dan
sebagainya. Keadaan suatu negara yang telah mencapai tingkat disiplin
nasional yang mapan dapat dibedakan dengan keadaan dari kehidupan
suatu negara lain yang tingkat disiplinnya kurang bagus. Mengukurnya
sulit tetapi mudah untuk merasakan. (1992 ; 19-20)
Memahami kepemimpinan Menurut “Winardi” mengatakan
setiap seorang manajer harus merupakan seorang pemimpin. la harus
memiliki sifat-sifat dan kemampuan kepemimpinan yang menunjang
pelaksanaan kepemimpinan dalam organisasi yang dikelolanya.
Seorang pemimpin dalam tugasnya memimpin harus
menggunakan pengaruhnya untuk menggerakkan para pengikutnya
bawahannya ke arah pencapaian tujuan-tujuan yang dikehendakinya.
oleh seorang pemimpin atau manajer. Tetapi baik dan sifat
kepemimpinannya yang ada dalam dirinya amat kondusif bagi kegiatan
pelaksanaan kepemimpinan (2000 : 230).
2.3. Kerangka Berpikir
Dasar pemikiran dalam pembuatan kerangka berfikir atau kerangka
penelitian adalah bahwa Seorang pemimpin dalam suatu organisasi
mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengendalikan organisasi
yang dipimpinnya untuk dapat mewujudkan tujuan organisasi pemimpin
harus dapat menjalin kerjasarna yang baik dengan bawahan, selain
kerjasama seorang pemimpin harus bisa memotivasi para bawahannya agar
bersemangat dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dibebankan
kepadanya.
Dalam memotivasi bawahan, pimpinan menggunakan perilaku
kepemimpinan yang oleh Ki Hajar Dewantoro disebut terilogi
kepemimpinan yaitu : ing Ngarso Sung Tuladha (Didepan memberi contoh ),
Ing Madya Mangun Karso (Ditengah memberikan semangat), Tut Wuri
Handayani (Di belakang memberi dorongan).
Dengan perilaku kepemimpinan yang didepan diharapkan dapat
meningkatkan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas organisasi atau
perilaku tersebut tidak berpengaruh apa-apa artinya motivasinya tetap
artinya perilaku yang diterapkan gagal untuk meningkatkan motivasi
bawahan dalam mengerjakan pekerjaannya.
Berdasarkan uraian di atas dan landasan teori tentang peranan
pemimpin dalam memotivasi pegawai, maka penulis dapat memproyeksi
kerangka berfikir sebagai berikutt dalam gambar 1 :
Gambar 1
Kerangka Berfikir
DIREKTUR UTAMA
Tugas pokok dan fungsi :
- Bertanggung jawab atas berlangsungnya perusahaan dan menentukan kebijaksanaan perusahaan
- Mengontrol lapooran setiap hari
Aturan di CV. Kencono Wungu
• Hadir di tempat kerja sesuai waktu kerja yang telah ditentukan
• Menjaga keamanan,kesehatan dan keselamatan baik diri sendiri maupun teman sekerja dengan memperhatikan secara sungguh sungguh :
1. peraturan mengenai keamanan, dan keselamatan 2. peraturan mengenai kebersihan kerja
• Bersikap sopan dengan memperhatikan etika pergaulan terhadap atasan, teman sekerja, bawahan dan tamu • Mematuhi dan melaksanakan prosedur kerja yang di berikan oleh pimpinan
• Bagi pegawai yang tidak masuk kerja karena sakit di wajibkan membawa surat keterangan dokter atau pun surat keterangan rawat
Langkah-langkah memotivasi pegawai : 1. Direktur memahami perilaku bawahan
2. Memberi acuan atau tuntutan
3. Direktur Menerima saran atau ide dari bawahan
Model kepemimpinan 1. Ing Ngarso Sung Tuladha 2. Ing Madya Mangun Karsa 3. Tut Wuri Handayani
Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa peranan direktur
utama dalam memotivasi pegawai dengan menggunakan model ki hajar
dewantoro sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawai untuk
3.1 Jenis Penelitian
Untuk memperoleh metode yang tepat dalam penelitian maka
tergantung dari maksud dan tujuan penelitian. Karena penelitian ini merupakan
penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain maka penelitian
ini menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan
kualitatif atau metode penelitian naturalistik-kualitatif.
Metode naturalistik-kualitatif tidak menggunakan sampling random
atau acakan dan tidak menggunakan populasi dan sampel yang banyak. Sampel
biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan (purposes) penelitian. Penelitian
kualitatif sering berapa studi kasus atau mutu kasus.
Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Bogdan dan Taylor yang
dikutip oleh Lexy, J. Moleong dalam bukunya "Metodologi Penelitian
Kualitatif", bahwa penelitian kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (2003:3). Sejalan dengan definisi
tersebut, Kirk dan Miller mengungkapkan dalam Lexy J. Moloeng
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
.manusia dalam kawasannya sendiri yang berhubungan dengan orang-orang
dalam penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan dan ingin
mengetahui Peranan Pemimpin Dalam Mernotivasi Pegawai di CV.
Kencono Wungu.
3.2. Obyek, Fokus, Instrumen Penelitian
1. Obyek Penelitian
Obyek merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk
diamati. Obyek itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek
yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam
kelompok itu. Dalam penelitian kualitatif digunakan variabel mandiri
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel
yang lain. dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah Peranan
Pemimpin Dalam Memotivasi Pegawai. (model kepemimpinan ki
hajar dewantoro di cv kencono wungu) yang berada di jl. Bakti
Husada 1 No 22 Surabaya
2. Fokus Penelitian
Masalah yang akan diteliti yang pada awalnya masih umum
dan samar-samar akan bertambah jelas dan mendapat fokus setelah
peneliti berada dalam lapangan. Fokus itu masih mungkin mengalami
perubahan selama berlangsung penelitian itu.
Fokus penelitian dalam penelitian Kualitatif merupakan batas
yang harus dilalui oleh seorang peneliti dalam melaksanakan
bukunya "Metode Penelitian Kualitatif' mengemukakan bahwa fokus
pada dasarnya adalah
Masalah yang bersumber dari pengalaman atau melalui perpustakaan
lain (2000:65).
Adapun aspek yang menjadi fokus penelitian peranan
pemimpin dalam memotivasi pegawai di kencono wungu
dalam kegiatannya berdasarkan konsep trilogi kepemimpinan
dari ki hajar dewantoro adalah sebagai berikut :
1. Ing Ngarso Sung Tulodo (pemimpin memberikan suri
tauladan bagi para pengikutnya) .
2. Ing Madya Mangun Karso (pemimpin memberikan
semangat bagi para pengikutnya) .
3. Tut Wuri Handayani (pemimpin memberikan dorongan
kekuatan atau motivasi bagi para pengikutnya)
3. Instrumen Penelitian
DI dalam mengadakan penelitian kualitatif, peneliti sebagai
instrumen penelitian, Peneliti adalah "key instrumen" atau alat
peneliti utama yang menjadi "key person" adalah .bapak B. junaedi
dan choiri. di CV. Kencono Wungu di tambah pegawai yang
merupakan penerima kebijakan atau motivasi dari pimpinan sehingga
dapat memberi diskripsi tentang bagaimana model kepemimpinan
Peneliti mengadakan pengamatan sendiri atau wawancara tak
tidak digunakan alat-alat seperti test atau angket seperti yang lazim
digunakan dalam penelitian kuarititatif. Hanya Manusia sebagai
instrumen dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca
gerak muka, menyelami perasaan dan nilai terkandung dalam ucapan
atau perbuatan responden walaupun digunakan alat rekam atau
kamera, peneliti tetap memegang peranan utama sebagai alat
penelitian.
Nasution menjelaskan dalam bukunya Metode penelitian
Naturalistik-Kualitatif bahwa dalam penelitian
Natlualistik-Kualitatif. Instrutmen penelitian tidak bersifat eksternal atau
obyektif, akan tetapi internal. Subyektif yaitu peneliti itu sendiri
tanpa menggunakan test, angket atau eksperimen. Instrumen dengan
sendirinya tidak berdasarkan definisi operasional yang dilakukan
ialah menyeleksi aspek-aspek khas, yang berulang terjadi, yang
berupa pola atau tema, dan tema itu senantiasa diselidiki lebih lanjut
dengan cara yang lebih halus dan mendalam. Tema itu akan
merupakan petunjuk ke arah pembentukan teori (I992-29).
3.3. Situs Penelitian
Situs penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh
peneliti untuk mendapatkan keadaan sebenarnya. dari obyek yang
diteliti guna memperoleh data. Agar memperoleh data yang akurat
peneliti memilih dan Meneetapkan situs penelitian inii dilakukan di
kantor CV. Kencono Wungu Di Jalan Bhakti Husada 1 No. 22
Surabaya 60285.
3.4. Sumber Data dan Jenis Data
Sumber data adalah tempat peneliti dapat menemukan data dan
informasi yang diperlukan berkenaan dengan peneliti ini yang diperoleh
melalui informan, peristiwa, dan dokumen.
Adapun jenis data dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi tiga
jenis data, yaitu :
1. Sumber Tertulis
Yaitu data dan informasi yang diperoleh dari sumber bukan manusia
datanya berupa dokumen-dokumen, laporan-laporan dan arsip-arsip
lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini.
2. Data Stasistik
Memperoleh dan stastistik yangada di kantor CV. Kencono Wungu
berkaitan dengan variabel penelitian. Data statistik tersebut berupa :
1. Jumlah Gaji Pegawai
2. Daftar Pegawai
3. Jumlah Bonus pegawai
3. Kata-kata dan Tindakan
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang dia. mati atau diwawancarai
merupakan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan
berperan serta yang merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan
melihat, mendengar dan bertanya. yang terdiri dari :
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian akan diperoleh melalui data
primer dan data sekunder dengan menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
l. Interview (Wawancara)
Pada teknik ini, peneliti mengadakan tatap muka dan berinteraksi
tanya jawab langsung dengan pihak responden atau subyek untuk
memperoleh data. "Wawancara dalam penelitian MI. Khususnya
dalam taraf permulaan, biasanya tidak berstruktur. Tujuannya ialah
memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam mengenai
pandangan orang lain. Pada mulanya belum dapat dipersiapkan
sejumlah pertanyaan yang spesifik karena belum dapat diramalkan
keterangan apa yang akan diberikan oleh responden, belum diketahui
secara jelas ke arah mana pembicaraan yang berkembang. Belum
mengetahui apa fokus penelitiannya. Karena itu wawancara tak
berstruktur, artinya responden mendapat kebebasan dan kesempatan
diatur ketat oleh peneliti. Akan tetapi kemudian, setelah peneliti
memperoleh sejumlah keterangan, peneliti dapat mergadakan
wawaacara yang lebih berstruktur yang disusun berdasarkan apa yang
telah disampaikan oleh informan. Yang terdiri :
1. Pemimpin di CV. Kencono Wungu
2. Pegawai di CV. Kencono Wungu
2. Observasi (Pengamatan)
pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung atau melihat
dari dekat obyek penelitian. Observasi dilakukan terhadap keseharian
responden yang ada kaitannya dengan obyek penelitian.
Data observasi berupa deskripsi yang faktual, cermat, dan
terperinci mengurai keadaan lapangan, kegiatan manusia, dan situasi
sosial, serta konteks dimana Kegiatan-kegiatan itu terjadi.
3. Dokumentasi
Pada teknik ini penelitian menggunakan dokumen sebagai
sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data
dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk
meramalkan.
3.6. Analisa Data
Mengingat penelitian ini mendeskripsikan mengenai Peranan
pemimpin dalam memotivasi pegawai maka digunakan analisa data
Dalam penelitian kualitatif analisis data dilakukan sejak awal
dan sepanjang proses penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini
digunakan analisis data kualitatif dengan prosedur sebagai berikut
berpedoman dari buku Analisi Data Kualitataif karangan Miles dan
Huberman terjemahan Tjetjep R. Kohidi (1992:16-21) sebagai
berikut :
l. Reduksi Data
Diartikan sebagai proses pemilihan tema yang berkaitan langsung
dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan. Selanjutnya diadakan
penyederhanaan atau penelitian yang berkaitan langsung dengan fokus
penelitian secara sistematis.
Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisi.
Pilihan-pilihan peneliti tentang bagian data mana yang dikode, mana yang yang
dibuanl, pola-pola mana yang meringkas sejurnlah bagian yang tersebut
cerita-cerita apa yang sedang berkembang, s e m u a n y a i t u m e r u p a k a n
p i l i h a n - p i l i h a n a n a l i s i s .
Secara sederhana "reduksi data' tidak perlu diartikan sebagai
kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan ditranformasikan
dalam aneka macan cara: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan
atau uraian singkat, mengolongkan dalam satu pola yang lebih luas.
2. Penyajian Data
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian