• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rm Rumah makan

HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi Hasil Penelitian

2. Karakteristik Penerima BLT

Obyek penelitian adalah penerima BLT di Kecamatan Gatak pada tahun 2008. Karakteristik penerima BLT diketahui dengan survei kepada penerima BLT di Kecamatan Gatak dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi. Jumlah penerima BLT di Kecamatan Gatak cukup banyak yaitu 3.927 KK. Wawancara dan observasi tidak mungkin dilakukan kepada seluruh populasi. Oleh karena itu, penelitian menggunakan sampel untuk mengetahui karakteristik penerima BLT di Kecamatan Gatak tahun 2008 dengan pertimbangan biaya dan waktu.

a. Luas Lantai Setiap Anggota Keluarga

Luas bangunan yang dimiliki oleh penerima BLT di Kecamatan Gatak antara 15 m2 sampai dengan 200 m2. Dalam kriteria penerima BLT disebutkan bahwa rumah tangga yang berhak menerima BLT maksimal memiliki bangunan 8 m2 untuk masing-masing anggota rumah tangga. Untuk memperoleh nilai luas lantai yang ditempati setiap anggota rumah tangga adalah dengan menggunakan rumus ; ART Jumlah Bangunan Luas ART Setiap Lantai Luas

commit to user

Dengan rumus di atas, dapat diketahui setiap anggota rumah tangga penerima BLT di Kecamatan Gatak menempati bangunan antara 5 m2 sampai dengan 200 m2 dengan rata-rata setiap anggota rumah tangga menempati bangunan sebesar 18,17 m2. Untuk lebih jelasnya, perhitungan luas lantai setiap anggota rumah tangga (ART) dapat dilihat pada lampiran 10.

Jumlah RTS-BLT yang memenuhi kriteria dari segi luas bangunan yaitu 8 m2 ada 28 RTS yang layak dan 133 RTS yang tidak layak menerima BLT. Lahan di pedesaan masih luas dan harganya lebih murah. Hal ini menjadi faktor mengapa bangunan di pedesaan relatif besar dan setiap anggota rumah tangga dapat menempati bangunan lebih dari 8 m2. Sebagian besar bangunan yang ditempati oleh penerima BLT adalah bangunan yang tidak dibangun sendiri melainkan warisan dari orang tua. Banyak bangunan rumah yang dihuni lebih dari 1 keluarga bahkan ada yang mencapai 4 keluarga. Walaupun bangunan rumah mereka besar tetapi tidak sedikit yang kondisinya tidak cukup baik karena mereka tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan renovasi.

b. Jenis Lantai Bangunan.

Salah satu kriteria RTS layak BLT adalah jenis lantai bangunan. Jenis lantai bangunan yang dimaksud adalah jenis lantai mayoritas yang ada dalam bangunan tempat tinggal. Jenis lantai bangunan dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu;

Kelas rendah apabila sebagian besar lantai yang ada dalam bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah, bambu, atau kayu murahan.

Kelas sedang apabila sebagian besar lantai yang ada dalam bangunan tempat tinggal terbuat dari semen atau ubin.

Kelas tinggi apabila sebagian besar lantai yang ada dalam bangunan tempat tinggal terbuat dari keramik atau marmer.

Sumber : Pedoman Pelaksanaan Lapangan KSK/PKSK dan PCL

Untuk mengetahui jenis lantai yang digunakan oleh penerima BLT di Kecamatan Gatak tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini;

commit to user KK (%) 1 Kelas Rendah 21 13,04 2 Kelas Sedang 139 86,34 3 Kelas Tinggi 1 0,62 161 100,00

Sumber : Hasil Obeservasi Jumlah

Tabel 15. Jenis Lantai yang Digunakan Penerima BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008

Jumlah Jenis Lantai

No

Jenis lantai bangunan rumah yang sesuai dengan kriteria RTS layak BLT yaitu jenis lantai bangunan yang sebagian besar terbuat dari tanah, bambu atau kayu murahan ( kelas rendah). Dari 161 responden, terdapat 21 responden yang memiliki bangunan dengan jenis lantai kelas rendah, untuk kelas sedang terdapat 139 bangunan dan 1 bangunan dengan kualitas atau kelas lantai tinggi.

Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa sebagian besar bangunan lantainya terbuat dari semen atau ubin. Semen atau ubin yang digunakan adalah ubin dengan kualitas rendah dengan campuran semen yang sangat sedikit sehingga lantainya sangat lembab dan terkadang basah saat musim penghujan. Di Desa Geneng dan Krajan masih terdapat bangunan rumah yang lantainya terbuat dari tanah.

c. Jenis Dinding

Jenis dinding yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mayoritas jenis dinding yang digunakan oleh penerima BLT. Jenis dinding tersebut dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu;

Kelas rendah apabila sebagian besar dinding yang ada dalam bangunan tempat tinggal terbuat dari bambu, rumbia, kayu berkualitas rendah, atau tembok tanpa plester.

Kelas menengah apabila sebagian besar dinding yang ada dalam bangunan tempat tinggal terbuat dari tembok dengan dilapisi cat atau tanpa cat.

commit to user

Kelas tinggi apabila sebagian besar dinding yang ada dalam bangunan tempat tinggal dilapisi dengan keramik atau material yang lebih tinggi. Sumber : Pedoman Pelaksanaan Lapangan KSK/PKSK dan PCL

Untuk mengetahui jenis dinding yang digunakan oleh penerima BLT di Kecamatan Gatak tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 16;

KK %

1 Kelas Rendah 103 63,98

2 Kelas Menengah 58 36,02

3 Kelas Tinggi 0 0,00

161 100,00

Sumber : Hasil Observasi Jumlah

Tabel 16. Jenis Dinding yang Digunakan Penerima BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008

Jumlah Jenis Dinding

No

Sebagian besar dinding yang dimiliki oleh penerima BLT di Kecamatan Gatak adalah dinding dengan kelas yang rendah sebanyak 103 bangunan. Dari bangunan dengan dinding kualitas rendah tersebut ada sebagian bangunan yang masih berupa tembok batu-bata dengan bahan perekat campuran tanah lempung dan pasir. Dinding bangunan yang lain adalah dinding dengan kualitas menengah yaitu sebanyak 58 bangunan. Sebagian besar dinding tersebut merupakan tembok yang belum di cat.

d. Fasilitas Buang Air Besar.

Fasilitas buang air besar adalah kepemilikan sarana yang di gunakan penerima BLT dalam rangka membuang hajat. Sarana yang dimaksud adalah WC, kakus atau jamban. Kepemilikan fasilitas buang air besar dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini;

commit to user

KK %

1 Punya 35 21,74

2 Bersama Keluarga Lain 52 32,30

3 Tidak Punya 74 45,96

161 100,00

Sumber : Hasil Wawancara Jumlah

Tabel 17. Kepemilikan Fasilitas Buang Air Besar Penerima BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008

No Fasilitas Buang Air Besar Jumlah

Dari Tabel 17 dapat diketahui sebanyak 35 KK (21,74 %) mempunyai fasilitas buang air besar sendiri. 52 KK (32,30 %) bersama keluarga lain yaitu keluarga yang biasa membuang hajat mereka dengan meminjam sarana buang hajat milik tetangga mereka. Sedangkan yang tidak punya fasilitas buang air sendiri sebanyak 74 KK (45,96 %) yaitu keluarga yang lebih memilih menggunakan sungai untuk membuang hajat.

Fenomena ini disebabkan karena di Kecamatan Gatak terdapat banyak sungai yang mengalir sepanjang tahun. Sehingga mereka lebih memilih untuk membuang hajat mereka di sungai daripada meminjam sarana buang air kepada tetangga atau membangun sarana sendiri.

e. Sumber Penerangan.

Sumber penerangan adalah penerangan yang biasa digunakan oleh penerima BLT pada malam hari. Sumber penerangan tersebut dibagi menjadi 3 kelompok yaitu menggunakan listrik dengan meteran, menggunakan listrik tanpa meteran dan tidak menggunakan listrik. Listrik bermeteran adalah menggunakan listrik dengan meteran sendiri atau secara resmi menjadi pelanggan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Menggunakan listrik tanpa meteran adalah menggunakan listrik tetapi hanya ikut tetangga sehingga tidak menjadi pelangga PLN secara resmi. Sedangakan tidak mengunakan listrik adalah sumber penerangan yang

commit to user

selain listrik. Berikut ini adalah data yang diperoleh dari lapangan mengenai sumber penerangan penerima BLT.

KK %

1 Menggunakan Listrik Dengan Meteran 72 44,72

2 Menggunakan Listrik Tanpa Meteran 87 54,04

3 Tidak Menggunakan Listrik 2 1,24

161 100,00

Sumber : Hasil Wawancara

Jumlah

Tabel 18. Sumber Penerangan Penerima BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008

No Sumber Penerangan Jumlah

Dari Tabel 18 dapat diketahui sebagian besar penerima BLT sudah menggunakan listrik untuk penerangan baik yang sudah menggunakan meteran sendiri (72 KK (44.72 %))maupun yang belum menggunakan meteran (87 KK (54.04 %)). Sedangkan yang tidak menggunakan listrik terdapat 2 KK (1.24 %).

f. Sumber Air Minum.

Sumber air minum adalah sumber atau asal air minum yang dikonsumsi setiap hari. Sumber air minum dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 kelas yaitu;

Kelas rendah apabila air minum yang dikonsumsi setiap hari adalah air minum yang berasal dari sumur atau mata air yang tidak terlindung dan air hujan.

Kelas menengah apabila air minum yang dikonsumsi setiap hari adalah air minum yang berasal dari sumur terlindung atau mata air terlindung.

Kelas tinggi apabila air minum yang dikonsumsi setiap hari adalah air minum yang berasal dari air mineral jadi ( kemasan ) atau PDAM.

commit to user KK % 1 Kelas Rendah 84 52,17 2 Kelas Menengah 77 47,83 3 Kelas Tinggi 0 0,00 161 100,00

Sumber : Hasil Wawancara Jumlah

Tabel 19. Sumber Air Minum Penerima BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008

No Sumber Air Minum Jumlah

Sumber air minum yang digunakan penerima BLT di Kecamatan Gatak pada umumnya berasal dari sumur, baik dari sumur terlindung (77 KK (47.83 %)) maupun dari sumur yang tidak terlindung (84 KK (52.17 %)). Kecamatan Gatak pada umumnya memiliki muka air tanah yang tidak terlalu dalam, sehingga warga lebih memilih air yang berasal dari sumur.

Sumur terlindung yang di miliki oleh penerima BLT adalah sumur yang berada didalam rumah atau sumur yang berada di luar rumah dan air yang telah digunakan untuk aktifitas (mencuci, mandi, memasak, dll) tidak masuk kembali kedalam sumur sehingga air yang ada di dalam sumur tidak tercemar oleh limbah rumah tangga dan lebih sehat. Sedangkan sumur yang tidak terlindung adalah sumur yang berada di luar rumah dan air bekas aktifitas dapat masuk kembali kedalam sumur sehingga air sumur dapat tercemar oleh limbah rumah tangga dan kesehatan dari air sumur tersebut akan kurang terjaga.

g. Bahan Bakar untuk Memasak.

Bakar bakar untuk memasak sehari-hari para penerima BLT adalah dengan menggunakan minyak tanah atau dengan kayu bakar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 20;

commit to user

KK %

1 Gas / Elpiji 0 0,00

2 Listrik 0 0,00

3 Minyak Tanah / Kayu Bakar / Arang 161 100,00

161 100,00

Sumber : Hasil Wawancara Jumlah

Tabel 20. Bahan Bakar untuk Memasak Penerima BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008

No Bahan Bakar Jumlah

Dari Tabel 20 diketahui seluruh penerima BLT menggunakan minyak tanah atau dengan kayu bakar yang lebih hemat dibandingkan menggunakan listrik atau gas. Kayu bakar sangat mudah untuk didapat di Kecamatan Gatak karena pepohonan dan ranting pohon masih melimpah dan mereka bisa memperoleh bahan bakar tersebut tanpa mengeluarkan biaya. Apabila menggunakan bakar bakar memasak selain kayu, mereka akan mengeluarkan biaya lebih untuk memasak.

Selain kayu, bahan memasak yang digemari adalah minyak tanah. Minyak tanah dinilai cukup murah dan cukup praktis karena responden sudah memiliki kompor minyak tanah. Responden tidak menggunakan gas karena tidak punya modal untuk membeli kompor gas dan tabung gas yang harganya sangat tinggi untuk kelas ekonomi menengah kebawah.

h. Kemampuan Mengkonsumsi Protein Hewani.

Protein hewani dalam penelitian ini adalah protein yang berasal dari daging, ayam, dan susu. Sebuah keluarga dinyatakan miskin dari segi kemampuan mengkonsumsi protein hewani apabila keluarga tersebut hanya mengkonsumsi protein hewani 1 kali atau kurang dalam 1 minggu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini;

commit to user

KK %

1 1 kali dalam 1 minggu 159 98,76

2 2 kali dalam 1 minggu 2 1,24

3 3 kali atau lebih dalam 1 minggu 0 0,00

161 100,00

Sumber : Hasil Wawancara Jumlah

Tabel 21. Kemampuan Mengkonsumsi Protein Hewani (dalam 1 minggu) Penerima BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008

No Konsumsi Protein Hewani Jumlah

Dari Tabel 21 dapat diketahui bahwa hampir seluruh penerima BLT ( 159 KK (98,76 %)) hanya dapat mengkonsumsi daging, ayam, atau susu sebanyak 1 kali atau kurang dalam 1 minggu. Penghematan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dilakukan dengan tidak mengkonsumsi protein hewani. Mereka lebih memilih protein nabati yang berupa tahu atau tempe atau sayuran dengan alasan lebih hemat dibandingkan dengan mengkonsumsi protein hewani.

Telur ayam merupakan protein hewani yang sering di konsumsi. Telur-telur ayam ini mereka peroleh dari ayam yang mereka pelihara sendiri dengan jumlah yang tidak banyak. Hampir seluruh keluarga memiliki ayam yang diumbar sehingga mereka tidak memerlukan biaya dalam perawatan ayam-ayam yang responden miliki.

i. Kemampuan Membeli Pakaian.

Pakaian merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi tetapi dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama. Yang dimaksudkan kemampuan membeli pakaian dalam penelitian ini adalah kemampuan membeli pakaian dalam kurun waktu 1 tahun oleh salah seorang anggota keluarga. Apabila salah satu anggota keluarga dalam waktu satu tahun ada yang membeli pakaian, maka keluarga tersebut dinyatakan mampu memebeli pakaian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini;

commit to user

KK %

1 1 stel pakaian dalam 1 tahun 160 99,38

2 2 stel pakaian dalam 1 tahun 0 0,00

3 3 stel pakaian atau lebih dalam 1 tahun 1 0,62

161 100,00

Sumber : Hasil Wawancara Jumlah

Tabel 22. Kemampuan Membeli Pakaian (dalam 1 tahun) Penerima BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008

No Kemampuan Membeli Pakaian Jumlah

Dari Tabel 22 diketahui hampir seluruh penerima BLT di Kecamatan Gatak hanya membeli 1 stel pakaian atau kurang dalam waktu satu tahun. Pakaian bukanlah menjadi barang yang sangat penting bagi penerima BLT. Kebutuhan akan pakaian di kesampingkan karena keterbatasan ekonomi dan mereka lebih suka menggunakan pakaian yang sederhana.

Pakaian yang di beli oleh penerima BLT rata-rata adalah pakaian untuk anak-anak yang masih kecil atau seragam sekolah. Sedangkan orang tua memilih untuk tidak membeli pakaian dan memanfaatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari. sedangkan penerima BLT yang membeli pakaian lebih dari 1 stel dalam 1 tahun adalah penerima BLT yang masih mempunyai anak balita yang mengharuskan membeli pakaian lebih dari 1 dalam waktu 1 tahun.

j. Konsumsi Makanan.

Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk mempertahankan hidupnya. Konsumsi makanan yang dimaksud adalah kegiatan memenuhi kebutuhan makanan yang dilakukan penerima BLT dalam waktu 1 hari. Di Indonesia, idealnya kegiatan makan dilakukan 3 kali dalam 1 hari.

Untuk mengetahui kemampuan mengkonsumsi makanan dalam 1 hari oleh penerima BLT di Kecamatan Gatak dapat dilihat pada Tabel 23 berikut ini;

commit to user

KK %

1 1 kali dalam 1 hari 2 1,24

2 2 kali dalam 1 hari 0 0,00

3 3 atau lebih dalam 1 hari 159 98,76

161 100,00

Sumber : Hasil Wawancara

Jumlah

Tabel 23. Kemampuan Makan (dalam 1 hari) Penerima BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008

Jumlah Konsumsi Makanan

No

Penerima BLT di Kecamatan Gatak pada umumnya mengkonsumsi makanan sebanyak 3 kali dalam sehari (159 KK (98,76)). Sebagian besar keluarga makan makanan seadanya atau tidak memenuhi standar 4 sehat 5 sempurna. Sedangkan 2 KK (1,24 %) yang makan 1 kali dalam waktu 1 hari adalah mereka yang telah jompo sehingga kebutuhan dan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan berkurang. Jadi dapat dikatakan bahwa kemampuan memenuhi kebutuhan berupa makanan oleh penerima BLT di Kecamatan Gatak sudah baik hanya saja kualitas makanannya yang sedikit kurang.

k. Kemampuan Berobat.

Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berharga dan vital dalam kehidupan. Apabila kesehatan terganggu maka segala aktifitas akan terganggu pula sehingga berobat untuk mendapatkan kesehatan kembali akan menjadi sangat penting dan sesegera mungkin harus terpenuhi. Dalam penelitian ini, kemampuan berobat adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan untuk berobat ke Puskesmas atau Poliklinik apabila ada salah seorang anggota keluarga ada yang sakit. Untuk mengetahui kemampuan berobat penerima BLT di Kecamatan Gatak dapat dilihat pada Tabel 24;

commit to user

KK %

1 Ya 25 15,53

2 Tidak Mampu 1 0,62

3 Ya, Dengan Jamkesmas 135 83,85

161 100,00

Sumber : Hasil Wawancara Jumlah

Tabel 24. Kemampuan Berobat Penerima BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008

Jumlah Kemampuan Berobat

No

Dari Tabel 24 terdapat 25 KK (15,53 %) yang mampu memenuhi kebutuhan untuk berobat apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit, 1 KK (0,62 %) tidak mampu, dan 135 KK (83,85 %) mampu berobat dengan layanan Jamkesmas.

Sebagian besar dari KK yang menyatakan mampu untuk berobat adalah KK yang fanatik kepada seorang dokter. Sehingga apabila ada anggota keluarga yang sakit maka akan dibawa kepada dokter yang telah dipercaya karena sugesti yang diyakini yaitu apabila berobat ke dokter tersebut pasti akan segera sembuh. Sebagian lagi adalah KK yang sangat memperhatikan kesehatan dan tidak mempunyai kartu Jamkesmas sehingga mereka rela membayar untuk berobat ke puskesmas atau poliklinik.

KK yang menyatakan tidak mampu untuk berobat adalah KK yang tidak mempunyai kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan benar-benar kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok sehingga lebih memilih obat tradisional atau dengan obat luar dibandingkan datang ke puskesmas.

KK yang menyatakan mampu berobat dengan kartu Jamkesmas menempati jumlah yang tertinggi. Program Jamkesmas adalah jaminan kesehatan bagi keluarga miskin sehingga keluarga miskin mendapatkan layanan untuk mendapatkan pengobatan dengan murah.

commit to user

l. Sumber dan Penghasilan Kepala Keluarga.

Pendapatan atau penghasilan keluarga dipengaruhi oleh jenis mata pencaharian yang di tekuni. Sumber mata pencaharian dalam penelitian ini adalah sumber penghasilan yang dimiliki oleh kepala keluarga.

1). Mata pencaharian

Jenis mata pencaharian yang di tekuni oleh penerima BLT di Kecamatan Gatak terdapat 5 jenis mata pencaharian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 25 berikut ini;

KK % 1 Buruh 99 61,49 2 Petani 10 6,21 3 Pertukangan 9 5,59 4 Wiraswasta 26 16,15 5 Karyawan Swasta 3 1,86

6 Jompo / Tidak Bekerja 14 8,70

161 100,00

Sumber : Hasil Wawancara

Jumlah

Tabel 25. Jenis Mata Pencaharian Kepala Keluarga Penerima BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah

Dari Tabel 25 diketahui lebih dari 50 % mata pencaharian penerima BLT di Kecamatan Gatak adalah buruh ( 99 KK (61,49 %). Yang termasuk dalam buruh dalam penelitian ini adalah seseorang yang bekerja sebagai buruh tani, buruh bangunan, buruh industri, dan serabutan (seseorang yang melakukan pekerjaan apa saja). Sebagian besar buruh di Kecamatan Gatak adalah buruh tani karena lahan pertanian di kecamatan ini masih luas. Di Desa Trangsan sebagian besar buruh adalah buruh industri yang bekerja di bidang kerajinan rotan dan di desa lain selain Desa Trangsan bekerja sebagai buruh bangunan.

Pertukangan (9 KK (5,59 %)) dan Petani (10 KK (6,21 %)) adalah salah satu mata pencaharian penerima BLT di Kecamatan Gatak. Mereka dapat

commit to user

menerima BLT karena jumlah anggota keluarga mereka yang cukup banyak sehingga mereka menjadi miskin karena jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan wiraswasta (26 KK (16,65 %)) sebagian besar adalah pedagang kecil atau bidang kerajinan dan industri dengan luas usaha masih kecil dengan penghasilan yang relatif kecil.

Sebagian lagi adalah penerima BLT yang bekerja sebagai Karyawan Swasta (3 KK (1,86 %)) dan Jompo (14 KK (8.70)) yang sudah tidak mampu lagi untuk bekerja.

2). Pendapatan

Sesuai dengan kriteria RTS layak BLT yaitu pendapatan Kepala Keluarga yang kurang dari Rp. 600.000,00 perbulan, maka dalam penelitian ini membagi jumlah pendapat kepala keluarga menjadi 3 kelas yaitu;

Kelas rendah yaitu apabila pendapatan kepala keluarga kurang dari Rp. 600.000,00 perbulan.

Kelas menengah yaitu apabila pendapatan kepala keluarga antara

Rp. 600.000,00 sampai dengan Rp. 1.000.000,00 perbulan.

Kelas tinggi yaitu apabila pendapatan kepala keluarga lebih dari Rp. 1.000.000,00 perbulan.

Sumber : Pedoman Pelaksanaan Lapangan KSK/PKSK dan PCL

KK %

1 < Rp. 600.000,00 134 83,23

2 Rp. 600.000,00 - Rp. 1.000.000,00 27 16,77

3 > Rp. 1000.000,00 0 0,00

161 100,00

Sumber : Hasil Wawancara

Jumlah

Tabel 26. Penghasilan Kepala Keluarga Penerima BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008

commit to user

Dari Tabel 26 dapat diketahui hampir seluruh penerima BLT di Kecamatan Gatak mempunyai penghasilan lebih kecil dari Rp. 600.000,00 perbulan (134 KK). Berikutnya adalah penerima BLT dengan penghasilan Rp. 600.000,00 sampai dengan Rp. 1.000.000,00 perbulan (27 KK).

Tingkat pendapatan atau penghasilan dipengaruhi oleh jenis mata pencaharian yang di tekuni. Dari Tabel jenis matapencaharian terdapat 99 KK (61,49 %) dengan mata pencaharian sebagai buruh. Upah tenaga kerja terutama buruh di Kecamatan Gatak masih sangat rendah sehingga penghasilan buruh hanya sedikit. Apabila di kaitkan dengan tingkat pendapatan atau jumlah penghasilan kepala keluarga penerima BLT di Kecamatan Gatak maka, cukup pantas apabila penghasilan penerima BLT sedikit.

m. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu faktor utama yang menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman dan meningkatkan taraf hidupnya. Untuk mengetahui tingkat pendidikan kepala keluarga penerima BLT di Kecamatan Gatak tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 27 berikut ini;

KK %

1 SD atau sederajat 38 23,60

2 SMP atau sederajat 49 30,43

3 SMA atau sederajat 29 18,01

4 Lebih tinggi dari SMA 0 0,00

5 Tidak Tamat SD 45 27,95

161 100,00 Sumber : Hasil Wawancara

Jumlah

Tabel 27. Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Penerima BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008

commit to user

Penerima BLT yang tidak tamat SD menempati urutan pertama yaitu 45 KK (27,95 %). Sebagian besar penerima BLT yang tidak tamat SD disebabkan mereka memang tidak mempunyai kesempatan untuk sekolah karena harus bekerja dan sebagian lagi karena tidak minat untuk sekolah. Sedangkan penerima BLT yang tamat SD terdapat 38 KK (23,60 %), tamat SMP terdapat 49 KK (30,43 %), dan tamat SMA terdapat 29 KK (18,01 %).

n. Barang Berharga atau Modal.

Barang berharga atau barang modal dalam penelitian ini adalah barang berharga atau barang modal yang mempunyai nilai lebih dari Rp. 500.000,00. Untuk mengetahui barang berharga atau modal yang di miliki oleh penerima BLT di Kecamatan Gatak dapat di lihat pada Tabel 28 berikut ini;

KK %

1 Tabungan 0 0,00

2 Sepeda Motor 24 80,00

3 Emas 0 0,00

4 Ternak 5 16,67

5 Barang Modal Lain 1 3,33

30 100,00

Sumber : Hasil Wawancara Jumlah

Tabel 28. Barang Berharga dan Barang Modal yang Dimiliki Penerima BLT di Kecamatan Gatak Tahun 2008

No Barang Berharga & Barang Modal Jumlah

Dari 161 responden dalam penelitian ini hanya 30 (18,63 %) responden yang memiliki barang berharga atau barang modal. Barang berharga atau modal tersebut adalah sepeda motor, ternak dan barang modal lain. KK yang menyatakan mempunyai sepeda motor sebanyak 24 KK(80,00 %), ternak sebanyak 5 KK (16,67 %), dan barang modal lain sebanyak 1 KK (3,33 %).

commit to user

Hasil wawancara dan observasi mengenai karakteristik sosial ekonomi

Dokumen terkait